SUMBER AJARAN SYIAH ( 2 )
Sebenarnya
dari mana sih umat syiah mengambil ajaran agamanya? Mengapa kita sering
mendengar kawan-kawan syiah berdalil dari Shahih Bukhari?
Syiah Imamiyah menganggap sabda 12 imam
ahlulbait sebagai ajaran yang wajib diikuti, ini sesuai dengan ajaran mereka
yang menganggap 12 imam ahlulbait sebagai penerus risalah Nabi. Sabda-sabda
tersebut tercantum dalam kitab-kitab syiah, namun sayangnya kitab-kitab itu
tidak begitu dikenal atau tepatnya sengaja tidak disebarluaskan oleh penganut
syiah di Nusantara. Insya Allah kami akan memudahkan pembaca untuk mendownload
sebagian kitab rujukan mereka yang memuat sabda-sabda para imam ahlulbait. Tapi
pembaca pasti penasaran untuk membaca sabda ahlulbait, karena salah satu murid
Imam Ja’far As Shadiq yang bernama Zurarah mengatakan dalam sebuah riwayat dari
Al Kisyi yang meriwayatkan dalam bukunya Rijalul Kisyi dengan sanadnya dari
Muhammad bin Ziyad bin Abi Umair dari Ali bin Atiyyah bahwa Zurarah berkata:
jika aku menceritakan seluruh yang kudengar dari Abu Abdillah (Ja’far Asshadiq)
maka laki-laki yang mendengar perkataan Imam Ja’far pasti akan berdiri
kemaluannya. Rijalul Kisyi hal 134 (kira-kira cerita apa yang dibawa oleh Imam
Ja’far sehingga membuat kemaluan berdiri?)
Sedangkan umat syiah mengatakan bahwa para
imam mendapat ajaran dari imam sebelumnya yang mendapatkan ajaran dari Nabi.
Juga umat syiah mengajarkan bahwa ajaran para imam harus diikuti. Tapi ternyata
imam yang satu ini suka mengajarkan cerita-cerita yang membuat kemaluan
berdiri. Jangan-jangan ajaran di atas sudah disensor. Lalu bagaimana hukum
menyensor ajaran ahlulbait yang wajib diikuti?
Literatur syiah yang dianggap sebagai
literatur utama yang memuat riwayat sabda ahlulbait ada 8 kitab utama, ulama
mereka menyebutnya dengan sebutan “al jawami’ ats tsamaniah” (kitab kumpulan
yang delapan) ini sesuai dengan yang tercantum dalam kitab Muftahul Kutub Al
Arba’ah jilid 1 hal 5 dan A’yanus Syiah jilid 1 hal 288. Dalam makalahnya yang
berjudul metode praktis untuk pendekatan sunnah syiah (dimuat dalam masalah
Risalatus Islam, juga dimuat bersama makalah lain yang diambil dari majalah
yang sama dengan judul “persatuan islam” hal 233, Muhammad Shaleh Al Ha’iri
mengatakan: kitab shahih imamiyah ada delapan, empat di antaranya di tulis oleh
tiga orang yang bernama Muhammad yang hidup terdahulu, tiga lagi ditulis oleh
tiga orang yang bernama Muhammad yang hidup setelah tiga yang pertama, yang
kedelapan ditulis oleh Al Husein Nuri Thabrasi.
Kitab pertama dan yang tershahih di antara
delapan kitab di atas adalah Al Kafi. Ini seperti disebutkan dalam kitab Adz
Dzari’ah jilid 17 hal 245, Mustadrak Al Wasa’il jilid 3 ha 432, Wasa’il Asy
Syi’ah jilid 20 hal 71. kitab-kitab di atas menyebutkan bahwa kitab Al Kafi
adalah kitab yang tershahih dari empat kitab utama mereka, karena kitab Al Kafi
ditulis pada era Ghaibah Sughra, yang mana saat itu masih mungkin untuk
mengecek validitas riwayat yang ada dalam kitab itu. karena pada era ghaibah
sughra imam mahdi masih dapat dihubungi melalui “duta yang empat” yang dapat
berhubungan dengan imam mahdi dan menerima seperlima bagian dari harta syiah.
Jumlah riwayat kitab Al Kafi ada 16099,
seperti diterangkan dalam kitab A’yanus Syi’ah jilid 1 hal 280. Kitab Al Kafi
dijelaskan oleh para Ulama Syi’ah, di antaranya adalah Al Majlisi –penulis
Biharul Anwar- yang menulis penjelasan kitab Al Kafi dan diberi judul Mir’aatul
Uquul. Dalam kitabnya itu Majlisi juga menilai validitas hadits Al Kafi, di
antara hadits yang dianggapnya shahih adalah hadits yang menerangkan bahwa Al
Qur’an telah diubah. Berikut terjemahan nukilan dari Mir’atul Uqul:
Abu Abdillah berkata: “Al Qur’an yang
diturunkan Jibril kepada Muhammad adalah 17 ribu ayat”. Al Kafi jilid 2 hal
463. Muhammad Baqir Al Majlisi berkata bahwa riwayat ini adalah muwathaqah.
Lihat di Mir’atul Uqul jilid 2 hal 525.
Begitu juga ada kitab lain yang berisi
penjelasan riwayat Al Kafi, yaitu Syarh Jami’ yang ditulis oleh Al Mazindarani
begitu juga terdapat kitab yang berjudul As Syafi fi Syarhi Ushulil Kafi, ada
lagi kitab yang judulnya At Ta’liqah Ala Kitabil Kafi yang ditulis oleh
Muhammad Baqir Al Husaini, tapi hanya menjelaskan sampai Kitabul Hujjah saja.
Ada lagi kitab Al Hasyiyah Ala Ushulil Kafi karangan Rafi’uddin Muhammad bin
Haidar An Na’ini, juga Badruddin bin Ahmad Al Husaini Al Amili.
Kitab kedua adalah Man la Yahdhuruhul Faqih
yang ditulis oleh Muhammad bin Babawaih Al Qummi, yang juga dikenal dengan
sebutan As Shaduq, keterangan mengenai kitab ini adapat dilihat dalam kitab
Raudhatul Jannat jilid 6 hal 230-237, A’yanus Syi’ah jilid 1 hal 280, juga
dalam Muqaddimah kitab Man La Yahdhuruhul Faqih, kitab ini memuat 176 bab, yang
pertama adalah bab Thaharah dan ditutup dengan bab Nawadir. Kitab ini memuat
9044 riwayat.
Disebutkan dalam pengantar bahwa penulisnya
sengaja menghapus sanad dari setiap riwayat agar tidak terlalu memperbanyak isi
kitab, juga disebutkan bahwa penulisnya mengambil riwayat untuk ditulis dalam
buku ini dari kitab-kitab yang terkenal dan dapat diandalkan, penulis hanya
mencantumkan riwayat yang diyakini validitasnya. Ditambah lagi dengan kitab
Tahdzibul Ahkam, keterangan mengenai kitab ini dapat ditemui dalam kitab
mustadrakul wasa’il jilid 4 hal 719, kitab adzari’ah jilid 4 hal 504, juga
dalam pengantar tahdzibul ahkam sendiri. Kitab ini ditulis untuk memecahkan
kontradiksi yang terjadi pada banyak sekali riwayat syiah, kitab ini berisi 393
bab. Mengenai jumlah haditsnya akan kita bahas kemudian.
Begitu juga kitab Al Istibshar, yang
terdiri dari tiga jilid, dua jilid memuat bab ibadah, sementara pembahasan
fiqih lainnya dicantumkan pada jilid ketiga. Kitab ini memuat 393 bab, dalam
kitabnya ini penulis hanya mencantumkan 5511 hadits dan mengatakan: saya
membatasinya supaya tidak terjadi tambahan maupun pengurangan. Sementara dalam kitab
Adz Dzari’ah ila Tashanifisy Syi’ah disebutkan bahwa jumlah haditsnya ada 6531,
berbeda dengan penuturan penulisnya sendiri. Silahkan dirujuk ke Ad Dzari’ah
jilid 2 hal 14, A’yanus Syi’ah jilid 1 hal 280, pengantar Al Istibshar, tulisan
Hasan Al Khurasan. Kedua kitab di atas – Tahdzibul Ahkam dan Al Istibshar-
adalah karya ulama tersohor syiah yang bergelar “ Syaikhut Tha’ifah” yaitu Abu
Ja’far Muhamamd bin Hasan Al Thusi (wafat 360 H). Al Faidh Al Kasyani dalam Al
Wafi jilid 1 hal 11 mengatakan: seluruh hukum syar’i hari ini berporos pada
empat kitab pokok, yang seluruh riwayat yang ada di dalamnya dianggap shahih
oleh penulisnya.
Agho Barzak Tahrani – salah satu mujtahid
syiah masa kini- mengatakan dalam kitab Adz Dzari’ah jilid 2 hal 14 : empat
kitab ditambah dengan kitab kumpulan hadits adalah dasar bagi hukum syar’I
hingga saat ini. Pada abad 11 Hijriah para ulama syiah menyusun beberapa kitab,
empat di antaranya disebut oleh ulama syiah hari ini dengan : Al Majami’ Al
Arba’ah Al Mutaakhirah” (empat kitab kumpulan hadits belakangan); empat kitab
itu adalah: Al Wafi yang disusun oleh Muhamad bin Murtadha yang dikenal dengan
julukan Mulla Muhsin Al Faidh Al Kasyani –wafat tahun 1091 H– terdiri dari tiga
jilid tebal, dicetak di Iran, memuat 273 bab. Muhammad Bahrul Ulum mengatakan
bahwa kitab Al Wafi memuat 50 000 hadits (lihat footnoote kitab Lu’lu’atul
Bahrain hal 122) sementara Muhsin Al Amin mengatakan bahwa Al Wafi memuat 44244
hadits, bisa dilihat dalam A’yanus Syi’ah.
Lalu kitab Biharul Anwar Al Jami’ah Li
Durar Akhbar Aimmatil At-har karya Muhammad Baqir Al Majlisi –wafat tahun 1110
atau 1111 H-. Ulama syiah menyatakan bahwa Biharul Anwar adalah kitab terbesar
yang memuat hadits dari kitab-kitab rujukan syiah, bisa dilihat keterangan
mengenai kitab ini dalam Adz Dzari’ah jilid 3 hal 27, juga A’yanus Syi’ah jilid
1 hal 293. selain itu juga ada kitab wasa’ilus syi’ah ila tahsil masa’ilisy
syari’ah yang disusun oleh Muhammad bin Hasan Al Hurr Al Amili, yang dianggap
sebagai kitab terlengkap yang memuat hadits hukum fiqih bagi syiah imamiyah.
Dalam kitab ini terkumpul riwayat dari
kitab empat utama dan ditambah dengan riwayat lain dari kitab-kitab lain yang
dianggap sebagai rujukan, yangkonon jumlahnya mencapai tujuh puluh
kitab-seperti dikatakan oleh penulis kitab Adz Dzari’ah. Tetapi Syirazi dalam
pengantar kitab wasa’il menyebutkan jumlah kitab yang menjadi rujukan adalah
180 kitab lebih, Al Hurr Al Amili menyebutkan judul-judul kitab yang menjadi
rujukannya yang berjumlah lebih dari delapan puluh kitab, dia juga menyebutkan
bahwa dia mengambil rujukan dari kitab0kitab selain yang telah disebutkan,
tetapi dia merujuknya dengan perantaraan nukilan kitab lain. Silahkan merujuk
pada Muqaddimatul Wasa’il yang situlis oleh Asyirazi, begitu juga A’yanus Syi’ah
jilid 1 hal 292-293, Adz Dzari’ah jilid 4 hal 352-353, Wasa’ilusy Syi’ah jilid
1 hal 408, jilid 20 hal 36-49.
Lalu kitab mustadrakul wasa’il wa
mustanbtul masa’il yang disusun oleh Husein Nuri Thabrasi –wafat 1320 H-. Agho
Barzak Tahrani mengatakan: kitab mustadrak wasa’il menjadi seperti kitab
kumpulan hadits lainnya yang harus ditelaah dan dijadikan rujukan oleh para
mujtahid dalam memutuskan hukum syareat, kebanyakan ulama kami saat ini tunduk
mengikuti kitab itu. Lihat kitab Adz Dzari’ah jilid 2 hal 110-111. lalu Agho
Barzak memperkuat pernyataannya dengan nukilan dari ulama-ulama syiah yang
menjadikan kitab mustadrak wasa’il sebagai rujukan utama mereka. Adz Dzari’ah
jilid 2 hal 111.
Jika pembaca merasa pernah mendengar nama
Nuri Thabrasi, dia adalah penyusun kitab Fashlul Khitab fi Itsbati Tahriifi
Kitaabi Rabbil Arbab – pemutus perkara, pembuktian bahwa kitab Tuhan telah
dirubah-, kitab itu menyebutkan dalil-dalil yang memperkuat pendapat bahwa Al
Qur’an yang ada hari ini telah diselewengkan dan diubah oleh “tangan-tangan
kotor”. Dalam muqaddimah mustadrakul wasa’il, Agha Barzak Tahrani mengatakan :
Dia adalah salah seorang imam ahli hadits dan rijalul hadits di masa ini,
termasuk jajaran ulama besar syiah dan ulama besar islam di abad ini.
Bagaimana orang yang tidak beriman pada Al
Qur’an menjadi ulama besar syiah? Pada pengantar mustadrak wasa’il, Agha Barzak
Thrani mengatakan bahwa salah satu karya Husein Nuri Thabrasi adalah kitab Fashlul
Khitab.