Istilah Syi’ah berasal dari kata tasyayyu’, yang berarti:
membela, menolong. Sedangkan Syi’ah artinya: para penolong atau para pengikut.
Dahulu, istilah Syi’ah digunakan bagi orang-orang yang membela Ali Radhiyallahu
‘anhu dan keluarganya, tetapi kemudian digunakan sebagai nama pada kelompok
Rafidhah (Syi’ah Ja’fariyyah; Itsna ‘Aysariyyah) dan Zaidiyyah.
PERKEMBANGAN SYI’AH
Syi’ah melewati perkembangan-perkembangan sebagai berikut:
1.Dahulu, istilah Syi’ah (tasyayyu’) digunakan sebagai ungkapan kecintaan terhadap Ali Radhiyallahu ‘anhu dan keluarganya, tanpa merendahkan sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain.
1.Dahulu, istilah Syi’ah (tasyayyu’) digunakan sebagai ungkapan kecintaan terhadap Ali Radhiyallahu ‘anhu dan keluarganya, tanpa merendahkan sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain.
2. Kemudian berkembang sehingga melewati batas terhadap Ali
Radhiyallahu ‘anhu dan sebagian anggota keluarganya, mencela sahabat
Radhiyallahu ‘anhum, bahkan mengkafirkan mereka, disertai aqidah-aqidah lain
yang bukan dari agama Islam sama sekali, seperti: taqiyyah, imamah, ‘ishmah,
raj’ah, dan batiniyyah.
3. Kemudian di antara mereka ada yang menuhankan Ali bin Abi
Thalib Radhiyallahu ‘anhu dan imam-imam setelahnya, berkeyakinan reinkarnasi
dan aqidah-aqidah kufur lainnya, yang bertameng dengan tasyayyu’ (kecintaan
terhadap Ali Radhiyallahu ‘anhu dan keluarganya).
FIRQAH-FIRQAH (KELOMPOK-KELOMPOK) SYI’AH
Firqah-firqah Syi’ah banyak sekali, sampai sebagian ulama menyebutkan bahwa
mereka mencapai 300 firqah. Sedangkan di zaman ini, firqah mereka yang besar
ada tiga, yaitu:
1. Kelompok Rafidhah, dikenal dengan nama Syi’ah Ja’fariyyah,
karena menisbatkan kepada Ja’far Ash-Shadiq. Juga dikenal dengan nama Imamiyyah,
dan Itsna ‘Aysariyyah, karena memiliki keyakinan imam dua belas. Kelompok
inilah yang paling besar dewasa ini. Mereka sekarang berada di Iran, Irak,
Syam, Libanon, Pakistan, Afghanistan Barat, Ahsa’, dan Madinah.
2. Zaidiyyah, mereka adalah para pengikut Zaid bin Ali bin
Al-Husain. Mereka tinggal di Yaman.
3. Isma’iliyyah. Mereka menisbatkan kepada Isma’il bin Ja’far
Ash-Shadiq dan meyakini keimamannya, sehingga disebut Isma’iliyyah. Mereka
berada di Jazirah Arab Utara, Afrika Utara, Afrika Tengah, Syam, Pakistan,
India, dan lainnya.
Selain kelompok di atas, ada kelompok Nushairiyyah, Duruz,
Bahrah, Agha Khaniyyah, dan lainnya.
Karena kelompok Syi’ah terbesar sekarang ini adalah kelompok
Rafidhah (Syi’ah Ja’fariyyah ; Itsna ‘Aysariyyah), maka kami akan memfokuskan
pembicaraan ini tentang mereka.
USAHA RAFIDHAH MENDEKATI AHLUS SUNNAH
Semangat Rafidhah untuk memasukkan madzhabnya ke barisan madzhab-madzhab kaum
muslimin begitu kuat, mereka menginginkan seandainya madzhab mereka disebut
madzhab kelima di kalangan kaum muslimin. Oleh karena itu mereka berusaha
mensukseskan program mereka “taqrib (pendekatan) antara Sunnah dan Syi’ah”
dengan berbagai cara. Tidak diragukan lagi bahwa persatuan kaum muslimin
merupakan perkara yang wajib diwujudkan, tetapi hal itu haruslah tegak di atas
fondasi-fondasi kebenaran.
Usaha-usaha Rafidhah itu sempat menjadikan sebagian kaum
muslimin terkecoh karenanya. Padahal seandainya mereka mengetahui hakekat agama
Rafidhah, mereka pasti akan lari menjauhi dengan ketakutan!
KESESATAN RAFIDHAH
Ketahuilah wahai saudara-saudaraku, bahwa terdapat jurang perbedaan yang sangat
besar antara Ahlus Sunnah dengan Rafidhah, sehingga mustahil untuk disatukan!
kecuali yang satu berpindah kepada agama yang lain!
Inilah perbedaan-perbedaan mendasar tersebut, yang sekaligus sebagai
kesesatan-kesesatan mereka!:
1. Mereka berkeyakinan, -dengan dinisbatkan kepada para imam mereka- bahwa mereka memiliki Al-Qur’an yang berbeda dengan yang dimiliki kaum muslimin.
1. Mereka berkeyakinan, -dengan dinisbatkan kepada para imam mereka- bahwa mereka memiliki Al-Qur’an yang berbeda dengan yang dimiliki kaum muslimin.
a). Mereka meriwayatkan dari Abu Abdullah, yang berkata:
“Al-Qur’an yang dibawa oleh Jibril Alaihissallam kepada Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah 17 ribu ayat”. [Al-Kaafi
fil Ushul II/634, Cetakan Teheran, Iran]
b). Dalam riwayat mereka yang lain disebutkan bahwa Abu Abdullah
berkata : “Pada fihak kami sesungguhnya ada mushhaf Fatimah. Tahukan mereka
apakah mushhaf Fatimah itu? Jawabnya: “Mushhaf Fatimah itu isinya tiga kali
dibanding dengan Al-Qur’an kalian ini. Demi Allah, tidak satupun huruf dari
Al-Qur’an tersebut, terdapat dalam Al-Qur’an kalian.” [Al-Kaafi fil Ushul II/240-241, Cetakan
Teheran, Iran]
Bantahan.
Inilah keyakinan Rafidhah terhadap Al-Qur’anul Karim, keyakinan yang dapat
mengeluarkan pelakunya dari agama Islam. Keyakinan adanya perubahan di dalam
Al-Qur’an ini tersebar di dalam buku-buku induk mereka! Mungkinkah kelompok
yang memiliki keyakinan kufur seperti ini dianggap sebagai madzhab kelima di
kalangan kaum muslimin?!
Padahal Allah Ta’ala telah memberikan jaminanNya terhadap
kebenaran Al-Qur’an, Dia berfirman:
إِنَّا نَحْنُ
نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an, dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. [Al Hijr/15:9]
Sebagian mereka membantah dengan mengatakan bahwa : “Keyakinan perubahan terhadap
Al-Qur’an adalah tuduhan musuh-musuh Syi’ah, sedangkan kami (orang-orang
Syi’ah) tidak mempercayainya. Buktinya mushhaf yang dicetak dan dibaca oleh
orang-orang Syi’ah sama dengan mushhaf Al-Qur’an yang dimiliki oleh kaum
muslimin yang lain.”
Bantahan.
Bahwa anda –dan sebagian ulama Syi’ah- tidak meyakini adanya perubahan di dalam
Al-Qur’an, itu adalah hak anda. Tetapi kenyataannya hal itu tertulis di dalam
kitab-kitab utama dan dipercayai di kalangan Rafidhah, sehingga hal itu
merupakan keyakinan Rafidhah. Kalau memang anda tidak memiliki keyakinan
tersebut, sebaiknya anda keluar dari kelompok Rafidhah yang memiliki
kitab-kitab pegangan yang berisikan hal tersebut. Atau itu sekedar taqiyah
(menampakkan sesuatu yang berbeda dengan keyakinannya)??Dan inilah jawaban
tentang keadaan orang-orang Rafidhah yang menggunakan Al-Qur’an yang sama
dengan mush-haf kaum muslimin.
Salah seorang pemimpin Rafidhah, bernama Ni’matullah Al-Jazairi,
menyatakan: “Jika anda bertanya, mengapa kami dibenarkan membaca Al-Qur’an ini,
padahal telah mengalami perubahan? Saya menjawab: “Telah diriwayatkan di dalam
banyak riwayat bahwa para imam Syi’ah menyuruh golongan mereka untuk membaca
Al-Qur’an yang ada ditangan umat Islam di waktu shalat dan lain-lain, dan
melaksanakan hukum-hukumnya, sampai kelak datang waktunya pemimpin kita,
Shahibuz Zaman, muncul lalu menarik beredarnya Al-Qur’an yang ada ditangan umat
Islam ini ke langit, dan mengeluarkan Al-Qur’an yang dahulu disusun oleh Amirul
Mukminin as, lalu Al-Qur’an inilah yang dibaca dan diamalkan.” [Al-Anwar An-Nu’maniyyah II/363-364,
Cetakan: Teheran]
Ketahuilah, bahwa sebab yang mendorong Rafidhah berkeyakinan
adanya perubahan terhadap Al-Qur’an adalah karena keyakinan pokok mereka, yaitu
tentang keimaman 12 imam versi mereka tidak disebut di dalam Al-Qur’an,
demikian juga di dalam Al-Qur’an penuh pujian dan sanjungan terhadap para
sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, padahal para sahabat adalah
orang-orang yang menjadi sasaran caci-maki mereka! Maka untuk meyakinkan para
pengikut, mereka menyatakan bahwa ayat tentang tentang keimaman dan celaan
terhadap para sahabat telah dibuang! Tetapi pernyataan itu tentulah akan
membongkar kekafiran mereka, karena mengaggap adanya perubahan dalam Al-Qur’an
merupakan kekafiran, maka merekapun berusaha untuk mengingkari hal tersebut.
Akan tetapi riwayat-riwayat yang menyatakan perubahan di dalam Al-Qur’an
tersebar luas di dalam kitab-kitab mereka. Kemudian di antara peristiwa yang
membongkar kesesatan dan kekafiran mereka adalah munculnya sebuah kitab yang
ditulis oleh salah seorang tokoh besar mereka yang berjudul “Fash-lul Khithab fii Tahriifi Kitabi
Rabbil Arbab” (Kata Pemutus Tantang Adanya Perubahan di Dalam Kitabnya Pengasa
Makhluk (kitab Al-Qur’an)). Penulisnya, yang bernama Mirza Taqiyy An-Nuuri
Ath-Thibrisi menetapkan mutawatirnya riwayat adanya
perubahan dalam Al-Qur’an (yang merupakan keyakinan kekafiran yang nyata dan
membongkar kedustaan mereka!!!) di dalam kitab-kitab Rafidhah, dan dia mengakui
bahwa para ulama mereka mengimani terhadap kekafiran ini! [Lihat Al-Mujaz fil Adyan wal Madzahib
Al-Mu’ashirah, hal: 125, karya DR. Nashir bin Abdullah Al-Qifari dan DR. Nashir
bin Abdul Karim Al-‘Aql]
2. Mereka Memiliki Keyakinan
Syirik Terhadap Para Imam Mereka.
Keyakinan-keyakinan syirik yang bertebaran di dalam kitab-kitab
induk mereka sangat banyak, keyakinan-keyakinan syirik yang lebih sesat dari
orang-orang musyrik di zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena
orang-orang musyrik dahulu meyakini keesaan Allah di dalam rububiyahNya, sedang
keyakinan syirik orang-orang Rafidhah adalah di dalam rububiyahNya. Inilah di
antara keyakinan-keyakinan sesat mereka itu:
a). Diriwayatkan dari Abu Abdullah, yang berkata: “Sesungguhnya
aku benar-benar mengetahui segala yang di langit dan di bumi, serta segala yang
di surga dan di neraka, dan apa yang telah terjadi, serta sedang dan akan
terjadi.” [Al-Kaafi fil
Ushul I/261, Cetakan: Teheran]
b). Juga diriwayatkan dari Abu Abdullah, yang berkata:
“Sesungguhnya dunia ini milik imam, dan akhiratpun milik imam. Dia
meletakkannya di mana ia kehendaki dan memberikannya kepada siapa yang ia
kehendaki.” [Al-Kaafi
fil Ushul I/409, Cetakan:Teheran]
Bantahan:
Keyakinan yang tertulis di dalam kitab mereka itu adalah keyakinan syirk yang
mengeluarkan dari agama Islam, dan merupakan keyakinan yang sangat bertentangan
dengan Al-Qur’an, kitab Suci Allah Ta’ala!! Dia berfirman:
إِنَّ اللهَ عِندَهُ
عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي اْلأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي
نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ
اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan
tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang
ada dalam rahim.Dan tiada
seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok.Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui
di bumi mana dia akan mati.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal. [Luqman/31:34]
Allah juga berfirman.
فَلِلَّهِ اْلأَخِرَةُ
وَاْلأُولَى
(Tidak), maka hanya milik Allah-lah kehidupan akhirat dan
kehidupan dunia. [An Najm/53:25]
Sebenarnya masih banyak lagi keyakinan syirik yang tersebut di
dalam kitab-kitab induk mereka, tetapi yang sedikit itupun telah mencukupi bagi
orang yang cerdik!
3. Mereka
Mengkafirkan Seluruh Sahabat, Kecuali Beberapa Orang Saja, Yaitu: Ali,
Al-Miqdad, Salman Al-Farisi, Abu Dzarr, dan ‘Ammar bin Yasir.
a). Salah seorang tokoh mereka bernama Salim bin Qais Al-Kufi Al-Hilali
Al-‘Amiri berkata di dalam bukunya “As-Saqifah (kitab Wafatnya Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam)”, hal: 92 : “…Salman berkata: ‘Ali berkata:
“Sesungguhnya seluruh manusia murtad setelah wafat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam kecuali 4 orang.”
b). Pada halaman lain disebutkan dari Ibnu Abbas: “Wahai
saudara-saudaraku, pada hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat,
tidaklah beliau diletakkan di kubur beliau, sehingga orang-orang memecahkan
janji dan murtad, serta mereka sepakat untuk menyelisihi”. [As-Saqifah, hal:249, karya Salim bin
Qais Al-Kufi Al-Hilali Al-‘Amiri; juga semisalnya diriwayatkan oleh Al-Kulaini
di dalam Ar-Raudhah minal Kafi, VIII/245, 296, dari Abu Ja’far]
c). Diriwayatkan dari Ja’far Ash-Shadiq, dia berkata:
“Sesungguhnya seluruh manusia murtad setelah wafat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam kecuali segelintir orang saja.” [Al-Ushul
minal Kafi II/319-320]
d). Pada riwayat lain disebutkan: “Seluruh manusia binasa
…kecuali 3 orang.” [Ar-Raudhah
minal Kafi, hal:361, karya Al-Kulaini]
Dengan keyakinan di atas maka tidaklah aneh jika kemudian mereka
mecela para sabahat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Celaan yang
membawa kepada kekafiran!!
Bantahan:
Kalau benar keyakinan mereka itu, berarti ummahatul mukminin (para istri
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) dan para sahabat semua murtad dan
menjadi kafir menurut mereka. Ini adalah keyakinan yang sangat munkar, keji,
dan bertentangan dengan puluhan ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits shahih yang
memuji para sahabat.
Allah berfirman bahwa para sahabat adalah ummat terbaik.
كُنتُمْ خَيْرَ
أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ
وَتُؤْمِنُونَ بِاللهِ
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah. [Al Imran/ 3:110]
Kalau mereka dipuji oleh Allah sebagai umat yang terbaik, maka
bolehkah berkeyakinan kalau mereka murtad?! Tidak, karena itu adalah keyakinan
kufur!
Allah juga meridhai para sahabat, dari kalangan Muhajirin dan
Anshar, dengan firmanNya:
وَالسَّابِقُونَ
اْلأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَاْلأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا
اْلأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam)
di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan Allah menyediakan bagi mereka
surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. [At Taubah/9:100]
Dia juga berfirman.
لَّقَدْ رَضِىَ
اللهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَافِي
قُلُوبِهِمْ فَأَنزَلَ السَّكِينَة عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا
Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu’min
ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa
yang ada di dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan
memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya). [Al
Fath/48:18]
مُّحَمَّدُُ رَّسُولُ
اللهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّآءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ
رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّنَ اللهِ وَرِضْوَانًا
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama
dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama
mereka: kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan
keridhaan-Nya. [Al Fath/48:29]
Kalau mereka diridhai oleh Allah dan dijanjikan masuk sorga,
maka bolehkah berkeyakinan kalau mereka murtad?! Tidak, karena itu adalah
keyakinan kufur!
Banyak di antara mereka yang mengingkari bahwa mereka
mengkafirkan sahabat dan mencela mereka, tetapi bukti-bukti tertulis yang ada
di dalam kitab-kitab induk mereka tidak dapat dihilangkan hanya dengan
pengingkaran lesan saja!
Inilah sebagian kesesatan mereka, belum lagi kesesatan-kesesatan
lain yang ada pada mereka, seperti: keyakinan mereka mengagungkan tempat-tempat
gugurnya orang tertentu dan kubur-kubur; mengbolehkan nikah mut’ah bahkan
meyakini keutamaannya; danlain-lain. Yang sedikit itu sesungguhnya sudah
mencukupi bagi orang yang cerdik.
PERKATAAN PARA ULAMA TENTANG RAFIDHAH
Telah terjadi perselisihan antara Ahlus Sunnah dengan Rafidhah
semenjak zaman dahulu, dan Salafush Shalih telah membantah mereka di zaman itu.
Inilah para ulama yang tercatat membantah Rafidhah:
1. Imam Malik rahimahullah.
Beliau ditanya tentang Rafidhah, beliau menjawab: “Janganlah kamu berbicara
dengan mereka, dan janganlah kamu meriwayatkan dari mereka, karena mereka
berdusta.” [Minhajus Sunnah I/59]
Beliau juga berkata: “Orang yang mencela para sahabat Nabi, maka dia tidak termasuk golongan Islam.” [As-Sunnah II/557, karya Al-Khallal]
Beliau juga berkata: “Orang yang mencela para sahabat Nabi, maka dia tidak termasuk golongan Islam.” [As-Sunnah II/557, karya Al-Khallal]
2. Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata: “Aku tidak pernah melihat seorangpun lebih berani
bersaksi palsu daripada Rafidhah”. [Riwayat Al-Lalikai di dalam Syarh Ushul
I’tiqad VIII/1457; Abu Hatim Ar-Razi di dalam Aadab Asy-Syafi’I wa Manaqibuhu,
hal:187-189; dan Abu Nu’aim di dalam Al-Hilyah IX/114; serta disebutkan oleh
Ibnu Taimiyah di dalam Minhajus Sunnah I/60 dan Adz-Dzahabi di dalam Siyar
X/89]
3. Imam Ahmad rahimahullah berkata: “Barangsiapa mencela sahabat Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam, maka kami khawatir dia keluar dari Islam.” [As-Sunnah
II/558, karya Al-Khallal]
4. Imam Bukhari rahimahullah berkata: “Bagiku sama saja, apakah aku shalat di belakang
orang yang berfaham Jahmiyyah atau Rafidhah, atau aku shalat di belakang orang
Yahudi atau Nashrani. Dan seorang muslim tidak boleh memberi salam kepada
mereka, menjenguk mereka ketika sakit, kawin dengan mereka, menjadikan mereka sebagai
saksi, dan memakan sembelihan mereka.” [Khalqu Af’alil ‘Ibad, hal:125, karya
Imam Bukhari]
5. Imam Abdurrahman bin Mahdi bin Hasan bin Abdurahman
Al-‘Ambari Al-Bashri rahimahullah, salah
seorang imam Ahli Hadits ternama, wafat Th 198H. Beliau berkata: “Dua hal ini
(mengingkari kejujuran sahabat dan mengangap mereka murtad) merupakan agama
golongan Jahmiyyah dan Rafidhah.” [Khalqu Af’alil ‘Ibad, hal:125, karya Imam
Bukhari]
6. Imam Muhammad bin Yusuf Al-Faryabi rahimahullah, salah seorang ahli hadits terpercaya, dan terbaik di zamannya,
wafat Th 212H, imam Bukhari meriwayatkan 26 hadits darinya. Ketika ditanya
tentang orang yang mencela Abu Bakar, beliau menjawab: “Dia kafir.” [As-Sunnah
VI/566, karya Al-Khallal; Ash-Sharimul Maslul, hal:570, karya Syeikhul Islam
Ibnu Taimiyah]
7. Ahmad bin Yunus rahimahullah, salah seorang tokoh ulama Ahlus Sunnah di Kufah, wafat th.
227H. Beliau berkata: “Seandainya seorang Yahudi menyembelih seekor binatang,
dan seorang Rafidhi (Syi’ah) menyembelih seekor binatang, niscaya aku hanya
memakan sembelihan si Yahudi, dan aku tidak mau memakan sembelihan si Rafidhi
karena dia telah murtad dari Islam.” [Ash-Sharimul Maslul, hal:570, karya
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah]
Selain perkataan para ulama di atas, masih banyak lagi perkataan
para ulama yang menyatakan kesesatan Rafidhah, di antaranya:
8. Abu Zur’ah Ar-Razi rahimahullah. Seorang tokoh ahli hadits, hafal 100 ribu hadits, sehingga ada
yang berkata: “Setiap hadits yang tidak dikenal oleh Abu Zur’ah, maka hadits
itu tidak memiliki asal usul.” Beliau wafat Th 227 H.
9. Ibnu Qutaibah
rahimahullah, salah seorang ulama terkenal yang banyak
karya-karyanya, wafat Th 276 H.
10. Abdul Qadir
Al-Baghdadi rahimahullah, salah seorang tokoh ulama terkenal,
wafat Th 429 H.
11. Al-Qadhi Abu Ya’la
rahimahullah, seorang ‘alim masalah aqidah dan syari’ah di
masanya, wafat Th 458 H
12. Al-Asfarayaini
rahimahullah, seorang tokoh terkenal yang banyak
karya-karyanya, wafat Th 471 H
13. Abu Hamid Al-Ghazali
rahimahullah, wafat Th 505H.
14. Ibnu Hazm rahimahullah.
15. Al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullah. Seorang tokoh ahli hadits di zamannya, dari
Maghribi, wafat Th 544 H
16. As-Sam’ani rahimahullah, tokoh penghafal hadits, yang banyak
karya-karyanya, wafat Th 562 H.
17. Fakhrur Razi rahimahullah seorang tokoh terkenal, wafat Th 606 H.
18. Al-Qurthubi rahimahullah di dalam Tafsirnya.
19. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah.
20. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah.
21. Imam Adz-Dzahabi rahimahullah.
22. Imam Ibnu Katsir rahimahullah.
23. Syaikh Al-Alusi rahimahullah.
24. Syaikh Ali bin Sulthan bin Muhammad Al-Qaari rahimahullah
25. Abul Mahasin Yusuf Al-Wasithi rahimahullah
26. Syeikh Syah Abdul Azizi Ad-Dahlawi rahimahullah
27. Muhammad Ali Asy-Syaukani rahimahullah
28. DR. Taqiyyuddin Al-Hilali Al-Husaini rahimahullah.
29. Syaikh Muhammad Bahjah Al-Baithar rahimahullah.
30. Syaikh Muhammad Rasyid Ridha rahimahullah.
31. Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah.
32. Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi rahimahullah.
33. Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah
34. Syaikh Mushthafa al-Adawi.
35. Syaikh Ali bin Hasan Al-Halabi Al-Atsari. Dan lainnya.
PENUTUP.
Setelah kita mengetahui sedikit saja tentang kesesatan Rafidhah, dan bahwa
mereka adalah orang-orang yang dikenal berdusta di kalangan para ulama, maka
janganlah kita terkecoh oleh mereka.
Kami sebutkan di sini, -sebagai nasehat dan peringatan, sesungguhnya peringatan itu berguna bagi orang-orang yang beriman- di antara orang yang terkecoh dan memuji-muji Syiah adalah seorang penulis Indonesia, yang banyak buku-bukunya, yaitu Prof. Dr. Abu Bakar Aceh di dalam bukunya yang berjudul Syi’ah, Rasionalisme dalam Islam. Di dalam bukunya tersebut Prof. meruju’ kepada berbagai buku-buku yang ditulis oleh orang-orang Syia’h, bahkan sempat memuji-muji kitab Muraja’at karya Abdul Husain Syarafuddin Al-Musawi (Pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh penerbit Mizan Bandung dengan judul: Dialog Sunnah Syi’ah) .
Kami sebutkan di sini, -sebagai nasehat dan peringatan, sesungguhnya peringatan itu berguna bagi orang-orang yang beriman- di antara orang yang terkecoh dan memuji-muji Syiah adalah seorang penulis Indonesia, yang banyak buku-bukunya, yaitu Prof. Dr. Abu Bakar Aceh di dalam bukunya yang berjudul Syi’ah, Rasionalisme dalam Islam. Di dalam bukunya tersebut Prof. meruju’ kepada berbagai buku-buku yang ditulis oleh orang-orang Syia’h, bahkan sempat memuji-muji kitab Muraja’at karya Abdul Husain Syarafuddin Al-Musawi (Pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh penerbit Mizan Bandung dengan judul: Dialog Sunnah Syi’ah) .
TAMBAHAN
Cobalah dengar perkataan seorang Ahli hadits yang diakui ilmunya tentang kitab
yang sempat mengecoh sang Prof. tersebut , inilah di antara perkataan Syaikh
Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah tentang buku tersebut beserta
pengarangnya.
1. Setelah menjelaskan palsunya sebuah hadits tentang keutamaan
sahabat Ali Radhiyallahu ‘anhu di dalam kitab Silsilah Ahadits Adh-Dha’ifah
no:892, Syaikh Al-Albani rahimahullah berkata: “Sesungguhnya ada beberapa sebab
yang mendorongku mentakhrij hadits ini, mengkritiknya, dan membongkar cacatnya,
di antaranya : Aku melihat seorang Syaikh yang bernama Abdul Husain Syarafuddin
Al-Musawi seorang Syi’ah telah menyebutkan hadits ini di dalam kitab Muraja’at
karyanya, hal:27. Dia mentakhrij hadits ini menipu para pembaca bahwa hadits
ini adalah shahih, sebagaimana kebiasaannya di kalangan orang-orang yang
semisalnya.” [Silsilah Ahadits Adh-Dha’ifah II/295, Penerbit:Maktabul Ma’arif,
Riyadh, Cet:5, Th:1412 H]
2. Kitab Muraja’at karya seorang Syi’ah tersebut dipenuhi oleh
hadits-hadits lemah dan palsu tentang keutamaan Ali Radhiyallahu ‘anhu. Demikian
pula disertai kebodohan terhadap ilmu (hadits) yang mulia ini, penipuan
terhadap para pembaca, penyesatan dari al-haq yang nyata, bahkan kedustaan
terang-terangan. Yang hampir-hampir tidak terlintas pada fikiran pembaca yang
mulia bahwa ada seorang di antara para penulis terjerumus ke dalam keadaan
semisalnya. Oleh karena inilah, tekadku kuat untuk mentakhrij hadits-hadits itu
–walaupun jumlahnya banyak-, dan menjelaskan cacat-cacat dan kelemahannya,
serta membongkar perkataan orang Syi’ah tersebut terhadap hadits-hadits itu,
perkataannya yang berupa penipuan dan penyesatan.” [Silsilah Ahadits
Adh-Dha’ifah II/297, Penerbit:Maktabul Ma’arif, Riyadh, Cet:5, Th:1412 H]
Inilah perkataan seorang yang ahli dan terpercaya mudah-mudahan
membuka mata sebagian kaum muslimin yang tertipu dengan ulah orang-orang
Rafidhah yang berusaha mengecoh mereka dengan perbuatan seperti di atas!
Wahai Allah tunjukkanlah al-haq kepada kami sebagai al-haq
sehingga kami dapat mengikutinya.
Dan tunjukkanlah kesesatan kepada kami sebagai kesesatan
sehingga kami dapat mengikutinya. Wallahu A’lam.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun V/1422H/2001M
Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8
Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 08121533647, 08157579296]
Disalin dari artikel blog Abu Umamah untuk blog Abu Abdurrohman