Saturday, October 3, 2015

Amerika/Australia/Kanada/Inggris ( Salibis ) Serang Ahlus Sunnah Suriah ( Yang berjuang Melawan Kezaliman Keji Syiah Bashar Assad). Banyak Perempuan Dan Anak-anak Tewas mengenaskan. Kalau Kita Diam ( Memihak kufar ), Apakah Allah Akan Meridhai Kita ?

pesawat kargo AS
Amerika Serikat Resmi Luncurkan Serangan Udara Ke Suriah Melalui Turki

Rabu 5 Agustus 2015,
juru bicara Departemen Pertahanan Amerika Serikat “Pentagon” mengumumkan telah memulai serangan udara pertama melalui Turki terhadap organisasi Negara Islam di Suriah.
Dalam keterangan yang dibacakan Kapten Jeff Davis di Pentagon mengatakan, “AS telah memulai serangan pertama dari Pangkalan Udara Lncirlik, Turki, dengan menggunakan drone,” tanpa tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Dalam keterangan wartawan BBC Gary Odhog mengatakan bahwa AS telah memulai serangan udara ke Suriah melalui Pangkalan Udara Incirlik dekat kota selatan Adana.
Gary menambahkan bahwa tidak ada berita lebih lanjut mengenai apakah serangan udara tersebut mencapai tujuannya atau tidak?
Sementara itu seorang sumber militer AS menyatakan kepada kantor berita Reuters bahwa Pentagon kini sedang tahap mempersiapkan serangan udara melalui Pangkalan Udara Lncirlik dengan menggunakan pesawat berpilot.
Izin penggunaan Pangkalan Udara Lncirlik pertama kali di umumkan Kementerian Luar Negeri Turki pada 29 Juli lalu, pasca 1 pekan lebih serangaan berdarah yang menewaskan 32 warga sipil di taman budaya Suruc pada 20 Juli lalu.
Pemerintah Ankara menuding gerakan bersenjata Suriah menjadi pelaku serangan tersebut, dan berjanji akan menuntut balas kepada mereka yang dianggap bertanggung jawab atas tewasnya warga sipil tidak berdosa. (Bbcarabic/Ram)

Pekan Depan, Australia Gabung AS Serang Suriah

Kamis, 3 September 2015 - 20:03 wib
CANBERRA – Pemerintah Australia telah memastikan bahwa pekan depan pasukan Angkatan Udara Australia akan bergabung bersama militer Amerika Serikat (AS) untuk menambah serangan udara ke Suriah dalam memerangi ISIS.
Menurut Perdana Menteri (PM) Australia, Tony Abbott, keputusan Angkatan Udara Australia untuk bergabung dengan militer AS akan tercapai pekan depan.
“Pekan depan, Angkatan Udara Australia akan memutuskan untuk bergabung bersama militer AS dalam menambah serangan udara di wilayah Suriah untuk memerangi ISIS,” ujar PM Abbott, sebagaimana dilansir dari The Guardian, Kamis (3/9/2015).
“Kami telah mempertimbangkan keputusan itu secara matang. Presiden Barack AS Obama ketika itu secara resmi telah melayangkan permintaan kepada Kedubes kami di Washington,” tambah Abbott.
Dirinya menambahkan, kendati keputusan itu sudah tercapai, Pemerintah Australia masih akan menunggu kepulangan Menteri Pertahanan (Menhan) Australia Kevin Andrews dari urusan bisnis kenegaraan di India.
“Kami telah berkomitmen untuk selalu memerangi ISIS. Kelompok radikal itu bahkan lebih buruk dari Nazi. Nazi memang melakukan kejahatan yang sangat mengerikan, namun mereka memiliki rasa malu dengan mencoba menyembunyikannya,” ucap PM Abbott.
“Sementara ISIS, menurut saya, lebih buruk dari Nazi. Mereka melakukan kejahatan yang mengerikan, dan mereka membesar-besarkan itu di media sosial,” sambungnya.


September 17, 2015 | 01:54
Jet-jet tempur Australia melancarkan serangan udara pertama terhadap kelompok Negara Islam (Islamic State of Iraq and Syria/ISIS) di Suriah dan menghancurkan kendaraan lapis baja pembawa anggota kelompok garis keras itu, kata Menteri Pertahanan Kevin Andrews, Rabu (16/9/2015).


"Ini bagian dari kelanjutan logis dari perang melawan Daesh untuk tidak hanya beroperasi di bagian utara Irak tetapi juga untuk beroperasi di bagian timur Suriah guna menurunkan dan menghancurkan pasukan Daesh," katanya kepada wartawan menggunakan singkatan Bahasa Arab untuk kelompok ISIS.

Pesawat tempur Hornet milik Angkatan Udara Australia menghancurkan kendaraan lapis baja pengangkut petempur ISIS dengan peluru kendali yang dilengkapi pemandu ketepatan dua hari lalu menurut Andrews.

Amerika Serikat, Kanada, Turki, dan negara-negara Teluk Arab terlibat dalam serangan terhadap petempur ISIS di Suriah.

Australia bergabung dengan pertempuran koalisi pimpinan Amerika Serikat melawan ISIS di Irak tahun lalu, namun pekan lalu memperpanjang operasi udara mereka ke Suriah.

Negara itu menyatakan dasar hukum aksi mereka adalah pembelaan diri kolektif bersama Irak melawan kelompok bersenjata yang tidak menghormati perbatasan.

Pesawat Australia menyelesaikan operasi pertama mereka di Suriah pada Jumat, namun tidak menyerang target apapun.

Sementara Inggris menewaskan dua anggota kelompok bersenjata dalam serangan pesawat tak berawak di Suriah pekan lalu, demikian seperti dilansir kantor berita AFP.


Inggris Berencana Serang Suriah Untuk Akhiri Masalah Pengungsi




Menteri Keuangan George Osborne mengatakan Inggris dan Eropa harus menemukan cara untuk mengatasi konflik di Suriah serta memberikan suaka bagi mereka yang benar-benar melarikan diri dari penganiayaan.

"Kita harus berantas sumber masalah, yaitu rezim Assad yang jahat dan ISIS yang penuh teror, kita perlu rencana komprehensif untuk menciptakan damai di Suriah," ujar Osborne yang dilansir Reuters, Senin (7/9/2015).
Surat kabar Sunday Times mengeluarkan berita tentang rencana Perdana Menteri Inggris David Cameron yang ingin mengadakan pemungutan suara di parlemen pada awal Oktober. Pemungutan suara itu untuk membuka jalan bagi serangan udara dari Inggris terhadap Negara Islam di Suriah.

Cameron juga mengatakan, negaranya akan membuka pintu bagi belasan ribu warga Suriah yang akan minta suaka politik ke negaranya. Dia juga didesak untuk mengambil langkah penyelesaian konflik di Suriah.
Sama dengan Inggris, surat kabar Prancis, Le Monde, melaporkan pada hari Sabtu bahwa Perancis sedang mempertimbangkan melakukan serangan udara di Negara Islam di Suriah.
(rvk/dnu)


Pesawat Tempur Kanada Serang Suriah
Operation Inherent Resolve
Kanada, Rabu, melakukan serangan udara pertamanya di Suriah sekaligus memperluas kontribusi Ottawa terhadap koalisi yang dipimpin Amerika Serikat dalam melawan Negara Islam (IS) setelah parlemen Kanada menyetujui untuk berperan lebih dalam konflik tersebut.


Dua pesawat F-18 menyerang lokasi yang menjadi posisi kelompok IS di dekat Raqqa, Suriah, menggunakan amunisi otomatis sebelum kemudian kembali ke markas, kata otoritas militer.

Serangan di dekat Raqqa, yang menjadi basis kelompok IS, dilakukan dengan mengerahkan 10 pesawat tempur, termasuk enam pesawat milik AS.

Serangan yang dilancarkan oleh Kanada semula terbatas hanya di wilayah Irak, namun pada akhir Maret meloloskan izin untuk memungkinkan pesawat tempur Kanada menyasar target IS di wilayah Suriah.

Anggota parlemen oposisi berpendapat bahwa Kanada tidak perlu memperdalam keterlibatannya dalam perang yang berlangsung lama dan kompleks itu.

Kanada pertama kali bergabung dengan koalisi anti-IS pada November dengan mengerahkan sekitar 70 pasukan khusus demi melatih kelompok etnis Kurdi untuk melawan IS di bagian utara Irak.

Meskipun operasi militer darat dan udara dilakukan lebih dahulu di Irak, kelompok radikal masih memegang sebagian besar wilayah di antara Suriah dan Irak.


KANADA AKHIRNYA IKUT SERANG SURIAH

Angkatan Udara Kanada atau Royal Canadian Air Force (RCAF) telah melakukan serangan udara pertama pada posisi kelompok militan ISIS di Suriah, Menteri Pertahanan Kanada Jason Kenney mengatakan Rabu 8 April 2015.
Pekan lalu, Parlemen Kanada memutuskan untuk menyetujui rencana pemerintah untuk melakukan serangan udara di Suriah dan memperluas partisipasi Kanada dalam koalisi pimpinan AS sampai dengan Maret 2016. “Kanada membantu untuk memastikan bahwa ISIS tidak memiliki tempat yang aman,” kata Kenney sebagaimana dikutip Sputnik News.
Kanada mulai meluncurkan serangan udara pada posisi ISIS pada November 2014. Namun partisipasi sebatas melakukan gempuran di wilayah Irak. ISIS mulai memerangi pemerintah Suriah sejak 2012. Pada bulan Juni 2014, kelompok militan ini mempeluas serangannya ke Irak utara dan barat.
Koalisi pimpinan AS kemudian meluncurkan serangan udara terhadap posisi militan di Irak sejak Agustus 2014, memperluas serangan untuk memasukkan target di Suriah di September 2014.