Friday, November 6, 2015

Benarkah Khawarij Muncul Dari Najd Arab Saudi?? Di Manakah Najd? Fitnah Masyriq – Kemunculan Tanduk Setan. [ Bagian Kelima ]

Di manakah Najd?

Menarik sekali! Sejumlah orang berusaha mengaitkan Najd yang disebutkan dalam sebuah hadits dengan dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhabrahimahullah. Hadits tersebut adalah sebagai berikut (artinya),
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna yang berkata, telah menceritakan kepada kami Husain bin Hasan yang berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu ‘Aun dari Nafi’ dari Ibnu Umar yang berkata, [Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam] bersabda “Ya Allah berilah keberkatan kepada kami, pada Syam kami dan pada Yaman kami”. Para sahabat berkata “dan juga Najd kami?”. Beliau bersabda “di sana muncul kegoncangan dan fitnah, dan di sanalah muncul tanduk setan” [Shahih Bukhari 2/33 no 1037]
Alasan pengaitan itu adalah, bahwa wilayah Najd terletak persis di sebelah timur kota Madinah, posisi Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam ketika bersabda. Sedangkan Kufah (Irak), yang sering disebut oleh sejumlah ulama sebagai tafsir dari Najd, dianggap tidak meyakinkan karena terlalu jauh melenceng dari arah timur, tempat matahari terbit (matahari dipahami terbit di antara dua tanduk setan). Perhatikanlah peta berikut ini.
 
Maksud dari pengaitan itu adalah untuk melemparkan fitnah, bahwa dakwah salaf yang kini mendunia itu adalah dakwah yang mengandung fitnah, karena ia lahir dari wilayah yang telah ditunjuk oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam sebagai sumber fitnah!

Maka persoalannya adalah: Di manakah sebenarnya Najd yang dimaksudkan di dalam hadits di atas?

Menyatakan bahwa hadits di atas dimaksudkan persis kepada wilayah Najd Hijaz (Arab Saudi) jelas keliru, karena Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam juga telah bersabda dengan menggunakan istilah “timur” (masyrik) untuk posisi yang sama sekali tidak persis timur, yaitu:

"Dajjal akan muncul ke bumi dari arah timur bernama Khurasan." (HR. Tirmidzi dari Abu Bakar as-Siddiq)

Lihatlah peta, Khurasan tidak segaris dengan Madinah dan Najd Hijaz, ternyata disebut juga dari arah timur!

Dalam hal ini, pendapat para ulama Saudi adalah yang paling tepat, bahwa timur (arah matahari terbit) pada hadits di atas dapat merujuk kepada wilayah timur secara umum, meliputi wilayah timur yang dekat (seperti Najd Hijaz tempat kelahiran Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab), pertengahan (seperti Irak), maupun yang jauh (seperti Iran-Persia). Bagaimana pun, mereka adalah generasi ulama yang hidup di akhir zaman. Mereka telah melihat sejarah kaum Muslimin selama lebih dari 14 abad dan melihat bagaimana hadits-hadits Nabi SAW mewujud satu demi satu menuju titik perhentian terakhir. Dengan demikian pemahaman mereka terhadap realitas atas umat ini jauh lebih baik daripada pemahaman generasi ulama pendahulunya, sehingga logis pula jika pendapat mereka lebih akurat. Wallahua’lam.

Adalah sangat mungkin bahwa ketika para sahabat bertanya tentang Najd, yang mereka maksudkan adalah memang Najd Hijaz. Akan tetapi Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam menjawab dengan jawaban yang lebih “mendalam,” yang maknanya terentang sejak zaman para sahabat hingga akhir zaman.Wallahua’lam.

Di lain pihak, tentu saja sangat tidak logis jika Iran (Persia) dikeluarkan dari negeri sumber fitnah! Bagaimana mungkin negeri tempat keluarnya “datuknya” fitnah, fitnah Dajjal, tidak dimasukkan ke dalam kandidat negeri Najd tersebut? Ia wajib dimasukkan! Oleh karena itu, kini kita memiliki tiga kemungkinan wilayah Najd yang dimaksudkan di dalam hadits di atas, yaitu Najd Hijaz, Irak, dan Iran.

Sesungguhnya kita dapat mengetahui wilayah mana yang dimaksudkan di dalam hadits di atas dengan memperhatikan batasan yang termuat di dalam hadits tersebut, yaitu wilayah itu:
1. berada di wilayah timur;
2. melahirkan fitnah;
3. banyak keguncangan / gempabumi.

Batasan di atas perlu disempurnakan dengan menambahkan satu batasan lagi, yaitu “tempat yang tinggi/dataran tinggi,” karena menurut bahasa Arab, sebagaimana telah dijadikan rujukan oleh para ulama ketika menafsirkan Najd, kata Najd berarti “semua tempat yang tinggi.”

Dengan demikian, batasan itu secara lengkap menjadi:
1. berada di wilayah timur;
2. melahirkan fitnah;
3. banyak keguncangan / gempabumi;
4. berada di wilayah yang tinggi.

Setelah mendapatkan empat variabel pengujian di atas, kita masih perlu mendefinisikan rentang waktu pengujian. Mengingat isu Najd ini dilontarkan untuk melemparkan fitnah kepada dakwah manhaj salaf, maka rentang waktu pengujian adalah rentang waktu ketika dakwah tersebut mulai bergema ke seluruh dunia, yaitu sejak awal abad XX M hingga hari ini. Rentang waktu ini akan kita terapkan secara konisisten pada ketiga kandidat Najd di atas.

OK, tanpa perlu membuang-buang waktu marilah segera kita lakukan pengujian pada kandidat pertama:

Najd Hijaz (di Arab Saudi)

Variabel “Arah Tanduk Setan, yang berarti Arah Sebelah Timur Madinah”

Najd memang berada di sebelah timur Madinah, dengan demikian ia memenuhi kriteria ini.

Variabel “Tempat Munculnya Fitnah”

Fitnah yang terbesar adalah kesyirikan. Oleh karena itu kesyirikan akan menjadi tolok ukur dari beratnya sebuah fitnah.

Pada kenyataannya, Arab Saudi adalah satu-satunya negara di dunia saat ini yang paling konsisten dalam menjaga tauhid dan menghancurkan kesyirikan. Setiap kesyirikan dan kemurtadan yang tertangkap oleh petugas yang berwenang akan berkonsekuensi pada hukuman mati. Bukankah kita beberapa kali mendengar, bahwa TKW asal Indonesia yang tertangkap membawa buntelan jimat akan segera diproses untuk dihukum mati? Oleh karena itu, merupakan suatu kekeliruan secara mutlak menyatakan Najd secara khusus atau Arab Saudi secara umum merupakan tempat lahirnya fitnah, khususnya pada satu abad terakhir.

Variabel “Gempabumi

Jika kita periksa data-data dari U.S. Geological Survey, kita tidak menemukan data gempabumi yang termasuk “historic earthquakes” untuk Arab Saudi. Oleh karena itu kami mencoba mencarinya melalui mesin pencari google untuk data-data gempabumi yang beskala lebih kecil, dan ditemukan berita gempabumi sebagai berikut:
19 May 2009, Western Saudi Arabia – M 4,9
Lokasinya adalah medan lava Al Harrat AS-Shaqqah sebelah barat laut Arab Saudi, sebelah timur pelabuhan Laut Merah Umm Lajj.
Penjelasan dari gempabumi tersebut datang hampir setahun kemudian di dalam artikel berjudul, “Volcanic activity in Arabian Desert makes Case for Increased Monitoring” (Aktivitas vulkanik di Gurun Arabia membuatnya layak untuk ditingkatkan pengamatannya, diterbitkan oleh U.S. Geological Survey pada 28 September 2010)
Dilaporkan, “Para ilmuwan dari U.S. geological Survey bekerjasama dengan Saudi Geological Survey menyepakati bahwa aktivitas seismik (yang terjadi setahun yang lalu) adalah konsisten dengan aktivitas vulkanik, dan menggunakan gambar-gambar yang dihasilkan satelit untuk memastikannya. Gambar-gambar oleh satelit menunjukkan bahwa permukaan bumi benar-benar terangkat oleh magma yang bergerak di bawah permukaan tanah.
Medan lava di Arab Saudi diperkirakan masih berusia muda dalam skala geologi, dengan letusan yang terkenal dekat Madinah terjadi pada 1256 M; suatu kejadian yang dianggap baru jika dibandingkan dengan usia Bumi 4,6 milyar tahun. Walaupun umat manusia belum pernah lagi menyaksikan aktivitas vulkanik di wilayah ini selama ratusan tahun, para ilmuwan mengatakan kita jangan merasa terkejut (jika terjadi letusan gunung api lagi).”
Terkait dengan insiden di atas, muncul berita berjudul, “Fear and trembling in Saudi Arabia,” (Ketakutan dan gemetar di Arab Saudi, The Media Line, 26 Juni 2011)
“Insiden (dua tahun yang lalu) mungkin telah dilupakan, kecuali sebuah surat kabar Saudi minggu lalu menyebutkan peringatan dari Profesor Ali Adnan Eshky dari Universitas King Abdul Aziz bahwa akan terjadi suatu ‘letusan gunung api’ antara kota suci Mekkah dan Madinah kira-kira dua tahun mendatang. Ia mendasarkan prediksinya berdasarkan laporan oleh US dan Saudi Geological Survey.”
Kami mengira, wallahu’alam, gempa itu adalah sebuah sinyal peringatan dini untuk sebuah kejadian penting yang akan terjadi di masa depan yang dekat, sebagaimana yang telah disampaikan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wasallamdalam sabda beliau (artinya),
“Tidaklah setiap negeri melainkan Dajjal akan menginjakkan kakinya di sana kecuali Mekkah dan Madinah. Dan tidaklah setiap pintu masuk kota tersebut melainkan ada para malaikat yang berbaris menjaganya. Lalu Dajjal singgah di Sapha, kemudian Madinah berguncang tiga kali dan melemparkan setiap orang kafir dan munafik dari dalamnya menuju ke tempat Dajjal." (HR. Muslim dari Anas bin Malik)
Jika kita dapat mengonfirmasi bahwa tahun 2012 (barangkali dampaknya akan terlihat mulai 2013, wallahua’lam) curah hujan berkurang sebanyak 1/3 dari curah hujan normal (para ilmuwan telah menuding Badai Matahari akan menjadi penyebab kekacauan iklim), maka setelah tahun ketiga kita akan mendapati Dajjal telah muncul berdasarkan hadits berikut ini (artinya),
“Sesungguhnya menjelang kemunculan Dajjal ada tiga tahun yang sangat berat. Pada tahun-tahun tersebut, manusia dilanda bencana kelaparan. Pada tahun pertama, Allah memerintahkan langit untuk tidak menurunkan sepertiga hujannya, dan memerintahkan bumi untuk tidak menumbuhkan sepertiga tetumbuhannya. Pada tahun kedua, Allah memerintahkan langit untuk tidak menurunkan dua pertiga hujannya, dan memerintahkan bumi untuk tidak menumbuhkan dua pertiga tetumbuhannya. Pada tahun ketiga, Allah memerintahkan langit untuk tidak menurunkan semua hujannya, dan Allah memerintahkan bumi untuk tidak menumbuhkan semua tetumbuhannya sehingga tumbuhan hijau tidak tumbuh. Akibatnya, hewan-hewan ternak semuanya binasa dan mati kecuali yang dikehendaki hidup oleh Allah.” Beliau ditanya, “Apa yang membuat manusia hidup pada zaman itu?” Beliau menjawab, “Tahlil, takbir, dan tahmid. Itu semua mencukupi mereka seperti halnya makanan.” (HR. Ibnu Majjah, Ibnu Khuzaimah, dan Haklim dari Abu Umamah)
Sedangkan perkiraan berdasarkan rentang waktu antara satu kejadian dan kejadian-kejadian lainnya berdasarkan hadits-hadits yang relevan dengan peristiwa keluarnya Dajjal nampaknya telah “cocok.” Jadi, prediksi Prof. Ali Adnan Eshky akan adanya gempabumi antara Mekkah dan Madinah di atas agak sedikit terlalu dini. Wallahua’lam.

Yang menarik, orang-orang kafir dan munafik akan pontang-panting melarikan diri ke luar kota Madinah ketika terjadi gempa tersebut. Mengapa demikian? Karena mereka bukanlah pengikut Sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, sehingga mereka tidak mengetahui bahwa hal yang terbaik ketika itu adalah justu tinggal di kota Madinah. Sedangkan jika mereka keluar kota Madinah, mereka justru akan menjadi sasaran empuk fitnah Dajjal.

Di Arab Saudi terdapat sesar (fault line) yang dapat memicu gempabumi, yaitu sesar Najd, yang membentang dari gurun di sebelah timur Mesir hingga gurun di sebelah barat Arab Saudi. Hingga hari ini sesar tersebut masih tertidur lelap. Mengapa demikian? Karena sesungguhnya aktif tidaknya sebuah sesar, bahkan pergerakan setiap partikel yang ada di alam semesta ini, adalah dengan ketetapan Allah. Sedangkan di antara Sifat-sifat Allah adalah Maha Mensyukuri (As-Syakuur). Maka Allah membalas upaya (pemerintah) Saudi yang teguh dalam memurnikan ajaran Islam, dengan menahan sesar Najd tersebut. Insya Allah tidak akan terjadi bahaya sepanjang mereka tetap teguh di atas pemahaman agama yang lurus dan bersih dari syirik dan bid’ah.

Variabel “Dataran tinggi”

Marilah kita periksa peta topografi Najd sebagai berikut:
 
  
Di sebelah timur Madinah, terdapat dataran dengan ketinggian 500 m - 1000 m. Marilah kita bermurah hati dengan mengatakan bahwa Najd memang memenuhi kriteria ini, yaitu berada di dataran tinggi.

Kesimpulannya, dari keempat kriteria di atas, Najd Arab Saudi hanya memenuhi dua kriteria.

Najd Irak

Variabel “Arah Tanduk Setan, yang berarti Arah Sebelah Timur Madinah”

Kami membenarkan pendapat para ulama, bahwa Irak terletak di sebelah timur Madinah, dengan pertimbangan Khurasan yang tidak persis berada di sebelah timur Madinah juga disebut oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam sebagai “dari timur.”

Variabel “Munculnya Fitnah”

Pada satu abad terakhir, terjadi fitnah nasionalisme, baathisme, pemberontakan suku Kurdi, perang Irak I, II, dan Perang Irak-Iran.

Apakah ini termasuk ke dalam kategori fitnah yang dimaksudkan dalam hadits di atas? Mungkin ya, mungkin tidak, akan tetapi kurang meyakinkan karena gemanya relatif tidak kuat di dunia Islam (bandingkan dengan isu Palestina, misalnya). Wallahua’lam.

Variabel “Gempabumi

U.S. Geological Survey tidak memiliki catatan “historic earthquakes” untuk Irak. Oleh karena itu kami mencoba menelusurinya melalui mesin pencari google. Pada umumnya gempabumi yang kerap terjadi adalah pada wilayah-wilayah perbatasan Irak-Turki dan Irak-Iran, yang secara legal tidak termasuk wilayah Irak.

Gempabumi yang secara khusus termasuk ke dalam wilayah Irak adalah:
-28 Agustus 2008, gempabumi menerjang Irak selatan, 40 km ke arah barat kota Amarah. Kantor berita Irak menyebutkan gempa berkeuatan 5,1 tetapi U.S. Geological Survey menyebut angka 5,7.
-18 Juli 2009, terjadi gempabumi di sebelah utara Irak berkekuatan 5,2 pada 20:32:27 waktu lokal.
Pada kriteria ini, Irak yang diperkirakan teritorialnya tidak jauh berbeda dengan Irak dalam pemahaman generasi pertama kaum Muslimin, tidak dapat dikategorikan sebagai wilayah yang sering terjadi guncangan (gempabumi) dalam rentang waktu sejak awal abad XX M.
Variabel “Dataran tinggi”

Marilah kita periksa peta topografi Irak sebagai berikut:
 

Sebagian besar wilayah Irak merupakan dataran rendah kecuali pada perbatasan dengan Iran di sebelah utara. Oleh karena itu Irak tidak memenuhi kriteria untuk disebut sebagai wilayah dataran tinggi.

Kesimpulannya, dari keempat kriteria di atas, Najd Irak hanya memenuhi dua kriteria.

Najd Iran

Variabel “Arah Tanduk Setan, yang berarti Arah Sebelah Timur Madinah”

Posisi Iran (Persia) telah dikonfirmasi oleh hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam berikut ini (artinya),

"Dajjal akan muncul ke bumi dari arah timur bernama Khurasan." (HR. Tirmidzi dari Abu Bakar as-Siddiq ra)

Variabel “Munculnya Fitnah”

Seseorang di Iran (Persia) telah mengeluarkan ucapan sebagai berikut:
“Sesungguhnya di antara keharusan madzhab kami, bahwa para imam kami mempunyai posisi yang tidak dicapai oleh malaikat atau nabi dan rasul.Berdasarkan kepastian yang ada pada kami tentang berbagai riwayat dan hadits, maka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan para imam ‘Alaihimus Salaamadalah cahaya sebelum alam ini diciptakan Allah.”
“Mohon pertolongan dan minta bantuan kepada orang yang meninggal bukan syirik. Sebab syirik adalah mohon pertolongan dan meminta bantuan kepada selain Allah dan meyakininya sebagai Allah. Jika tidak demikian, maka bukan syirik. Karena itu, tidak ada perbedaan antara orang yang hidup dan orang yang meninggal, hingga meskipun dia meminta keperluan kepada batu atau tanah liat, padahal demikian itu adalah sia-sia dan batil. Dan kami mohon pertolongan dan minta bantuan kepada arwah para nabi dan para imam karena Allah memberikan kekuasaan dan kemampuan.”
Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala telah berfirman (artinya),
“Yang mereka sembah selain Allah itu tak lain hanyalah inaatsan (berhala), dan mereka tidak lain hanyalah menyembah setan yang durhaka,” (QS. An-Nisaa’: 117)
Allah menyebut aktivitas ibadah orang-orang musyrik Mekkah sebagai menyembah berhala, sesembahan selain Allah tempat mereka memohon pertolongan; padahal para penyembah berhala itu sama sekali tidak menganggap bahwa berhala tersebut sebagai Allah. Berdasarkan fatwa orang yang kami kutip di atas, orang-orang-orang musyrik Mekkah yang Allah sendiri telah menyatakan mereka sebagai musyrik, penyembah berhala, bukan terkategori musyrik menurut pembuat fatwa di atas!!!
Tahukah anda siapa yang mengucapkan kalimat-kalimat kufur di atas? Khumaini!!! (Prof. Dr. Ali Ahmad As-Salus, Ensikplopedi Sunnah-Syiah, Pustaka Al-Kautsar, Maret 2001, hal. 471)
Dalam hal ini berlaku pepatah, “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari.” Kalau imam besarnya saja sudah demikian rusak aqidahnya, dapatkah anda membayangkan kerusakan yang disebarkan oleh para muridnya yang berdakwah di negeri-negeri Muslim seperti negeri kita ini? Maka berhati-hatilah terhadap mereka!
Dengan demikian, Iran (Persia) adalah wilayah sumber fitnah bagi seluruh dunia Islam.

Variabel “Gempabumi

U.S. Geological Survey memiliki catatan “historic earthquakes” untuk Iran sebagai berikut (agar konsisten dalam rentang waktu, kami menghapus data gempabumi sebelum tahun 1900):

·1909 01 23 - Silakhor, Iran (Persia) - M 7.3 Fatalities 6,000
·1923 05 25 - Torbat-e Heydariyeh, Iran - M 5.7 Fatalities 2,200
·1929 05 01 - Koppeh Dagh, Iran (Persia) - M 7.4 Fatalities 3,800
· 1930 05 06 - Salmas, Iran (Persia) - M 7.2 Fatalities 2,500
·1947 08 05 - Pasni, Iran - M 7.3
·1953 02 12 - Torud, Iran - M 6.5 Fatalities 970
·1957 07 02 - Mazandaran, Iran - M 7.1 Fatalities 1,200
·1957 12 13 - Sahneh, Iran - M 7.1 Fatalities 1,130
·1962 09 01 - Qazvin, Iran - M 7.1 Fatalities 12,225
·1968 08 31 - Dasht-e Bayaz, Iran - M 7.3 Fatalities 12,000
·1972 04 10 - southern Iran - M 7.1 Fatalities 5,054
·1976 11 24 - Turkey-Iran border region - M 7.3 Fatalities 5,000
·1978 09 16 - Iran - M 7.8 Fatalities 15,000
·1981 06 11 - southern Iran - M 6.9 Fatalities 3,000
·1981 07 28 - southern Iran - M 7.3 Fatalities 1,500
·1990 06 20 - Western Iran - M 7.4 Fatalities 50,000
Jelas sekali, Iran (Persia) adalah sumber keguncangan (gempabumi).
Maka janganlah heran jika terjadi insiden Fukushima versi Iran!


Variabel “Dataran tinggi”

Marilah kita periksa peta topografi Iran (Persia) sebagai berikut:
 
Iran jelas merupakan wilayah berdataran tinggi.

Dengan demikian, dengan sangat meyakinkan, Iran (Persia) memenuhi semua kriteria ini.

Resume dari ketiga kemungkinan lokasi Najd dituangkan ke dalam tabel berikut ini.

Variabel
Arab Saudi
Irak
Iran
Arah sebelah timur
ya
ya
ya
Munculnya fitnah
tidak
kurang meyakinkan
ya
Gempabumi
tidak
tidak
ya
Dataran tinggi
ya, khusus wilayah Najd
tidak
ya

Ternyata, dari ketiga kandidat Najd, hanya Iran (Persia) yang secara telak memenuhi kriteria ini. Dengan demikian, Iranlah yang dimaksudkan pada hadits di atas, khususnya pada zaman kita hidup ini. Wallahua’lam.

Di masa lalu, ketika nabi palsu Musailamah al-Kadzab muncul di wilayah Najd Hijaz, barangkali wilayah itu memang kerap terjadi gempa, sehingga memenuhi semua kriteria pada hadits di atas. Akan tetapi, kami tidak memiliki sarana untuk membuktikannya. Wallahua’lam.

Di masa kini, dengan berputarnya waktu, posisi “timur” tersebut telah bergesar sesuai zamannya. Bagaimana mungkin Musailamah al-Kadzab dimasukkan ke dalam sumber fitnah yang dikaitkan dengan wilayah tempat asalnya, sedangkan ia hanya satu dari sekitar 30 nabi palsu yang sebagiannya muncul di tempat-tempat yang sangat jauh dari Hijaz (seperti Mirza Gulam Ahmad muncul di anak benua India serta nabi-nabi palsu di negeri kita ini), sementara “mbahnya” Musailamah ada di Iran (Persia) dalam wujud Dajjal yang akan muncul tak lama lagi, lalu kita mengabaikan Iran (Persia)?

Iran (Persia) adalah negeri yang sangat kondusif bagi tempat bermainnya Dajjal. Itulah sebabnya selain hadits yang telah disebutkan di atas (mengenai Khurasan), terdapat juga hadits lainnya yang juga menyangkut hubungan khusus antara Dajjal dan Iran (Persia), yaitu, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda (artinya),

"Dajjal akan diikuti oleh 70.000 Yahudi dari kota Isfahan, mereka memakai Al-Tayalisah." (HR. Muslim dari Anas bin Malik)

Sebagaimana diketahui, Iran adalah pusat komunitas Yahudi terbesar di Timur Tengah di luar Israel, khususnya di kota-kota Teheran, Isfahan, dan Shiraz. Komunitas Yahudi mendapat alokasi satu kursi di Parlemen Iran. Hubungan komunitas Yahudi yang tinggal di Israel dan Iran sangatlah erat. Komunitas Yahudi Iran dapat datang dan pergi secara bebas ke Israel.

Daya tarik Iran bagi Yahudi (Wikipedia: Persian Jews)
“Hampir setiap kota di Iran mempunyai daya tarik Yahudi, berupa makam atau situs bersejarah. Yang terkenal di antaranya adalah Esther dan Mordechai dan Habakkuk di Hamedan, makam Nabi Daniel di Susa, dan mausoleum ‘Peighambariyeh’ (tempat para nabi) di Qazvin.
Juga terdapat makam-makam beberapa ulama Yahudi yang terkemuka seperti Harav Ohr Shraga di Yazd dan Hakham Mullah Moshe Halevi di Kashan, yang juga dikunjungi kaum Muslim (baca: kaum Syi’ah) Iran.”
Wallahua’lam
 Abu Laila Abdurrahman