Mari berpikir..
Iran tidak pernah tercatat dalam buku-buku sejarah manapun sebagai pemenang
dalam sebuah peperangan
Mengapa?
Karena nabi Muhammad
shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah mendoakan kehancuran untuk raja
manapun kecuali raja persia
Beliau bersabda,
اللهم مزق ملكه
Ketika raja persia telah runtuh, maka tidak akan ada raja persia selanjutnya
Rasulullah bersabda,
إِذَا هَلَكَ كِسْرَى فَلاَ كِسْرَى بَعْدَهُ
“Jika raja Persia telah runtuh, maka tidak akan mungkin ada kerajaan persia
selanjutnya” (HR. Bukhari Muslim)
Lihat, Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah memberi kabar untuk kita di
jauh-jauh hari bahwasanya tidak akan mungkin ada kemenangan utuh bagi Iran
Maka sampai saat ini, tidak ada peperangan manapun yang dipimpin oleh Iran,
bahwa mereka akan menang, Tidak akan ada...
# Lantas bagaimana Iran menghancurkan ummat islam?
Iran memiliki cara lain, mereka tahu, bahwa mereka tidak akan menang dalam
peperangan jika mereka yang memimpin peperangan tersebut, karena telah ada
kabar dari Rasulullah akan hal itu
Maka mereka memerangi kaum muslimin dari belakang...
Lihat, peperangan di Suriah.. Iran ikut menghancurkan kaum muslimin dari
belakang Nushairiyyah yang dipimpin oleh Bashar Asad...
Lihat, di Libanon.. Iran ikut menghancurkan kaum muslimin dari belakang
Hizbullat yang dipimpin oleh Hasan Nasrullah...
Lihat peperangan di Yaman.. Iran ikut menghancurkan kaum muslimin dari belakang
Hutsiyyah...
# Apa yang ingin dipetik dari penggalan singkat ini?
Saya ingin memberikan sebuah pikiran untuk kaum muslimin, bahwa,
“Begitu pula dengan Indonesia. Iran berada dibalik orang-orang tertentu dalam
menghancurkan kaum muslimin Indonesia. Mereka memang belum terlihat oleh
sebagian orang, namun orang-orang cerdas akan melihatnya”
Sehingga kalau kaum muslimin Indonesia ingin mencari keamanan melalui iran,
maka bergembiralah bahwa mereka sudah menyalakan bom waktu yang akan
menghancurkan mereka sendiri...
Oleh: Muhammad Abdurrahman Al
Amiry
http://www.syiahindonesia.com/2015/11/terungkap-alasan-kekalahan-iran-sepanjang-peperangan-adalah-karena-doa-rasulullah-saw.html
Garda Revolusi Iran Terancam
Kekurangan SDM, Ratusan Tentara Tolak Tugas ke Suriah dan Ajukan Pensiun Dini
Para aparat Garda Revolusi
Iran (IRGC) telah memulai penolakan mereka atas penugasan ke Suriah. Hal
tersebut diakibatkan meningkatnya korban tentara Syiah yang tewas oleh pejuang
oposisi, sebagaimana dilaporkan Asharq Alawsat.
Harian yang berbasis di Saudi
itu melansir pada Selasa (3/11/2015) bahwa IRGC telah mengirimkan sejumlah
komandan dan pasukannya ke Mahkamah Militer setelah mereka menolah ditugaskan
ke Suriah.
“Keputusan IRGC berlaku
setelah anggota-anggotanya diberi pilihan apakah akan bertugas ke Suriah atau
dipecat dan dilarang (bekerja) di seluruh posisi pemerintahan,” kutip harian
itu dari sumber yang “mengetahui kasusu tersebut.”
Sumber itu mengklaim bahwa
pasca meningkatnya jumlah pengunduran diri dari IRGC, terutama di kalangan
pemuda, institusi militer kemudian diminta untuk mereview kebijakan sebelumnya.
Para anggota IRGC sekarang
“harus pergi ke Suriah atau menghadapi pengadilan Mahkamah Militer dengan
kemungkinan besar dituntut dengan pasal ‘tindakan non-kooperatif dan pengkhianatan,”
ujar sumber anonim itu.
“Penentangan dan penolakan
untuk diberangkatkan ke medan tempur di Suriah saat ini merupakan masalah besar
yang dihadapi para komandan IRGC, yang lebih setia kepada sistem wilayatul
faqih [daripada institusi Iran lainnya].”
Menurut sumber, “Sebagian
komandan IRGC di Ahvaz telah pensiun dan terjun ke dunia wirausaha seiring
dengan umur mereka yang memasuki usia pensiunan.”
“Mahkamah Militer IRGC juga
telah melakukan investigasi besar-besaran terhadap orang-orang yang megajukan
pensiun dini di masa kritis ini.
Sumber itu juga melaporkan
bahwa besarnya jumlah kematian tentara Satuan Quds, satuan komando khusus dan
tenaga infanteri telah mengakibatkan kekuarangan SDM. Dengan demikian, IRGC
harus merekrut pasukan dari tenaga administasi. Mereka juga khawatir bahwa
pasukan elitnya juga akan dibunuh pasukan oposisi di medan tempur di Suriah.
Laporan Asharq
Alawsat terbit setelah jumlah kematian militer Iran meningkat tajam di
Suriah. Sementara Teheran berambisi untuk menerjunkan ratusan tentaranya guna
mendukung pasuka rezim melawan para oposisi di bagian utara Suriah yang
berdarah.
Senin lalu (2/11), Wakil
Pemimpin IRGC, Hossein Salami mengaku bahwa negaranya menambah penasehat
militer ke Suriah, menyusul meningkatnya korban tewas oleh pasukan oposisi.
Namun, (mengapa) pejabat IRGC
tidak mau berterus terang tentang jumlah korban tentaranya yang tewas, malah
hanya menambah penasehat, bukannya menerjunkan pasukan tempur.
Sejumlah pejabat tinggi
militer Syiah Iran juga telah terbunuh beberapa bulan terakhir, termasuk
Brigadir Jenderal Reza Khavari, seorang komandan senior IRGC Divisi Fatimiyun,
Jenderal Farshad Hasounizad, mantan kepala Brigade Elit Saberin IRGC, dan Hamid
Mokhtarband, mantan kepala staf Birgade 1 divisi armor pecahan Iran 92, yang
dianggap sebagai pasukan mematikan Iran.
Pejabat yang lebih junior,
termasuk Kolonel Ezzatollah Soleimani—komandan Batalion ElitBrigade Hazrat Bani
Hashem 4— juga termasuk dalam daftar ratusan militer Iran yang tewas dalam
intervensi Suriah.
Kematian mereka diikuti
kematian Jenderal Hussein Hamdani di awal Oktober, yang merupakan pejabat utama
IRGC dan penasehat tinggi militer di Suriah.
Red : Raihanah