Meminta 'dunia' bersikap adil terhadap umat Islam bagai
meminta nyamuk berhenti menggigit. Sedikit mustahil, karena demikianlah sifat
dasarnya.
Nyamuk berkembang biak, senang dengan genangan
air, bertabiat menghisap darah manusia hingga menularkan penyakit (demam
berdarah, malaria dan cikungunya). Begitulah nyamuk.
Tugas kita adalah membersihkan lingkungan, agar
nyamuk tidak mudah berkembang biak. Menggunakan obat nyamuk semprot, agar
nyamuk yang ada tak mengganggu kita. Hingga 'menepok' nyamuk yang mulai
menggigiti kita. Jika pun sudah terjangkit penyakit akibat gigitan nyamuk,
segera berobat.
Sama hal nya dengan 'dunia'. Meminta 'dunia'
adil dalam bersikap, rasanya agak mustahil. Karena dari dulu, 'dunia' memang
tidak adil. Apalagi terhadap umat dan peradaban Islam. Rasanya 'dunia' memang
sudah menjadi musuh peradaban.
Yang bisa kita lakukan adalah 'membersihkan'
lingkungan. Membuat lingkungan alternatif agar propaganda 'dunia' tidak
berkutik. Memanjemen isu sedemikian rupa agar apa yang mereka inginkan tidak
'berkembang biak'. Mendidik dan mengajak masyarakat Islam pada khususnya agar
tidak mudah terkena 'gigitan' dunia.
Bahkan, membelajarkan umat Islam agar berani
'menepok' dunia yang sudah berani menggigit dan menyebarkan penyakit kepada
tubuh kita. Agar 'dunia' yang lain yang masih berkeliaran tersentak kaget bahwa
kita bisa berbuat sesuatu untuk mempertahankan diri kita. Sekali lagi, berbuat
sesuatu untuk mempertahankan diri.
Hingga membantu menyembuhkan penyakit-penyakit
yang sudah timbul dari dalam tubuh umat Islam ini akibat dari 'gigitan dunia'.
Ini tugas besar kita. Bukan hanya menuntut agar 'dunia' bersikap baik terhadap
kita.
Hidup damai tanpa nyamuk adalah mustahil. Karena
nyamuk akan terus diciptakan Allah untuk menjadi pelajaran tersendiri bagi
kita. Sebagaimana Allah pun menciptakan setan sebagai pelajaran tersendiri
dalam kehidupan kita.
Hidup damai tanpa 'dunia' juga mustahil. Hidup
tentram penuh kasih sayang tanpa gangguan 'dunia' juga mustahil. Karena Allah
menciptakan 'dunia' dengan segala tabiat buruknya untuk dijadikan pelajaran
dalam kehidupan kita.
Damai yang sering dijadikan slogan ambigu itu
adalah saat apa pun gangguan 'dunia' dengan segala konspirasinya tidak
menjadikan kita kalang kabut. Karena kita sudah bisa mencegah, menangani dan
memanajemennya sedemikian rupa.
[Azzam Mujahid
Izzulhaq]
Paspor Suriah yang Ditemukan
dalam Serangan Paris Ternyata Palsu
Kepala
Komisi Uni Eropa mengatakan bahwa Uni Eropa tidak perlu meninjau kebijakan
migrasi dengan alasan khawatir bahwa militan menyamar sebagai pengungsi untuk
melancarkan serangan.
Paspor
Suriah yang ditemukan di dekat mayat dari dua tersangka serangan Paris
diketahui palsu yang kemungkinan dibuat di Turki, sumber-sumber kepolisian di
Perancis mengatakan sebagaimana dilansir Pijar dari Channel 4 News pada Senin (16/11).
Para
pejabat Yunani sebelumnya mengatakan pada Sabtu bahwa salah satu dari dua
paspor tersebut dipegang oleh seseorang yang telah terdaftar sebagai pengungsi
di pulau Leros Yunani pada 3 Oktober.
Pejabat
menyangkal, meskipun bahwa penyerang kedua telah mengambil rute yang sama, dia
mengatakan kepada The Guardian “tidak ada indikasi apapun” bahwa
penyerang telah memasuki Eropa melalui Yunani. Komentar itu muncul di tengah
pelebaran penyelidikan terhadap serangan yang menewaskan 132 orang di ibukota
Perancis pada hari Jumat.
Pihak
berwenang di seluruh Eropa masih terus menyelidiki identitas ke tujuh penyerang
di tengah pertanyaan atas bagaimana mereka berhasil untuk mengkoordinasikan
beberapa serangan tanpa menarik perhatian pihak keamanan, yang sejak itu telah
diklaim oleh kelompok ISIS.
Hanya
satu penyerang yang indentitasnya telah dipublikasikan, di tengah upaya
berkelanjutan untuk mengidentifikasi para korban. Perdana Menteri Perancis
Manuel Valls mengatakan pada hari Ahad bahwa sebanyak lebih dari 30 korban
tewas dalam serangan belum diidentifikasi.
Pihak
berwenang pada hari yang sama mengidentifikasi penyerang sebagai Umar Ismail
Mustafai (29 tahun), seorang warga Prancis yang lahir dan dibesarkan di Paris
tetapi memiliki hubungan keluarga dari Aljazair.
Pergerakan
terbaru dari Mustafai saat ini belum di umumkan, meskipun para pejabat
intelijen Inggris telah mengatakan bahwa para penyerang adalah bagian dari sel
yang baru saja kembali dari pertempuran di Suriah.
Paspor
Suriah palsu telah menjadi komoditas yang berharga dalam beberapa bulan
terakhir dan bebas diperdagangkan di pasar gelap, karena mereka dapat membantu
meringankan jalan bagi warga non-Suriah untuk mendapatkan perlindungan sebagai
pengungsi di Eropa.
Seorang
wartawan Belanda melaporkan pada bulan September bahwa ia telah membeli paspor
Suriah dan ID card palsu, keduanya bergambar perdana
menteri Belanda dan berharga $825.
Paspor
palsu Suriah juga dibeli oleh warga Suriah yang belum mampu untuk mendapatkan
dokumen karena situasi perang.
Chris
Doyle, kepala Dewan untuk Kesepakatan Arab-Inggris, mengatakan bahwa ada
permintaan yang besar terhadap paspor palsu karena banyak warga Suriah yang
tinggal di luar daerah yang dikuasai rezim sangat kesulitan memperoleh dokumen.
Menanggapi
aksi serangan di Paris, banyak komentator telah mempertanyakan bagaimana mungkin
para pelaku dengan “bodohnya” membawa paspor bersama mereka selama melakukan
aksi yang sangat terkoordinasi?
Simon
Kuper, seorang kolumnis di Financial Times yang juga seorang warga Paris,
mengatakan bahwa langkah itu bisa saja merupakan bagian dari strategi untuk
“mendiskreditkan” pengungsi dan memaksa Eropa untuk menutup perbatasannya.
Sementara
itu, sebuah video tak bertanggal yang dirilis oleh ISIS pada Sabtu menampilkan
seorang militan muncul untuk membakar paspor Perancis dan berjanji setia kepada
pemimpin kelompok itu. Dia juga mendesak Muslim Perancis untuk “pindah” ke
kawasan yang dikendalikan oleh ISIS sebelum perbatasan Eropa ditutup.
Selain
dokumen Suriah yang ditemukan di tempat kejadian serangan Paris, laporan media
menyatakan bahwa paspor Mesir juga ditemukan di dekat Stade de France – yang
ditargetkan oleh dua pembom bunuh diri pada hari berlangsungnya peristiwa itu.
Namun,
diketahui pada hari Ahad bahwa paspor dipegang oleh seorang penggemar sepak
bola Mesir, yang terluka parah oleh serangan yang melanda selama laga
persahabatan antara Perancis dan Jerman.
Duta
Besar Mesir untuk Perancis, Ihab Badawi, mengatakan kepada media negaranya
bahwa tidak ada tuduhan yang diarahkan kepada Walid Abdul Razzaq.
Abdul
Razzaq telah menjalani tiga kali operasi atas luka yang serius dan masih
memiliki pecahan peluru di tubuhnya dari ledakan itu, saudaranya mengatakan
kepada saluran berita Mesir Al Hayat pada Ahad.
Red :
Gus Jati