Para
Mason pengusung The New World Order (NWO) yang menyutradarai insiden
tersebut menduduki jabatan penting pada berbagai biro intelijen internasional.
Diantaranya United States Central Intelligence Agency (CIA), French General
Directorate for External Security (DGSE), British Secret Intelligence Service
(SIS/MI6), Directorate of Military Intelligence milik “Israel” (DMI) dan Secret
Vatican Soldiers.
Menurut
laporan itu, Main Intelligence Directorate (GRU) telah menginformasikan potensi
eksekusi plot “Friday the 13th” tersebut pertama kalinya kepada MoD dua minggu
sebelum kejadian (27 Oktober). Hal ini dilakukan pada sebuah pertemuan super
rahasia yang diadakan di Washington D.C. dan dihadiri oleh Direktur CIA, John
Brennan, Direktur DGSE Bernard Bajolet, mantan Pemimpin MI6 John Sawers dan
mantan Pemimpin DMI, dan Penasihat Pertahanan Nasional “Israel” (Mosad) Yaacov
Amidror.
Tujuan
utama pertemuan para petinggi intelijen internasional tersebut, lanjut laporan
itu, adalah untuk menyelenggarakan diskusi publik berkedok Konferensi Intelijen
CIA-GW: Panel tentang Misi Bersama Internasional Abad 21. Pada panel itu, Barat
berperspektif bahwa Timur Tengah (Isam, red) kembali bangun dari tidurnya,
sehingga perlu diadakan sebuah langkah guna “memadamkan cahaya Islam di Eropa,
khususnya, dan dunia secara umum.”
Dengan
demikian, menurut analisa, sebuah insiden di jantung Eropa, seperti Paris,
sangat tepat dijadikan pintu pembuka “skenario mereka”. Laporan Putin itu
sekaligus membenarkan analisa dari berbagai pihak terkait pertemuan para pemimpin biro intelijen
internasional sebelum pengeboman di Paris.
Red :
Raihanah