Wednesday, November 18, 2015

Bashar Assad Dan Kaum Syiah Alawiyyin

Oleh: Fadh Ahmad Arifan

Syiahindonesia.com - Pertengahan bulan Agustus tahun lalu, di jejaring sosial facebook dan twitter tiba tiba bermunculan foto diktator negara Suriah Bashar Assad sedang menjalankan solat ied fitri di Masjid al-Khair, Damaskus. Sebagaimana diberitakan harian Hurriyet dailynews 28 juli 2014, Assad juga mendoakan tentara-tentaranya agar sukses menumpas pemberontak. Intinya sosok Assad yang berwajah dingin mendadak terlihat religius.
Assad sejatinya seorang Syiah alawiyyin. Walau Alawiyyin, kata Prof Elizabeth Shakman Hurd dari Northwestern university: "Tidak semua sekte Syiah Alawiyyin mendukung rezim Assad. Banyak keluarga Alawi di desa-desa yang sengsara di bawah kepemimpinan Assad, dan tak terhitung lagi Alawi yang miskin dan tersingkir. Bahkan sebelum konflik dimulai pada tahun 2011." (bostonreview.net, 11 juni 2013). Saat ini, pengikut Syiah Alawiyyin totalnya sekitar 12% dari populasi penduduk Suriah. Penduduk Suriah kebanyakan adalah Sunni.

Sebutan lain dari kaum Alawiyyin adalah Nushairiyyah. Nushairiyyah diambil dari nama Muhammad bin Nashir al-Bashari, ia adalah tangan kanan Hasan al-Askari, imam Syiah yang ke-11. Pasca Hasan wafat, Nashir menyerahkan jabatan Imam ke anak Hasan, tetapi kemudian ia tidak mau mengakui Hasan dan anaknya sebagai imam. Ia malah mendakwahkan bahwa dirinyalah imam, kemudian ia mengaku sebagai Nabi bahkan sebagai Tuhan (Abdul Mun'im al-Hafni, Ensiklopedia Golongan, Aliran, Mazhab, Partai dan Gerakan Islam, hal 658).

Alawiyyin ternyata tidak senang dengan julukan Nushairiyyah, karena mereka beranggapan bahwa nama tersebut didasari rasa ketidaksenangan dan permusuhan terhadap keyakinan mereka. Sebagaimana sebutan Rafidah bagi syiah Imamiyyah dan Nawashib bagi ahl Sunnah (Islam tak bermazhab, hal 265). Saya tidak tahu apakah Assad memiliki paham mendewa-dewakan Ali ataukah tidak.

Dari sisi aqidah Alawiyyin merupakan cerminan dari aqidah Imamiyyah. Mayoritas dari dari mereka melaksanakan sholat, puasa, zakat dan haji dengan cara yang benar. Meskipun demikian, sebagian diantara mereka ada yang condong ke sikap ghuluw dan menyimpang, misal menjadikan taqiyyah sebagai bagian dari aqidah mereka. tulis Dr Muhammad Asy-Syakkah  di bukunya Islam tak bermazhab.

Syiah Alawiyyin punya pandangan keagamaan yang cukup berbeda dengan ahl sunnah, diantaranya:
1. Anak perempuan tidak akan mendapat bagian warisan jika ia memiliki saudara laki-laki
2. Mengharamkan daging kelinci, unta dan semua hewan betina yang mengeluarkan darah haid.
3. Tentang ruh, pada mulanya ruh berada di sisi Allah swt, kemudian turun ke bumi. Ketika di bumi, masing masing ruh menggunakan pakaian (taqamush) yaitu tubuh kasar, dan apabila tubuh yang kasar itu hancur maka ruh tersebut berpindah ke tubuh yang lain.
4. Tidak diperkenankan belajar agama sebelum mencapai umur 15 tahun.
5. Mereka menerima poligami dan tidak setuju nikah Mut'ah (Abdul Mun'im al-Hafni, hal 658-659, Asy-syakkah, hal 292-294)

Penulis adalah Pengajar Sejarah kebudayaan Islam di MTs-MA Muhammadiyah 2 kota Malang
(nisyi/jurnalmuslim.com/syiahindonesia.com)