Oleh: Fadh Ahmad Arifan
Syiahindonesia.com - Pertengahan bulan Agustus tahun lalu, di jejaring
sosial facebook dan twitter tiba tiba bermunculan foto diktator negara Suriah
Bashar Assad sedang menjalankan solat ied fitri di Masjid al-Khair, Damaskus.
Sebagaimana diberitakan harian Hurriyet dailynews 28 juli 2014, Assad juga
mendoakan tentara-tentaranya agar sukses menumpas pemberontak. Intinya sosok
Assad yang berwajah dingin mendadak terlihat religius.
Assad sejatinya seorang Syiah alawiyyin. Walau
Alawiyyin, kata Prof Elizabeth Shakman Hurd dari Northwestern university:
"Tidak semua sekte Syiah Alawiyyin mendukung rezim Assad. Banyak keluarga
Alawi di desa-desa yang sengsara di bawah kepemimpinan Assad, dan tak terhitung
lagi Alawi yang miskin dan tersingkir. Bahkan sebelum konflik dimulai pada
tahun 2011." (bostonreview.net, 11 juni 2013). Saat ini, pengikut Syiah
Alawiyyin totalnya sekitar 12% dari populasi penduduk Suriah. Penduduk Suriah
kebanyakan adalah Sunni.
Sebutan lain dari kaum Alawiyyin adalah
Nushairiyyah. Nushairiyyah diambil dari nama Muhammad bin Nashir al-Bashari, ia
adalah tangan kanan Hasan al-Askari, imam Syiah yang ke-11. Pasca Hasan wafat,
Nashir menyerahkan jabatan Imam ke anak Hasan,
tetapi kemudian ia tidak mau mengakui Hasan dan anaknya sebagai imam. Ia malah
mendakwahkan bahwa dirinyalah imam, kemudian ia mengaku sebagai Nabi bahkan
sebagai Tuhan (Abdul Mun'im al-Hafni, Ensiklopedia Golongan, Aliran, Mazhab,
Partai dan Gerakan Islam, hal 658).
Alawiyyin ternyata tidak senang dengan julukan
Nushairiyyah, karena mereka beranggapan bahwa nama tersebut didasari rasa
ketidaksenangan dan permusuhan terhadap keyakinan mereka. Sebagaimana sebutan
Rafidah bagi syiah Imamiyyah dan Nawashib bagi ahl Sunnah (Islam tak bermazhab,
hal 265). Saya tidak tahu apakah Assad memiliki paham mendewa-dewakan Ali ataukah
tidak.
Dari sisi aqidah Alawiyyin merupakan cerminan
dari aqidah Imamiyyah. Mayoritas dari dari mereka melaksanakan sholat, puasa,
zakat dan haji dengan cara yang benar. Meskipun demikian, sebagian diantara
mereka ada yang condong ke sikap ghuluw dan menyimpang, misal menjadikan
taqiyyah sebagai bagian dari aqidah mereka. tulis Dr Muhammad Asy-Syakkah
di bukunya Islam tak bermazhab.
Syiah Alawiyyin punya pandangan keagamaan yang
cukup berbeda dengan ahl sunnah, diantaranya:
1. Anak perempuan tidak akan mendapat bagian
warisan jika ia memiliki saudara laki-laki
2. Mengharamkan daging kelinci, unta dan semua
hewan betina yang mengeluarkan darah haid.
3. Tentang ruh, pada mulanya ruh berada di sisi
Allah swt, kemudian turun ke bumi. Ketika di bumi, masing masing ruh
menggunakan pakaian (taqamush) yaitu tubuh kasar, dan apabila tubuh yang kasar
itu hancur maka ruh tersebut berpindah ke tubuh yang lain.
4. Tidak diperkenankan belajar agama sebelum
mencapai umur 15 tahun.
5. Mereka menerima poligami dan tidak setuju
nikah Mut'ah (Abdul Mun'im al-Hafni, hal 658-659, Asy-syakkah, hal 292-294)
Penulis adalah Pengajar Sejarah kebudayaan Islam
di MTs-MA Muhammadiyah 2 kota Malang
(nisyi/jurnalmuslim.com/syiahindonesia.com)