Wednesday, January 27, 2016

Ekonomi Rusia Memasuki Tahun Terburuk Sejak Krisis Keuangan Global. Kasus HIV Di Rusia Capai Rekor Tertinggi. Amerika Bangkrut Di Afghanistan, Rusia Tambahan Di Suriah ( Isya Allah )


Artikel sebelumnya :
Ekonomi Terancam Hancur, Rusia Melonggarkan Sanksi Terhadap Turki. Ya Allah Ya Rabb, Hancurkanlah Melebihi Penderitaan Umat Muslim Suriah

Ekonomi Rusia memasuki tahun terburuk sejak krisis keuangan global

January 26, 2016
Ekonomi Rusia menyusut 3,7 persen pada tahun 2015 akibat penurunan tajam harga minyak, yang secara signifikan mengurangi nilai ekspor energi, dan sanksi internasional atas tindakannya di Ukraina
Ini adalah kondisi terburuk sejak krisis keuangan global, dimana Rusia berjuang mengatasi penurunan harga ekspor minyak dan sanksi internasional, ungkap layanan statistik negara, Senin.
Penurunan ekonomi paling tajam yang pernah dialami Rusia sejak 2009, ketika ekonomi dunia menderita efek dari krisis hutang dan krisis keuangan. Hal ini sesuai dengan prediksi terbaru dari Dana Moneter Internasional, yang memperkirakan penurunan sekitar 1 persen pada 2016 sebelum kembali ke pertumbuhan 1 persen tahun depan. Layanan statistik negara juga mengatakan hari Senin bahwa tahun lalu ekonomi Rusia mengalami penurunan 10 persen dalam penjualan ritel, turun 15,3 persen pada Desember dibanding tahun sebelumnya dan penurunan sepertiga dalam perdagangan luar negeri. Minyak dan gas berkontribusi sekitar setengah dari pendapatan negara Rusia dan pemerintah telah mengatakan akan melakukan pemotongan anggaran pada 2016, yang berlaku pada Oktober dan didasarkan pada harga minyak US $ 50 per barel. Minyak mentah Brent diperdagangkan di atas $ 31 per barel pada hari Senin.
Rubel sedikit melemah pada angka 79 terhadap dolar di perdagangan Senin, angka terendah setelah ditutup pada angka 86 hari Kamis. Sementara itu, Pemerintah Rusia telah menyiapkan dana 135 miliar rubel ($ 1,7 miliar) untuk membantu ekonomi riil dalam draft rencana anti-krisis, dua pejabat senior mengatakan, dan akan menggunakan cadangan 340 miliar rubel secara terpisah untuk meredam ketidakpuasan sosial, menurut sebuah sumber ketiga.
Terpukul karena harga minyak yang rendah, sanksi dari Barat dan nilai rubel jatuh, prioritas Rusia terpecah antara kebutuhan untuk mendukung ekonominya yang menurun dan keinginan untuk mensuplai dana untuk mendukung kebijakan yang menyebabakan kemerosotan ekonomi terburuk sejak Vladimir Putin berkuasa.
Dua pejabat senior memberi keterangan kepada Reuters bahwa rencana anti-krisis telah disusun dengan anggaran 135 miliar rubel untuk membantu sektor ekonomi riil. Dana itu diambil dari anggaran tahun 2015, kata mereka. Kereta api, mesin pertanian, industri manufaktur, barang konsumsi, dan sektor konstruksi akan menerima sebagian dana, salah satu sumber mengatakan. Industri mobil Rusia akan mendapat bantuan dana 50 miliar dari 135 miliar rubel, kata sumber lain. Kementerian keuangan, yang mengontrol dana anti-krisis, menentang kebijakan untuk menghabiskan semua anggaran, salah satu pejabat senior mengatakan. Keputusan akhir tentang sektor mana yang akan mendapatkan keuntungan dan seberapa banyak dana bantuan belum disepakati.
Sebagian bantuan akan disalurkan dalam bentuk subsidi dengan jaminan negara untuk berbagi risiko dengan bank-bank dan mengurangi bunga pinjaman.
“Pendapatan kami telah jatuh karena harga yang jatuh di pasar minyak, tidak berkembang, jadi mengapa kita harus membicarakan peningkatan belanja?” salah satu sumber mengatakan.
Sektor industri Rusia telah berjuang untuk mendapatkan pinjaman bank karena sektor perbankan sendiri tidak dapat mengakses pembiayaan Barat disebabkan sanksi terkait dengan krisis Ukraina.
Salah satu sumber mengatakan dana untuk paket anti-krisis jika terpaksa akan ditingkatkan diatas 340 miliar rubel dimana akan diperoleh dari pembekuan dana pensiun. Namun kemungkinan ini sangat kecil, kata sumber itu.
Beberapa penasihat ekonomi Putin mengatakan preferensinya adalah untuk menjaga cadangan negara bahkan jika akan mengorbankan pertumbuhan ekonomi. Perekonomian diperkirakan akan menyusut hingga 1 persen tahun ini setelah menurun 3,9 persen pada tahun 2015.
340 miliar rubel – akumulasi dari moratorium transfer uang untuk dana pensiun non-negara – mungkin sebagian akan digunakan untuk menjaga angka ketidakpuasan sosial dengan mendukung sektor tenaga kerja dan membantu mengimbangi peningkatan harga obat, salah satu pejabat mengatakan . Pemilihan parlemen dijadwalkan akan diadakan pada bulan September dan pemilihan presiden pada 2018. Sumber sebelumnya mengatakan kepada Reuters bahwa 340 miliar rubel dapat digunakan pada akhir tahun ini untuk meningkatkan dana pensiun. Rusia mengatakan mereka siap untuk menghabiskan sampai 2,3 triliun rubel sebagai langkah-langkah anti-krisis pada tahun 2015. Itu termasuk jaminan negara dan dukungan untuk industri otomotif dan sektor lainnya.
Sistem perbankan Rusia menerima sekitar 1 triliun rubel dana bantuan pada akhir 2014 dan pihak berwenang sedang mempertimbangkan berapa banyak uang yang akan mereka keluarkan untuk membantu bank pembangunan negara VEB. Sebuah sumber mengatakan kepada Reuters jumlahnya akan kurang dari yang direncanakan semula.
Daily Sabah

Kasus HIV di Rusia Capai Rekor Tertinggi


January 25, 2016
Lebih dari satu juta orang di Rusia terdiagnosis positif HIV atau sekitar 1 persen dari seluruh populasi negara. Otoritas Rusia menyebut angka tersebut merupakan yang paling tinggi sepanjang sejarah.
Mengutip laman Independent, Vadim Pokrovsky, kepala Russian State Aids Centre mengatakan padaReuters penemuan tersebut menempatkan Rusia sebagai negara dengan kasus HIV terbanyak di Eropa.
“Angka yang kami dapat menunjukkan bahwa Rusia adalah negara dengan kasus HIV terbanyak di Eropa,” ujarnya.
“Epidemi HIV/AIDS bertambah parah di Rusia. Sayangnya tindak pencegahan yang telah kami lakukan sebelumnya, terbukti tidak efektif.”
Sepanjang 2014, otoritas Rusia mencatat 90 ribu kasus HIV baru. Adapun Russian State Aids Centre memprediksi penderita HIV positiv akan berjumlah 2 juta orang pada 2019 mendatang.
Rusia pertama kali mencatat kasus HIV pada 1987, dengan 204 ribu orang meninggal akibat virus tersebut.
Sebanyak 57 persen pengidap HIV/AIDS di Rusia, terpapar akibat obat-obatan terlarang yang menggunakan jarum suntik. Lebih dari itu, hanya sekitar 30 persen pengidap HIV positif di Rusia yang menerima pengobatan antriretroviral.
Negara menganggarkan dana sebesar US$475 juta untuk menanggulangi HIV/AIDS, namun Pokrovsky mengatakan mereka butuh biaya, minimun dua kali lipat.
Di sisi lain, ekonomi Rusia pun tengah goyah akibat harga minyak dunia yang terjun bebas, serta adanya sanksi dari negara-negara Barat. Pokrovsky mengkhawatirkan anggaran dana kesehatan yang terpotong di masa depan.
Selanjutnya, Pokrovsky juga menyoroti pergerseran nilai-nilai masyarakat yang tengah berkembang di Rusia, yakni gerakan ‘anti kondom’ yang digembar-gemborkan gereja Ortodoks, tingginya aktivitas pelacuran serta minimnya edukasi seks.
“Kami membutuhkan pendekatan baru untuk mengkampanyekan waspada HIV/AIDS di masyarakat,” kata Pokrovsky.