Sunday, March 20, 2016

Mimpi Seorang Salafi Untuk Bergabung Dengan Kelompok Jihad Jabhah Nusrah

Jihad adalah ibadah yang mulia. Itulah sebabnya ketika seseorang telah memahami ilmunya dan tidak terpengaruh oleh godaan dunia, ia pasti mendambakan bisa mendapatkan kesempatan untuk berjihad.Memahami ilmu jihad akan melahirkan perjuangan yang benar, tidak gegabah, atau "asal-asalan". Sedangkan "tidak terpengaruh oleh godaan dunia" akan menghalangi seseorang dari kemungkinan enggan berjihad, padahal secara ilmu sudah mengetahuinya. Salah satu contohnya adalah mimpi seorang salafi yang telah berafiliasi ke salah satu kelompok pejuang di Suriah dan ingin bergabung dengan kelompok jihad Jabhah Nusrah. 
Jabhah Nusrah memang menetapkan persyaratan yang ketat untuk siapa saja yang ingin bergabung dengan mereka, katanya. Di antaranya, ia harus mendapatkan rekomendasi dari dua pemimpin Jabhah. Akhirnya, kondisi ini diperoleh setelah ia berjuang bersama kelompok lain yang juga diikuti oleh Jabhah Nusrah, dalam salah satu pertempuran. Di sinilah ia mendapatkan rekomendasi untuk bergabung.Pejuang, yang tidak mau disebutkan namanya itu, mengaku kepada reporter zaman al-wasl di Aleppo, bahwa sebelum revolusi, ia adalah seorang intelektual Salafi Wahhabi. Ia mengaku sangat sulit untuk bergabung dengan Jabhah Nushrah. Banyak usaha ia lakukan, namun semuanya gagal dan tidak juga diterima. Ia bahkan pernah mengatakan, "Hati, pikiran, pakaian, jenggot, iman, visi hidup, dan pengalaman berjuang saya; semuanya tidak bisa menjadi pertimbangan mereka untuk bergabung dengan Jabhah."

Setelah dinyatakan bisa bergabung dengan Jabhah Nusrah, di sinilah fasilitas terbuka baginya.Ia hanya membutuhkan empat hari untuk masuk ke dalam formasi bersenjata.
Perlu diingat, Jabhah Nusrah, yang dinyatakan media barat sebagai kelompok yang berafiliasi kepada organisasi Al-Qaidah ini, menurut sebagian besar opini publik Suriah saat ini, merupakan kelompok jihad yang paling populer dari yang lain. Banyak orang membicarakan kelompok ini, meskipun mereka paling jauh dari pemberitaan media.
Menurut jajak pendapat yang dilakukan oleh reporter Zaman Al-Wasl di Aleppo, semua responden hampir sepakat bahwa Jabhah Nusrah adalah kekuatan terbesar di tengah-tengah semua kelompok yang berjuang melawan rezim Asad, sekaligus paling merepotkan penguasa Syiah tersebut.
Itu berarti bahwa kelompok jihad tersebut mampu menunjukkan aksi dan peran yang baik dalam perjuangannya. Sebab, perlu saya sebutkan pula, operasi-operasi jihad Jabhah Nusrah mendapatkan kritik yang cukup pedas dari mujahid senior, Abu Basyir Ath-Thurtusi. Mimpi Salafi tadi juga membuktikan ini, sebab dia sebenarnya telah bergabung dengan kelompok lain.
Ini berarti bahwa salafi, terutama di Indonesia, yang sangat berseberangan dengan aktivis Islam yang menyerukan jihad bisa saja berubah pikiran, lalu "bertobat dan berguru" kepadatandzim j ihad. Hanya saja, seruan tandzim jihad perlu pengakuan publik yang lebih luas.Masyarakat harus disadarkan, siapakah musuh bersama umat Islam. Tandzim jihad, seperti diungkapkan Abu Mus'ab As-Suri, harus mengubah cara dakwahnya, agar doktrin mereka tidak hanya dinikmati secara eksklusif hirarkis oleh anggota-anggotanya saja.
Tidak salah bila sering pula Al-Qaidah mengajak seluruh mujahidin agar menyatu dan membangun kepercayaan masyarakat, serta tidak menodainya dengan aksi atau operasi yang-menurut kaum muslimin secara umum-"tidak sesuai syariat".
Implementasi "menyatu dengan masyarakat" juga mestinya terwujud dalam muamalah sesama kelompok anti jihad. Allah berfirman, "Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antara dirimu dan dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia." (Fushilat: 34). Wallahu a'lam.
(An-najah.net)