20
Juli 2016
Seorang ulama Syiah, Al Jazairi berkata:
ويؤيد هذا المعنى أن
الأئمة عليهم السلام وخواصهم أطلقوا لفظ الناصبي على أبي حنيفة وأمثاله. مع أن أبا
حنيفة لم يكن ممن نصب العداوة لأهل البيت عليهم السلام بل كان له انقطاع إليهم .
وكان يظهر لهم التودد، نعم كان يخالف آرائهم ويقول : قال علي وأنا أقول ...
والثاني في جواز قتلهم واستباحة أموالهم ، قد عرفت أن أكثر الأصحاب ذكروا للناصبي
ذلك المعنى الخاص في باب الطهارة والنجاسات وحكمه عندهم كالكافر الحربي في أكثر
الأحكام، وأما على ما ذكرناه له من التفسير فيكون الحكم شاملا كما عرفت . روى
الصدوق طاب ثراه في العلل مسندا إلى داود بن فرقد قال: قلت لأبي عبد الله عليه
السلام ما تقول في الناصب ؟ قال : حلال الدم لكني أتقي عليك، فإن قدرت أن تقلب
عليه حائطا أو تغرقه في ماء لكيلا يشهد به عليك فافعل . قلت: فما ترى في ماله ؟
قال خذه ما قدرت
.
"Makna ini
didukung dengan bahwasanya para imam dan pemuka-pemuka syi'ah telah memberikan
lafal Nashibi kepada Abu Hanifah dan yang semisalnya, padahal Abu Hanifah
tidaklah menegakan permusuhan kepada ahlul bait, bahkan ia mengkhususkan waktu
untuk ke ahlul bait, ia menampakan kecintaan kepada ahlul bait. Memang benar,
ia menyelisihi pendapat ahlul bait, ia berkata, "Ali berpendapat demikian,
dan aku berpendapat demikian.... Perkara yang kedua : yaitu tentang bolehnya
membunuh mereka (ahlus sunnah) dan halalnya harta mereka. Dan engkau telah
mengetahui bahwasanya mayoritas ashab (para ulama syi'ah) telah menyebutkan
pengertian nashibi dengan definisi khusus ini dalam bab thoharoh dan najis. Dan
hukum nashibi di sisi mereka (para ulama syi'ah) adalah seperti seorang kafir
harbi dalam mayoritas hukum-hukum fikih. Adapun berdasarkan definisi yang telah
kita sebutkan maka hukumnya mencakup (umum) sebagaimana engkau tahu, As-Shoduuq
meriwayatkan kepada Dawud bin Farqod, ia berkata, "Aku berkata kepada abu
Abdillah 'alaihis salaam, apa pendapatmu tentang membunuh nashibi?". Ia
berkata, "Nashibi darahnya halal, akan tetapi lindungilah dirimu, jika kau
mampu untuk menindihkan dinding kepadanya, atau menenggelamkannya di air agar
tidak ada yang menjadi saksi atas perbuatannya, maka lakukanlah !!". Aku
berkata, "Bagaimana pendapatmu tentang hartanya?", ia berkata,
"Ambilah semampumu !"[1]
Dari pernyataan di
atas didapati bahwasanya Imam Abu Hanifah rahimahullah termasuk nashibi,
meskipun ia menampakan cintanya kepada ahlul bait.
Sedangkan bagi Syiah,
nashibi/nawashib adalah orang yang kufur (kafir) dan halal darahnya untuk
dibunuh.
Husain bin
Syihabuddin Al Amali mengatakan bahwasanya nawashib adalah yang mengingkari
wasiat khilafah / imamah.
كالشبهة التي أوجبت
للكفار إنكار نبوة النبي صلّى الله عليه وسلم والنواصب إنكار خلافة الوصي
“Diwajibkan bagi
kuffar [dengan kekafirannya] karena pengingkaran terhadap Nubuwwah Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wasallam, sedangkan nawashib dikarenakan
pengingkarannya terhadap Khilafah Washi [Ali].”[2]
Kemudian disebutkan
pula riwayat serupa dalam Al-Hadaiq An-Nadhirah oleh dedengkot Yusuf Al-Bahrani
yang mengisyaratkan keshahihannya seperti berikut:
وروى في العلل في
الصحيح عن داود بن فرقد قال: قلت لأبي عبد الله ع: ما تقول في قتل الناصب ؟ قال:
حلال الدم ولكن اتقى عليك فإن قدرت أن تقلب عليه حائطا أو تغرقه في ماء لكي لا
يشهد به عليك فافعل . قلت فما ترى في ماله ؟ قال: أتوه ما قدرت عليه
“Dalam Al-'Ilal diriwayatkan
fI ASH-SHAHIH dari Daud bin Farqad, dia berkata : "Aku bertanya kepada Abu
'Abdillah 'Alaihis Salam" :
Bagaimana pendapat anda mengenai membunuh Nashibi (Ahlus sunnah) ???
Beliau berkata : HALAL DARAHNYA, tetapai aku mengkhawatirkan keadaanmu. Maka
apabila Engkau mampu untuk MEROBOHKAN TEMBOK KEPADA MEREKA ATAU MENENGGELAMKAN
MEREKA KE DALAM AIR, supaya tiada seseorang yang menyaksikanmu, maka
kerjakanlah..!!!! Aku berkata : Bagaimana pendapat Anda mengenai HARTA MEREKA
??? Beliau berkata : AMBILLAH HARTANYA SEMAMPUMU..!!!"[3]
[1] Al-Anwar
An-Nukmaniyyah, 2/307.
[2] Hidayatul-Abrar
ilaa Thariq Al-A’immah Al-Athhar, hal. 106
[3] Hada'iq
al-Nadhira oleh Yusuf Al-Bahraniy, 18/156,
Diambil
dari ebook Himpunan Fatwa Ulama Syi'ah, edisi: Takfir, oleh: Muhammad Jasir
Nashrullah. (nisyi/jurnalmuslim.com)
An-Nawashib (Para Pembangkang) Menurut Syiah Adalah
Sunni Ahlussunnah Waljamaah
Bukti-bukti Syiah Mengkafirkan dan Menghalalkan Darah
Umat Islam
Hasan As-Saqqaf, Sunniy atau Rafidhiy? Siapa Yang Suka
Menggelari Ahlus Sunnah Dengan Nawashib Kalau Bukan Rafidhah?
Inilah Paham Takfir Syiah
Konsep Imamah: Sumber Petaka Takfiri Syiah
Mengapa Syiah Menggunakan Istilah Takfiri-Wahabi?
Kelompok Takfiri sebenarnya Syiah, Kelompok Radikal Jika Merujuk Definisi BNPT
Mengapa
Ulama Syiah Sangat Perhatian dengan Taqiyah?
Neraka lebih Marah Kepada Ahlus Sunnah Daripada Kaum
Nashrani [Kata Syi'ah]
Nashibi Adalah Ahlus Sunnah Di Mata Syi'ah !
Siapakah Nashibi Di Mata Syi'ah ? Siapa Yang Suka
Menggelari Ahlus Sunnah Dengan Nawashib Kalau Bukan Rafidhah?
Pengkhianatan Syiah: Murtad Menjadi Kristen Lebih
Menyenangkan daripada Terus Menjadi Sunni
Syiah – Grup Takfiri Terbesar Dunia.
Kejahatan Syi'ah Khomeini Dan Iran
Siapakah Nashibi Di Mata Syi'ah ? Siapa Yang Suka
Menggelari Ahlus Sunnah Dengan Nawashib Kalau Bukan Rafidhah?
Siapakah Nashibi Di Mata Syi'ah ? "Tuduhan
Nawasib" Mainan Syiaher berbulu Sunni !
syi'ah termasuk dalam klasifikasi/golongan Kafir Harbi
Tanggapan ( 2 ) terhadap tulisan Habib Muhammad Rizieq
Shihab : syiah-vs-wahabi
Untuk Mereka Yang Memberi Gelar Ahlussunnah Dengan
Nawashib
Ucapan Dungu ( Ahmaq ) dan Bodoh (
Jaahil ) tokoh umat Islam dan tokoh masyarakat yang empati dan simpati dengan syiah.
Kriteria Nashibi
(Nawashib) dan Sikap SyiahTerhadapnya
20 Juli 2016
Kriteria dari “orang yang membenci Ahlul
Bait (Nashibi)” di mata mereka sesuai dengan apa yang disabdakan para Imam
Maksum dalam riwayat-riwayat mereka dan apa yang dicuapkan melalui lisan para
ulama mereka adalah orang yang menolak keimamahan/wilayah para Imam Maksum,
mendahulukan Abu Bakar dan Umar di atas Ali dan lain sebagainya meski mereka
mencintai Ahlul Bait.
Ulama mereka, Nikmatullah al jazairy
berkata :
وقد روي عن النبي
صلى الله عليه وسلم أن علامة النواصب تقديم غير علي عليه
"Dan telah
diriwayatkan dari Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam bahwa di antara ciri khas
orang-orang Nawashib adalah: mendahulukan selain Ali atasnya"[1]
Siapakah orang yang
mendahulukan Abu Bakr dan Umar di atas 'Ali ? Ya, setiap Ahlus Sunnah
ber-i'tiqod demikian. Maka atas dasar perkataan ulama mereka di atas, Ahlus
Sunnah adalah Nawashib di mata mereka.
Al-Majlisi dalam
Biharul-Anwar juga menyebutkan kriteria seorang Nashibi melalui sabda Imam
mereka seperti berikut :
كتبت إلى أبي الحسن
عليه السلام أسأله عن الناصب هل أحتاج في امتحانه إلى أكثر من تقديمه الجبت
والطاغوت واعتقاد إمامتهما ؟ فرجع الجواب : من كان على هذا فهو ناصب
“Aku menulis surat
kepada Abul-Hasan ‘alaihis-salaam, aku bertanya kepada beliau perihal nashibi.
Apakah kriterianya diperlukan pengujian terhadap orang tersebut lebih dari
sekedar pengutamaannya terhadap Jibt dan Thaghut [Abu Bakr dan Umar] dan
meyakinin keimamahan/kepemimpinan keduanya [untuk dapat disebut sebagai
nashibi] ? Maka beliau menyampaikan jawabannya; “Barangsiapa yang sekedar
demikian [mengutamakan Abu Bakr dan Umar serta meyakini kepemimpinan keduanya]
maka dia adalah Nashibi.”[2]
Nikmatullah
Al-Jazairy melanjutkan :
ويؤيد هذا المعنى أن
الأئمة عليهم السلام وخواصهم أطلقوا لفظ الناصبي على أبي حنيفة وأمثاله. مع أن أبا
حنيفة لم يكن ممن نصب العداوة لأهل البيت عليهم السلام بل كان له انقطاع إليهم .
وكان يظهر لهم التودد، نعم كان يخالف آرائهم ويقول : قال علي وأنا أقول ... والثاني
في جواز قتلهم واستباحة أموالهم ، قد عرفت أن أكثر الأصحاب ذكروا للناصبي ذلك
المعنى الخاص في باب الطهارة والنجاسات وحكمه عندهم كالكافر الحربي في أكثر
الأحكام، وأما على ما ذكرناه له من التفسير فيكون الحكم شاملا كما عرفت . روى
الصدوق طاب ثراه في العلل مسندا إلى داود بن فرقد قال: قلت لأبي عبد الله عليه
السلام ما تقول في الناصب ؟ قال : حلال الدم لكني أتقي عليك، فإن قدرت أن تقلب
عليه حائطا أو تغرقه في ماء لكيلا يشهد به عليك فافعل . قلت: فما ترى في ماله ؟
قال خذه ما قدرت
.
"Makna ini
didukung dengan bahwasanya para imam dan pemuka-pemuka syi'ah telah memberikan
lafal Nashibi kepada Abu Hanifah dan yang semisalnya, padahal Abu Hanifah
tidaklah menegakan permusuhan kepada ahlul bait, bahkan ia mengkhususkan waktu
untuk ke ahlul bait, ia menampakan kecintaan kepada ahlul bait. Memang benar,
ia menyelisihi pendapat ahlul bait, ia berkata, "Ali berpendapat demikian,
dan aku berpendapat demikian.... Perkara yang kedua : yaitu tentang bolehnya
membunuh mereka (ahlus sunnah) dan halalnya harta mereka. Dan engkau telah mengetahui
bahwasanya mayoritas ashab (para ulama syi'ah) telah menyebutkan pengertian
nashibi dengan definisi khusus ini dalam bab thoharoh dan najis. Dan hukum
nashibi di sisi mereka (para ulama syi'ah) adalah seperti seorang kafir harbi
dalam mayoritas hukum-hukum fikih. Adapun berdasarkan definisi yang telah kita
sebutkan maka hukumnya mencakup (umum) sebagaimana engkau tahu, As-Shoduuq
meriwayatkan kepada Dawud bin Farqod, ia berkata, "Aku berkata kepada abu
Abdillah 'alaihis salaam, apa pendapatmu tentang membunuh nashibi?". Ia
berkata, "Nashibi darahnya halal, akan tetapi lindungilah dirimu, jika kau
mampu untuk menindihkan dinding kepadanya, atau menenggelamkannya di air agar
tidak ada yang menjadi saksi atas perbuatannya, maka lakukanlah !!". Aku
berkata, "Bagaimana pendapatmu tentang hartanya?", ia berkata,
"Ambilah semampumu !"[3]
Dari pernyataan di
atas didapati bahwasanya Imam Abu Hanifah rahimahullah termasuk nashibi,
meskipun ia menampakan cintanya kepada ahlul bait. Karena dijelaskan lagi bahwasanya
Nashibi bukanlah orang yang membenci Ahlul Bait, melainkan orang yang menentang
Syi'ah. Sebagaimana Al-Majlisi meriwayatkan (secara dusta) bahwa Imam Maksum
berkata :
ليس الناصب من نصب
لنا أهل البيت ، لانك لاتجد رجلا يقول : أنا ابغض محمدا وآل محمد ، ولكن الناصب من
نصب لكم وهو يعلم أنكم تتولونا وأنكم من شيعتنا
"Nasibi bukanlah
orang yang menentang kami Ahlul Bayt, karena engkau tidak akan dapati seorang
yang berkata : Aku membenci Muhammad dan Keluarga Muhammad (Aali Muhammad),
tetapi nashibi adalah orang yang menentang kalian karena kalian berwilayah
kepada kami (tatawalluna) dan sesungguhnya kalian adalah syiah kami"[4]
Hal senada juga
diungkapkan oleh web Syiah Indonesia yakni syiahali[5]. Siapakah yang menentang
Syi'ah? Ya, Ahlus Sunnah sangat menentang Syi'ah, selama-lamanya Ahlus Sunnah
akan terus berlepas diri dari Syi'ah. Tidak akan pernah bersanding antara Agama
Allah dengan agama setan.
Husain bin
Syihabuddin Al Amali mengatakan bahwasanya nawashib adalah yang mengingkari
wasiat khilafah / imamah.
كالشبهة التي أوجبت
للكفار إنكار نبوة النبي صلّى الله عليه وسلم والنواصب إنكار خلافة الوصي
“Diwajibkan bagi
kuffar [dengan kekafirannya] karena pengingkaran terhadap Nubuwwah Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wasallam, sedangkan nawashib dikarenakan
pengingkarannya terhadap Khilafah Washi [Ali].”[6]
Siapakah yang
mengingkari wasiat Imamah ? Ya, setiap Ahlus Sunnah mengingkari wasiat tersebut
karena wasiat tersebut memang tidak pernah ada. Maka Ahlus Sunnah adalah
Nawashib di mata syi'ah rafidhah.
Ulama mereka lainnya,
Al-Jawahiriy memberikan beberapa kriteria lainnya bagi seorang yang layak
disebut sebagai nashibi :
أن الناصب يطلق على
خمسة أوجه: الخارجي القادح في علي (ع)، الثاني ما ينسب إلى أحدهم (عليهم السلام)
ما يسقط العدالة، الثالث من ينكر فضيلتهم لو سمعها، الرابع من اعتقد فضيلة غير علي
(ع)، الخامس من أنكر النص على علي (ع) بعد سماعه أو وصوله إليه بوجه يصدقه
“Sesungguhnya seorang
dapat disebut sebagai nashibi bisa berdasarkan lima sisi; pertama adalah
khawarij yang mencaci maki ‘Ali. Kedua, bagi orang yang menyandarkan sesuatu
kepada salah satu dari Imam ‘alaihim as-salaam dengan hal-hal yang menjatuhkan
‘adaalah mereka. Ketiga, bagi barangsiapa yang mengingkari keutamaan mereka.
Keempat, bagi barangsiapa yang meyakini keutamaan selain ‘Ali [di atas ‘Ali].
Kelima, bagi barangsiapa yang mengingkari nash [Imamah] terhadap ‘Ali setelah
ia mendengarkannya ataupun telah sampai hal tersebut padanya dan tidak ada
celah baginya untuk mendustainya.”[7]
Salah seorang
Ayatullah mereka, Jamil Al-‘Amiliy juga berkata dalam fatwanya :
الأقوى عندنا أن
الناصبي هو من اشتمل على الأوصاف التالية
الأول: من أظهر
العداوة قولاً وفعلاً من سب وشتم ولعن لأهل البيت صلوات الله عليهم
الثاني: من أظهر
العداوة للشيعة لكونهم شيعة لأهل البيت عليهم السلام
الثالث: من قدَّم
غير أهل البيت عليهم السلام كتقديم أبي بكر وعمر وعثمان وجعلهم خلفاء رسول الله
بدلاً من أئمة أهل البيت عليهم السلام
“Pendapat yang paling
kuat di sisi kami, sesungguhnya Nashibi disematkan kepada orang yang padanya
mencakup sifat-sifat berikut; Pertama, orang yang menampakkan permusuhan baik
berupa ucapan maupun perbuatan dalam bentuk celaan, hinaan dan laknat kepada
Ahlul Biat shalawatullah ‘alaihim… Kedua, orang yang menampakkan permusuhan
kepada pengikut Syi’ah Ahlul Bait ‘alaihim as-salaam. Ketiga, orang yang lebih
mengutamakan selain Ahlul Bait seperti Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Utsman serta
menjadikan mereka sebagai para Khalifah sesudah Rasulullah saw sebagai
pengganti para Aimmah ‘alaihim as-salam.”[8]
Kemudian dedengkot
Syi'ah kontemporer Syaikh DR. Najah Ath-Tha’i juga menukil penjelasan dedengkot
Al-'Allamah Al-Kabir Al-Faqih Al-Hamdani yang masyhur dengan Al-Hajj Agha Ridha
Al-Hamdani[9], bahwa :
إن المراد بالناصب
في الروايات على الظاهر - مطلق المخالفين لا خصوص من أظهر العداوة لأهل البيت
وتدين بنصبهم
“Maksudnya adalah
bahwa sesungguhnya arti dari Nashibi pada riwayat-riwayat (Syi'ah) yang jelas
dimutlakkan terhadap orang-orang yang menyelisihi/menentang pengikut Syi'ah,
tidak dikhususkan dengan sekedar menampakkan permusuhan dan kebencian kepada
Ahlul Bait.”[10]
Semua pernyataan
mereka di atas secara tidak langsung untuk menyebut Ahlus Sunnah dengan
nawashib dengan hanya sekedar memberikan ciri-cirinya sama seperti pembahasan
sebelumnya berkenaan sebutan Jibt dan Thaghut oleh Syiah yang pada hakikatnya
ditujukan kepada Abu Bakr dan Umar. Semua sebutan tersebut yang secara tidak
tashrih (jelas) bertujuan untuk melindungi aqidah Syiah itu sendiri. Sampai
datang Al-Majlisi yang secara terang-terangan menjelaskan bahwa Jibt adalah Abu
Bakr dan Thaghut adalah Umar.
Begitu pula dalam
bahasan Nashibi ini. Ulama mereka lainnya secara terang-terangan menyebut Ahlus
Sunnah sebagai nawaashib. Diantara mereka adalah Husain Alu ‘Ashfur Ad-Daraziy
Al-Bahraniy[11] yang berkata :
بل أخبارهم عليهم
السلام تنادي بأن الناصب هو ما يقال له عندهم سنيا
"Bahkan
khabar-khabar dari mereka (para imam) 'alaihim as-salam menyerukan bahwa yang
dimaksud al-nashib adalah yang dikenal dikalangan mereka dengan SUNNI."
ولا كلام في أنَّ
المراد بالناصبة هم أهل التسنّن
"Tidak perlu
lagi dipermasalahkan bahwa yang dimaksud dengan an-nashibah adalah AHLUS
SUNNAH"[12]
Terkadang ada kalanya
juga mereka menyebut Nawashib dengan sebutan ‘Ammah sebagaimana dijelaskan oleh
ulama mereka yang bernama Muhammad Husaini Asy-Syiraziy dalam Maushu’ahnya[13]
yang kemudian diperjelas lagi oleh perkataan ulama mereka yang namanya amat
melegenda Ayatullah Al-‘Uzhma Muhsin Al-Amin Al-‘Amiliy (1284- 1371 H) dalam
A'yanusy-Syi'ah bahwa yang dimaksud dengan al-'ammah adalah Ahlus Sunnah
Wal-Jama'ah.
الخاصة وهذا يطلقه أصحابنا على أنفسهم مقابل العامة الذين يُسمّون أنفسهم
بأهل السُّنّة
"khassah (kaum
khusus) dan inilah yang dimaksudkan oleh ashab kita (ulama-ulama Syi’ah) kepada
diri mereka sendiri (syi'ah) sebagai lawan kepada 'aamah (yaitu) orang-orang
yang menyebut diri mereka dengan nama Ahlus Sunnah"[14]
Sebagaimana pendeta
mereka lainnya; Fathullah Asy-Syiraziy mengatakan :
أما الحديث من طريق
العامة فقد روى كثير من محدثيهم كالبخاري ومسلم
"Adapun
Hadits-Hadits dari jalur periwayatan al-‘ammah banyak diriwayatkan dari ahli
hadits mereka seperti Al-Bukhariy dan Muslim"[15]
Maka dari sinipun
jelas siapa lagi al-'ammah / nawashib yg dimaksud kalau bukan Ahlus Sunnah?
Sebab Imam Bukhari dan Imam Muslim adalah Imam Hadits dari orang-orang yang
mereka (syi'ah) sebut dengan nama "al-'ammah" yaitu Ahlus Sunnah.
Ulama kontemporer
mereka lainnya yang bernama At-Tijani yang sudah sangat terkenal dimana bukunya
“Akhirnya Kutemukan Kebenaran” banyak dirujuk oleh pengikutnya di Indonesia,
berkata dalam kitabnya yang lain “Asy-Syi'ah hum Ahlus-Sunnah” lebih
terang-terangan lagi menyatakan bahwa al-nawashib adalah Ahlus Sunnah Wal
Jama'ah. Dia berkata :
وغني عن التعريف بأن
مذهب النواصب هو مذهب « أهل السنة والجماعة
"Dan cukuplah
ta'rif bahwa MADZHAB AN-NAWASHIB ADALAH MADZHAB AHLUS SUNNAH WAL JAMA'AH.”[16]
Menurut keyakinan
al-tijani, mayoritas Ahlus Sunnah wal Jama'ah-lah yang menyimpang dari keluarga
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Ia menjuluki al-Mutawakkil sebagai
tokoh utama al-nawashib (yang memusuhi) Ali dan Ahlul Bait. Bahkan
kedengkiannya sudah sampai membongkar makam Husain, melarang menziarahinya, dan
membunuh orang-orang yang menggunakan nama Ali. Al-Khawirizmi dalam Rasail-Nya
menyebutkan bahwa al-Mutawakkil tidak akan memberikan harta atau bantuan
kecuali kepada orang yang mencela keluarga Ali bin Abi Thalib dan membela
Madzhabun Nawashib. Namun ini merupakan tuduhan semata dari al-Tijani yang
menunjukkan kedengakian dan kebenciannya terhadap kaum muslimin Ahlus Sunnah
wal Jama'ah.
Kemudian,
tuduhan-tuduhan keji At-Tijani berlanjut kepada Ahlus Sunnah dengan menuduh
bahwasanya Ahlus Sunnah lah yang memerangi Ahlul Bait dengan mengatakan :
وبعد هذا العرض
يتبين لنا بوضوح بأن النواصب الذين عادوا علياً (عليه السلام ) وحاربوا أهل البيت
( عليهم السلام ) ، هم الذين سموا أنفسهم بـ « أهل السنة والجماعة
"Setelah
dipaparkan semua keterangan, tampaklah jelas bahwa pengertian An-Nawashib
dimaksudkan untuk orang-orang yang memusuhi 'Ali ‘alaihis-salaam dan memerangi
Ahli Bait, dan mereka adalah orang-orang yang menyebut dirinya dengan sebutan
Ahli Sunnah wal Jama'ah."[17]
و إذا شئنا التوسع
في البحث لقنا بأن "أهل السنة و الجماعة" هم الذين حاربوا أهل البيت
النبوي بقيادة الحكام الأمويين و العباسيين
"Jika kita ingin
memperluas pembahasan, niscaya kita akan mengatakan bahwa kaum Ahli Sunnah wal
Jama'ah-lah yang telah memerangi Ahli Bayt Nabi dengan pimpinan Bani Umayyah
dan Bani Abbasiyah."[18]
At-Tijani telah
mencantumkan dalam buku yang sama, sebuah pasal yang berjudul Permusuhan Ahli
Sunnah terhadap Ahli Bayt, Penyingkapan terhadap Identitas Mereka. Ia
menyebutkan di antaranya:
إن الباحث يقف
مبهوتاً عندما تصدمه حقيقة « أهل السنة والجماعة » ويعرف بأنهم كانوا أعداء العترة
الطاهرة ، يقتدون بمن حاربهم ولعنهم وعمل على قتلهم ومحو آثارهم
"Penulis berdiri
tercengang ketika mendapati kenyataan yang sangat berseberangan mengenai Ahli
Sunnah wal Jama'ah, dan penulis mendapati bahwa mereka adalah musuh Ahli Bayt,
merekalah yang memerangai Ahli Bayt, mencaci-maki, dan melakukan tindakan yang
mengakibatkan terbunuhnya para Ahli Bayt, puncaknya mereka menghapus semua
peniggalan para Ahlu Bayt."[19]
تمعن ـ رعاك الله ـ
في هذا الفصل فإنك ستعرف خفايا « أهل السنة والجماعة » إلى أي مدى وصل بهم الحقد
على عترة النبي صلى الله عليه وآله وسلم فلم يتركوا شيئاً من فضائل أهل البيت
عليهم السلام إلا وحرفوه
"Jika kita
melihat dari dekat apa yang tersembungi pada pasal ini, maka Anda akan
mengetahui sisi yang tersembunyi dari Ahli Sunnah, bahwa mereka akan selalu
benci terhadap Ahli Bayt Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, sampai tidak ada
satu pun peninggalan Ahli Bait kecuali telah diubah oleh Ahli Sunnah."[20]
Ia melanjutkan:
و بعد نظرة و جيزة
إلى عقائد "أهل السنة و الجماعة" و إلى كتبهم و إلى سلوكهم التاريخي
تجاه أهل البيت، ندرك بدون غموض بأنهم اختاروا الجانب المعاكس و المعادي لأهل
البيت (عليهم السلام) و بأنهم أشهروا سيوفهم لقتالهم و سخروا أقلامهم لانتقاصهم و
النيل منهم و لرفع شأن أعدائهم و من حاربهم
"Setelah melihat
dan meneliti aqidah Ahli Sunnah wal Jama'ah, sekaligus pula kepada referensi
mereka, dan pola laku tindakan mereka dalam catatan sejarah terhadap Ahli Bayt,
mereka mengasah pedang mereka untuk membunuh Ahlu Bayt, dan menggunakan
pena-pena mereka untuk mendeskreditkan Ahlu Bayt sesuai dengan keinginan mereka
dan untuk mengibarkan bendera permusuhan mereka."[21]
Kemudian ulama syi'ah
lainnya yang bernama Muhsin Al-Mu’allim telah meyebutkan dalam kitabnya
An-Nasbu wan Nawasib, membuat pasal khusus dengan judul “An-Nawasib Fi Al-Ibaad
Aktsar min Mi’atai nasib” (Orang yang paling memusuhi kaum Syi’ah berjumlah
lebih dari 200 orang) -menurut pandangan mereka- di antaranya adalah:
“'Umar bin
Al-Khathtab, Abu Bakr Ash-Shiddiq, 'Utsman bin 'Affan, Ummul Mu'minin ’Aisyah,
Anas bin Malik, Hasan bin Sabit, Az-Zubair bin Al-Awwam, Said bin Al-Musayyab,
Sa’ad bin Abi Waqqas, Thalhah bin Ubaidillah, Al-Imam Al-Auza’i, Al-Imam Malik,
Abu Musa Al-Asy’ari, Urwah bin Az-Zubair, Al-Imam Adz-Dzahabi, Al-Imam
Al-Bukhari, Az-Zuhri, Al-Mughirah bin Su’bah, Abu Bakar Al-Baqilani, Asy-Syaikh
Hamid (Ketua Anshar As-Sunnah Al-Muhammadiyah di Mesir), Muhammad Rasyid Ridha,
Mahbuddin Al-Khatib, Mahmud Syukri Al-Alusi, dan lain-lain."[22]
Sebagaimana Syaikh
mereka lainnya ‘Ali Alu Muhsin berkata :
وأما النواصب من
علماء أهل السنة فكثيرون أيضا، منهم ابن تيمية وابن كثير الدمشقي وابن الجوزي وشمس
الدين الذهبي وابن حزم الأندلسي وغيرهم
"Adapun
An-Nawashib dari 'Ulama Ahli Sunnah berjumlah sangat benyak, di antara mereka
adalah; Ibnu Taimiyah, Ibnu Katsir ad-Dimasyq, Ibnul jauzi, Syamsuddin
Adz-Dzahabi, Ibnu Hazm Al-Andalusi, dan lain-lain"[23]
Lagi, dedengkot Najah
Ath-Tha'iy menyebutkan diantara yang dicap dengan sebutan Nashibi olehnya
(Syi'ah) dalam kitabnya seperti berikut :
و من النواصب محمد
بن عبد الوهاب وابن تيمية الحراني وابن القيم وابن كثير و الذهبي ومعاوية وابن
العاص والمغيرة ومروان وزياد بن أبيه والحجاج والمتوكل وصلاح الدين الأيوبي وصدام
“Dan termasuk dari
Nawashib diantaranya adalah Muhammad bin 'Abdul Wahhab, Ibn Taimiyyah
Al-Harani, Ibn Al-Qayyim, Ibn Katsir, Adz-Dzahabiy, Mu'awiyyah, Ibn Al-'Ash,
Al-Mughirah, Marwan, Ziyad bin Abih, Al-Hajjaj, Al-Mutawakkil, Shalahuddin
Al-Ayyubi, & Shaddam.”[24]
Saya belum tahu,
siapakah yang tersisa dari Ahli Sunnah yang belum dimasukkan oleh kaum Syi’ah
dalam kelompok kaum An-Nawashib?!
Para Shahabat dan
'Ulama Ahlus Sunnah yang tersebut di atas sebagaimana kita ketahui bahwa
'Aqidah mereka adalah sebagaimana 'Aqidah kita. Setiap Ahlus Sunnah
mendahulukan Abu Bakr dan Umar Radhiyallaahu 'Anhumaa, Ahlus Sunnah juga tidak
mengakui adanya washiat keimamahan 'Ali Radhiyallaahu 'Anhu karena memang
washiat imamah tersebut tidak pernah ada, dan Ahlus Sunnah pun senantiasa akan
menentang Syi'ah dan membungkam kesesatannya. Maka telah jelas di mata kita
dari seluruh paparan di atas bahwa Ahlus Sunnah adalah Nawashib di mata Syi'ah.
Selain paparan mengenai sifat-sifat nawashib di mata syi'ah, ditambah lagi
paparan yang sangat jelas menyebut "Ahlus Sunnah" sebagai Nawashib.
Kini mari kita lihat,
sekilas bagaimana pandangan mereka terhadap nawashib. Imam Makshum mereka
sebagaimana diriwayatkan oleh ulama kenamaan mereka Ath-Thusiy, bersabda :
عن أبي عبد الله ع
قال : خذ مال الناصب حيث ما وجدته وادفع إلينا الخمس
Dari Abu 'Abdullah
'Alaihis Salam, beliau berkata : "Ambillah Harta An-Nashib (Ahlus Sunnah)
dimana saja engkau mendapatkannya dan berikan kepada kami
seperlimanya!"[25]
Kemudian disebutkan
pula riwayat serupa dalam Al-Hadaiq An-Nadhirah oleh dedengkot Yusuf Al-Bahrani
yang mengisyaratkan keshahihannya seperti berikut:
وروى في العلل في
الصحيح عن داود بن فرقد قال: قلت لأبي عبد الله ع: ما تقول في قتل الناصب ؟ قال:
حلال الدم ولكن اتقى عليك فإن قدرت أن تقلب عليه حائطا أو تغرقه في ماء لكي لا
يشهد به عليك فافعل . قلت فما ترى في ماله ؟ قال: أتوه ما قدرت عليه
“Dalam Al-'Ilal diriwayatkan
fI ASH-SHAHIH dari Daud bin Farqad, dia berkata : "Aku bertanya kepada Abu
'Abdillah 'Alaihis Salam" :
Bagaimana pendapat anda mengenai membunuh Nashibi (Ahlus sunnah) ???
Beliau berkata : HALAL DARAHNYA, tetapai aku mengkhawatirkan keadaanmu. Maka
apabila Engkau mampu untuk MEROBOHKAN TEMBOK KEPADA MEREKA ATAU MENENGGELAMKAN
MEREKA KE DALAM AIR, supaya tiada seseorang yang menyaksikanmu, maka
kerjakanlah..!!!! Aku berkata : Bagaimana pendapat Anda mengenai HARTA MEREKA
??? Beliau berkata : AMBILLAH HARTANYA SEMAMPUMU..!!!"[26]
Kemudian dedengkot
Syi'ah kontemporer Syaikh DR. Najah Ath-Tha’i juga menukil riwayat-riwayat
senada dalam berhujjah untuk menyingkap status nashibi di sisi mereka seperti
berikut :
عن أبي عبدالله عليه
السلام : إن الله لم يخلق خلقا شرا من الكلب وإن الناصب أهون على الله من الكلب
“Sesungguhnya Allah
tidak menciptakan makhluq yang lebih buruk daripada anjing. Dan sesungguhnya
Nashibi adalah lebih hina di Sisi Allah daripada anjing”.
وعن الصادق عليه
السلام : إن الله تبارك وتعالى لم يخلق خلقاً أنجس من الكلب، وإن الناصب لنا أهل
البيت لأنجس منه
“Dan dari Ash-Shadiq
'Alaihis Salam : Sesungguhnya Allah Tabaraka Wa Ta'ala tidak menciptakan
makhluq yang lebih najis daripada anjing. Dan sesungguhnya Nashibi di sisi kami
Ahlul Bait adalah lebih najis dari anjing”.[27]
Pada halaman
selanjutnya ia menambahkan apa-apa yang sudah dijelaskan sebelumnya dan
kemudian pada hal. 283 dijelaskan bahwa sesungguhnya hukum mengenai kafirnya
Al-Mukhalifin (orang-orang yang menyelisihi Syi'ah), ke-nashibi-an mereka, dan
kenajisan mereka adalah MASYHUR dalam pernyataan para ulama-ulama besar Syi'ah.
وفي (الجواهر) عن
(الحدائق): (إن الحكم بكفر المخالفين ونصبهم و نجاستهم هو المشهور في كلام أصحابنا
المتقدمين مستشهدا
“Dalam Al-Jawahir
disebutkan nukilan dari Al-Hadaiq; ‘Bahwa hukum kafirnya mukhalifin [para
penyelisih/penentang Syi’ah], kenashibian mereka dan najisnya mereka adalah
masyhur/terkenal di setiap ucapan ashhab kami [ulama Syi’ah] kalangan
mutaqaddimin.”[28]
Ulama kontemporer
mereka yang sudah taka sing lagi, yakni Ayatusy-Syaithan Al-Khumainiy
[Khomeini] berkata :
والاقوى إلحاق
الناصب بأهل الحرب فى إباحة ما اغتنم منهم و تعلق الخم به ، بل الظاهر جواز أخذ
ماله أين وجد و بأي نحو كان ، و وجوب إخراج خمسه
"Dan pendapat
yang aqwa (kuat) mengatakan bahwa An-Nashib (Ahlus Sunnah) adalah Ahlul-Harb
dalam kehalalan rampasan perang yang diambil dari mereka dengan syarat
menyisihkan seperlimanya, bahkan jelas kebolehan mengambil hartanya di manapun
berada dengan cara apapun serta kewajiban mengeluarkan seperlimanya."[29]
Masih banyak lagi
perkataan ulama mereka lainnya terkait nashibi ini, apabila kita simpulkan
point-point di atas maka Ahlus Sunnah najis, kafir, halal dibunuh dan dirampas
hartanya.
Itulah diantara
'Aqidah Syi'ah yang disembunyikan dan selalu ditutup-tutupi oleh mereka.
Kitab-kitab besar dan perkataan ulama ternama mereka telah menjadi saksi atas
semua itu. Mereka menyembunyikannya dengan taqiyyah untuk menjilat-jilat
simpati dari Kaum Muslimin untuk kemudian menghancurkan Kaum Muslimin seperti
yang sudah-sudah. Dan memang taktik menjijikan seperti itulah yang dipraktekan
mereka (syi'ah) dari dulu sebagaimana pendahulu-pendahulu mereka. Namun
sepandai-sepandai orang menyembunyikan bangkai, tercium juga. Allah tetap
menjaga Islam. Allah tidak akan membiarkan Aqidah Islam yang murni tercampur
dengan aqidah busuk kaum syi'ah.
Referensi:
[1]
Al-Anwar An-Nukmaniyyah, 2/307.
[2] Biharul-Anwar, 69/135
[3] Al-Anwar An-Nukmaniyyah, 2/307.
[4] Biharul-Anwar, 27/233.
[5] Lihat : http://syiahali.wordpress.com/2011/10/13/cinta-dan-kebencian-pada-ahlulbait-tidak-bersatu/
[6] Hidayatul-Abrar ilaa Thariq Al-A’immah
Al-Athhar, hal. 106
[7] Jawahir Al-Kalam 6/66, oleh Al-Jawahiriy.
Terb. Dar Al-Kutub Al-Islamiyyah.
[8]Lihat fatwanya pada situs resminya di : http://www.aletra.org/print.php?id=356
[9] Agha Ridha bin Muhammad Hadiy Al-Hamdaniy
An-Najafiy (1240-1322 H). Diantara pujian ulama Syi’ah terhadapnya, Muhsin
Al-Amin berkata; “Seorang ‘alim, ahli fiqih, ushuli, muhaqqiq, mudaqqiq”.
[10] Al-Wahhabiyyun Khawarij Am Sunnah, hal.
282
[11] Husain bin Ahmad bin Muhammad Alu ‘Ashfur
Ad-Daraziy Al-Bahraniy (w. 1216 H). Ali bin Hasan Al-Bahraniy berkata
mengenainya; “Penutup para Huffazh dan Ahli Hadits”. Agha Bazrak berkata;
“Termasuk dari kalangan para mushannif yang banyak memiliki karya dan melaut
keilmuannya dalam fiqh, ushul, hadits, dan lainnya”. Demikian pula dikatakan
Muhsin Al-Amin dalam A’yan Asy-Syi’ah.
[12] Al-Mahasin An-Nafsaniyyah fii Ajwibah
Al-Masa’il Al-Khurasaniyyah, hal. 147
[13] Bagian fiqh (33/38). Terb. Dar Al-‘Ulum
Al-Bunaniyyah. Cet. Kedua.
[14] A'yan Asy-Syi'ah hal. 21. Terb. Dar
At-Ta’aruf lil-Mathbu’at, Beirut.
[15] Qa’idah Laa Dharara wa-laa Dhirara hal.
21. Terb. Dar Al-Adhwa’, Beirut – Lebanon.
[16] Asy-Syi’ah hum Ahlus-Sunnah, hal. 161
[17] Ibid, hal. 163
[18] Ibid, hal. 295
[19] Ibid, hal. 159
[20] Ibid, hal. 164
[21] Ibid, hal. 299
[22] An-Nashbu wa An-Nawashib, Bab V Pasal 3
hal. 259. Terb. . Dar Al-Hadi, Beirut. Cet. Pertama.
[23] Kasyful-Haqa’iq hal. 249. Terb. Dar
Ash-Shafwah, Beirut
[24] Al-Wahhabiyyun Khawarij Am Sunnah, hal.
285.
[25] Tahdzibul-Ahkam, no. 4538
[26] Hada'iq al-Nadhira oleh Yusuf
Al-Bahraniy, 18/156,
[27] Al-Wahhabiyyun Khawarij Am Sunnah hal
280-281. Terb. Dar Al-Mizan.
[28] Ibid, hal. 283
[29] Tahrirul-Wasilah, hal. 318
Diambil
dari ebook Himpunan Fatwa Ulama Syi'ah, edisi: Takfir, oleh: Muhammad Jasir
Nashrullah. (nisyi/jurnalmuslim.com)
Aqidah Syiah: Ahlus Sunnah Lebih Najis
dan Hina daripada Anjing
Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa
Syiah memiliki pengertian Ahlus Sunnah
adalah nawashib/nashibi.
Kali ini, melalui mulut ulama-ulama
Syiah, mereka mengatakan bahwa Muslim Ahlus Sunnah wal Jama'ah lebih hina dan
lebih najis ketimbang Anjing.
Dedengkot Syi'ah kontemporer Syaikh DR.
Najah Ath-Tha’i juga menukil riwayat-riwayat senada dalam berhujjah untuk
menyingkap status nashibi di sisi mereka seperti berikut :
عن أبي عبدالله عليه
السلام : إن الله لم يخلق خلقا شرا من الكلب وإن الناصب أهون على الله من الكلب
“Sesungguhnya Allah
tidak menciptakan makhluq yang lebih buruk daripada anjing. Dan sesungguhnya
Nashibi adalah lebih hina di Sisi Allah daripada anjing”.
وعن الصادق عليه
السلام : إن الله تبارك وتعالى لم يخلق خلقاً أنجس من الكلب، وإن الناصب لنا أهل
البيت لأنجس منه
“Dan dari Ash-Shadiq
'Alaihis Salam : Sesungguhnya Allah Tabaraka Wa Ta'ala tidak menciptakan
makhluq yang lebih najis daripada anjing. Dan sesungguhnya Nashibi di sisi kami
Ahlul Bait adalah lebih najis dari anjing”.[1]
[1] Al-Wahhabiyyun Khawarij Am Sunnah hal
280-281. Terb. Dar Al-Mizan.
(nisyi/jurnalmuslim.com)