Saturday, July 2, 2016

Lenyapnya Daulah Fathimiyah Dan Dendam Syiah Terhadap Sholahuddin Al-Ayubi


Oleh M. Sholich Mubarok
Shalahuddin al-Ayyubi adalah sosok yang tentu tidak bisa dilupakan oleh para pengikut agama Syiah. Sebab, Sholahuddin al-Ayyubi merupakan sosok yang telah melenyapkan kerajaan Syiah( Daulah Fathimiyah) di Tanah Kinanah, Mesir, dan kembali memberi ruang bagi Ahlussunnah wal Jamaah. Oleh sebab itu para pengikut agama syi’ah beberapa kali berusaha untuk membunuh Sholahuddin, mereka ambisius mendirikan Daulah Fathimiyah yang anyar. Dalam segala bentuk konspirasinya, para penganut agama Syiah meminta bantuan kepada orang-orang asing. Lalu mengirimkan surat kepada mereka.

Dalam as-Suluk, Al-Maqrizi berkata, “Pada tahun 559 H, sekelompok penduduk Mesir berkumpul untuk mengangkat salah seorang anak al-Adhid (khalifah terakhir Fathimiyah) dan membunuh Shalahuddin al-Ayyubi, dan mengirimkan surat kepada orang-orang asing guna memohon bantuan. Di antara mereka yakni; al-Qadhi al-Mufaddhal Dhiya’uddin Nasrullah bin Abdullah bin Kamil al-Qadhi, Syarif al-Julais, Najah al-Hamami, al-Faqih Imarah bin Ali al-Yamani, Abdusshamad al-Katib, al-Qadhi al-A’az Salamah al-Uwairis seorang ketua pelaksana Dewan Konsiderasi dan Kehakiman, pendakwah terkenal Abdul Jabir bin Islamil bin Abdul Qowi, dan Wa’iz Zainuddin bin Naja. Wa’iz memberi laporan mereka kepada Shalahuddin selaku sultan dan meminta padanya untuk memberikan semua yang ada pada Ibnu Kamil ad-Da’i berupa jabatan dan semua fasilitas. Permintaannya itu dikabulkan, kemudian orang-orang tersebut dikepung dan semuanya dihukum gantung. Shalahuddin pun mengawasi setiap orang yang memiliki keinginan kuat untuk membangun kembali Kerajaan Syiah.

Shalahuddin lalu menghukum mati dan memenjarakan banyak orang syiah. Ia juga menangkap seorang laki-laki beranama Qadid pada hari ke-15 Ramadhan. Qadid tak lain adalah seorang propagandis Kerajaan Syiah di Iskandariyah.” (as-Suluk li Ma’rifati Duwal al-Muluk, 1: 53-54).

Meskipun para penghianat macam penganut syiah yang telah membuat konspirasi telah dihukum mati, namun ternyata orang-orang asing (suruhan syiah) tetap berdatangan.

Al-Maqrizi pernah mengatakan, “Pada Dzulhijjah di tahun yang sama, armada Imarah al-Yamani (tentara asing)  tiba-tiba berlabuh di Shaqaliah melalui pelabuhan Iskandariyah. Orang yang telah mempersiapkan armada ini adalah Ghalyalam bin Rajar, pemilik kuasa Shaqaliyah yang berkuasa pada tahun 560 H.  Saat armada berlabuh di dermaga, mereka menurunkan 1500 kavaleri dari beberapa kapal perang mereka. Jumlahnya kurang lebih 30.000 prajurit, diantaranya pasukan berkuda dan pejalan kaki. Jumlah kapal yang mengangkut peralatan perang dan blokade sebanyak enam kapal, dan yang mengangkut logistik dan para personil sebanyak empat puluh kapal perang, jumlahnya kurang lebih 50.000 pejalan kaki.

Mereka pun melabuhkan diri tak jauh dari mercusuar dan menyerang kaum muslim sampai mendesak ke as-Sur. Jumlah kaum muslim ketika itu yang terbunuh sangat banyak. Kapal perang asing bergerak perlahan demi perlahan ke pelabuhan, di sana terdapat pula kapal kaum muslim, lalu mereka menenggelamkannya. Mereka berhasil menguasai pantai dan membuat perkemahan di sana. Jumlah perkemahan mereka mencapai 300 buah, mereka bergerak terus untuk mengepung seluruh penjuru negeri, dan memasang tiga buah manjanik untuk menghancurleburkan benteng. Ketika itu, Shalahuddin tidak di tempat, ia sedang berada di wilayah Faqus dan baru mendapat berita tentang penyerangan musuh ini setelah tiga hari.  Sholahuddin pun mulai bergerak dan menyiapkan pasukan juga membuka pintu gerbang. Kaum muslim pun melakukan serangan terhadap orang-orang asing dan membakar peralatan perang mereka. Allah menolong kaum muslim dengan perantara bantuan Shalahuddin.

Para asing utusan syiah pun banyak terbunuh. Kaum muslim pun mengambil peralatan perang mereka sebagai ghanimah. Sebagian dari para asing utusan syiah yang selamat kembali berlayar melarikan diri. Lari dengan kepengecutan yang tersisa. [Paramuda/BersamaDakwah]
Sumber bacaan: Pengkhianatan-Pengkhianatan Syiah oleh Imad Ali Abdu Sami’.