Tuesday, April 28, 2015

Syaikh/Ustadz, Apa Yang Bisa Dilakukan ?! Saudi dan Turki Diminta Selamatkan Sunni Mosul dari Pembantaian Syiah !

Riyadh. Jurnalis senioar Arab Saudi, Jamal Khashoggi, mengatakan bahwa Arab Saudi dan Turki harus berperan dalam melindungi para penduduk kota Mosul. Seperti dilansir Memo Islam, Rabu (11/3/2015) hari ini.
Penduduk Sunni di Mosul tidak boleh dibiarkan hanya ditangani oleh pemerintah di saat Iran benar-benar melakukan intervensi. Keberadaan militer Syiah Iran sangat memungkinkan terjadinya pembantaian terhadap penduduk Sunni sebagai aksi balas dendam.
Menurut Khashoggi, memasrahkan penduduk Sunni kepada pemerintah Irak sama saja membiarkan terjadinya pembantaian etnis. Karena pemerintah Irak saat ini diintervensi Iran dan Amerika. Harus ada peran Arab Saudi dan Turki menyelamatkan mereka.
Khashoggi mendasarkan kekhawatirannya itu pada aksi pembantaian yang dilakukan milisi-milisi Syiah Iran dalam pertempuran di Hawija, Tikrit, Baiji dan lainnya. Iran memang mengerahkan pasukan besar-besaran ke Irak, terutama wilayah-wilayah Sunni. Mereka melakukan pembantaian  dan pengusiran terhadap penduduk Sunni

Syiah Manfaatkan Perang Melawan ISIS Untuk Ubah Demografi Irak



Milisi-milisi bersenjata Syiah semakin luas menguasai wilayah-wilayah di Irak. Mereka benar-benar ingin mengubah struktur dan distribusi penduduk Irak, terutama dalam hal formasi Sunni-Syiah.
Seperti diberitakan Memo Islam, Jumat (2/1/2015) hari ini, milisi-milisi Syiah tidak membedakan antara warga sipil dan pasukan ISIS (organisasi Negara Islam di Irak dan Syam) saat melakukan penyerangan di wilayah bagian tengah Irak.
Strategi ini dinilai banyak kalangan dilakukan dengan tujuan mengubah demografi dan formasi etnis di wilayah tersebut. Apalagi saat ini, milisi-milisi Syiah yang bertempur di pihak militer pemerintah itu, semakin luas menguasai beberapa wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh pasukan ISIS.
Oleh karena itu, akan terjadi perubahan formasi Sunni-Syiah secara besar-besaran di wilayah tengah, terutama di Diyala, Saladin, Babil, dan sebagainya. Karena ketika melakukan penyerangan, mereka tidak membedakan antara pasukan ISIS dan warga sipil.
Banyak warga sipil yang ditangkapi, lalu dipisahkan antara laki-laki dan perempuan, sebelum akhirnya dikirimkan ke wilayah dikuasai oleh militer pemerintah. Setelah dikosongkan rumah-rumah yang berada di wilayah itu dibakari. Bahkan beberapa sumber informasi mengatakan bahwa rumah-rumah yang tidak dibakar ditempati oleh keluarga-keluarga Syiah yang didatangkan dari wilayah lain


Perang Melawan ISIS Digunakan Milisi Syiah Untuk Bantai Warga Sunni


Organisasi Amnesty Internasional, Selasa (14/10/2014) hari ini, menuduh milisi-milisi Syiah melakukan pelanggaran HAM terhadap warga sipil Sunni. Milisi-milisi tersebut membantu militer Irak memerangi organisasi Negara Islam di Irak dan Syam (ISIS). Mereka melakukan penculikan dan pembunuhan terhadap warga Sunni.
Selain itu, Amnesty juga menuduh militer Irak dan ISIS melakukan hal yang sama, pelanggaran HAM. Militer Iraklah yang telah mempersenjatai milisi-milisi Syiah tersebut. “Kami memiliki bukti, milisi-milisi Syiah melakukan puluhan kali pembantaian terhadap warga sipil Sunni. Mereka melakukan aksi hukuman mati yang asal-asalan,” demikian disebutkan dalam keterangan Amnesty.
Menurut Amnesty, milisi Syiah juga melakukan aksi penculikan warga Sunni. Aksi itu dilakukan untuk mendapatkan uang tebusan dari keluarga korban penculikan. Uang tebusan itu bisa mencapai puluhan ribu Dolar. Hingga saat masih ada korban penculikan yang berada di tangan milisi. Beberapa di antara mereka bahkan dibunuh karena tidak ditebus.
Amnesty meminta pemerintah Irak yang baru dibentuk bisa menertibkan dan menundukkan milisi-milisi bersenjata yang sangat berbahaya dan mengancam stabilitas keamanan Irak ini. “Kalau diam saja, maka pemerintah Irak bisa dikatakan telah merestui aksi-aksi pelanggaran HAM dan turut dalam membuat lingkaran setan perang antar kelompok.”
Kelompok Syiah Irak, menurut Amnesty, menggunakan isu perang melawan ISIS, untuk melakukan aksi balas dendam dan membantai warga Sunni. Sedangkan pemerintah terkesan memperkuat dan memperbesar pengaruh milisi-milisi Syiah. Tindakan pemerintah ini sama saja menambah parah kondisi kacau di Irak


Ulama Tertinggi Syiah Inginkan Perang Sunni-Syiah di Seluruh Arab


Wakil presiden Irak, Thariq Al-Hasyimi, Senin (16/6/2014) kemarin, memperingatkan terjadinya perang antar kelompok yang menyeluruh di Irak dan dunia Arab. Hal itu karena pada Jumat lalu ulama tertinggi Syiah, Ayatullah Ali As-Sistani, mengajak seluruh penganut Syiah untuk mengangkat senjata.
Seperti dilansir Al-Quds Al-Arabi, Al-Hasyimi yang saat ini selalu berada di Turki atau Qatar, mengatakan, “Jika dibiarkan, kondisi akan bertambah buruk. Akan terjadi perang antar kelompok secara menyeluruh di seluruh Irak dan luar Irak. Fatwa Ayatullah Ali As-Sistani bagaikan menyiram minyak ke dalam api. Muslim Sunni di seluruh Arab akan melakukan reaksi. Kalau demikian, benar-benar akan terjadi perang Sunni-Syiah di seluruh Arab.”
Al-Hasyimi, yang dijatuhi hukuman mati pada tahun 2012 lalu itu, menambahkan, “Kita harus mencegah hal itu. Kita harus berusaha sekuat tenaga mencegah pertumpahan darah. Ini tanggung jawab seluruh pihak, terutama PBB. Nuri Al-Maliki harus turun dari jabatannya, dan masyarakat dunia harus melakukan intervensi.”
Menurutnya, banyak pihak mengkritik Nuri Al-Maliki terlalu menguasai militer dan polisi. Al-Maliki menggunakannya untuk memerangi Sunni dan oposisi lainnya. Dengan mudah oposisi ditangkap dan dimasukkan ke penjara.
“Jika Al-Maliki tidak turun, dan masyarakat dunia tetap diam, hal itu akan semakin menumbuhkan kelompok-kelompok garis keras. Bukan kami yang menciptakan Negara Islam di Irak dan Syam (ISIS) ataupun Al-Qaidah. Tapi mereka yang membiarkannya lahir, dan kezhaliman menumbuhkannya semakin cepat.”


Foto-foto Khomeini Menyebar di Wilayah-wilayah Sunni

                                                                                                Foto para pemimpin Syiah. (Al-Muslim)
Foto pemimpin tertinggi Iran (Ayatolah Ali Khamenei) dan pemimpin revolusi Iran (Ayatolah Khomeini), menyebar di wilayah-wilayah Sunni yang berhasil diduduki milisi-milisi Syiah. Seperti diberitakan Al-Muslim, Kamis (19/3/2015) kemarin.
Milisi-milisi Syiah melakukan serangan besar-besaran di Tikrit dengan alasan memerangi ISIS. Setelah berkuasa, mereka juga menuliskan “Labbaika Ya Mahdi” (Selamat Datang Imam Mahdi).
Semua tulisan yang menandakan ISIS, seperti bendera hitam bertuliskan “La Ilaha Illa Allah” juga ditimpa dengan cat berwarna bendera Irak.
Milisi-milisi Syiah memang menyertai militer pemerintah Irak melakukan serangan ke wilayah-wilayah Sunni. Dalam dalih memerangi ISIS, mereka banyak melakukan pembantaian dan kejahatan di pusat-pusat Sunni