Tuesday, April 28, 2015

Jenderal ( أحمق و مجنون ) Iran “Serang” Arab Saudi. Tipikal Rafidhi, Gemar Mengancam dan Menghujat !

Jenderal Garda Revolusi Iran, Muhammad Ali Jakfari, untuk pertama kalinya menyerang Arab Saudi secara tegas di hadapan publik. Ia sesumbar, rezim Saudi akan runtuh dalam waktu dekat.
Serangan keras itu dikeluarkan dalam pidato di festival ilmiah di Universitas Baqiyatullah di Teheran pada Senin (27/04). Acara itu juga dihadiri para pejabat dan komandan militer Iran.
“Pemerintah Iran jangan berkompromi lagi dengan rezim Saudi, karena dalam waktu dekat rezim Ali Suud akan lengser,” sesumbar Jakfari di hadapan para pejabat Iran.
Ia menyeru para pejabat meninggalkan pernyataan-pernyataan yang mengkritik rezim Saudi. Hal itu sudah tidak berguna, oleh karenanya saat ini kita harus tegas bersikap kepada mereka.
Ditambahkannya, para pejabat juga harus meninggalkan upaya-upaya diplomatik  terhadap rezim Saudi. Operasi yang digulirkannya di Yaman sangat tegas menunjukkan jati diri mereka.
Seperti diketahui, Iran menentang keras operasi Teluk untuk menggempur Syiah Hautsi di Yaman. Hubungannya dengan saudi pun menegang seiring operasi itu.
Sementara Saudi menyikapi berbagai kritikan tajam Iran dengan santai. Saudi mengatakan, Yaman bukanlah bagian dari Iran, kenapa harus marah. Di sisi lain, yang ditargetkan adalah pemberontak yang membuat kekacauan.

Garda Revolusi: Kami Akan Perangi Negara Arab yang Musuhi Revolusi Khomeini

Pasukan Garda Revolusi Iran, menyatakan negaranya akan menggulirkan pertempuran habis-habisan melawan negara-negara Arab yang memusuhi revolusi Khomeini. Hal itu disampaikan komandan Garda Revolusi, Mayor Jenderal Muhammad Ali Jafari, di depan anak buahnya komandan baris pertama di markas Quds.
“Perang ini akan bergulir di Timur Tengah. Kita harus menghadapinya dengan gagah berani, sebagaimana kita juga ikut dalam pertempuran suci di Irak,” kata Ali Jafari seperti dinukil dari situs online yang berafiliasi pada Garda Revolusi, Umriyun.
Jafari menekankan bahwa prestasi paling penting yang harus diraih dari Revolusi Iran adalah mengekspornya ke negara-negara Arab. Ia menunjukkan, hal itu telah dicoba dan berhasil di negara-negara Arab sekutu Iran, Suriah dan Irak.
Ia juga mengatakan dalam pembicaraannya tersebut, brigade Asyura dan brigade Imam Ali (satuan khusus di Garda Revolusi) hari ini tengah menjalani tingkat tertinggi pelatihan militer untuk siap menggulirkan pertempuran regional. Mereka disiapkan jika Iran benar-benar bertempur dengan negara-negara Arab.
Dalam berita lain, Humas pasukan Garda Revolusi Iran melaporkan sekelompok orang yang diungkapkan sebagai “penjahat dan teroris” Selasa pagi menyerang pos perbatasan di daerah Sarwan. Para gerilyawan tidak dikenal itu berusaha merebut dan menduduki pos tersebut.
Garda Revolusi mengaku, pasukannya berhasil menggagalkan serang tersebut dan memukul telak para penyerang. Militer Iran tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang serangan terbaru itu.

Terkuak Boroknya :

Jenderal Iran Sebut Kudeta Yaman Bagian dari Revolusi Iran
Jenderal Garda Revolusi Iran, Muhammad Ali Jakfari, Senin (27/04), menyebut kudeta pemberontak Syiah Hautsi di Yaman merupakan bagian dari revolusi Iran. Operasi Teluk yang dipimpin Saudi di negara itu sama saja memerangi revolusi Iran.
“Rezim Saudi hari ini mencengkeram untuk memerangi revolusi Iran dan membiarkan Israel, melalui agresinya menargetkan Yaman dan rakyatnya yang memerangi kezaliman,” demikian ungkap Jakfari dalam pidato di festival ilmiah di Universitas Baqiyatullah di Teheran.
Ia menjelaskan bahwa revolusi Iran tidak sebatas hanya di dalam negeri, akan tetapi melebar ke negara-negara Timur Tengah dan Barat. Revolusi itu diklaim untuk menghapus rezim-rezim tirani menurut pandangan Iran.
Dalam kesempatan itu, Jakfari juga “menyerang” rezim Arab Saudi. Ia menegaskan bahwa melengserkan rezim Saudi adalah target kedua revolusi Iran.
“Target pertama revolusi Iran meruntuhkan Uni Soviet. Target kedua akan menghancurkan rezim Ali Suud di Timur Tengah,” kata Jakfari.
Jakfari mendesak para pejabat Iran tidak lagi hanya mengkritik Saudi dalam berbagai pernyataan. Namun, tegasnya, saat ini kalian harus bersikap tegas terhadap negara tersebut.

Jenderal Iran: Ekspor Revolusi Syiah Iran Masuki Babak Baru [ Indonesia Perlu Waspada ]

Seorang jenderal Iran menyatakan bahwa ekspor revolusi Syiah Iran telah memasuki babak baru. Dia menyebutkan sejumlah wilayah yang telah menjadi sasaran penyebaran paham politik Syiah yang ujungnya merebut kekuasaan seperti di Bahrain, Yaman dan Afrika Utara.
“Revolusi ‘Islam’ melaju dengan kecepatan yang baik, ini menjadi contoh ekspor revolusi yang terus meningkat,” Komandan Garda Revolusi Iran, Mayor Jenderal Mohammad Ali Jafari, Rabu (11/03).
Pernyataan jenderal itu disampaikannya di hadapan Dewan Ulama Syiah Iran, di tengah sorotan berbagai pihak terkait keterlibatan Iran dalam mendukung rezim Syiah Suriah pimpinan Bashar Assad, yang telah membantai ratusan ribu rakyatnya. Jafari juga menyatakan bahwa pasukan Garda Revolusi Iran telah dikerahkan untuk mendukung Baghdad dan Damaskus.
“Tahap ekspor revolusi telah memasuki babak baru,” imbuh Jafari.
Pernyataan Jafari ini kembali mempertegas pernyataan seorang Jenderal Iran yang lain yaitu, Qassem Suleimani. Suleimani yang merupakan pemimpin Pasukan Al-Quds, sayap militer Garda Revolusi Iran, yang telah ditempatkan di Irak untuk membantu memerangi pejuang ISIS.
“Hari ini kita melihat tanda-tanda revolusi ‘Islam’ yang diekspor di seluruh wilayah, dari Bahrain sampai Irak dan dari Suriah hingga Yaman dan Afrika Utara,” imbuhnya.
Revolusi Iran yang dipimpin oleh Ayatullah Khomeini terjadi pada tahun 1979. Dengan mengatasnamakan ‘revolusi Islam’, revolusi yang pada hakikatnya revolusi Syiah Imamiyah itu telah mengecoh kaum muslimin di berbagai penjuru dunia. Revolusi yang bermuara pada upaya merebut kekuasaan tersebut terus dikampanyekan oleh Iran ke berbagai wilayah, salah satu yang telah terbukti adalah kudeta pemberontak Syiah Hautsi di Yaman.

كُنْتُ عندَ النَّبيِّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم وعندَه عليٌّ فقال النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم يا عليُّ سيكونُ في أمَّتي قومٌ ينتَحِلونَ حبَّ أهلِ البيتِ لهم نَبْزٌ يُسمَّونَ الرَّافضةَ قاتِلُوهم فإنَّهم مشرِكونَ

.
Aku (Abdullah bin Abbas) dulu di sisi Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam dan di sisinya ada Ali, maka beliau berkata: “Wahai Ali akan ada dalam umatku kaum yang madzhabnya adalah “cinta ahlul bait” mereka memiliki tanda (gelar) mereka disebut Rafidhah, perangilah mereka karena mereka musyrik.” (HR. At Tabrani).

Dari Ibnu Abbas ujarnya, saya pernah berada di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersamaan dengan Ali. Saat itu Nabi bersabda kepada Ali:
Wahai Ali, nanti akan muncul di tengah umatku suatu kaum yang berlebihan dalam mencintai kita ahlul bait, mereka dikenal dengan nama Rafidhoh. Karena itu bunuhlah mereka sebab mereka adalah kaum musyrikin.
Selain dari nubuwat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ini, khalifah Ali bin Abi Thalib sendiri berkata: di belakang kami kelak akan muncul suatu kaum yang mengaku cinta kepada kamu. Mereka suka berdusta dengan nama kamu, mereka sebenanya keluar dari Islam. Ciri mereka yaitu gemar memaki Abu Bakar dan Umar.
Ammar bin Yasir berkata kepada seorang laki-laki yang mencerca Aisyah ketika berada di sisi Ammar bin Yasir: “Pergilah kamu wahai orang yang celaka, apakah engkau senang menyakiti kekasih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” [HR At-Tirmidzi, hadits hasan]
Golongan Syi’ah senang sekali mencera ummul Mukminin Sayyidatuna Aisyah radhiyallahu ‘anha…
Dikutip sebagian dari :
http://www.nugarislurus.com/2015/04/rosulullah-memerintahkan-memerangi-syiah-rofidhoh.html#axzz3WyLHjZOX

Kenapa Jendral Iran Jadi Bengis , baca dibawah ini :

Pemimpin Iran Akui Syiah Senang dengan Terbunuhnya Umar bin Khattab, dan Memperingatinya Adalah Ibadah


Mantan presiden Iran, Hashemi Rafsanjani, mengakui bahwa orang Syiah biasa mencela para sahabat Nabi. Hal itulah yang akhirnya menimbulkan permusuhan antara Syiah dan Sunni, hingga akhirnya lahirlah kelompok-kelompok seperti ISIS.
Lebih lanjut, Rafsanjani, mengatakan, “Al-Quran telah memperingatkan kita agar tidak berselisih dan terpecah-belah. Tapi kita sama sekali tidak memperhatikannya. Perselisihan Syiah-Sunni tetap saja terjadi dengan mencela sahabat, memperingati peristiwa terbunuhnya Umar bin Khattab, dan sebagainya,” seperti dilansir Memo Islam, Kamis (14/11/2014) kemarin.
Aktivitas-aktivitas itu, Rafsanjani menerangkan, sudah menjadi hal biasa bagi banyak orang, bahkan menganggapnya sebagai sebuah ibadah. Karena itulah, terjadi perpecahan antara Sunni dan Syiah, hingga akhirnya muncul kelompok-kelompok seperti Al-Qaidah, ISIS, Taliban, dan lainnya.
Dr. Muhammad As-Saidi, guru besar Ushul Fiqh Universitas Ummul Qura, berkomentar tentang pengakuan mantan presiden yang masih sangat berpengaruh dalam politik Iran itu. Menurut As-Saidi, pengakuan itu tidak berarti membersihkan reputasi Rafsanjani, melainkan hanya membuka kedok kebusukan Syiah.
Hal itu karena Rafsanjani mengeluarkan pernyataan itu bukan sebagai sebuah penyesalan taubat, melainkan hanya merupakan hasil pertimbangan politik. Pernyataan ini seharusnya menjadi pegangan umat Islam yang selalu dituduh sebagai biang keladi muncul terorisme. Ternyata biang keladinya adalah Syiah.