Friday, May 22, 2015

Bashar Assad dalam Hari-hari Sulit ( Cepat Musnah, Insya Allah )

Kantor berita Reuters melaporkan rezim Bashar Assad saat ini mengalami hari-hari sulit, setelah mujahidin banyak menorehkan kemajuan di lapangan. Titik-titik militer penting yang diyakini tak terkalahkan, jatuh di tangan pejuang.
Seperti dinukil eldorar.com, Rabu (19/05), Bashar Assad kini membutuhkan bantuan lebih banyak dari Syiah Hizbullah Lebanon dibanding hari-hari sebelumnya. Sebagaimana diketahui, organisasi yang dipimpin Hasan Nasrallah itu secara terang-terangan mengumumkan berpartisipasi memerangi rakyat Suriah, sebelumnya tidak mengaku.
Beberapa hari terakhir merupakan hari paling sulit bagi Bashar Assad sejak tahun pertama atau kedua meletusnya revolusi. Pasukannya kehilangan kontrol banyak wilayah di provinsi Idlib setelah faksi-faksi pejuang menggelar operasi bersama.
Kemenangan mujahidin di provinsi tersebut semakin mengkhawatirkan Bashar Assaad. Pasalnya, pejuang tengah mencapai daerah dekat wilayah pesisir di barat daya Suriah, Lattakia, yang merupakan basis utama sekte Alawi, agama yang dianut Bashar Assad.
Pasukan militer dan milisi-milisi bersenjata pro pemerintah dikirim untuk menjaga wilayah tersebut. Bahkan, Syiah Hizbullah membuka kantor baru untuk ikut bersiaga menghadapi segala kemungkinan yang terjadi di wilayah itu.
Di saat bersamaan, Dualah Islamiyah meningkatkan tekanan di pusat Suriah. Mereka melancarkan serangan-serangan ke sejumlah wilayah yang masih dikontrol rezim. Serangan itu bahkan terjadi di daerah yang terdapat situs bersejarah.
Akan tetapi, sebagaimana ditulis Reuters, serangkaian kemunduran itu nampaknya tidak mengubah strategi Bashar Assad atau sekutu utamanya, Iran dan Rusia. Iran yang berpaham Syiah justru memanfaatkan konflik ini sebagai titik penting, untuk menunjukkan ketegangannya dengan Arab Saudi yang mendukung sejumlah faksi oposisi Suriah.
Sementara itu, kaki tangan Iran Syiah Hizbullah Lebanon melebarkan wilayah operasinya di Suriah untuk memperkuat militer Bashar Assad. Hal itu tak lepas setelah mujahidin meraih kemenangan beruntun di Idlib.
“Hizbullah hari ini bertempur di sejumlah wilayah di Suriah yang sebelumnya tidak kami sentuh,” kata Hasan Nasrallah, pemimpin gerakan Syiah Hizbullah yang dibentuk Garda Revolusi Iran pada 1982.
Seorang wartawan investigasi Lebanon yang dikenal dekat dengan Syiah Hizbullah, Salim Zahran, termasuk wilayah yang dimaksud Hasan Nasrallah itu provinsi Idlib. Bashar Assad mengalami kerugian besar lagi beruntun di wilayah tersebut.
Zahran menambahkan, saat ini Damaskus lebih banyak menerima bantuan dari sekutu-sekutunya. Bashar Assad menjadi terlibat penuh dalam pilihan menjadi sekutu Syiah Hizbullah.
Dari Iran, pernyataan terbaru negara tersebut menegaskan akan terus mendukung rezim Bashar Assad. Sejumlah pejabat tinggi Iran pekan lalu berkunjung ke Damaskus untuk menegaskan hal itu.
Iran juga menegaskan memberikan bantuan ekonomi kepada rezim Suriah yang terpuruk akibat konflik. Selain itu, Iran menegaskan akan terus bekerjasama militer dengan sekutunya itu.
“Saya datang ke Suriah untuk kembali menegaskan bahwa dukungan kami terhadap Suriah, pemerintahan dan “rakyatnya” adalah dukungan konstan dan permanen. Kami bangga dengan dukungan ini,” kata Alaudin Baroujerdi, Ketua Komite Keamanan Nasional dan Kebijakan Dewan Luar Negeri di parlemen Iran, saat berkunjung ke Damaskus pekan lalu.
Sumber: eldorar.com
Penulis: Hunef Ibrahim

Perpecahan di Tubuh Rezim Suriah

Damaskus kemungkinan sedang mengalami konflik internal serius. Ada indikasi nyata bahwa kini, rezim Suriah pimpinan Bashar Assad sedang dalam kondisi yang kritis. Beberapa media tengah gencar memberitakan perpecahan internal yang diduga terjadi di pemerintahan Bashar Assad.
Beberapa hari yang lalu, Suriah dikagetkan dengan penangkapan kepala Intelijen Keamanan Nasional, Ali Mamlouk karena dituduh memiliki hubungan dengan kelompok Islamis dan merencanakan kudeta terhadap Presiden Bashar Assad. Ali Mamlouk kini sedang menjalani tahanan rumah akibat penangkapan tersebut.
Tuduhan rezim terhadap Ali Mamlouk mungkin saja benar, namun penangkapan Ali Mamlouk bisa jadi bukan karena rencana kudeta terhadap bashar Assad, namun karena kritik Mamlouk terhadap pemerintah terkait sikap Damaskus yang cenderung memberikan wewenang berlebihan terhadap Teheran.
Kritik serupa juga pernah dilontarkan Jenderal Rustum Ghazaleh yang tewas dibunuh oleh Biro Keamanan Politik Suriah pimpinan Jenderal Rafek. Pembunuhan Rustum Ghazaleh ditengarai merupakan ujung dari kritik terhadap otoritas Iran di Damaskus yang berlebihan.
Seperti yang telah umum diketahui, Iran telah menjadi mitra utama pemerintah Bashar Assad dalam berperang melawan rakyatnya sendiri di Suriah. Keadaan genting yang melanda internal rezim akibat meluasnya oposisi dan kekalahan rezim di beberapa front mungkin saja membuat rezim meminta bantuan lebih dari Iran.
“Kecemburuan” tidak hanya terjadi di pemerintahan rezim secara umum, namun lebih spesifik juga tengah menjangkiti militer Bashar Asad akibat keterlibatan Hizbullah Lebanon dalam konflik Suriah yang dinilai berlebihan.
Kewenangan berlebih yang diterima Hizbullah dapat memantik konfrontasi internal dari perwira Suriah untuk melawan ketidakadilan antara Hizbullah dan militer regular pemerintah.
Konflik militer Suriah-Hizbullah bukanlah hal baru. Sejak awal konflik, ketegangan antara militer dan Hizbullah telah terjadi akibat ketakutan perwira di militer Bashar akan pengaruh Hizbullah akan menjadi seperti di militer Lebanon. DI Beirut, Hizbullah memiliki kewenangan yang luar biasa.
Meski konflik militer Suriah-Hizbullah sejauh ini tidak sampai konfrontasi militer, bukan hal mustahil jika Bashar Assad salah mengambil kebijakan soal Hizbullah akan mampu memantik tindakan berani dari militer Suriah untuk mengurangi peran Hizbullah di Suriah.
Di sisi lain, militer Suriah tengah menghadapi kekurangan personel akibat banyaknya kematian di medan tempur, pembelotan dan tertangkap oposisi. Kekurangan jumlah personel di militer Suriah semakin menghawatirkan setelah banyak yang tewas dan penolakan dari sebagian besar rakyat Suriah untuk ikut wajib militer.
Kekurangan personel juga disebabkan banyaknya pembelotan di tubuh militer akibat sikap rasis dan sikap di luar kemanusiaan dari militer Suriah. Mayoritas pembelot memilih masuk ke FSA untuk melawan Bashar Assad.
Kondisi kacau di dalam rezim Bashar Assad harusnya mampu digunakan oleh gerakan anti-pemerintah dan pejuang Islam untuk menambah kemajuan mereka.
Kondisi yang kacau dan perbedaan pendapat yang semakin meruncing di pemerintahan Bashar Assad jelas akan mampu mempengaruhi kebijakan rezim dan memecah konsentrasi Bashar Assad. Di satu sisi, Bashar harus melawan pergerakan oposisi yang meluas disisi lain, Bashar juga harus menyelesaikan perpecahan yang jika tidak berujung, akan mampu membawa kehancuran bagi rezim Bashar Assad sendiri. Wallahu’alam.
Penulis: Angga Saputra, pengamat Timur Tengah