Thursday, May 21, 2015

[ Masya Allah Berjarak 9000 Km ] PM Turki : Pemerintah Kami Telah Mengeluarkan Intruksi Untuk Membantu Muslim Rohingya

Pemerintah Turki melalui Angkatan Laut-nya mengirimkan kapal-kapal ke perairan lepas pantai Thailand dan Malaysia guna membantu menyelamatkan para pengungsi muslim Rohingya.
Bekerja sama dengan Organisasi Migrasi Internasional, Turki akan melakukan yang terbaik agar secepatnya mencapai Laut Andaman dan Perairan Malaysia, serta Thailand dan Indonesia.
“Pemerintah telah mengeluarkan instruksi dengan mengirim kapal-kapal dan berpartisipasi dalam upaya internasional demi membantu muslim Rohingya,” kata PM Turki, Ahmet Davutoglu seperti dikutip dari islammemo, Rabu (20/5/2015).
Dilaporkan bahwa, sekitar 7.000 sampai 8.000 Muslim Rohingya dan migran Bangladesh diyakini terkatung-katung di tengah laut, setelah ditolak merapat di pantai Malaysia, dan diintimidasi akan ditenggelamkan AL Thailand.
Kabar terakhir menyebutkan 370 Muslim Rohingya dan migran Bangladesh diselamatkan nelayan Aceh dan didaratkan di Langsa, Aceh Timur. Hampir seluruh migran kelaparan, lelah, dan dehidrasi.
Sementara itu, Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi menyebut bahwa selama tiga bulan terakhir, lebih dari 25 ribu warga Rohingya telah melarikan diri dari daerah asal mereka.
Seperti diketahui muslim Rohingya menderita selama berpuluh-puluh tahun akibat penindasan yang dilakukan oleh pemerintah negaranya sendiri dan mayoritas Budha di Myanmar.Kini, banyak dari muslim Rohingya yang memilih keluar dari Myanmar dan berusaha mencari penghidupan baru di luar tanah leluhur.

Turki Kirim Angkatan Lautnya Bantu Cari Pengungsi Muslim Rohingya
Rabu, 20 Mei 2015 - 22:36 WIB
Ahmet Davutoglu bersama Emine Erdogan (Istri Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan) pernah mengunjungi Muslim Rohingya di kamp pengungsian Banduba, negara bagian Arakan (Rakhine), Myanmar
Berbeda dengan sikap Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang melarang membantu pengungsi Rohingya, pemerintah Turki justru memerintahkan Angkatan Laut Tentara Nasional nya untuk melakukan upaya pencarian imigran Muslim Rohingya yang diperkirakan terdampar di perairan Thailand dan Malaysia.
Angkatan Laut Turki sedang melakukan upaya untuk mencapai kapal etnis Muslim Rohingya yang terdampar di lepas pantai Thailand dan Malaysia, demikian disampaikan Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu, demikian dikutip Turki Hurriyet Daily News Selasa (19/05/2015).
Dalam pertemuan di Istana Cankaya pada Selasa, 19 Mei 2015 kemarin, Perdana Menteri Ahmed Davutoglu mengatakan Turki berusaha melakukan yang terbaik untuk membantu Muslim Rohingya yang saat ini berada di lautan dengan berkoordinasi dengan Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), dengan bantuan kapal Angkatan Bersenjata Turki yang sudah berlayar di wilayah tersebut.
Diperkirakan, tujuh sampai delapan ribu Rohingya dan imigran Bangladesh saat ini berada di perairan Selat Malaka. Tujuan mereka adalah Thailand dan Malaysia namun mendapat penolakan dari negara itu.
Malaysia dan Indonesia hari Rabu (20/05/2015) menyatakan siap menerima pengungsi Rohingya yang terkatung-katung di tengah laut di daerah perairannya. Hal itu disampaikan oleh Menteri Luar Negeri kedua negara setelah melakukan konsultasi dengan menlu Thailand di Putrajaya, Malaysia.
Seperti diketahui, etnis Muslim Rohingya terdampar di Aceh sejak 10 Mei 2015 lalu hingga menjadi perhatian berbagai kalangan.
Muslim Rohingya selama berpuluh-puluh tahun mendapat perlakuan diskriminasi dari Myanmar termasuk pembatasan melahirkan dan menikah. Serangan terhadap minoritas Muslim ini selama tiga tahun terakhir telah mengakibatkan terjadinya eksodus besar-besaran sejak Perang Vietnam.
PBB memperkirakan bahwa 120.000 telah meninggalkan negara dengan perahu dalam tiga tahun terakhir, mereka melarikan diri dengan kondisi putus asa dan ancaman kekerasan sewenang-wenang oleh umat Buddha Rakhine dan pasukan keamanan.[Baca: Emine Erdogan Tak Kuasa Menahan Tangis di Myanmar]
Sebelumnya, pada bulan Agustus 2012, saat menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Turki, Ahmet Davutoglu bersama Emine Erdogan (Istri Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan) pernah mengunjungi Muslim Rohingya di kamp pengungsian Banduba, negara bagian Arakan (Rakhine), Myanmar.
Ahmet Davutoglu bersama Emine Erdogan menyerahkan sejumlah bantuan pada warga,  yang dinilai bantuan dari negara asing pertama yang sampai kepada etnis Rohingya, lansir Today’s Zaman.*

TNI dan pemerintah Indonesia dibuat Tercengang dengan Tindakan 'aneh' Turki ini

Di saat Tentara Nasional Indonesia (TNI) diperintahkan untuk menghadang kapal-kapal pengungsi umat Islam Rohingya agar tidak masuk ke wilayah Indonesia, Turki malah sebaliknya.

Angkatan Laut Tentara Nasional Turki diperintahkan oleh Panglima, Perdana Menteri, dan Presidennya untuk membantu melindungi, mengarahkan, memberi bantuan makanan dan bahan bakar agar tiba dengan selamat di Turki kemudian diberikan tempat tinggal yang layak bagi mereka.

Seperti diberitakan media Turki Hurriyet Daily News (19/5/2015), Angkatan Laut Turki sedang melakukan upaya untuk mencapai kapal Muslim Rohingya yang terdampar di lepas pantai Thailand dan Malaysia, ujar Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu.

Pada pertemuan dengan sekelompok anak muda di Istana Negara, 19 Mei, PM Davutoglu mengatakan bahwa Turki telah melakukan yang terbaik untuk membantu Muslim Rohingya bekerjasama dengan Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), dengan bantuan kapal dari Angkatan Bersenjata Turki yang sudah berlayar menuju lokasi.

Beberapa dari 7.000-8.000 pengunsi Rohingya dan Bangladesh saat ini diduga berada di Selat Malaka, mereka tidak dapat turun karena tindakan keras pada jaringan perdagangan di Thailand dan Malaysia, tujuan utama mereka.

Kapal yang membawa sekitar 500 Muslim Rohingya Myanmar terdampar di barat Indonesia pada 10 Mei, dengan beberapa orang yang membutuhkan perhatian medis, seorang pejabat migrasi dan advokat hak asasi manusia mengatakan.

Para pria, wanita dan anak-anak tiba di dua kapal terpisah, dengan jumlah 430 orang dan 70 orang, kata Steve Hamilton, wakil kepala misi di IOM di Jakarta, ibukota Indonesia.

Muslim Rohingya telah menderita selama beberapa dekade akibat diskriminasi negara di Myanmar.

Serangan terhadap minoritas Muslim Rohingya oleh massa Buddha dalam tiga tahun terakhir telah memicu salah satu eksodus terbesar manusia perahu sejak Perang Vietnam, dengan 100.000 orang melarikan diri, menurut Chris Lewa, Direktur Proyek Arakan. Proyek ini telah memantau pergerakan Rohingya untuk lebih dari satu dekade. Demikian tulis Hurriyet Daily News.

Sekali lagi dunia (termasuk TNI dan pemerintah Indonesia) dibuat tercengang dengan tindakan 'aneh' Turki ini. Mereka (Turki) berada jauh diantara benua Eropa, tapi mereka sengat dekat dan sigap dengan saudara-saudara Muslim.

ASTAGHFIRULLAH, PANGLIMA TNI TOLAK PENGUNGSI MUSLIM ROHINGYA

Seperti yang dikutip dari Arrahmah.com. Ratusan pengungsi dari Myanmar dan Bangladesh resah ketika mereka diusir pergi oleh Angkatan Laut Indonesia dan Malaysia. Tak disangka, mereka justru selamat karena kebaikan hati para nelayan Aceh yang membawa mereka ke darat dan memberi mereka makan.
Marzuki Ramli (45), nelayan asal Kuala Langsa, saat itu sedang bersama 30 nelayan lainnya menangkap ikan menggunakan pukat pada Kamis malam (14/5/2015). Ia berada di perahu miliknya yang berukuran 26 x 6 meter, sekitar 35 mil dari pinggir pantai.
Sebuah kapal nelayan kecil tiba-tiba melintas, dan meminta bantuan. Diketahui mereka sudah tiga bulan tarkatung-katung di lautan lepas.
 “Woi, cepat pergi ke sana, ada orang yang mengapung-apung di laut. Kalau kalian terlambat datang, bisa mati semua,” kata orang itu seperti dituturkan Marzuki, dikutip Rappler, Jum’at (15/5).

Marzuki dan nelayan lainnya segera mengarah ke kerumunan orang-orang yang mengapung tersebut. Jaraknya sekitar 5 mil atau 1 jam perjalanan dari tempat mereka menangkap ikan.
Ketika sampai, para nelayan langsung menarik satu demi satu para pengungsi tersebut dari laut. Perahu Marzuki hanya sanggup menampung 250 orang.
Marzuki segera mengontak nelayan yang lain, dan datanglah 5 perahu nelayan yang membantu Marzuki mengevakuasi para pengungsi. Totalnya ada 672 orang, terdiri dari laki-laki, perempuan dan anak-anak.
 “Begitu kapal nelayan merapat, para pengungsi langsung melompat ke perahu,” kata Marzuki.
Butuh dua jam bagi Marzuki dan 5 kapal lainnya untuk melakukan evakuasi tersebut, karena kondisi langit sangat gelap dan ombak yang tinggi.
Ada dua orang yang diduga preman ditinggal di tengah laut.
 “Ini dari pengakuan para pengungsi bahwa ada dua orang yang disebut sering memukul, daripada berkelahi maka kami tinggal,” katanya.
Ada lagi, satu orang yang sudah meninggal dengan kondisi tangan putus di kapal juga ditinggalkan.
Nelayan memasak untuk pengungsi yang kelaparan
Saat mereka ditemukan, para pengungsi hanya memakai celana pendek dan kaos singlet. “Kebanyakan dari mereka tidak pakai baju, dan tubuhnya lemas,” kata Marzuki.
Setelah menarik para pengungsi, nelayan mengeluarkan stok air minum dan bahan makanan. Gula dan kue langsung disantap habis oleh para pengungsi yang kelaparan.
Karena tak cukup, para nelayan memutuskan untuk mengeluarkan stok beras dan memasak untuk para pengungsi.
 “Butuh waktu sekitar 20-30 menit untuk memasak,” katanya. “Makannya pun di tangan, karena persediaan piring tak cukup.”
Ar Rahman, salah satu nelayan dari Langsa, mengatakan ia mendapatkan informasi dari radio komunikasi mengenai kapal yang hampir tenggelam di perairan Aceh Timur.
 “Lalu saya dan kawan-kawan menuju lokasi untuk menolong mereka. Ketika sampai di sana kami melihat ratusan orang, laki-laki dan anak-anak, perempuan dan orang lanjut usia. Ketika melihat kami laki-laki melompat ke laut dan berenang, sedih kami melihatnya,” jelas Ar Rahman.
 “Laki-laki melompat ke laut sambil histeris dan berteriak Allahu Akbar. Mereka meminta tolong dengan bahasa mereka,” jelas Ar Rahman, dilansir BBC Indonesia.
Proses evakuasi para pengungsi ke pelabuhan Kuala Langsa kala itu dilakukan oleh lebih dari enam kapal nelayan dari Langsa.
Mereka lalu dibawa ke Teluk Langsa dan ditangani kepolisian setempat serta pemerintah daerah.
Cerita mengenai kebaikan nelayan Aceh bagi pengungsi tak hanya sebatas menyelamatkan. Pada gelombang pengungsi sebelumnya, warga Aceh membantu dengan memberikan makanan ke tempat penampungan.
Bahkan ada beberapa warga Aceh yang ingin mengadopsi anak-anak pengungsi.
 “Saya benar-benar tulus ingin merawat anak Rohingya. Apalagi mereka adalah warga Muslim. Sesama Muslim, kita harus saling membantu. Apalagi dulu saat konflik Aceh, kita juga pernah merasakan bagaimana penderitaan akibat perang,” kata Ilyas, warga Aceh.

Mereka dihalau AL karena dalih ‘kedaulatan’

Para pengungsi yang ingin pergi ke Malaysia ini ditinggalkan kapten kapal terombang-ambing di tengah laut. Ketika mereka mendekati Indonesia, mereka mengatakan kapal TNI AL menghampiri, memberi makanan dan minuman, lalu menyuruh pergi.
Dalam keadaan resah karena mesin kapal mati dan terapung-apung beberapa hari di lautan, kapal milik angkatan laut Malaysia mendekat. Lagi-lagi, mereka hanya diberi bantuan makanan dan minuman. Perahu mereka lalu ditarik ke tengah laut oleh angkatan laut Malaysia.
 “Kami dilepas di tengah laut, dekat perairan Indonesia,” kata Sahidul, salah seorang pengungsi.
Panglima TNI Jenderal Moeldoko membenarkan penolakan tersebut.
 “Untuk suku Rohingya, sepanjang dia melintas Selat Malaka, kalau dia ada kesulitan di laut, maka wajib kita bantu. Kalau ada sulit air atau makanan, kita bantu, karena itu terkait human. Tapi kalau mereka memasuki wilayah kita, maka tugas TNI untuk menjaga kedaulatan,” dalih Moeldoko.
Menurut Moeldoko, bila para pengungsi dibiarkan masuk ke wilayah Indonesia, mereka akan memunculkan persoalan sosial.
 “Urus masyarakat Indonesia sendiri saja tidak mudah, jangan lagi dibebani persoalan ini,” katanya.

Saat ditanyakan bagaimana nasib para pengungsi Rohingya ini jika tak ada negara yang mau menampung, Moeldoko menolak berkomentar. Moeldoko mengatakan itu urusannya menteri Luar Negeri.