Penambah wawasan :
zindiq Paramadina [Madrasah
Orientalis Atau Yahudi Gaya Baru]
Oleh Al-Ustadz Abdul Hakim
bin Amir Abdat
Tokoh Yayasan Paramadina, Ade Armando, kembali membuat sensasi.
Pengajar di Universitas Indonesia ini ikut mengomentari isu ‘pembacaan tilawah
Al Quran berlanggam Jawa’ yang menjadi polemik.
Ade Armando menyatakan bahwa Allah sangat senang jika ayat-ayat
Al Quran dibaca dengan gaya non Arab. “Allah kan bukan orang Arab. Tentu Allah
senang kalau ayat-ayatNya dibaca dengan gaya Minang, Ambon, Cina, Hiphop, Blues
…,” tulis Ade di akun Facebook ‘Ade Armando’
Pernyataan kontroversial loyalis Joko Widodo ini menanggapi pro
kontra terkait niatan Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin yang akan menggelar
festival baca Al Quran langgam Nusantara.
Sebelumnya, Lukman Hakim Saifuddin menjelaskan bahwa gagasan pembacaan
Al Quran dengan langgam Jawa pada pada peringatan Isra Miraj di Istana Negara
(15/05) berasal dari dirinya. Saat itu, Muhammad Yasser Arafat melantunkan
Surah An-Najm 1-15 dengan cengkok atau langgam Jawa.
Acara yang dihadiri Presiden Joko Widodo, sejumlah pejabat dan
duta besar negara Islam itu menuai kontroversi. Lukman Hakim Saifudin
menyatkaan bahwa tilawah Al Quran ala Indonesia itu, merupakan bentuk
pengembangan budaya untuk mencintai Al Quran lewat seni.
Kongres
Umat Islam tak Undang Syiah, Tokoh Paramadina: Beginilah Kalau Kaum Dodol
Merasa Berkuasa
Tokoh Yayasan Paramadina,
Ade Armando, kembali bersuara lantang membela kelompok Syiah di Indonesia. Ade
mempertanyakan Kongres Umat Islam yang tidak mengundang Syiah.
“Kongres Umat Islam sengaja tak mengundang wakil Syiah dengan
alasan: ‘Syiah sesat!’ Beginilah kalau kaum dodol merasa berkuasa!” tulis Ade
di akun Twitter @adearmando1.
Tak hanya itu, Ade meminta agar Kongres Umat Islam menyatakan
bahwa tindakan mengancam gereja, mengancam Ahmadiyah dan Syiah sebagai sesat
dan terlarang. “Mudah2an Kongres Umat Islam akan menyatakan tindakan mengancam
gereja, menyerang Ahmadiyah dan Syiah sbg sesat dan terlarang!” tegas
@adearmando1.
Diberitakan sebelumnya, Ketua Majelis Mujahidin Indonesia (MMI)
Irfan S. Awwas, menolak berdiri saat peserta Kongres Umat Islam VI di
Yogyakarta menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Kontroversi, Kicauan
Ade Armando Hina Islam?
Ade Armando, Dosen Fisip
Universitas Indonesia dan Universitas Paramadina, secara terbuka menyebut Front
Pembela Islam (FPI), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Jonru (seorang
aktivis PKS) memiliki persamaan pada agama yang dianutnya.
Pertanyaan: “Apa kesamaan FPI, Jonru dan PKS?” Jawab: ‘Islam!,”
itulah kicauan Ade Armando yang akun Twitternya bernama @adearmando1.
Secara spontan, kicauan tersebut mengundang kontroversi dan
menjadi pembicaraan di dunia maya. Lu islam apa ga sih bro? Hati2 klo lu
ngomong, demikian balasan dari Ahmad Ibsyi, pemilik akun @billy_surfing kepada
Ade Armando. Akun @trisetyarso juga mengkritik “Kesalahan @adearmando1 yang
konon dosen sosiologi di UI adalah: main generalisasi. Ini fatal sekali”
Apa jiwamu sehat Kang? RT @adearmando1: Pertanyaan: “Apa
kesamaan FPI, Jonru dan PKS?” Jawab: ‘Islam!’,” tanya pemilik akun @suryadelalu
Akun @ifaruqi juga mempertanyakan kapasitas Ade sebagai dosen
di beberapa universitas. “Dosen macam ade armando memang butuh ikutan kelas
logika lagi biar hidupnya bahagia,” katanya
Duh, Tokoh Paramadina Kuatirkan Sekolah Islam
Terpadu
Tokoh Yayasan Paramadina,
Ade Armando, kembali melontarkan pernyataan sinis terhadap umat Islam. Kali ini
dosen komunikasi Universitas Indonesia ini menyoal keberadaan sekolah Islam
terpadu.
“Sejak lama saya kuatir dengan Sekolah Islam Terpadu. Tulisan
ini mengkonfirmasi kerisauan saya,” tulis Ade Armando melalui akun Twitter
@adearmando1. Tulisan yang dimaksud Ade adalah tulisan bertajuk “PKS
Memanfaatkan Sekolah Islam Terpadu mengajari anak Anti Jokowi” yang dirilis
sebuah situs online.
Dalam tulisan itu, sang penulis, Doni Swadarma menyebut “sisi
negatif” sekolah Islam terpadu. Yakni, sekolah Islam terpadu melakukan
politisasi pendidikan, dan menjadi kendaraan politik partai tertentu.
“Masyarakat sudah tahu guru-guru dan pengurus Yayasan Sekolah
tersebut adalah dibekingi politisi PKS.Bahkan ada lirik lagu yang seharusnya
jangan lupa pilih Jokowi yang dilencengkan menjadi jangan salah pilih Jokowi,”
tulis Doni.
Penulis Kompasiana itu juga mengungkapkan bahwa sekolah Islam
terpadu tidak memperhatikan kesejahteraan karyawan. Di mana, setiap siswa
dipungut bayaran mahal, antara Rp 10-25 juta, sementara guru dan karyawan hanya
digaji antara satu sampai dua juta rupiah.
Tokoh Paramadina: Alhamdullilah! Kemenag
Anggap Ahmadiyah tak Nodai Islam
Pengamat komunikasi yang
juga pengurus Yayasan Paramadina, Ade Armando, menyatakan suka cita terkait
pernyataan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Ditjen Bimas Islam),
M. Machasin yang menyatakan bahwa Ahmadiyah tidak menodai Islam.
“Alhamdulillah! Kementerian Agama menganggap Ahmadiyah tidak
menodai Islam,” ungkap Ade Armando melalui akun Twitter @adearmando1.
Sebelumnya, Dirjen Bimas Islam, Machasin mengatakan Ahmadiyah
tidak menodai Islam. Machasin mengatakan, dalam UU 1/1965 tentang Penodaan
Agama, tidak jelas antara kelompok sempalan dan orang yang menodai agama.
Seperti misalnya, Ahmadiyah menyebut adanya nabi setelah Nabi Muhammad,
sehingga Ahmadiyah dianggap menodai ajaran Islam.
Machasin menganggap umat Ahmadiyah bukan bermaksud menodai
Islam, tapi memang begitulah mereka meyakininya. “Dan memakai keyakinan itu
untuk mereka sendiri,” tegas Machasin (23/11).
Menurut Machasin, seperti halnya agama Islam yang meyakini Yesus
seorang nabi bukan Tuhan. Sementara Kristen mengatakan Yesus adalah tuhan. Hal
tersebut tidak masuk kategori penodaan oleh Islam karena hanya disampaikan
untuk kalangan umat Islam sendiri. “Kalaupun Kristen meyakini Yesus sebagai
Tuhan, silakan saja karena itu keyakinan mereka,” tegas Machasin.