Raafidliy : Abu Hurairah ini penipu dan pendusta. Bagaimana bisa
ia meriwayatkan hadits dalam kitab hadits Sunni lebih banyak daripada ‘Aliy bin
Abi Thaalib yang notabene termasuk orang yang pertama-tama masuk Islam dan
Ahlul-Bait Nabi, sedangkan keislaman Abu Hurairah – seandainya ia dianggap
benar-benar masuk Islam – di masa belakangan tahun ke-7 hijriah ?.
Sunniy : Celaan yang Anda ucapkan
kepada Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu sudah masyhur sejak jaman purba. Bahkan, bukan hanya Abu Hurairah,
hampir seluruh shahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam pun didustakan dan
dikafirkan. Dan bukan Raafidlah namanya jika tidak mencela (dan mengkafirkan)
para shahabat. Apapun celaaan Anda – dengan memang itulah tabiat Anda -, Allah ta’ala telah berfirman tentang mereka (termasuk di antaranya
Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu) :
مُحَمَّدٌ
رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ
بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ
وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ
مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ
شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ
لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
“Muhammad
itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat
mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda
mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka
dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang
mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi
besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir
(dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal yang shalih di antara mereka ampunan dan pahala
yang besar” [QS. Al-Fath : 29].
Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu bukanlah pendusta seperti yang Anda katakan. Ia
orang yang amanah dalam meriwayatkan hadits, bahkan terkenal karenanya.
Ibnu
‘Abdil-Barr rahimahullah berkata :
وَعَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ أَنَّهُ كَانَ إِذَا قَالَ فِي شَيْءٍ بِرَأْيِهِ قَالَ: هَذَا مِنْ
كَيْسِي
“Dan dari Abu
Hurairah, bahwasannya ia apabila berkata tentang sesuatu dengan pendapat
pribadinya, maka ia berkata : ‘Ini berasal dari pendapatku semata” [Jaami’
Bayaanil-‘Ilmi wa Fadllihi, hal. 851 no. 1607].
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنَّ أَفْضَلَ الصَّدَقَةِ مَا تَرَكَ غِنًى، وَالْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى وَابْدَأْ
بِمَنْ تَعُولُ "، قَالَ أَبُو
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: تَقُولُ امْرَأَتُكَ أَطْعِمْنِي وَإِلا فَطَلِّقْنِي، وَيَقُولُ:
خَادِمُكَ أَطْعِمْنِي وَإِلا فَبِعْنِي، وَيَقُولُ: وَلَدُكَ إِلَى مَنْ
تَكِلُنِي؟ قَالُوا: يَا أَبَا هُرَيْرَةَ هَذَا شَيْءٌ تَقُولُهُ مِنْ رَأْيِكَ
أَوْ مِنْ قَوْلِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لا، بَلْ
هَذَا مِنْ كَيْسِي، أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ فِي الصَّحِيحِ، عَنْ عُمَرَ بْنِ
حَفْصِ بْنِ غِيَاثٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ الأَعْمَشِ
Dari Abu
Hurairah radliyallaahu ‘anhu : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Sesungguhnya shadaqah yang paling utama adalah yang masih menyisakan kecukupan, dan
tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Mulailah dengan
orang-orang yang ada dalam tanggunganmu”. Abu Hurairahradliyallaahu ‘anhu berkata : “Istrimu berkata : ‘Berilah aku makan,
atau kalau tidak, ceraikanlah aku’. Pembantumu berkata : ‘Berilah aku makan, atau jika tidak,
bebaskanlah aku’. Anakmu berkata : ‘Kepada siapa engkau menyerahkanku ?”.
Mereka bertanya : “Wahai Abu Hurairah, apakah ini sesuatu yang engkau katakan
menurut pendapatmu, ataukah berasal dari sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ?”. Ia menjawab : “Tidak, bahkan ini berasal dari pendapatku semata” [Diriwayatkan
oleh Al-Baihaqiy, 7/471; sanadnya shahih].
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ، أَنَّهُ قَالَ: " كُنْتُ حَدَّثْتُكُمْ أَنَّ مَنْ أَصْبَحَ
جُنُبًا فَقَدْ أَفْطَرَ، فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنْ كِيسِ أَبِي هُرَيْرَةَ، فَمَنْ
أَصْبَحَ جُنُبًا فَلا يُفْطِرْ "
Dari Abu
Hurairah, bahwasannya ia berkata : “Aku dulu pernah mengatakan kepada kalian
barangsiapa yang berada di waktu shubuh dalam keadaan junub, ia telah batal
puasanya. Maka itu hanyalah berasal dari pendapat Abu Hurairah. (Yang benar), barangsiapa
berada di waktu Shubuh dalam keadaan junub, maka tidak batal puasanya”
[Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abdil-Barr dalam At-Tamhiid 22/44 dan Al-Khathiib dalam Al-Faqiih wal-Mutafaqqih, 2/200; sanadnya hasan].
Hadits Abu
Hurairah radliyallaahu ‘anhu banyak adalah fakta, baik Anda senang maupun
resah.
عَنِ ابْنِ
عُمَرَ، أَنَّهُ قَالَ لِأَبِي هُرَيْرَةَ: " يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْتَ
كُنْتَ أَلْزَمَنَا لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَأَحْفَظَنَا لِحَدِيثِهِ "
Dari Ibnu
‘Umar, bahwasannya ia pernah berkata kepada Abu Hurairah : “Wahai Abu Hurairah,
engkau adalah orang yang paling sering mendampingi (bersama) Rasulullahshallallaahu
‘alaihi wa sallam dan paling hapal hadits beliau di antara kami”
[Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 3836, Ahmad 2/2, ‘Abdurrazzaq no. 6270, dan
yang lainnya; shahih].
Dari riwayat di
atas kita mengetahui salah satu sebab mengapa Abu Hurairahradliyallaahu
‘anhu banyak meriwayatkan lagi hapal hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.[1] Selain itu, Abu Hurairah juga sering membuka
halaqah-halaqah penyampaian hadits sebagaimana diterangkan para ulama, di
antaranya tergambar dalam riwayat :
عَنْ عَاصِم بْن
مُحَمَّدٍ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: " رَأَيْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ يَخْرُجُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، فَيَقْبِضُ عَلَى رُمَّانَتَيِ الْمِنْبَرِ
قَائِمًا، وَيَقُولُ: حَدَّثَنَا أَبُو الْقَاسِمِ رَسُولُ اللَّهِ الصَّادِقُ
الْمَصْدُوقُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ، فَلا يَزَالُ يُحَدِّثُ
حَتَّى إِذَا سَمِعَ فَتْحَ بَابِ الْمَقْصُورَةِ لِخُرُوجِ الإِمَامِ لِلصَّلاةِ
جَلَسَ ".
Dari 'Aashim
bin Muhammad, dari ayahnya, ia berkata : “Aku melihat Abu Hurairahradliyallaahu
‘anhu keluar pada hari Jum’at, lalu ia menggenggam dua
pegangan mimbar sambil berdiri. Ia berkata : ‘Telah menceritakan kepada kami
Abul-Qaasim Rasulullah Ash-Shaadiqul-Mashduuq shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam’. Ia terus menceritakan hadits hingga apabila
mendengar dibukanya pintu kamar untuk keluarnya imam, ia pun duduk”
[Diriwayatkan oleh Al-Haakim 3/512, dan ia berkata : “Ini adalah hadits yang
shahih sanadnya”].
Oleh karenanya,
banyak di antara shahabat dan taabi’iin yang meriwayatkan hadits darinya sehingga haditsnya
menyebar.
‘Aliy bin Abi
Thaalib, sebagaimana juga Al-Khulafaaur-Raasyidiin yang lain, bukannya tidak mempunyai banyak
hadits. Bahkan sangat mungkin mereka mempunyai hadits lebih banyak dibandingkan
Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu – mengingat masa hidup mereka bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam lebih lama. Akan tetapi mereka telah disibukkkan
mengurus pemerintahan, memobilisasi jihad, dan yang lainnya dari perkara umat,
sehingga tidak mempunyai keluasaan waktu membuka majelis-majelis penyampaian
hadits dibandingkan Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhudan sebagian shahabat lainnya yang mempunyai
hadits lebih banyak. Namun, apa yang telah disampaikan para shahabat secara
umum telah mencakup apa yang ada dalam diri Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsmaan, dan
‘Aliy radliyallaahu ‘anhum, karena Allahta’ala berfirman :
إِنَّا نَحْنُ
نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya
Kami-lah yang menurunkan Adz-Dzikr, dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya” [QS. Al-Hijri ; 9].
Tidak ada
syari’at Allah yang hilang hanya karena hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang ada pada Al-Khulafaaur-Raasyidiin tidak sampai kepada kita.
Jika Anda tetap
menuduh Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu telah berdusta dengan memakai referensi
Ahlus-Sunnah dan ‘cara pandang’ Ahlus-Sunnah (sebagaimana di atas), maka
sebenarnya Anda telah melewatkan satu pertanyaan mendasar sebelum
mempertanyakan hal yang sama pada Abu Hurairah. Jika Anda memakai referensi
Ahlus-Sunnah, mengapa Anda tidak mempertanyakan ‘Aliy bin Abi Thaalibradliyallaahu
‘anhu mempunyai sedikit riwayat yang sampai pada kita ?.
Seandainya kita sepakat bahwa ‘Aliy mempunyai banyak riwayat dan Anda tidak
sependapat dengan alasan yang dikemukakan di atas, mengapa Anda tidak kritis
pada ‘Aliy – sebagaimana Anda begitu kritis pada Abu Hurairah – telah
menyembunyikan ilmu ?. Allah ta’ala berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ
يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِنْ بَعْدِ مَا
بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ
وَيَلْعَنُهُمُ اللاعِنُونَ * إِلا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا
فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
“Sesungguhnya
orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa
keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya
kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula)
oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka yang telah taubat dan
mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itu Aku
menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” [QS. Al-Baqarah : 159-160].
Ketika Anda
membuka peluang bagi Abu Hurairah untuk berdusta, maka Anda pun membuka peluang
yang sama untuk mengatakan ‘Aliy telah menyembunyikan ilmu. Kedua-duanya adalah
perilaku yang buruk.
Jika Anda
mengatakan ‘Aliy tidak menyembunyikan ilmu, namun para shahabat dantaabi’iin yang jumlahnya ribuan dan menduduki mayoritas
umat Islam waktu itu telah sepakat membuang hadits ‘Aliy radliyallaahu ‘anhu kecuali sedikit, maka inilah omong kosong, tidak
ada buktinya sama sekali. Mustahil dinalar oleh orang yang masih mempunyai
tabungan akal sehat. Seandainya ada dan shahih, hadits ‘Aliy pasti sudah
tersampaikan melalui lisan orang-orang terpercaya sejamannya dan sampai pada
kita. Yang tidak ada tidak perlu direkayasa menjadi ada.
Ini dengan
catatan : Anda melempar tuduhan Abu Hurairah berdusta itu dengan memakai
referensi Ahlus-Sunnah. Jika tidak, maka Anda pun tidak perlu repot-repot
berhujjah dengan referensi Ahlus-Sunnah untuk menjatuhkan Abu Hurairahradliyallaahu
‘anhu, karena dasar Anda mengatakan hadits Abu Hurairah lebih banyak dari
‘Aliy telah Anda gugurkan sendiri.
Sebenarnya Anda
cukup bilang untuk mendasarkan tuduhan Anda kepada Abu Hurairah : “Kata
Khomeini begini...., kata Al-Majlisiy begitu,... dan seterusnya. Atau,...
menurut riwayat dalam Al-Kaafiy .......”.
Beres !.
Kami tak perlu
berpayah-payah karena cukup satu kata untuk meresponnya : “Dusta”. Orang-orang
dan kitab yang Anda sebut adalah orang dan kitab yang kami (kaum
muslimin/Ahlus-Sunnah) tak akan menengoknya sedikitpun untuk membangun agama
kami.
Dan Anda pun
sebenarnya tidak perlu berpayah-payah mendompleng kitab Ahlus-Sunnah, karena PR
Anda masih sangat banyak. Banyak perawi Syi’ah yang mempunyai kekuatan super
dalam periwayatan dibandingkan Abu Hurairah atau shahabat lainnya. Misalnya
Jaabir Al-Ju’fiy – salah seorang perawi Syi’ah – berkata :
حدثني أبو جعفر
عليه السلام بسبعين ألف حديث لم أحدثها أحدا قط ، ولا أحدث بها أحدا أبدا
Telah
menceritakan kepadaku Abu Ja’far ‘alaihis-salaam 70.000 (tujuhpuluh ribu) hadits yang belum aku
pernah ceritakan kepada seorangpun, dan akupun tidak akan menceritakan hadits
itu kepada seorang pun selamanya” [sumber :http://www.mezan.net/mawsouat/baker/jofi.html].
Super bukan
jumlahnya ?. Sudah begitu, disembunyikan pula olehnya. Semoga Anda bisa menemukan
mana saja hadits Jaabir Al-Ju’fiy yang disembunyikan itu, karena mungkin saja
hadits yang disembunyikan itu menyebabkan agama Anda (Syi’ah) menjadi kurang
dan hasilnya sebagaimana kita lihat sekarang, kacau balau.[2]
Lalu,
bandingkan dengan Abu Hurairah yang jumlah haditsnya tidak lebih dari 2000 buah
menurut penelitian muhaqqiqiin.[3]
Wallaahul-musta’aan.
[abul-jauzaa’ –
perumahan ciomas permai, ciapus, ciomas, bogor - 19081434/28062013 – 20.00].
Meskipun
demikian, kita (kaum muslimin/Ahlus-Sunnah) tidak pernah menyucikan Abu
Hurairahradliyallaahu ‘anhu dari kesalahan dan lupa, karena orang setingkat Nabi
pun pernah salah dan lupa sehingga Allah ta’ala mengingatkan dan/atau menegurnya.
[3] Dr. Dliyaaurrahmaan
Al-A’dhamiy telah melakukan penelitian ulang terhadap musnad Abu Hurairah yang diambil dari Musnad Al-Imam Ahmad bin Hanbal dan ditambah dengan riwayat dalam al-kutubus-sittah, dengan menyatakan bahwa jumlah hadits Abu
Hurairah radliyallaahu ‘anhu berjumlah 1336 buah. Kemudian ia berkata :
“Benar bahwa ada sejumlah riwayat lain (yang diriwayatkan Abu Hurairah) di dalam
kitab Al-Mustadrak milik Al-Haakim, Sunan Al-Baihaqiy, Sunan Ad-Daaruquthniy, Mushannaf ‘Abdirrazzaq, dan kitab-kitab hadits yang lain. Namun saya
berani memastikan bahwa riwayat-riwayat tersebut tidak mencapai jumlah yang
disebutkan oleh para ulama. Bahkan menurut dugaan kuat, tidak mencapai 2000
hadits” [Abu Hurairah fii Dlau’i Marwiyyatihi oleh Dr. Dliyaaurrahmaan Al-A’dhamiy, hal. 76].
Berbeda halnya
dengan beberapa pernyataan ulama mutaqaddimiin – misalnya Ibnu Hazm – yang menyatakan jumlah
hadits Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu sebanyak 5374 buah.Wallaahu a’lam.