Thursday, August 14, 2014

Pandangan Imam Asy Syafi’i Terhadap Syi’ah Rafidhah

Pandangan Imam Asy Syafi’i Terhadap Syi’ah Rafidhah

Imam Asy Syafi’i rahimahullah mengatakan:
أَفْضَلُ النَّاسِ بَعْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ وَعُثْمَانُ وَعَلِيٌّ
“Manusia paling mulia setelah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali” (Ma’rifat Sunan wal Atsar, karya Imam Baihaqi 1/192)
Inilah akidah Imam Asy Syafi’i rahimahullah. Adapun orang-orang Syi’ah, mereka malah mengkafirkan tiga sahabat Nabi shallallahu’alaihi wasallam yang paling mulia tersebut. Sedangkan terhadap Ali radhiallahu’anhu, mereka terlalu berlebihan dalam mengagungkannya.
Merekalah yang sepantasnya dijuluki orang-orang ekstrem, karena mereka ekstrem dalam mengagungkan Ali radhiallahu’anhu, dan juga ekstrem dalam menghina dan merendahkan banyak sahabat Nabi lainnya.
Simaklah percakapan Imam Asy Syafi’i dengan murid seniornya, Al Buwaithi:
البويطي يقول: سألت الشافعي: أصلي خلف الرافضي؟ قال: لا تصل خلف الرافضي، ولا القدري، ولا المرجئ. قلت: صفهم لنا. قال: من قال: الإيمان قول، فهو مرجئ، ومن قال: إن أبا بكر وعمر ليسا بإمامين، فهو رافضي، ومن جعل المشيئة إلى نفسه، فهو قدري
Albuwaithi: “Aku pernah bertanya kepada Imam Asy Syafi’i, apakah boleh aku shalat di belakang orang berpaham (syi’ah) rafidhah?”
Imam Asy Syafi’i menjawab: “Janganlah shalat di belakang orang yang berpaham Syi’ah Rafidhah, atau orang berpaham Qadariyah, atau orang berpaham Murji’ah!”.
Al Buwaithi mengatakan: “Sebutkanlah sifat mereka kepada kami!”
Imam Syafi’i menjawab: “Barangsiapa mengatakan bahwa iman itu perkataan saja, maka ia seorang Murji’ah. Barangsiapa mengatakan bahwa Abu Bakar dan Umar bukan imam, maka ia seorang Syiah Rafidhah. Barangsiapa menjadikan kehendak untuk dirinya, maka ia seorang Qadariyah”
(Siyaru A’lamin Nubala, karya Imam Dzahabi 10/31).
Subhanallah… shalat di belakang seorang Syiah Rafidhah saja dilarang oleh Imam Asy Syafi’i rahimahullah, lalu bagaimana kita boleh toleran dengan pemahaman mereka?! Semoga Allah menyelamatkan kita dan masyarakat kita dari sesatnya pemahaman syiah ini, aamiin.

Yunus bin Abdul A’la murid senior Imam Asy  Syafi’i mengatakan: Aku pernah mendengar Imam Asy Syafi’i rahimahullah mengatakan:
أجيز شهادة أهل الأهواء كلهم إلا الرافضة, فإنهم يشهد بعضهم لبعض
“Aku membolehkan persaksiannya semua ahli bid’ah, kecuali Syi’ah Rafidhah, karena mereka itu saling memberi ‘kesaksian baik’ antara satu dengan lainnya” (Manaqib Syafi’i, karya Imam Baihaqi 1/468).
Lihatlah bagaimana kerasnya sikap Imam Asy Syafi’i rahimahullah kepada pemeluk Syiah Rafidhah. Sehingga apabila ada pengikut beliau masih toleran kepada mereka, maka sungguh perlu dipertanyakan pengakuannya sebagai pengikut Madzhab Syafi’i?!
Yunus bin Abdul A’la juga mengatakan:
سمعت الشافعي إذا ذكر الرافضة عابهم أشد العيب, فيقول: شر عصابة
Aku pernah mendengar Imam Syafi’i, bila menyebut kelompok Syiah Rafidhah, beliau mencela mereka dengan celaan yang paling buruk, lalu beliau mengatakan: “mereka itu komplotan yang paling jahat!” (Manaqib Syafi’i, karya Imam Baihaqi 1/468)
Alhamdulillah… Imam Asy Syafi’i rahimahullah, yang merupakan imamnya Ahlussunnah wal jamaah telah memberikan contoh kepada kita, bagaimana harus menyikapi ‘komplotan’ Syiah Rafidhah. Beliau tidaklah mencela mereka dengan celaan paling buruk, kecuali karena beliau tahu dan yakin akan kebusukan dan bahaya laten yang mereka usung.
Sehingga harusnya kita mengikuti jejak Imam Asy Syafi’i ini dengan menolak dan melawan gerakan mereka, jangan sampai kita terkecoh oleh mulut manis mereka, yang mengatakan: “Kita kan sama-sama Islam, sama-sama sholat, sama-sama berhaji ke baitulloh, sama-sama…, sama-sama… dst“.
Padahal kita telah tahu, semua persamaan tersebut tidaklah cukup, bukankah kaum munafikin juga punya persamaan-persamaan itu? Namun tetap saja mereka berada di kerak neraka yang paling dalam. 
Selama mereka (Rafidhah) menodai Al Qur’an, mencela para sahabat Nabi, dan merendahkan kemuliaan ibunda kita kaum mukminin, pantaskah kita toleran terhadap mereka?!
Penulis: Ustadz Musyafa Ad Dariny
Artikel Muslim.Or.Id

Syi’ah Rafidhah Menurut Imam Asy-Syafi’i


Sebelum mendengarkan perkataan Imam Asy-Syafi’i rahimahullahtentang kelompok Syi’ahRafidhah, saya ingin menyebutkan biografi beliau rahimahullahsecara ringkas.

Beliau adalah Muhammad bin Idris bin Al-‘Abbas bin ‘Utsman bin Syafi’ bin As-Saib bin ‘Ubaid bin ‘Abdi Yazid bin Hasyim bin Al-Muthallib bin ‘Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’b bin Luay bin Ghalib, Abu ‘Abdillah Al-Qurasyi Asy-Syafi’I Al-Makki.

An-Nawawi rahimahullah berkata:

“Asy-Syafi’i radhiyallahu ‘anhu adalah seorangQurasyi Muthallibi berdasarkan kesepakatan para ulama dari seluruh kelompok, sedangkan ibunya berasal dari Azdiyah” [Siyar A’lamin Nubala’5/10]

Diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam  bahwa suatu hari As-Saib bin’Ubaid bersama anaknya –Syafi’ bin As-Saib- datang menemui beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka Nabi menatapnya lalu bersabda:

من سعادة المرء أن يشبه أباه

“Diantara kebahagiaan seseorang adalah memiliki kemiripan dengan ayahnya.”[Al-Ishabah 2/11][1]

Imam Asy-Syafi’i rahimahullah bergelar (laqab)Nashirul Hadits karena kegigihan beliau dalam mengikuti sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan pembelaan beliau terhadap hadits-hadits Rasulullah.

Beliau lahir pada tahun 150 H bertepatan dengan tahun wafatnya Imam Abu Hanifahrahimahullah. Sedangkan riwayat yang menyebutkan tempat kelahiran beliau berlainan, ada riwayat yang menyatakan bahwa beliau dilahirkan di Ghaza, dalam riwayat lain di ‘Asqalan dan dalam riwayat yang lain di Yaman.
Dari Ibnu Abi Hatim, dari ‘Amr bin Sawad, ia bekata: Asy-Syafi’i berkata padaku: “Aku dilahirkan di ‘Asqalan, setelah aku berumur dua tahun, ibu membawaku ke Mekah.”[Adab Asy-Syafi’i 22-23]

Al-Baihaqi rahimahullah menyebutkan dengan sanadnya dari Muhammad bin ‘Abdillah bin ‘Abdil Hakam, ia berkata: Aku mendengar Asy-Syafi’i berkata: “Aku dilahirkan di Ghaza lalu ibu membawaku ke ‘Asqalan”[Manaqib As-Syafi’i2/170]

Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata:

“Tidak ada perselisihan diantara riwayat yang ada, karena Ghaza pada asalnya dahulu berada di wilayah ‘Asqalan yakni nama sebuah kota. Perkataan Asy-Syafi’i bahwa beliau dilahirkan diGhaza yakni desa kelahiran beliau, dan perkataan Asy-Syafi’i ‘Asqalan maknanya adalah kota kelahiran beliau. Untuk menjama’ riwayat yang ada, maka dikatakan bahwa beliau dilahirkan di desa Ghaza, di kota ‘Asqalan. Ketika Asy-Syafi’i berumur dua tahun, ibunya membawanya ke Hijaz...dan ketika Asy-Syafi’i berumur 10 tahun, terbetik kekhawatiran  jika nasab beliau yang mulia akan disia-siakan dan terlupakan, maka ibunya membawanya ke Mekah.”[Tawaali At-Ta’siis 51-52]

Diantara guru-guru beliau adalah Muslim bin Khalid Az-Zanji, Malik bin Anas, Sufyan bin ‘Uyainah, Ibrahim bin Sa’d bin ‘Abdurrahman bin ‘Auf, Sa’id bin Salim Al-Qaddah, ‘Abdulah Wahhab Ats-Tsaqafi, Hatim bin Isma’il, Muhammad bin Khalid Al-Jundi, Hisyam bin Yusuf Ash-Shan’ani, Muhammad bin Al-Hasan Asy-Syaibani rahimahumullah, dll.

Diantara murid-murid beliau yang terkenal adalah Ar-Rabi’ bin Sulaiman, Yusuf bin Yahya Al-Buwaithi, Ahmad bin Hanbal, Abu Tsaur, Ibrahim bin Al-Mundzir Al-Khizami, Ibrahim bin Khalid, Sulaiman bin Dawud rahimahumullah, dll.
Adapun perkataan Imam Asy-Syafi’irahimahullah yang mengandung celaan terhadap Syi’ah Rafidhah begitu banyak, diantaranya adalah:

[Pertama] Asy-Syafi’i rahimahullah berkata: 

أجيز شهادة أهل الأهوى كلهم إلا الرافضة فإنهم يشهد بعضهم على لبعض

“Aku memperbolehkan syahadah (persaksian) seluruh Ahlul Bid’ah kecuali Rafidhah, karena mereka sering (berdusta) dalam memberikansyahadah satu sama lain.”[Dikeluarkan oleh Al-Baihaqi dalam Al-Manaqib 1/468 dan As-Sunan Al-Kubra 29/10]

[Kedua] Harmalah berkata: “Ketika disebutkan di hadapan Asy-Syafi’i tentang Rafidhah maka ia mencela mereka dengan celaan yang sangat keras, lalu Asy-Syafi’i berkata: 

شر العصابة

“Seburuk-buruk kaum”.[Dikeluarkan oleh Al-Baihaqi dalam Al-Manaqib 1/468]

[Ketiga] Asy-Syafi’i rahimahullah berkata:

لم أر أحدا أشهد بالزور من الرافضة

“Aku belum pernah melihat suatu kaum yang lebih dusta dalam syahadah (persaksian) dariRafidhah.”[Dikeluarkan oleh Al-Baihaqi dalamAs-Sunan Al-Kubra 29/10]

[Keempat] Beliau juga pernah berkata:

ما كلمت رجلا في بدعة قط إلا كان يتشيع

“Aku tidak pernah berbicara kepada seorang pun yang terjatuh dalam bid’ah kecuali karena ia beraqidah Syi’ah.”[Adab Asy-Syafi’i 186 dan As-Sunan Al-Kubra 10/208]

[Kelima] As-Subki rahimahullah berkata: Asy-Syafi’i berkata tentang Rafidhah yang hadir dalam peperangan: “Mereka (Rafidhah) tidak diberikan bagian dari Fai’[2] sedikitpun. Karena Allah ta’ala berfirman:

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَان

Dan orang-orang yang datang setelah mereka berkata, Wahai Rabb kami ampunilah dosa-dosa kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dalam iman[3]. Barangsiapa yang tidak meyakini ayat tersebut, maka ia tidak memperoleh hak sedikitpun dari hartafai’.”[Tafsir Al-Qurthubi 18/32]

Allahua’lam

Disarikan oleh Abul-Harits dari Manhaj Al-Imam Asy-Syafi’i fi Itsbatil ‘Aqidah karya Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab Al-‘Aqilhafidzahullah (Guru Besar di Fakultas Dakwah, Universitas Islam Madinah)


[1][1] Syaikh Al-Albani rahimahullah mendha’ifkan hadits ini dalam Dha’iful Jami’ hadits no 5301
[2] Harta rampasan perang yang didapatkan tanpa melaui peperangan
[3] Al-Hasyr ayat 10
Posted by Abul-Harits at 2:08 PM