Tuesday, October 6, 2020

Mitos Arab Saudi Memberontak Daulah Utsmaniyah

 


Pemerintah kolonial Inggris melalui perwakilannya Sir Henry McManon, Kepala British High Commisioner di Kairo pernah meminta Syarif (Gubernur) Makkah, Hussein bin Ali, untuk melakukan pemberontakan melawan Kerajaan Turki Ottoman (Daulah Utsmaniyah).

Inggris menjanjikan Syarif Hussein “khalifah” baru pengganti Ottoman, yang akan memerintah wilayah yg membentang dari Allepo sampai Yaman.
Ajakan serupa sebenarnya pernah diajukan pada Abdul Aziz ibn Saud, penguasa Najd perintis negara Arab Saudi modern.

Berbeda dgn Syarif Hussein, tawaran itu ditolak Ibn Saud. “Aku tak akan memerangi saudaraku seiman” begitu jawaban yang ditulisnya dalam balasan surat yang dikirimnya pada Inggris.

Bagi Ibn Saud, makar itu tidak saja keji, karena bagaimanapun Hijaz dan Makkah adalah bagian dari wilayah Kesultanan Turki Ottoman, tetapi juga merupakan ancaman serius bagi Najd, karena pembentukan negara baru di bawah komando Syarif Hussein berarti menyerahkan Najd pada Inggris.

Sejak pecah Perang Dunia I, Ibn Saud sebenarnya sudah mengajak Syarif Hussein dan penguasa di kawasan Arabia untuk mengambil sikap netral menjauhi intrik dgn bangsa-bangsa kolonial Eropa dan lebih fokus pada urusan intern masing-masing.
Ajakan ini ditolak Syarif Hussein, yang kemudian melakukan pemberontakan pada Kerajaan Turki Ottoman pada thn 1916.

Akhirnya, terjadilah perang antara Syarif Hussein yang didukung Inggris melawan Turki Ottoman yg didukung Jerman dan berlangsung selama 2 tahun, tanpa keterlibatan Ibn Saud di sisi manapun.

Perang 2 tahun itu memberikan pengaruh besar pada peta geo-politik di Timur Tengah di kemudian hari.
Salah satu implikasi yang terpenting adalah kejatuhan Palestina dalam genggaman Inggris dan kekalahan Turki Ottoman memberi jalan bagi Inggris mewujudkan pembagian negara-negara boneka di Timur Tengah sesuai perjanjian Sykes-Picot tahun 1916.

Perang atau pemberontakan Syarif Hussein itu juga memperlebar perseteruannya dengan penguasa Najd, Ibn Saud.

Setidaknya dua kali keduanya terlibat dalam konflik terbuka. Yang pertama terkait konflik perbatasan dan Oasis al-Khurma.

Perang ini terjadi tahun 1918, dimana Pasukan al-Saud hampir saja menaklukkan Hijaz, tetapi batal terwujud atas desakan Inggris yang meminta Ibn Saud menarik pasukannya.

Puncak perseteruan adalah ketika Syarif Hussein mengancam memboikot atau menutup akses ibadah haji bagi Ibn Saud dan seluruh penduduk Najd.
That was the final feud which sparked the battle between the Syarif Hussein of the Hashemits and King Abdulaziz of alSaud in August 1924.
Pasukan berkekuatan 3000 orang dari Najd, mayoritas dari klan Utaibah berhadapan dengan pasukan Hijaz yang dikirim dari Thaif.

Pertempuran seru terjadi di Al Hawiyyah, di mana pasukan Najd memukul barisan terdepan pasukan dari Thaif.

Kondisi ini menjatuhkan moral pasukan lapis kedua yang kurang berpengalaman, sehingga mundur menarik diri dari Taif.

Pada tanggal 13 Oktober 1924, pasukan Ibn Saud dari Najd memasuki kota Makkah dengan sedikit perlawanan, sementara Syarif Hussain dan keluarga Hashemits melarikan diri ke Aqabah setelah kali ini Inggris ingkar janji menolak membantunya.

Dari Aqabah, Syarif Hussein kemudian mengasingkan diri ke Siprus di bawah perlindungan sekutunya, Inggris. Ia meninggal di Amman dan dimakamkan di Jerussalem thn 1931.

Dan dalam konferensi Islam di Riyadh 28-29 Oktober 1924, Ibn-Saud mendapat pengakuan dunia Islam sebagai pemangku sah kota Makkah.

Kejatuhan Makkah ini membuat pasukan Hijaz kocar-kacir gagal mempertahankan Madinah, yang jatuh 9 Desember 1924 dan disusul Yanbu 12 hari kemudian.

Raja Abdul Aziz ibn Saud sendiri memasuki Makkah pertama kalinya dengan mengenakan pakaian ihram dan penduduk Makkah memberikan baiat kepadanya pada 17 Desember 1924.

Jatuhnya Makkah dan Madinah dalam penguasaan Ibn Saud dapat dikatakan menandai dimulainya “proses pemurnian” dua kota suci itu, mengingat selama dalam penguasaan Turki Ottoman atau Syarif Hussein, praktek-praktek bid’ah dan khurafat marak berkembang di kota itu.
Disarikan dari:
1. ‘The Middle East in the Twentieth Century’ by Martin Sicker.
2. ‘A Peace to End All Peace: The Fall of the Ottoman Empire and The Creation of the Modern Middle East’ by David Fromkin
—Closing remark!
Teori-teori yang mengatakan Arab Saudi pernah memberontak penguasa Turki Ottoman adalah pendapat sesat rekayasa sejarah. Itu hanyalah mitos. Mitos yang disuarakan kaum pergerakan, harakiyyun pembenci Arab Saudi semisal Ikhwanul Muslimin atau Hizbut Tahrir lovers atau Erdogan fans. Catat!
*) Dinukil dari tulisan Katon Kurniawan


Apakah Masuknya Utsmani Ke Negara-Negara Arab 500 Tahun Yang Lalu Merupakan Invasi (Ghazwu) Atau Penaklukan (Futuh)?
Awal Mula Berdirinya Negara Yahudi di Palestina
Ancaman Bagi Orang Yang Membenci Kota Madinah Dan Ahlul Ilmunya..
Bagaimana Israel Berdiri di Bumi Palestina?
Dongeng "Sejarah Berdarah Sekte Salafy Wahabi, Mereka Telah Membunuh Semuanya, Termasuk Para Ulama", Ternyata Berisi Terlalu Banyak Kedustaan Dan Manipulasi (Membongkar Koleksi Dusta Idahram 10)
Fakta Mengejutkan ! Pengkhiatan Syiah di balik runtuhnya kekhilafahan Islam (Utsmaniyah)
Hakekat Kejahatan Daulah Utsmaniyah Dalam Sejarah Arab
Index "Kesesatan Sufi (Tarekat)"
Index “Fitnah Terhadap Negeri Tauhid Saudi Arabia”
Index “Turki Utsmani”
Konspirasi Dan Kolaborasi Syiah (Alawiyin),Kristen Dan Yahudi, “Biang Kerok” Terbentuknya Negeri Yahudi Israel Dan Memporak Porandakan Negara-Negara Arab, manifestasi Pelampiasan Birahi Dendam Majusi Terhadap 'Umar Bin Khattab RA Dan Abu Bakar Ash-Shiddiq RA. Berdirinya Negara Tauhid KSA Membendung Ekpansi Tersebut.
Kerancuan Sejarah Wahhabi : Sebuah kritik atas pertentangan memoar Hempher dalam Buku Catatan Harian Seorang Mata-Mata: Kisah Penyusupan Mata-Mata Inggris untuk Menghancurkan Islam
Mengapa Turki Segera Mengakui Negara Zionis Israel, Saat Arab Sedang Berperang, Serta Erdogan Mengunjungi Makam Pendiri Zionisme Di Jerusalem ? (Hijrah Kaum Yahudi Di Masa Daulah Utsmaniyah)
Mengenal Hempher Dan Fitnahnya Terhadap Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahab
Membongkar Kebohongan & Penyesatan Buku ”Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi”
Perjanjian Faisal Bin Husein (Putra Syarif Mekkah Husein Bin Ali, Penganut Sufisme, Keluarga Hasyimiyah) -Weizmann, Pintu Masuk Yahudi Eropa Miliki Tanah Di Palestina. 'Arab Revolt', Pemberontakan Keluarga Sufi Melawan Turki Utsmani
Paham Sesat Sufi Salah Satu Sebab Runtuhnya Turki Ustmani
Penyerangan Daulah Utsmaniyah Terhadap Arab Saudi Karena Akidah
Pembebasan Arab Saudi Melawan Penjajah Otoman (Utsmaniyah), Jatuh Dua Kali (Abad 18 M) Dan Kemudian Bangkit (Awal Abad 19 M), Banyak Ulama Madinah Yang Dibunuh
Sejarah Dan Penyebab Runtuhnya Khilafah Turki Utsmani, banyak yang tidak mengetahui sejarah sebenarnya
Salafi Meruntuhkan Khilafah Islam ??? Mengenal 'Arab Revolt' Dan Perjanjian Sykes-Picot 1916.
Siapakah Yang Menjadi Agen Inggris? Siapakah Yang Meruntuhkan Daulah Utsmaniyah?
Studi Kritis Atas Buku “Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi” [2]
Silahkan buka bebarapa video terkait “wahhabi” di halaman muka video (you tube) dibawah ini :
Syubhat Syaikh Sulaiman Bin Abdul Wahhab Menjawab Syubhat Seputar Al Mujaddid Asy Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab 
Tentang Ahmad Zaini Dahlan Dan Sikap Ulama Ahlu Sunnah Terhadapnya
Tanggapan Atas Tulisan Ismatillah A. Nu'ad "Raja 'Abdullah, AS dan Wahabisme"
Untuk Pendengki Saudi : Portal Islam-Id, Zulkifli Muhammad Ali, Teuku Zulkifli Usman, Hasmi Bakhtiar, Tulisan Ini Membantah (tulisan) Sikap Ghuluw Antum Kepada Erdogan, Yang Kebentur Dinding Reaktor (Istidraj) Idlib (Terkooptasi Komunis Dan Rafidhah).
100 Tahun Perjanjian Sykes-Picot Yang Pecah Belah Bumi Syam Dan Turki Utsmani