SETELAH Asquith dan
pemerintahannya jatuh, Konspirasi bisa menempatkan Tiga Serangkai Lloyd George,
Balfour dan Churchill untuk memerintah Inggris. Berubahlah perimbangan kekuatan
dunia. Amerika tiba-tiba melibatkan diri dan memihak Inggris dalam perang
melawan Jerman pada pertengahan tahun 1917, tiga tahun setelah perang pecah
selama masa itu masing-masing pihak dalam keadaan seimbang.
Amerika sebenarnya tidak
punya kepentingan apa-apa dalam perang ini, meskipun negara itu harus
mengorbankan ribuan putra terbaiknya, dan mengeluarkan jutaan dolar. Publik
opini Amerika menunjukkan, bahwa mayoritas penduduknya menolak keterlibatan
negaranya dalam perang itu. Sebenarnya bangsa Amerika masih memandang bangsa
Eropa, khususnya Inggris, dengan mata kebencian dan kewaspadaan.
Mereka belum bisa melupakan
perang melawan penjajah Inggris itu. Akan tetapi, di sana ada faktor baru,
yaitu gerakan Zionisme yang sepenuhnya mengendalikan pemerintah Inggris, dan
juga pengaruhnya yang sangat kuat di Amerika. Maka opini publik Amerika
bukanlah satu-satunya pertimbangan yang menentukan kebijakan pemerintahnya.
Faktor baru itu didukung oleh adanya berbagai bentuk hubungan yang dilakukan
dari balik layar.
Dan yang paling menonjol
adalah hubungan Rothschild dengan menteri luar negeri Inggris Arthur George
Balfour, dan hubungan Balfour bersama Lord Reading dari satu sisi dan dari sisi
lain dengan perusahaan Cohen-Lobe di New York, yang mewakili kelompok pemilik
modal internasional di Amerika. Hubungan terakhir dilakukan secara resmi,
ketika pemerintah Inggris mengutus menteri luar negerinya Balfour pada 5 April
1917, untuk mengadakan pertemuan dengan kelompok Cohen-Lobe beserta para wakil
perusahaan monopoli yang tergabung dalam Cohen-Lobe itu.
Balfour menyampaikan secara
resmi atas nama pemerintahnya, bahwa pemerintah Inggris akan mendukung proyek
yang mengacu pada terwujudnya Zionisme politik, sebagai imbalan atas kesediaan
mereka mendukung keterlibatan Amerika ke dalam perang memihak Inggris.
Demikianlah kedua belah pihak telah sepakat dan kemudian benar-benar
melaksanakan. Tepat pada tanggal 7 Juni 1917 pasukan Amerika pertama tiba di
Eropa. Sedang Inggris sesuai dengan perjanjian tersebut melaksanakan langkah
bagi terwujudnya Zionisme politik.
Kita kembali kepada masalah
hubungan pertama antara Rothschild dan Balfour. Tanggal 18 Juli 1917 Lord
Rothschild yang mewakili cabang Rothschild and Brothers menulis surat kepada
Balfour yang isinya :
“Sesuai dengan pernyataan
yang anda minta, kami menulis surat ini kepada Anda. Kalau Anda sudah mendapat
wewenang tertulis dari pemerintah baginda Raja yang berisi pemberitahuan
tentang pernyataan yang kami maksudkan kepada pemerintah, dan Anda sendiri
menyambut baik tentang pernyataan itu, kami akan menyampaikannya kepada
persatuan Gerakan Zionisme dalam sebuah pertemuan yang akan diadakan khusus
untuk membicarakan masalah itu.”
Ttd.
Lord Rothschild
Adapun bunyi teks pernyataan
yang diminta oleh Lord Rothschild, yang telah disetujui oleh pemerintah
kerajaan Inggris adalah yang kelak menjadi deklarasi Balfour, yang isinya :
1) Pemerintah kerajaan
Inggris menyetujui prinsip mengenai berdirinya sebuah negara nasional bagi
bangsa Yahudi di bumi Palestina.
2) Pemerintah kerajaan
Inggris akan mengupayakan dengan segala kepastian yang dimilikinya untuk
mendukung tercapainya tujuan ini. Pemerintah kerajaan Inggris juga akan
membicarakan cara dan sarana yang dibutuhkan oleh organisasi Zionisme untuk
mewujudkan tujuan tersebut.
Demikianlah sikap pemerintah
kerajaan Inggris di bawah Perdana Menteri Lloyd George, yang diwakili oleh
menteri luar negerinya Arthur George Balfour, yang bertekuk lutut tanpa syarat
kepada arsiteknya. Bahkan pemerintah Inggris tidak menawar sama sekali
persyaratan yang diajukan oleh Lord Rothschild dan kawan-kawannya dari
organisasi Zionis.[]
BUKTI lain yang menunjukkan
adanya hubungan pemerintah Lloyd George dengan tokoh-tokoh Zionis adalah
disetujuinya tuntutan mereka yang lain. Yaitu tuntutan untuk memilih Lord
Reading sebagai kepala perutusan ekonomi Inggris di Amerika Serikat. Padahal, Lord
Reading itu tidak lain adalah seorang Yahudi yang menyamar. Nama aslinya adalah
Sir Roefoss Isac, yaitu orang yang tersangkut skandal Marcony yang terkenal
itu, sebelum mendapat gelar Lord.
Pemerintah Inggris memberi
gelar itu kepadanya dengan maksud, agar skandal yang telah menjatuhkan
namanya itu akan terkubur dalam ingatan orang. Dan pemerintah Inggris terpaksa
memilihnya untuk menduduki posisi rawan itu, karena desakan dari Lord
Rothschild dan kawannya seperti Sir Herbert Samuel, yang kelak menjadi komisioner
tertinggi Inggris di Palestina, dan Sir Alfred Mond, yang kelak juga mendapat
gelar Lord.
Sementara itu, Lord Reading
telah mengadakan pembicaraan rahasia dengan pemerintah Amerika Serikat mengenai
masalah keuangan, yang tidak seorang pun bisa mengungkap. Hasil dari
pembicaraan itu baru bisa dilihat dari tinjauan kembali tentang struktur Bank
Inggris, berdasarkan sistem baru setelah tahun 1919, yang kemudian muncul
hubungan keuangan besar-besaran antara kedua negara.
Di bawah ini adalah kutipan
beberapa kalimat dari sebuah surat yang dikirim oleh Yacob Sheiff, seorang
tokoh Yahudi yang mewakili perusahaan Cohen-Lobe di New York kepada salah
seorang pimpinan organisasi Zionisme bernama Freedman pada bulan September 1917
sebagai berikut :
“Saya benar-benar yakin
sekarang, bahwa jaminan yang diberikan oleh Inggris, Amerika dan Perancis
kepada kita telah memungkinkan dimulainya imigrasi besar-besaran bagi bangsa
kita ke tanah Palestina. Jalan akan terbuka kelak untuk menempatkan jaminan
dari negara-negara besar mengenai kemerdekaan bangsa kita, yaitu ketika bangsa
kita di sana telah mencapai jumlah yang cukup untuk bisa dijadikan alasan bagi
tuntutan seperti itu.”
Bukti-bukti seperti itu
rasanya cukup jelas untuk membuka tirai yang menutupi, siapa sebenarnya
Kekuatan Terselubung yang menguasai perjalanan sejarah bangsa-bangsa dari balik
layar. Itu memperjelas, bahwa Zionisme bukanlah suatu gerakan yang lahir dari
‘rahim kebetulan’.
Ia merupakan anak dari sebuah
program jangka panjang, yang dibentuk oleh perkumpulan pemilik modal
internasional dengan tujuan menguasai seluruh dunia
dengan kekayaannya. Berikut ini diketengahkan beberapa data lain yang
bisa melengkapi bukti-bukti yang lalu, yang bisa dijadikan bahan tambahan untuk
meneropong beberapa sisi misterius dari pengaruh Kekuatan Terselubung dan Zionisme
di Inggris.
Pada tanggal 28 Januari 1915
Perdana Menteri Asquith menulis dalam buku hariannya beberapa baris catatan
berikut :
“Saya menerima catatan khusus
dari Herbert Samuel dengan judul Masa Depan Palestina. Dia menyangka, bahwa
kami mampu menempatkan sebanyak 3 sampai 4 juta bangsa Yahudi Eropa di bumi
Palestina. Gagasan semacam ini bagi kami seperti kumpulan cerita mengenai
perang salib baru. Saya menunjukkan kebencianku terus perang terhadap program
dan gagasan yang akan menambah beban tanggungjawab kami ….. dan seterusnya.”
Catatan tersebut menunjukkan
bukti kuat mengenai sikap Asquith terhadap Zionisme dan Konspirasi
internasional. Tidak bisa diragukan lagi, bahwa sikap benci Asquith dan
pemerintahannya menyebabkan pihak Konspirasi mengambil langkah-langkah baru
untuk menumbangkan Asquith. Bahkan juga akan mendongkel sistem pemerintahan
Inggris yang ada pada saat itu. Memang benar, bahwa para pemilik modal sejak
lama telah menguasai beberapa pabrik senjata di Inggris.[]
PADA saat para perancang
program Konspirasi mengumumkan perang terhadap Asquith yang menentang Zionisme,
Inggris tiba-tiba dihadapkan pada krisis dahsyat di bidang produksi kimia
sebagai bahan dasar bagi industri senjata perang dan amunisi. Direktur produksi
bahan kimia di Inggris ketika itu adalah seorang Yahudi bernama Sir Frederick
Nathan. Ia memberikan tender bahan-bahan kimia kepada perusahaan Browner-Mond
dengan kredit besar dari pemerintah sebagai bantuan.
Sedang pemilik perusahaan itu
tidak lain adalah dua orang pengusaha Yahudi terkenal, yaitu Browner dan Mond
itu sendiri yang diambil sebagai nama perusahaannya. Kemudian perusahaan itu
membangun pabrik kimia raksasa di kota Silvertown dengan biaya dari bantuan
kredit pemerintah itu. Ketika pabrik ini mulai memproduksi bahan-bahan kimia,
kebutuhan bahan kimia pemerintah segera bisa diatasi.
Pada saat itu media massa
yang kebanyakan telah dikuasai oleh Konspirasi segera menyanjung keberhasilan
Browner dan Mond sebagai patriot yang dibanggakan Inggris. Pada saat negara
sedang dikepung oleh ancaman krisis persenjataan, mereka tampil sebagai juru
selamat. Sedang kecaman pedas dibebankan kepada pemerintah. Tidak lama
kemudian, setelah proyek Silvertown beroperasi, terjadi ledakan dahsyat yang
menghancurkan pabrik tersebut beserta 800 rumah di sekitarnya.
Akibatnya, produksi bahan
kimia macet dan kembali pula krisis mengancam pemerintahan Asquith. Sedang para
pahlawan palsu beserta para perancangnya telah selamat dari kecaman, dan
mendapat sanjungan serta pujian. Sebagai penutup perlu kita ingatkan, bahwa Mond
yang bergelar Sir Alfred Mond itu, yang kemudian menjabat pengawas produksi
bahan kimia Inggris, di samping sebagai wakil pemerintah dalam produksi
persenjataan di kerajaan itu adalah kelak menjadi kepala perwakilan Yahudi di
Palestina.
Telah kita ketengahkan
peristiwa yang terjadi berturut-turut, hingga jatuhnya pemerintahan Asquith,
yang kemudian digantikan oleh pemerintahan tiga serangkai, yaitu Lloyd George,
Balfour dan Churchill. Kemudian menyusul berbaliknya perimbangan kekuatan dalam
Perang Dunia I, setelah Balfour mengadakan kunjungan ke New York untuk
menghubungi para pemilik modal internasional.
Mungkin timbul pertanyaan di
benak kita mengenai sebab yang memaksa menteri luar negeri Inggris harus pergi
ke New York untuk menghubungi mereka. Padahal, kelompok Rothschild punya pusat
kegiatan di London, sebagaimana beberapa kali telah kita singgung. Untuk
menjawab pertanyaan seperti itu, kita bisa melihat Encyclopedia Yahudi mengenai
gerakan Zionisme sebagai berikut :
“Perang Dunia I telah memaksa
pusat organisasi Zionisme di Berlin berpindah ke New York. Seluruh kekuasaan
dan wewenang diserahkan kepada Komite Darurat Zionisme di bawah pimpinan
seorang jaksa agung Amerika L.B. Brandes.”
Dalam kaitan ini, seorang
penulis berkebangsaan Inggris mengatakan dalam bukunya berjudul Waters Flowing
to the East halaman 51 :
“Sejak itu, yaitu perpindahan
pusat Zionisme dari Berlin ke Amerika, pengaruhnya tampak makin bertambah besar
dalam kehidupan politik di Amerika dan Eropa. Perwakilan imigrasi Yahudi telah
berubah menjadi kekuatan yang mampu mengirimkan dana dan informasi penting
kepada kelompok sabotase di setiap negeri di dunia.”
Kemudian seorang pengamat
Amerika dalam bidang peperangan M. Harrisburger menambahkan dalam bukunya My
Experiences in the First World War halaman 145-146 :
“Perusahaan milik orang
Yahudi, Eliyans telah mentransfer uang sebesar 700.000 Franc Perancis pada 16
Maret 1916 kepada The Grand Eastern Lodge di Paris, dan kepada The Grand
Eastern Lodge di Roma sebesar 1 juta Lira Italia pada tanggal 18 Maret tahun
yang sama. Hal ini telah tercatat dalam dokumen perkumpulan itu. Tidaklah
keliru, kalau kita meragukan, bahwa uang sebesar itu hanya untuk dibagikan
kepada orang-orang Yahudi miskin. Jumlah itu sangat besar waktu itu. Di sana
pasti ada tujuan lain”.[]
KITA kembali lagi meneropong
peristiwa keji yang mengakibatkan Konspirasi Zionisme berhasil menguasai
Inggris sepenuhnya. Dalam periode ini digambarkan oleh seorang penulis Inggris
A.N. Field dalam bukunya That’s all Things halaman 4 sebagai berikut :
“Demikianlah pengaruh Yahudi
tampak jelas setelah Lloyd George memegang kendali pemerintahan.”
Pertemuan pertama yang
diadakan oleh komite politik organisasi Zionisme, setelah Lloyd George memegang
kendali kekuasaan dilaksanakan 7 Februari 1917 di kota London. L. Fray dalam
bukunya Waters Flowing to the East halaman 55 mengatakan :
“Pertemuan pertama yang
diadakan oleh Komite politik organisasi Zionisme adalah tanggal 7 Februari 1917
di rumah kediaman Moshe Gaster di London, dihadiri oleh :
1) Lord Rothschild, kepala
Rothschild and Brothers cabang London, dan James Rothschild putra Edmond De
Rothschild, kepala cabang Perancis untuk kelompok Rothschild and Brothers, dan
kepala Dewan Pemukiman Yahudi yang mewakili Rothschild di Palestina.
2) Sir Mark Sykes, yang rumah
tinggalnya terletak di distrik Ballingham Guinness London, yang merupakan pusat
gerakan Zionisme di Inggris,
3) Sir Herbert Samuel, yang
kelak menjadi komisioner Tinggi Inggris pertama di Palestina dan koordinator
imigrasi Yahudi di wilayah itu.
4) Herbert Pantowich, yang
kelak menjadi gubernur jenderal di Palestina. Dialah orang yang bertanggung
jawab dalam bidang hukum dan undang-undang serta pelaksanaannya di Palestina.
5) Harry Sasheer
6) Joseph Cowen
7) Haim Weisman, seorang
ketua Zionisme politik terbesar.
8) Nachom Sokolov,
penanggungjawab dalam bidang propaganda yang kelak menulis buku The History of
Zionisme.
Topik utama yang dibahas
dalam pertemuan itu adalah strategi yang akan dipakai sebagai landasan pijak
dalam perundingan resmi, yang akan menentukan perjalanan nasib Palestina,
Armenia dan Irak. Seorang politikus Amerika Jeffrey menambah informasi mengenai
pertemuan itu dalam sebuah komentarnya yang ia sajikan kepada pihak organisasi
Zionis di Amerika Serikat sebagai berikut :
“Saya menyampaikan rincian
hasil pertemuan ini kepada organisasi Zionisme di Amerika. Kemudian sejak itu,
mereka mencampuri urusan dalam negeri Inggris, dan mengarahkan pemerintahan
Lloyd George dalam masalah penting yang menjadi bidangnya.”
Selanjutnya kita perlu
mengukur, sejauh mana penyusupan Zionisme ke dalam pemerintahan Inggris pada
saat itu diatur. Berikut ini beberapa pengakuan seorang tokoh Yahudi Samuel
Landman yang dibeberkan sendiri kelak dalam bukunya Yahudi Internasional,
diterbitkan di London tahun 1926 sebagai berikut :
“Setelah persetujuan
ditandatangani oleh Sir Mark Sykes dan Haim Weizman serta Sokolov, mereka
sepakat untuk mengirim sepucuk surat kepada jaksa agung Amerika Serikat L.D.
Brandes, yang sekaligus juga kepala Komite Organisasi Zionisme di New York,
untuk memberitahukan, bahwa pemerintah Inggris telah menyetujui untuk membantu
orang-orang Yahudi dalam merebut Palestina dari tangan bangsa Arab. Imbalannya,
persatuan Yahudi internasional bersedia bersekutu dengan Inggris, dan Zionisme
di Amerika bersedia mendesak pemerintah Amerika untuk bergabung dengan sekutu.
Pada saat itu, Amerika belum melibatkan diri dalam perang. Kemudian gerakan
Zionisme di Amerika meniupkan arus kuat untuk mendukung dan menekan pemerintah
Amerika agar terlibat dalam perang memihak Inggris. Ini membuat kekuatan
Inggris menjadi unggul seketika.”
“Kami mengirimkan surat
serupa kepada jenderal Mac. Donaff, komandan angkatan darat Inggris. Dr Weizman
sejak itu telah menjadi orang yang punya pengaruh besar, sehingga memungkinkan
ia mengadakan hubungan langsung dengan jenderal Mac. Donaff, dan bisa
mencampuri urusan militer. Ia berhasil memperoleh hak pembebasan 6 orang pemuda
Yahudi dari dinas wajib militer. Padahal, negara masih dalam keadaan perang. Dr
Weizman berhasil memperoleh pembebasan mereka dari dinas wajib militer, karena
alasan yang ada hubungannya dengan kepentingan utama bagi negara.”
“Adapun kepentingan utama
yang dimaksud tidak lain adalah mendirikan kantor khusus untuk gerakan
Zionisme, langsung di bawah pimpinan Weizman. Sedang ke 6 pemuda itu adalah
saya sendiri dan 5 kawan lainnya, di antaranya Harry Sasheer, seorang anggota
Komite politik organisasi Zionisme. Pemerintah baru di bawah pimpinan Lloyd
George, Balfour dan Churchill menganggap organisasi Zionisme sebagai kawan dan
sekutunya. Kantor-kantor perwakilan kita mendapat perlakuan istimewa dalam
pelayanan urusan paspor untuk beberapa orang tertentu, transportasi dan
pendanaan. Sebagai contoh, kami sendiri bisa menguruskan dokumen-dokumen
perjalanan untuk seorang Yahudi berkebangsaan Turki Utsmani, karena ia adalah
kawan kami sendiri. Kementerian dalam negeri Kerajaan Inggris dengan mudah memberikan
berbagai fasilitas, meskipun kerajaan Turki pada saat itu sedang berperang
melawan Inggris. Setiap warga Turki Utsmani dianggap musuh.”
Demikianlah sebagai penutup
bab ini, kita bertambah yakin, bahwa langkah pertama dan paling utama yang
ditempuh oleh pemerintah tiga serangkai adalah, bahwa politik negaranya
(Inggris) akan mendukung program Rothschild untuk mendirikan sebuah negara bagi
bangsa Yahudi di bumi Palestina.[]
Habis
Sumber: Yahudi
Menggenggam Dunia/ William G. Car/Pustaka Al-Kautsar