Membicarakan kisah mengenai negeri Yaman berarti membicarakan sebuah kisah tentang wilayah yang memiliki akar sejarah panjang. Pasalnya, jauh berabad-abad sebelum Nabi Muhammad diutus, Yaman telah menjadi sebuah wilayah dengan peradaban dan berbagai kemajuan yang dimilikinya. Negeri Saba’ misalnya, banyak pengamat yang meyakini bahwa ia terletak di wilayah yang sekarang berada di Yaman Selatan.
Kemudian, fase menjelang Rasulullah diutus, Yaman tetap menjadi salah wilayah yang dituju oleh banyak manusia, dantaranya adalah para pedagang Arab. Dalam Surat Quraisy disebutkan, tatkala musim panas, para pedagang Arab akan melakukan perjalanan dagangnya ke wilayah Syam, sementara pada musim dingin akan menuju Yaman.
Pasca diutusnya Nabi Muhammad, banyak para penduduk Yaman yang menyatakan keislamannya. Berabad-abad setelahnya, Yaman mengalami berbagai kemajuan dan kemunduran, layaknya sebuah peradaban yang lahir, tumbuh, berkembang dan kemudian mati.
Kini, Yaman tengah berada dalam fase krisisnya. Keamanan yang berada pada titik nadir, membuat negeri ini menjadi porak poranda. Adalah kelompok Hutsiyin yang menjadi faktor terbesar kenapa Yaman berada pada kondisi seperti sekarang.
Menilik Analisa Pengamat Timur Tengah
Pengamat politik Timur Tengah asal Kuwait, DR Abdullah Fahd An-Nafisi beberapa bulan silam pernah memberikan analisanya terkait kondisi politik dan keamanan yang dialami oleh Yaman. Ketika itu, jauh sebelum kelompok Hutsiyin berhasil menguasai ibukota Yaman, Sanaa, An-Nafisi telah yakin bahwa kelompok ini akan menimbulkan huru-hara yang luar biasa bagi Yaman dan dunia Islam pada umumnya.
Apa yang dikhawatirkan An-Nafisi ini tak lepas dari gerak-gerik dan perkembangan yang begitu cepat pada tubuh kelompok Hutsiyin ini. Selain itu, berdasarkan informasi yang ia dapatkan, An-Nafisi menyebut bahwa ada kekuatan besar yang menyokong perkembangan kelompok ini.
Adalah Republik Syiah Iran yang An-Nafisi maksudkan sebagai kekuatan penyokong Hutsiyin. Sebagai pemberi bekingan, Iran tak hanya sekedar memberikan dukungan moral dan diplomatis saja, tetapi juga dukungan dana, pelatihan militer dan alat-alat tempur diyakini mengalir dengan deras.
Seperti diketahui, kelompok Hutsiyin yang merupakan pengikut Badruddin Al-Hutsi merupakan penganut ideologi syiah. Sederhananya, kelompok ini memiliki jalan pikiran yang kurang lebih mirip dengan Iran. Tak heran jika kemudian Iran memberikan dukungan besar kepada kelompok ini dan juga kelompok-kelompok yang sejalan dengannya.
Dalam sebuah pernyataan, An-Nafisi yang juga Guru Besar Ilmu Politik di Universitas Kuwait mengatakan bahwa diantara bentuk dukungan Iran adalah dengan memberikan pelatihan militer terhadap para pemuda Hutsiyin. Untuk menghindari sorotan mata media, dipilihlah wilayah perbatasan Yaman dan Afrika, sebagai tempat pelatihan militer bagi milisi Hutsiyin.
Adalah kepulauan Dahlak yang dekat dengan Eritrea yang dijadikan markas pelatihan. Iran, menyewa tiga pulau kecil yang terletak di kepulauan Dahlak dan menjadikannya sebagai markas pelatihan militer, strategi perang, serta pasokan logistik bagi para pemuda Hutsiyin. Tak hanya dari kelompok Hutsiyin saja, para pemuda syiah dari Bahrain, Uni Emirat dan Kuwait juga banyak yang ikut bergabung dalam pelatihan yang digagas Iran tersebut.
Pelatihan yang diberikan secara sistematis dan terancang itu akhirnya membuahkan hasil. Kelompok Husyiyin, dengan pede akhirnya mengangkat senjata terhadap pemerintah hingga berujung pada jatuhnya ibukokota Yaman, Sanaa pada pertengahan September silam. Tentu saja operasi tersebut dibantu dengan penggembosan pada tubuh militer Yaman itu sendiri.
Apa setelah Yaman?
Setelah kelompok Hutsiyin ini berhasil menguasai ibukota dan menekan pemerintah untuk menandatangani perjanjian, apakah Hutsiyin akan berhenti membuat geger dunia arab?
“Mereka tidak akan berhenti, karena tujuan asasi mereka bukanlah Yaman itu sendiri, melainkan Mekkah dan Madinah,” prediksi An-Nafisi.
Pernyataan yang seolah berlebihan memang, namun bisa saja berubah menjadi sebuah kenyataan. Maka, wajar ketika ibukota Yaman berhasil dikuasai oleh Hutsiyin, Arab Saudi langsung mengingatkan dunia akan ancaman keamanan di Yaman.
“Kondisi keamanan yang terjadi di Yaman merupakan ancamaan nyata terhadap keamanan global,” kata Menlu Arab Saudi, pangeran Saud Al-Faishal di hadapan PBB akhir September silam.
Selain berbicara di hadapan PBB, Arab Saudi juga mengajak negara-negara Arab lainnya agar waspada terhadap ancaman nyata yang ditunjukkan oleh kelompok Hutsiyin.
Hutsiyin Kuasai perbatasan Yaman-Saudi
Rabu (22/10/2014), wilaya Hajjah di Yaman yang berbatasan langsung dengan Arab Saudi telah berhasil dikuasai oleh kelompok Hutsiyin. Kaum muslimin, Ahlussunnah tentu saja berharap agar kelompok ini tidak memperluas wilayah pemberontakannya ke wilayah tetangganya. Arab Saudi harus betul-betul waspada, jangan sampai wilayah yang mereka miliki diserang atau bahkan dikuasai oleh kelompok Hutsiyin.
Dan kalau saja pemberontakan mereka masuk ke wilayah Arab Saudi -Na’udzu billahi mindzalik-, pertanyaan berikutnya adalah bagaimanakah nasib kota Mekkah dan Madinah nantinya?. (arc)
http://c89-kategori-aktualita.gemaislam.com/yaman-arab-saudi-dan-ambisi-hutsiyin-kuasai-mekkah-madinah/
Lewat Mana Iran Pasok Senjata
Untuk Kelompok Hutsiyin?
SANAA (gemaislam) –
Kelompok syiah Hutsiyin di Yaman berhasil membuat porak-poranda pemerintahan
yang sah dan menguasai ibukota beberapa waktu silam. Keberhasilan kelompok ini
menimbulkan tanda tanya besar bagi banyak orang lantaran jumlahnya yang pada
awalnya sebenarnya tidak terlalu besar.
Pertanyaan tantang
dalang di balik terangkatnya nama Hutsiyin masih terus dilontarkan. Iran,
digadang-gadang menjadi pelaku utama dibalik populernya nama kelompok Hutsiyin
dan jatuhnya pemerintahan Yaman. (baca :Yaman, Arab Saudi dan Ambisi Hutsiyin Kuasai Mekkah-Madinah)
Selain mendapatkan dukungan
moril dan pelatihan militer dari Iran, Hutsiyin juga ditengarai mendapatkan
pasokan senjata dari Republik Syiah tersebut. Hal ini ditegaskan oleh laporan
dari media-media Timur Tengah seperti Alarabiya dan Syarq-Awsat baru-baru ini.
Kedua media ternama itu
menyebut ada beberapa pelabuhan yang menjadi tempat penyelundupan senjata. Yang
pertama adalah pelabuhan Medi di Eritrea, pelabuhan Hudaidah, dan pinggiran
pantai wisata Al-Khawkhah. Ketiganya terletak di garis Laut Merah.
Lewat tiga titik itulah
kelompok Hutsiyin bisa mendapatkan pasokan senjata terbaru. Mudahnya penjagaan
terhadap tiga tempat itu lantaran para petugas perbatasan dan tentara maritim
telah berada dalam kontrol Hutsiyin dan Iran.
Hingga kini Yaman masih belum
menjadi hunian nyaman bagi masyarakatnya lantaran kelompok Hutsiyin terus saja
membuat ulah dengan menyerang masyarakat yang berakidah ahlussunnah.