Kenapa seorang Alwi Shihab terusik dan sentil Saudi
yang memimpin Koalisi Negara Teluk untuk menumpas pemberontak Syiah Houthi?
Mantan Menteri Luar Negeri era Presiden
Abdurrahman Wahid, Alwi Shihab turut memberikan komentar terkait keikutsertaan
Arab Saudi dalam mencampuri urusan perang saudara yang terjadi di negara Yaman.Sebagaimana diketahui, Arab Saudi menjadi 'panglima' dalam koalisi yang melibatkan aliansi negara-negara Arab yang membantu pemerintahan Yaman dari pemberontak Syiah Huthi yang saat ini mengambilalih pemerintahan.
Dengan tindakan Arab Saudi yang ikut menyerang Yaman ini, Alwi berkesimpulan tak ada teman dan musuh yang abadi di dalam dunia politik. Sebab selama ini, nyatanya Arab Saudi adalah negara yang intens bekerja sama dengan Yaman. Justru dalam perpolitikan, apalagi perpolitikan internasional, yang ada kata Alwi adalah kepentingan yang abadi.
"Bertahun kerja Saudi membantu Yaman, hari ini Yaman di serang Saudi. Benar ungkapan 'tiada teman dan musuh abadi dalam politik, yang ada kepentingan abadi," kata Alwi melalui kicauan di akun twitter pribadinya @ShihabAlwi, Sabtu (28/3).
Yaman saat ini sedang terjebak dalam situasi perebutan kekuasaan antara pihak pemerintahan yang baru saja digulingkan Abd-Rabbu Mansour Hadi dengan pihak pemerintah yang menguasai secara de facto oleh gerilyawan Syiah Houthi.
( baca Sejarah keji agama Syi’ah Rafidhah sepanjang zaman di http://lamurkha.blogspot.com/ ).
Operasi militer Arab Saudi ini datang tak lama setelah Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi meminta bantuan militer pada organisasi Liga Arab. Ini sebagai upaya untuk menghancurkan pemberontak Syiah Houthi dan mengembalikan Yaman pada pemerintahan yang sah. Dalam pernyataan bersama mereka yang ikut dalam operasi militer ini yakni Saudi Arabia, UAE, Bahrain, Qatar, dan Kuwait.
Operasi militer Arab Saudi ini datang tak lama setelah Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi meminta bantuan militer pada organisasi Liga Arab. Ini sebagai upaya untuk menghancurkan pemberontak Syiah Houthi dan mengembalikan Yaman pada pemerintahan yang sah. Dalam pernyataan bersama mereka yang ikut dalam operasi militer ini yakni Saudi Arabia, UAE, Bahrain, Qatar, dan Kuwait.
Belangnya si alwi shihab makin tersingkap,
Rafidhi !
baca artikel terkait :
( Ancaman Keji Syiah (
Yaman/Iran ) Serang Mekkah di Abad 20 !!! )
http://lamurkha.blogspot.com/2014/12/inilah-perbedaan-arab-saudi-dengan-iran.html
Setelah Yaman, Raja Salman Memberikan Sinyal Lanjutkan Pembebasan Palestina dan Suriah !
[ Juga Irak, Lebanon, Sampai Syi'ah di Bumi Arab pergi ke Iran ! Insya Allah, red. ]
Pelayan Dua Tanah Suci Raja Salman bin Abdul Aziz
menegaskan bahwa operasi militer gabungan Dewan Kerja Sama Negara-Negara Arab
Teluk (GCC) bertajuk “Aashifatul Hazm” (Badai Penghancur) menumpas pemberontak
Syiah Al Hautsi (Syiah Al Houthi) di Yaman akan terus berlanjut sampai
mengembalikan pemerintahn Yaman dalam keadaan aman dan pemerintahannya sesuai
syar’i. ( Ahlusunnah )
Hal tersebut disampaikan Raja Salman dalam sambutannya pada pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Liga Arab ke-26 di kota Syarm el-Syeikh, Mesir, Sabtu (28/03/2015) kemarin.
“Kami tegaskan bahwa operasi militer “Badai Penghancur” akan terus berlanjut sampai mencapai targetnya, yaitu memberikan rasa aman kepada Yaman, dengan izin Allah Ta’ala,” ujar Raja Salman seperti dikutip alriyadh.com. Raja Salman menjelaskan idiologi dan latar belakang diberlakukannya operasi militer terhadap Pemberontak Syiah Al Hautsi di Yaman. Usai membahas masalah terorisme pemberontak Syiah Al Hautsi di Yaman, Raja Salman juga menyegarkan ingatan umat Islam agar tidak lupa masalah umat Islam di tanah Syam, khususnya Palestina dan Suriah.
“Sesungguhnya urusan Palestina tetap menjadi
hal terpenting bagi kami, sebagaimana sikap Arab Saudi terhadap masalah ini
dari dahulu untuk terus memperjuangkan kemerdekaan bangsa Palestina dan
berdirinya negara Palestina yang berdaulat serta menjadikan kota Al-Quds yang
mulia sebagai ibu kotanya. Hal ini sejalan dengan keputusan Resolusi Legitimasi
Internasional dan Inisiatif Perdamaian Arab tahun 2002, keputusan ini disambut
hangat oleh Dunia Internasional tetapi Israel merasa tidak mengetahuinya,”
tegas Raja Salman dalam sambutannya.Hal tersebut disampaikan Raja Salman dalam sambutannya pada pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Liga Arab ke-26 di kota Syarm el-Syeikh, Mesir, Sabtu (28/03/2015) kemarin.
“Kami tegaskan bahwa operasi militer “Badai Penghancur” akan terus berlanjut sampai mencapai targetnya, yaitu memberikan rasa aman kepada Yaman, dengan izin Allah Ta’ala,” ujar Raja Salman seperti dikutip alriyadh.com. Raja Salman menjelaskan idiologi dan latar belakang diberlakukannya operasi militer terhadap Pemberontak Syiah Al Hautsi di Yaman. Usai membahas masalah terorisme pemberontak Syiah Al Hautsi di Yaman, Raja Salman juga menyegarkan ingatan umat Islam agar tidak lupa masalah umat Islam di tanah Syam, khususnya Palestina dan Suriah.
“Arab Saudi melihat bahwa telah tiba saatnya untuk menyadarkan kembali dunia
internasional tentang kewajiban mereka untuk menjalankan keputusan Dewan
Keamanan Inisiatif Perdamaian Arab,” lanjutnya.
Krisis Suriah tidak terlupakan dan menjadi perhatian penting Raja Salman dalam
KTT Liga Arab. Dalam sambutannya, Raja Salman menyampaikan keprihatinan dan
kesedihan mendalam terhadap kedzaliman yang terjadi di Suriah.
“Krisis Suriah masih berputar pada tempatnya, penderitaan dan rasa sakit masih dirasakan rakyat Suriah akibat ulah sistem pemerintahan yang membombardir desa-desa dan kota-kota dari udara dengan gas beracun dan bom peledak, sistem yang masih menolak semua upaya regional dan internasional untuk solusi damai,” kata Raja Salman.
“Setiap upaya untuk mengakhiri tragedi Suriah harus berpegang pada keputusan pertama Konferensi Jenewa, kita tidak bisa membayangkan partisipasi dari tangan-tangan mereka yang diwarnai darah rakyat Suriah untuk menentukan masa depan Suriah,” kata Raja Salman memberi isyarat bahwa Suriah hanya mengharapkan partisipasi dari saudaranya seiman untuk bangkit kembali.
“Krisis Suriah masih berputar pada tempatnya, penderitaan dan rasa sakit masih dirasakan rakyat Suriah akibat ulah sistem pemerintahan yang membombardir desa-desa dan kota-kota dari udara dengan gas beracun dan bom peledak, sistem yang masih menolak semua upaya regional dan internasional untuk solusi damai,” kata Raja Salman.
“Setiap upaya untuk mengakhiri tragedi Suriah harus berpegang pada keputusan pertama Konferensi Jenewa, kita tidak bisa membayangkan partisipasi dari tangan-tangan mereka yang diwarnai darah rakyat Suriah untuk menentukan masa depan Suriah,” kata Raja Salman memberi isyarat bahwa Suriah hanya mengharapkan partisipasi dari saudaranya seiman untuk bangkit kembali.
Di samping membahas politik dan keamanan kekinian di atas, Pelayan Dua Tanah
Suci juga membahas masalah ekonomi, senjata nuklir dan senjata pemusnah massal.
Raja Salman juga mengatakan, alasan serangan militer ke Yaman adalah permintaan
Presiden Yaman Abdrabuh Mansur Hadi yang meminta bantuan Negara-negara Arab
pasca ‘kudeta’ dan tekanan kelompok pemberontak Al-Hautsi.
http://www.suaranews.com/2015/03/setelah-yaman-raja-salman-memberikan.html
http://www.suaranews.com/2015/03/setelah-yaman-raja-salman-memberikan.html