Friday, September 18, 2020

Dagelan Seri 2 : Erdogan (Turki) Vs Zionis Israel.

 

Seri  1 : Majusi Rafidhah Iran Vs Zionis Yahudi (Induk Semang Syiah)


Erdogan Akan Membebaskan Masjid Al Aqsa ??? Video Hubungan Erdogan Dengan Zionis Israel
Erdogan menang, pemerintah Iran dan Israel senang?
Erdogan Adalah Yahudi Muslim (Munafiq)
Erdogan (Ataturkish) Dan Penjualan Yerusalem Palestina, Bertemu Dengan Tokoh Zionis Pembantai Sabra Dan Shatilla Di Jesrusalem
Erdogan (Turki’Suf) – Zionis Yahudi Simbiosis Mutualisme. Kedengkiannya Bersama MajuSyi’ Iran Terhadap Negeri Tauhid Saudi. Suriah (Syam) Hancur Oleh Bangsa Non Arab.
Erdogan Bersahabat dengan Israel dan Syiah
Erdogan: Turki Butuh Israel (02 Jan 2016)
Erdogan Tegaskan Turki Butuh Israel (03 Januari 2016)
http://www.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/16/01/03/o0cao2299-erdogan-tegaskan-turki-butuh-israel
Erdogan Berkomplot Dan Memprovokasi Kufar Barat Untuk Menyerang Arab Saudi (Al Haramain). Dia Sedang Melakukan Kampanye Fitnah Dan Permainan Politik Dalam Situasi Seperti Ini.
Jangan Terpedaya "Gema Islam" Erdogan. Fakta, Dia (Bangsa Turki) Bersama Bangsa Majusi Iran (Syi’ah) Dan Bangsa Rusia (Komunis, Ortodoks) Berkonspirasi Membunuhi Ahlus Sunnah Syams (Arab). Apa Haknya Mereka (Bertiga) Mendefinisikan “Para Mujahidin Ahlus Sunnah Bangsa Arab Syam” Yang Harus Dibinasakan (License To Kill) ? Silahkan Bantah Fakta-Fakta Dibawah.
Kejahatan Erdogan (Turki) Terhadap Negeri Tauhid Saudi Arabia Dan Kamuflase Hubungannya Dengan Zionis Israel.
Kebohongan Erdogan Soal Jerusalem (Al Quds). Bersama Komunis Rusia Dan Majusi Syiah Iran Mengkavling Syam, Mengisolir Mujahidin Ahlus Sunnah Dan Mengamankan Jagal Terkeji Bashar Asaad. Bisa Dipercaya ?
Mengapa Turki Segera Mengakui Negara Zionis Israel, Saat Arab Sedang Berperang, Serta Erdogan Mengunjungi Makam Pendiri Zionisme Di Jerusalem ?
Majusi Rafidhah Iran Lebih Berbahaya (Terhadap Islam Dan Kaum Muslimin) Dari Yahudi Dan Nasrani. Turki Dan Zionis Israel Sama Bahayanya Terhadap Arab (Saudi).
Mana Realisasinya ????
Tak Tahan Lihat Serangan Rusia di Suriah, Erdogan Ancam Putus Hubungan dengan Rusia (Pembual, dia pernah juga ancam yang sama terhadap Israel dan USA, ciri-ciri orang Munafik).
Kebohongan Turkinesia.Net Terkait Simbiosis Mutualisme Erdogan – Zionis Israel
PM Sharon meets with Turkish PM Erdogan(01 May 2005)
Putra Mahkota Saudi Sebut Turki Komplotan 'Segitiga Kejahatan' Bersama Majusi Rafidhah Iran. Jamal Khashoggi Agen Barat (Turki) Untuk Hancurkan Nucleus Kekuatan Ahlus Sunnah (Al Haramain).
Posisi Tegas Arab Saudi Terhadap Palestina Sejak 1935 Hingga Sekarang. KSA Tidak Punya Hubungan Diplomatik Dengan Israel, Iran Dan Suriah, Penjagal Ahlus Sunnah Syam. Dalam Perang Arab-Israel 1973, Iran Dan Turki Memihak Zionis Israel. Mengikuti Cara Umar Bin Khatab RA Dan Sultan Salahuddin Al Ayyubi, Habisi Dulu Majusi Syi’ah Baru Al Quds.
Presiden Erdogan Bersumpah Dengan “Kehormatan (Selain Nama Allah)”
Hukum Bersumpah Atas Nama Selain Allah
Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Serangan Erdogan Ke Arab Saudi: "Kapan Kita Akan Mendengar Suara Anda?"
Trio Penghancur” Palestina Dan Pendukung Aktif Zionis Israel Sejak Berdirinya : Iran- Turki – “Qatar”

Media Arab Soroti Kedekatan Erdogan dengan Israel
 
Saluran televisi satelit Al-Arabiya melansir tayangan yang membuka kedok Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan terkait palestina. Video berjudul ‘Dusta Erdogan, Israel Adalah Musuh’ menayangkan video kompilasi kunjungan Presiden Erdogan ke Tel Aviv dan beberapa fakta yang cukup mengejutkan.
 
Tayangan itu menampilkan bukti-bukti bahwa Erdogan adalah pemimpin muslim pertama yang melayat dan meletakkan karangan bunga ke pusara Herzi, yakni pendiri negara zionis Israel yang semena-mena menjajah wilayah Palestina hingga kini. Erdogan juga menemui sahabatnya yaitu mantan Perdana Menteri Israel, Ariel Sharon.
 
Dilansir dalam video tersebut yang menunjukkan Erdogan sempat mengunjungi Masjid Al-Aqsa dengan dikawal oleh pasukan keamanan Israel. Turki juga disebut sebagai negara pertama yang mengakui Israel pada tahun 1949.
 
Turki dan Israel bahkan meningkatkan transaksi dagang mereka hingga 4 miliar dolar AS per tahun. Juga mengungkap pengakuan bahwa Al-Quds sebagai ibukota Israel. Keduanya juga melakukan kerjasama di bidang pariwisata, dengan adanya 60 penerbangan pesawat per minggu yang melayani rute antar kedua negara.

Menurut Al-Arabiya tidak hanya Erdogan yang dinilai berdusta, namun juga keluarganya. Putra Erdogan bernama Ahmet Burak Erdogan disinyalir telah menginvestasikan armada kapalnya kepada pengusaha Israel. Selain itu, dalam tayangan tv tersebut juga memperlihatkan duta besar Turki untuk Israel yang turut merayakan hari-hari besar keagamaan Yahudi. Gertakan, dan sandiwara dianggap telah menjadi ‘gaya hidup’ dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Hal itu sudah diketahui secara umum, bahkan menjadi bahan ejekan dan komentar, terutama mengenai apa yang dia lontarkan kepada Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.

Netanyahu juga memperolok sikap Erdogan di depan publik terhadapnya. Netanyahu mengatakan bahwa Erdogan menyebut dirinya sebagai Hitler setiap 3 jam, bahkan 6 jam sekali. Namun, dari kedua tokoh yang sedang berselisih dan disebut sedang berada dalam konflik, hanya tipuan.

Pakar Hubungan Internasional dari Mesir, Mohammad Hamid, berkomentar mengenai optimalisasi hubungan perdagangan dan ketertarikan antara Israel dan Turki. Dia mengatakan hubungan keduanya sudah terjalin lama. Bahkan, Israel lebih mengutamakan Turki dibanding negara lain manapun di bidang pariwisata.

“Semen-semen Turki bahkan digunakan untuk mendirikan permukiman-permukiman di dalam wilayah Palestina dan Tepi Barat,” kata Hamid, dikutip dari Al-Arabiya.

Lalu, undang-undang Eropa yang menyatakan untuk melarang produk impor yang diselundupkan dari pemukiman ilegal di Tepi Barat itu. Namun, produk-produk impor tersebut masuk ke Turki tanpa diberikan sanksi oleh Erdogan.

“Semua isu yang dia (Erdogan) lontarkan tentang Palestina merupakan bentuk upaya untuk membangkitkan simpati bangsa-bangsa arab,” ucap Hamid. Hamid menuturkan, semua kontradiksi, sandiwara, dan sikap sok kritis Erdogan di depan kamera hanya ditujukan kepada Arab Saudi semata. Dia menilai, tidak ada perselisihan dan krisis hubungan diplomatik antara Turki dan Israel.

Al-Arabiya disebut sebagai saluran kedua yang paling banyak penontonnya setelah Al-Jazeera termasuk di Arab Saudi sendiri. Al-Arabiya didirikan oleh keluarga kerajaan Saudi yang bermarkas di Dubai untuk menandingi Al-Jazeera yang mendunia dan bermarkas di Doha Qatar. (dil/jpnn)

Erdogan meets Katsav- Ariel Sharon, visits Yad Vashem, (527 Comments)
https://youtu.be/aPgVl48Ohyk
Sumber : JPNN, Al Arabiya
http://www.moslemtoday.com/media-arab-soroti-kedekatan-erdogan-dengan-israel/


PM Erdogan dan Ariel Sharon Sepakat  Perkuat  Hubungan Bilateral Turki-Israel
 
Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan dan Perdana Menteri Israel Ariel Sharon telah sepakat akan memperkuat hubungan dan membuka hubungan telepon langsung antar kantor-kantor kedua negara.
Kedua Perdana Menteri tersebut bertemu hari Minggu di Yerusalem untuk pembicaraan mengenai hubungan bilateral, proses Perdamaian Israel-Palestina, dan isu-isu regional lainnya.
Perdana Menteri Sharon mengatakan Turki bisa membantu Palestina membangun pembangkit listrik dan perumahan setelah Israel menarik diri dari Jalur Gaza.
Israel dan Turki mempunyai hubungan militer dan perdagangan yang kuat. Tetapi hubungan kedua negara tegang tahun lalu ketika Perdana Menteri Erdogan mengaitkan tindakan keras yang dilakukan Israel di wilayah-wilayah Palestina dengan terorisme.
Dalam kunjungannya, Perdana Menteri Turki Erdogan juga meletakkan karangan bunga di Tugu Peringatan Holocaust. Ia akan bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas hari Senin ini.
https://www.voaindonesia.com/a/a-32-2005-05-02-voa3-85278012/45944.html
 
Sandiwara Akp Dan Israel; Pengkhianatan Kepada Palestin
 
Sunday, December 26, 2010
Al Quds Tidak Akan Dibebaskan Hanya Dengan Retorik Kosong.
Pada 30 Mei 2010, enam kapal kargo yang membawa 663 orang awam telah berlepas keGaza. Tujuan mereka adalah untuk memecahkan sekatan Israel-Mesir yang telah melumpuhkan penduduk Gaza, dengan membawa bekalan perubatan, bahan pembinaan dan bantuan lainnya. Angkatan Pertahanan Israel telah menyerang kapal terbesar dari armada bantuan itu, iaitu MV Mavi Marmara di perairan antarabangsa. Sembilan aktivis – semuanya beragama Islam yang tidak bersalah dari Turki – telah syahid ditembak oleh komando Israel dan puluhan lainnya telah terluka. Reaksi dari Turki adalah memanggil pulang duta besarnya dari Tel Aviv dan menghentikan latihan tentera bersama Israel. Ahmet Davutoglu, Menteri Luar Negeri Turki, dalam kenyataannya kepada harian Hurriyet Turki, “Israel mempunyai tiga pilihan: Mereka samada meminta maaf atau menerima penyiasatan bebas antarabangsa dan keputusannya. Jika tidak, hubungan diplomatik kami akan diputuskan ..”
Menggunakan Palestin untuk keuntungan politik.
Telah diketahui umum bahawa penderitaan kaum muslimin yang tinggal di Palestin adalah sesuatu yang dekat di hati umat Islam. Penguasa Muslim saat ini tanpa perasaan malu telah menggunakan isu penjajahan Israel sebagai cara untuk mencari keuntungan politik dari umat Islam. Sebagai contoh, Saddam Hussein telah melancarkan peluru berpandu SCUD ke Israel semasa Perang Teluk pada tahun 1991. Kerosakan darinya sangat sedikit tetapi ia merupakan salah satu usaha Saddam untuk meningkatkan sokongan dari umat Islam. Begitu juga, kerajaan Turki, dipimpin oleh AKP, telah menggunakan isu flotila bantuan kemanusian ini untuk mengelakkannya kehilangan lebih banyak sokongan dari pangkalan kuasa politiknya di Turki.
Sejak bulan Mac tahun lalu, AKP telah kehilangan kredibilitinya di kalangan rakyat atas 3 sebab utama:
1. Dengan memburuknya ekonomi yang bermula pada bulan Oktober 2008, Erdogan dengan bersungguh-sungguh meyakinkan rakyat Turki bahawa krisis ekonomi sudah melepasi negara itu. Seiring berlalunya waktu, rakyat tidak melihat sebarang pemulihan ekonomi apapun – bahkan keadaan mereka bertambah buruk.
2. Kegagalan untuk mengembalikan hak-hak umat Islam (iaitu kebebasan untuk memakai tudung di institusi awam) telah meletakkan AKP dalam dilema strategik dalam negeri kerana belum lagi mampu menunaikan janji-janji yang pernah dibuat kepada penyokongnya di peringkat akar umbi.
3. Kegagalan Turki untuk diterima sebagai ahli Kesatuan Eropah.
Dengan ancaman yang boleh menyebabkan ia terpinggir atau dianggap tidak layak memerintah negara itu, AKP sangat memerlukan sesuatu yang mampu memperbaiki masa depan politiknya.
Pada tarikh 28 Januari tahun ini, ketika sebuah NGO Turki yang berdaftar, IHH (Insan Hak ve Hürriyetleri ve Yardım Insani Vakfı), bersama Gerakan Bebas Gaza ( Free Gaza Movement) mengumumkan rancangan mereka untuk menghantar kapal yang penuh bantuan ke Gaza, pengumuman mereka ini dibuat dengan pengetahuan dan sokongan daripada kerajaan Turki kerana MV Mavi Marmara adalah kapal yang dibeli daripada salah sebuah syarikat yang ditubuhkan oleh kerajaan – IDO Istanbul Fast Ferries Co Inc. Lebih-lebih lagi, mereka telah memulakan pelayaran dari pelabuhan Haydarpaşa Istanbul, dengan persetujuan penuh dari pihak berkuasa Turki.
Setelah insiden yang mengerikan itu di mana 9 orang Islam terkorban dan puluhan yang lainnya terluka oleh serangan komando Israel, kenyataan keras telah dibuat oleh pegawai kerajaan Turki termasuk:
• Presiden Erdogan menyebut insiden itu sebagai “peristiwa berdarah pembunuhan beramai-ramai” dan bahawa serangan itu, “Layak untuk menerima segala jenis kutukan”.
• Pegawai Kementerian Luar Negeri Turki menyatakan bahawa serangan itu boleh mengakibatkan “kerosakan yang tidak boleh diperbaiki” kepada hubungan mereka dengan Israel.
• Zafer Caglayan, Menteri Perdagangan Luar Negeri dan seorang ahli AKP menyatakan, “Sikap tidak berperikemanusiaan dan keganasan negara yang dilakukan oleh Israel boleh menyebabkan jatuhnya angka perdagangan, tidak kira setinggi mana ianya.”
• Ahmet Davutoglu, Menteri Hubungan Luar Negeri Turki memberikan ultimatum kepada Israel untuk meminta maaf, menerima penyiasatan bebas atau menerima akibat dari terputusnya hubungan diplomatik antara Turki dan Israel.
Adalah sangat jelas bahawa tidak satu pun dari ancaman-ancaman ini terlaksana, ia disebabkan dua alasan. Pertama, kita melihat kenyataan yang sama telah dibuat oleh Erdogan di Persidangan Davos selepas pembunuhan beramai-ramai rakyat Gaza pada 2008-2009 ketika itu beliau berkata kepada Presiden Israel Shimon Peres, “Suara anda adalah lantang dan saya tahu itu kerana perasaan bersalah. Apabila ia berkaitan pembunuhan, anda tahu dengan baik cara bagaimana membunuh. Saya tahu betul bagaimana anda menembak dan membunuh kanak-kanak di pantai . Anda mempunyai perdana menteri yang telah mengatakan mereka merasa sangat bahagia saat mereka memasuki Palestin dengan berkereta kebal. ” Erdogan juga mengecam para hadirin yang bertepuk tangan selepas pidato Peres dengan berkata, “Saya juga mengutuk mereka yang bertepuk tangan atas kekejaman ini saya percaya bahawa bertepuk tangan kepada orang-orang yang membunuh kanak-kanak adalah satu jenayah terhadap kemanusiaan ..” Tidak ada satu pun dari kecaman ini terwujud dalam bentuk sebarang tindakan.
Kedua, kita melihat Kerajaan Turki telah secara aktif terlibat dalam hubungan strategik dengan Israel termasuk:
1. Pesawat terbang tanpa awak – Reuters melaporkan bahawa Menteri Pertahanan Vecdi Gönül menyatakan bahawa, “krisis diplomatik dengan Israel selepas negara Yahudi itu menyerang sebuah konvoi bantuan yang disokong oleh Turki tidak akan menjejaskan rancangan penghantaran ‘Heron’ pesawat terbang tanpa awak buatan Israel ke Turki”
2. Minyak – Sebuah projek saluran paip utama antara Turki dan Israel, yang dikenali sebagai MedStream, sedang berlangsung. Saluran paip itu, apabila terealisasi, akan menyalurkan minyak, gas petroleum cecair dan tenaga elektrik dari pelabuhan Mediterranean Turki Ceyhan ke Israel selatan dan dari sana ke India.
3. Tanah – Tanah yang baru-baru ini telah dibersihkan dari periuk api di antara sempadan Turki-Syria sedang dijual kepada salah sebuah syarikat Israel.
4. Perdagangan – Perdagangan antara Turki dan Israel adalah $ 1.4 bilion pada tahun 2002 apabila AKP berkuasa, dan sejak itu melonjak kepada $ 3.3 bilion pada tahun 2008 – iaitu peningkatan sebanyak 134%.
Pada tarikh 30 Jun – hanya selepas sebulan setelah apa yang disebut Erdogan sebagai ”pembunuhan berdarah” – Menteri Perdagangan dan Industri Israel Benjamin Ben-Eliezer telah bertemu Ahmet Davutoglu di Brussels. Pertemuan ini hanya menyokong fakta bahawa AKP sebenarnya tidak bersungguh-sungguh untuk melaksanakan salah satu pun dari ancaman kosongnya kerana ia tidak lebih daripada usaha populis untuk mengembalikan semula sokongan orang Islam.
AKP: kebangkitan Uthmaniyah atau oportunisme politik?
Beberapa media telah berusaha selama bertahun-tahun untuk menggambarkan kerajaan AKP mempunyai kemiripan dengan Khilafah Uthmaniyah. Lebih khusus lagi, merupakan langkah Turki untuk menguatkan lagi hubungannya dengan negara-negara orang Islam dan setelah berbicara menentang keganasan di Gaza pada 2008-2009 telah memberikan Presiden Erdogan gelaran “Sultan Erdogan” – mirip dengan panggilan Sultan yang diberikan kepada para Khalifah semasa pemerintahan Khilafah Uthmaniyah dahulu. Mari kita lihat bagaimana Muslim yang memerlukan pertolongan dibantu oleh Khilafah Uthmaniyah:
Aceh: Pada awal tahun 1500, Portugis telah menyerang Aceh – kecil tetapi mempunyai kedudukan yang strategik dan terletak di Indonesia. Pada tahun 1547 utusan dari Aceh yang awal menemui Khilafah Uthmaniyah untuk meminta bantuan senjata dan sokongan ketenteraan. Sultan Selim II mengutus sepucuk surat ke Aceh, menegaskan bahawa ia adalah tugas Khalifah untuk menerima permintaan dari para penguasa muslim ketika mereka memerlukan bantuan dalam melawan penjajah. Baginda menyebutkan bagaimana baginda akan menghantar armada dan tenteranya mempunyai tanggunjawab untuk mengusir penceroboh Portugis. sikap hangat Sultan Selim II terhadap penduduk Aceh selanjutnya terserlah apabila baginda memerintahkan kepada gabenor-gabenornya untuk membantu duta besar dan semua utusan Aceh dengan apa cara yang mungkin, tanpa perlu melaporkannya kepada kerajaan pusat.
Algeria: Setelah Algeria membebaskan diri dari penjajahan Sepanyol pada 1517, mereka telah bergabung semula dengan Khilafah Uthmaniyah. Menyedari bahawa Sepanyol akan kembali, Khalifah menghantar Janisari (pasukan pengawal dan tentera peribadi Khalifah), kapal dan meriam sebagai sokongan. Malangnya, Sepanyol datang kembali pada 1518, mengalahkan tentera Uthmaniyah dan membunuh gabenor yang dilantik. Sebagai balasan, Khalifah menghantar Laksamana Hayreddin Barboussa. Di bawah pimpinannya, tentera Uthmaniyah terlibat dalam pertempuran melawan Sepanyol untuk pembebasan tanah kaum muslimin dengan jayanya.
Palestin: Pada tahun 1901, tokoh perbankan Yahudi Mizray Qrasow dan dua pemimpin Yahudi berpengaruh yang lain datang untuk melawat Sultan Abdul Hameed dan menawarkan kepada baginda pelunasan semua hutang yang dibuat oleh Khilafah Uthmaniyyah, membantu dalam membangunkan angkatan laut negara dan memberikan pinjaman sebanyak 35 juta Lira emas tanpa bunga untuk penbendaharaan negara sebagai pertukaran kepada membenarkan orang Yahudi untuk melawat tempat-tempat suci mereka di Palestin dan membolehkan mereka membangunkan pemukiman berhampiran Jerusalem.
Abdul Hameed bahkan menolak untuk bertemu dengan mereka. Dia berkata kepada pembantunya, “Katakanlah kepada orang-orang Yahudi yang tidak sopan itu bahawa hutang negara Uthmaniyah tidak memalukan, Perancis juga mempunyai hutang dan ini tidak memberi kesan kepadanya. Baitulmuqadis menjadi sebahagian dari tanah Islam apabila Umar Bin Alkhattab membebaskan kotanya dan aku tidak akan membawa malu sejarah kerana menjual tanah suci itu kepada orang-orang Yahudi dan mengkhianati tanggung jawab dan kepercayaan dari rakyatku. Yahudi itu boleh menyimpan wang mereka, Uthmaniyyah tidak akan bersembunyi di dalam kota yang dibina dengan wang musuh-musuh Islam. ” Dia juga menyuruh mereka supaya pergi dan jangan pernah kembali untuk bertemu dengannya lagi.
Kemudian pada tahun yang sama, pengasas gerakan Zionis, Theodor Herzl, melawat Istanbul dan cuba bertemu Abdul Hameed. Abdul Hameed menolak untuk bertemu dengannya dan ia memberitahu Ketua Majlis Menteri untuk, ”menasihati Dr Herzl supaya tidak mengambil langkah lebih lanjut dalam projeknya itu. Aku tidak boleh memberikan segenggam pun tanah itu kerana ia bukan milikku, ia milik seluruhnya umat Islam. Umat Islam telah terlibat dalam jihad kerana tanah itu dan mereka telah membasahi buminya dengan darah-darah mereka. Orang Yahudi boleh menyimpan wang mereka yang berjuta-juta itu. Jika Negara Khilafah Islam telah runtuh satu hari nanti, maka mereka boleh mengambil Palestin dengan percuma! Tetapi sementara aku masih hidup!, aku lebih suka mendorong pedang ke tubuhku daripada melihat tanah Palestin dipotong dan dilepaskan jauh dari Negara Islam. Ini adalah sesuatu yang tidak akan dibiarkan berlaku; Aku tidak akan memulakan pemotongan tubuh kita sementara kita masih hidup. “
Dari contoh di atas, jelaslah bahawa adalah tidak adil untuk membandingkan AKP dengan Khilafah Uthmaniyyah. AKP melolong dengan slogan-slogan kosong, sedangkan Khilafah Uthmaniyyah bertindak berdasarkan Kitab Allah سبحانه وتعالى dan Sunnah Rasulallah صلى الله عليه وسلم untuk membela hak umat mulia ini sehinggalah sampai saat-saat ia dihancurkan.
Sesuatu untuk difikirkan.
Apabila ditinjau rekod lalu kerajaan AKP, dengan hanya menganalisis dasar dan pencapaiannya, serta mengabaikan semua slogan-slogan, retorika kosong dan janji-janji yang dimungkirinya, kita harus bertanya apakah AKP benar-benar berbeza dari penguasa-penguasa umat Islam yang lain? Apakah ia benar-benar melakukan sesuatu untuk membantu saudara-saudara kita di Palestin, Iraq, Afghanistan dan di tempat lain? Sekurang-kurangnya, telahkah ia memutuskan semua hubungan dengan negara-negara yang menduduki wilayah orang Islam? Berapa lama lagi umat Islam di Turki perlu menunggu sehingga mereka melihat perubahan yang sebenar?
Hanya melalui pembentukan kembali Khilafah ar Rashidah pada kaedah Nabi صلى الله عليه وسلم sahajalah pendudukan asing yang merosakkan itu dapat dihapuskan.
Semoga Allah (swt) memberi kita kekuatan untuk mengubah situasi saat ini kepada yang menyenangkanNya dan dengan cara sebagaimana yang telah Dia perintahkan.
“Imam adalah perisai dari belakangnya kaum muslimin berperang dan melindungi diri mereka. Jika Imam memerintahkan kepada takwa terhadap Allah dan hidayah, dia akan memperolehi pahala yang besar, jika dia memerintahkan kepada yang lain daripada ini dia akan menanggung beban kerananya.” [HR Muslim]
Dipetik dari http://fikru1mustanir.wordpress.com/
Terjemahan dari www.khilafah.com
WUZARA 
http://jemaah-islam.blogspot.com/2010/12/sandiwara-akp-dan-israel-pengkhianatan.html?m=1
 
Benci Tapi Rindu Israel – Turki
 
Israel adalah tokoh antagonis yang dibikin demikian sundal dan sumbing dalam sejarah peradaban dunia modern. Banyak negara memusuhi Israel karena dianggap representasi dari yahudi dan zionisme. Sementara Turki hari ini dianggap sebagai representasi negara penduduk muslim modern dengan kepatuhan terhadap agama yang prima. Lantas, bagaimana hubungan dua negara ini?
Ada pekerjaan yang lebih susah daripada mengajari lempung menulis yaitu membuat orang-orang percaya bahwa politik tidak pernah hitam dan putih. Ini barangkali berlebihan, tapi jika Anda menyimak atau setidaknya melihat perkembangan geopolitik timur tengah, maka Anda akan menyadari hal itu. Tak pernah ada sekutu abadi, tak pernah ada musuh abadi. Seperti suasana hati pemilik zodiak gemini, apa yang terjadi hari ini di Timur Tengah, barangkali hanya Tuhan yang tahu.
Pergolakan politik di Turki juga menarik untuk ditelaah. Negara ini beberapa tahun terakhir menarik banyak penggemar di Indonesia. Turki dianggap sebagai negara ideal bagi para muslim. Presiden Recep Tayyip Erdogan dianggap sebagai pemimpin idola karena membuat Islam berjaya di negara itu. Padahal, Turki bukan negara Islam. Sejauh ini, Turki masih sekuler. Pemisahan antara agama di ruang publik juga pemerintahan adalah hal yang bisa Anda temui secara kasat mata. 
Penggemar Turki, atau penggemar Erdogan di Indonesia menganggap negara ini sebagai sebuah model sempurna bagaimana pemerintahan dijalankan. Turki dianggap menjunjung tinggi agama, punya sikap keras terhadap Israel, dan konon pemimpinnya dicintai rakyatnya. Namun, benarkah demikian? 
Pada 2005, ketika Erdogan pernah melakukan kunjungan bisnis mewakili Turki ke Jerusalem, ia membawa delegasi besar investor dan pebisnis untuk menjajaki kerja sama ekonomi dengan Israel. Salah satu poin penting yang perlu dipahami juga, Erdoğan menawarkan diri sebagai negosiator dan penengah bagi Israel dalam konflik mereka terhadap Palestina. 
Hubungan Turki dan Israel mulai memburuk pada Januari 2009, ketika terjadi pembantaian tiga minggu di Gaza yang dilakukan oleh Israel. Pembantaian ini membunuh 1.400 orang Palestina dan sebagian besar adalah warga sipil. Erdogan menjadi satu-satunya pemimpin dunia yang secara terbuka dan langsung yang mengecam Presiden Israel Shimon Peres pada World Economic Forum di Davos. Januari 2009, dalam sebuah forum di Davos, Erdoğan mengkritik Simon Peres yang dipuji dan diberi applaus karena sikapnya dianggap bangga membunuh orang sipil. 
"Saya melihat ini sangat menyedihkan, orang memberikan tepuk tangan karena apa yang anda ucapkan. Anda membunuh orang-orang. Dan saya pikir itu salah," kata Erdogan. Kolumnis Washington Post, David Ignatius, menghentikan Erdogan sebelum ia berkomentar lebih jauh. Erdogan akhirnya meninggalkan ruang diskusi karena menganggap forum itu tak adil. Sikap ini membuat Erdogan semakin dikagumi karena dianggap membela Palestina
 
Tanpa kompromi
Sikap ini kembali dibalas Israel dengan insiden “kursi pendek”. Pada Januari 2010, perwakilan Turki Ahmet Oğuz Çelikkol dipanggil untuk menemui deputi kementerian luar negeri Israel, Danny Ayalon, yang komplain karena program-program televisi di Turki menunjukkan kekejaman prajurit Israel. Celikkol, yang mewakili Turki diberikan kursi pendek, di belakang meja tanpa representasi bendera Turki sebagai bentuk pelecehan. 
Tapi penyerangan terhadap Mavi Marmara pada 2010 merupakan puncak memburuknya hubungan Turki dan Israel. Sembilan orang warga Turki dalam penyerangan itu, satu orang yang lain Ugur Suleyman Soylemez, meninggal empat tahun kemudian karena koma. Turki lantas menarik duta besar mereka dari Tel Aviv sebagai protes, menurunkan level kerja sama politik mereka dan membekukan kerja sama militer dengan Israel. Turki menuntut agar Israel meminta maaf atas penyerangan itu, membayar kompensasi terhadap keluarga korban, dan menghapus blokade Gaza.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu lantas menelpon Erdoğan untuk meminta maaf, menyesalkan kesalahan yang berujung pada kematian warga Turki. Permintaan maaf ini diatur dan diprakarsai Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Permintaan maaf itu kemudian menjadi awal mula proses pemulihan hubungan bilateral kedua negara.
Memburuknya hubungan Turki dan Israel bukan berarti kerja sama ekonomi mereka ikut memburuk. Setidaknya berdasarkan Turkish Statistical Institute, yang dikonfirmasi oleh pemerintahan Israel, kerja sama ekonomi antara Israel dan Turki telah mencapai angka 5,6 miliar dolar. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel Emmanuel Nachshon bahkan mengatakan, “Kerja sama ekonomi antara Turki dan Israel memenuhi kebutuhan satu sama lain dan saat ini semakin berkembang.”
Kerja sama ekonomi Turki dan Israel bisa dilacak sejak tahun 1996 ketika mereka menandatangani perjanjian kebebasan ekonomi bilateral. Pada 1997, mereka membuat kerja sama pencegahan pajak berganda. Hubungan ini kemudian berkembang pada kerja sama investasi pada 1998. Kerja sama ekonomi sama Israel dan Turki meningkat 26 persen dari 1,58 miliar dolar dari 2010 menjadi dua miliar dolar pada paruh 2011. 
Berdasarkan data Kamar Dagang Israel, ekspor Israel kepada Turki meningkat 39 persen dari 648 juta dolar pada pertengahan 2010 menjadi USD 950 juta pada pertengahan 2011. Pada periode yang sama, Impor dari Turki meningkat 16 persen dari 907 juta dolar menjadi 1,05 miliar dolar. 
Turki merupakan negara keenam destinasi ekspor barang produksi Israel. Bahan kimia dan olahan minyak menjadi bahan utama yang diekspor. Sementara Turki membeli peralatan pertahanan tercanggih dari Israel. Turki juga menjadi negara penyedia jasa sepatu militer dan seragam bagi pasukan militer Israel. Israel sendiri mengimpor sayur, minuman, dan tembakau dari Turki. 
Berdasarkan data dari Turkish Statistical Institute,kerja sama ekonomi Israel dan Turki bukan terjadi baru-baru ini saja. Barang impor dari Israel ke Turki meningkat menjadi 134,98 juta dolar pada Desember 2015 dari 119,49 juta dolar pada November 2015. Rata-rata nilai impor dari Israel ke Turki periode 2014-2015 adalah 180,83 juta dolar. Rekor tertinggi untuk impor dari Israel ke Turki terjadi pada Mei 2014 dengan nilai 310,5 juta dolar. Sedangkan, rekor terendah impor dari Israel ke Turki terjadi pada Februari 2015 dengan nilai 93,8 juta dolar. 
Koran Turki Hürriyet menyebut, negara itu memiliki kerja sama militer bersama Israel. Bentuk kerja sama itu dalam bentuk latihan bersama dan persenjataan militer modern. Pada 2007 nilai kerja sama mereka sudah mencapai 2,6 miliar dolar dan 1,8 miliar dolar, di antaranya adalah untuk pertukaran teknologi dan perlengkapan militer. Gregg Carlstrom dari Al Jazeera mengatakan bahwa Ankara adalah teman Islam paling dekat dari Israel. Pilot Israel bahkan sudah biasa berlatih di teritori udara Turki.
Sebelum memburuknya hubungan Turki dan Israel, berdasarkan badan urusan pariwisata Israel pada 2008-2009, warga Israel yang pergi melancong ke Turki mencapai angka 560.000 orang. Angka ini menurun pada 2010 karena menteri turisme Israel Stas Misezhnikov meminta warganya untuk memboikot Turki karena sikap mereka terkait Gaza. Saat ini mayoritas turis Turki berasal dari negara-negara Arab mencapai 1,4 juta orang pada 2011 setelah sebelumnya hanya 912.000 orang pada 2009. Erdoğan menganggap ini sebagai keberhasilan dan menyatakan tak butuh wisatawan Israel.
Hubungan benci tapi cinta ini memang mewarnai relasi Israel dan Turki. Saat bencana gempa Izmit pada 1999 terjadi, pasukan khusus Israel dan paramedik turun memberikan bantuan terhadap pemerintah Turki. Sekitar 17.000 orang terselamatkan atas bantuan Israel yang diberikan selama berminggu-minggu usai kejadian. Begitu juga sebaliknya pada saat terjadi peristiwa kebakaran hutan di gunung Carmel pada 2010, Turki merupakan negara pertama yang memberikan bantuan kepada Israel untuk membantu memadamkan api.
Reporter: Arman Dhani
Penulis: Arman Dhani
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti
https://tirto.id/benci-tapi-rindu-israel-turki-buKi
 
Gembar-Gembor Presiden Turki Erdogan Soal Yerusalem Membosankan
 
Recep Tayyip Erdogan ingin tampil sebagai pemimpin dunia Islam dalam sengeketa Yerusalem. Tapi tanggapan Presiden Turki itu hanya dibuat-buat. Opini Daniel Heinrich.
Erdogan sering tampil penuh kemarahan. Dan dia ingin semua orang melihatnya. Beberapa bulan lalu, dia menuduh Belanda dan Jerman menerapkan "Metode Nazi", ketika kedua negara melarangnya berkampanye di negara itu untuk pemilu presiden. Kali ini, Israel jadi sasaran.
Tentu, keputusan Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel membangkitkan kemarahan banyak umat Islam. Karena Yerusalem memiliki arti penting, tidak hanya bagi umat Kristen dan Yahudi, melainkan juga bagi umat Islam.
Di lain pihak, tuduhan-tuduhan Erdogan terhadap Israel, seperti "negara teroris" atau "pembunuh anak-anak", lama-lama membosankan karena selalu diulang-ulang. Padahal, Turki sendiri menjalin bisnis besar dengan Israel. Volume perdagangan antara kedua negara setiap tahun terus meningkat.
https://amp.dw.com/id/gembar-gembor-presiden-turki-erdogan-soal-yerusalem-membosankan/a-41794099
 
Presiden Erdogan peringati hari 
wafatnya Ataturk
 
Dia dikenang sebagai negarawan terbaik dalam sejarah dunia, kata Erdogan
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memperingati hari wafatnya pendiri bangsa Turki Mustafa Kemal Ataturk yang ke-81 tahun pada Sabtu.
"Kita harus memahami ajaran sang Gazi (Veteran) yang mendapatkan penghargaan dari bangsa kita dan seluruh dunia, dan memberi tahu para pemuda dan anak-anak kita bahwa dia adalah seorang patriot sejati," kata Erdogan dalam pidatonya pada peringatan itu.
Dia menekankan bahwa bangsa Turki harus membawa obor ke depan untuk persatuan dan solidaritas generasi mendatang tanpa melupakan pengorbanan dan perjuangan yang dilakukan sang negarawan.
Menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh divisi komunikasi Kantor Kepresidenan Turki, Ataturk mencapai sukses besar dalam perang kemerdekaan yang mendapatkan tempat terhormat dalam sejarah dunia.
“Bangsa kita selamanya bertekad untuk melindungi tanah air dan bendera yang dipertahankan oleh darah para martir dan pengorbanan para veteran kita. Republik Turki terus tumbuh dengan kekuatan yang didapatnya dari masa lalu terlepas dari semua upaya untuk mencegahnya,” kata Erdogan.
"Ketika kita melangkah ke masa depan dengan harapan dan tekad yang lebih besar daripada sebelumnya, kita terus melindungi Republik kita yang oleh Gazi Mustafa Kemal Ataturk disebut sebagai 'karya terhebatku', dan kami terus melanjutkan langkah-langkah yang akan membawa negara kita lebih jauh," tambah dia.
Ataturk lahir pada 1881 di kota Thessaloniki, Yunani, yang pada waktu itu merupakan wilayah Kekaisaran Ottoman.
Pada 1915, dia memimpin pasukan militer untuk mengusir invasi sekutu di Canakkale, yang dikenal di dunia Barat sebagai Dardanella.
Menyusul jatuhnya Kekaisaran Ottoman setelah Perang Dunia I, Ataturk memimpin Perang Kemerdekaan Turki yang berhasil mengalahkan kekuatan Eropa.
Ketika menjabat sebagai presiden, Ataturk mengubah kekaisaran menjadi negara modern dan sekuler.
Dia wafat di Istanbul pada 10 November 1938 di usia 57 tahun.
https://www.aa.com.tr/id/dunia/presiden-erdogan-peringati-hari-wafatnya-ataturk/1640506