Friday, August 21, 2020

“Trio Penghancur” Palestina Dan Pendukung Aktif Zionis Israel Sejak Berdirinya : Iran- Turki – “Qatar”

 Iran Dan Turki Perkuat Kerja Sama Perbatasan

Hanya Arab (Saudi Arabia), atas Pertolongan Allah, yang bisa Merdekakan Palestina, Peranan dan Pengorbanannya sejak Negeri Zionis Israel berdiri luar biasa, bahkan Raja Salman veteran perang Arab VS Zionis Israel.
Hal tersebut bisa terjadi jika  trio penghancur;” Turki, Iran dan Qatar" keluar dari Palestina, karena membuat kerusakan Aqidah dan halangan Pertolongan Allah. Mereka tidak punya jasa sama sekali dengan bebasnya Gaza dan Tepi Barat. Tidak mungkin bisa kalahkan zionis israel, dengan aqidah Rafidhah Syiah dan Sufiyah. Sepanjang sejarah mereka pengkhianat Islam, munafiq, dan zindiq. Juga mereka tidak marwah dan ghirahnya seperti Arab. Sepanjang sejarah, hanya Arab yg bisa menaklukan super power dunia, Persia, Rumawi dan sebagian besar eropa. Turki hanya menjajah Arab.(admin lamurkha)

Syarat Saudi Damai Dengan Israel dan 
“Trio Penghancur” Palestina
 
Uni Emirate Arab (UEA) mengejutkan kami atas kesepakatan dengan Amerika Serikat (AS) dan Israel, untuk menormalisasi hubungannya dengan Israel.
Kontroversi yang biasa muncul, tentang langkah mana yang harus diambil terkait masalah Palestina.
Menurut pernyataan UEA, keputusannya didasari prinsip kedaulatan negara dalam mengambil keputusan, yang dipandang memiliki kepentingan bagi rakyatnya, tentunya ini adalah haknya.
UEA menambahkan, bahwa normalisasi mensyaratkan AS dan Israel untuk menghentikan aneksasi terhadap tanah Palestina yang direncanakan akan dilakukan.
Wilayah yang dimaksud adalah sepertiga dari apa yang tersisa di Tepi Barat, selain apa yang sebelumnya dianeksasi oleh Israel.
Tentunya ini menimbulkan kontroversi, apa yang bisa diraih UEA dan apa yang bisa didapatkan untuk Palestina?
Ada yang mengatakan, bahwa aneksasi bersifat sementara, berdasarkan kata yang terdapat dalam teks perjanjian dalam bahasa Inggris (suspend).
Ada juga yang berpendapat bahwa larangan aneksasi akan membuka jalan untuk kembali ke perundingan dan memperkuat dasar solusi kedua negara.
 
Di sisi lain, “trio penghancur;” Qatar, Turki dan Iran, bergegas menuduh UEA melakukan pengkhianatan dan menikam dari belakang.
 
Dan ini semua biasa kami dengar dari mereka.
 
Yang disayangkan, pemerintah Palestina yang menempatkan dirinya di belakang “trio” tersebut, sejak dulu tidak mendapatkan apapun, maupun yang akan datang, kecuali slogan-slogan kosong.
 
Turki mengerutkan kening dan mengancam atas normalisasi UEA dan Israel.
Padahal Turki adalah negara pelopor, sejak pengakuan berdirinya Israel, sampai perjanjian yang disepakati oleh perdana menterinya dengan Israel, di mana Turki mengakui Al-Quds sebagai ibu kota Israel.
Tapi inilah yang dikatakan oleh Presiden Turki, bahwa dia akan menarik duta besarnya dari UEA!
Sementara duta besarnya bersantai dan bersenang- senang di negara Zion, ratusan ribu turis Israel bersenang-senang di tempat hiburan Turki, belum lagi kerja sama militer dan intelijen antara kedua negara tersebut.
 
Adapun Khameni, penerus orang yang menyulut perselisihan di antara umat Islam, baik Syiah maupun Sunni.
Apakah kita sudah melupakan kerja sama pendahulunya, serta aksesnya ke senjata Israel selama perang Iran-Irak?
Apakah kita lupa bahwa dia mengarahkan milisi dan misilnya untuk membunuh Muslim di Irak, Suriah, Lebanon, Yaman, Bahrain, dan Arab Saudi, bukan ke Israel?
 
Dia sekarang mengancam akan menyerang Uni Emirat Arab!
 
Dan pengikut mereka, Qatar, hanya berhasil menghina dan mengutuk, di waktu yang sama mendanai teroris, baik Syiah maupun Sunni.
Qatar sebenarnya ada di genggaman Israel, sejak putra mahkota berhasil mengkudeta ayahnya.
 
Dan terakhir, wahai para pemimpin Palestina!
 
Simak apa yang dikatakan pimpinan gerakan Reformasi Demokrasi Fatah, Samir Al-Mashharawi; “Kekanglah orang-orang yang hanya mencaci maki dan tidak tahu malu dari wargamu!”
 
Dan jangan lupa bahwa kepentingan rakyat Palestina ada pada UEA, negara yang menampung lebih dari tiga ratus ribu rakyat Palestina untuk mengais rezeki.
 
UEA dengan senang hati merawat mereka.
 
Maka jangan lupa bahwa Anda telah mengakui Israel lebih dari seperempat abad yang lalu, sebagaimana Otoritas Palestina yang mengakui Israel dan mengakhiri perang dengannya.
 
Kemudian perbaiki urusan rumah tangga negara Anda, akhiri perpecahan, yang kita lihat satu kelompok merayu dan tunduk kepada Khameni, sementara juga menerima uang dari Israel.
 
Adapun Presiden AS, mengambil keuntungan dibalik ini.
 
UEA dimanfaatkan oleh pemimpin negara terbesar di dunia untuk mencari suara di Pemilu yang akan berlangsung.
 
Meskipun dengan syarat menghentikan keputusan aneksasi Israel, yang merupakan bagian dari “Kesepakatan Abad Ini.”
 
Jika ada negara Arab yang bergabung dengan Uni Emirat Arab, maka harus dengan kompensasi!
 
Dan itu harus dengan harga yang sangat mahal.
 
Adapun Arab Saudi, telah menetapkan harga untuk mencapai perdamaian antara Israel dan Arab.
 
Yaitu berdaulatnya negara Palestina dengan Al-Quds sebagai ibukotanya, berdasarkan inisiatif Raja Abdullah bin Abdul Aziz rahimahullah.
 
Barangkali esok, akan segera terwujud.
 
) Dari tulisan خواطر كورونية oleh Turki Al-Faisal, Mantan Kepala Intelijen Arab Saudi, diterbitkan di koran Al-Syarq al-Awsath, 2 Muharram 1442.
https://saudinesia.com/2020/08/22/syarat-saudi-damai-dengan-israel-dan-trio-penghancur-palestina/
 
Turki Bakar Hubungan dengan UEA, Tetapi Mempertahankan Hubungan dengan Israel, Mengapa?
 
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Jumat (14/8/2020 mengancam akan memutuskan hubungan diplomatik dengan UEA.
Hal itu menyusul kesepakatan membuka hubungan diplomatik dengan Israel.
Tetapi, tanpa merujuk pada penurunan hubungan diplomatiknya sendiri dengan Tel Aviv, langkah itu dikritik oleh banyak orang yang dinilai sebagai kemunafikan.
Kesepakatan antara Israel dan UEA mengharuskan Israel menunda rencana aneksasi bagian-bagian Tepi Barat dengan imbalan normalisasi hubungan dengan Abu Dhabi.
Sebagai tanggapan, Otoritas Palestina mengumumkan penarikan segera duta besarnya untuk UEA.
Kementerian Luar Negeri Turki menggambarkan kesepakatan itu sebagai pengkhianatan terhadap perjuangan rakyat Palestina.
Meskipun Turki sebagai pendukung kuat Palestina menyangkut tindakan Israel di Jalur Gaza dan Tepi Barat, Turki terus mempertahankan hubungan diplomatiknya dengan Israel.
"Turki memiliki sikap munafik, mengecam UEA karena membahas hubungan dengan Israel, sementara Turki juga memiliki hubungan dengan Israel," kata Seth J. Frantzman, Direktur Eksekutif Pusat Pelaporan dan Analisis Timur Tengah.
Turki telah menjalin hubungan diplomatik dengan Israel sejak 1949.
Meskipun ada ketidakpercayaan yang mendalam antara kedua negara.
Terutama sejak insiden Mavi Marmara pada 2010, ketika pasukan komando Israel menaiki kapal bantuan Turki dan menewaskan sepuluh aktivis Turki.
Tetapi, perdagangan bilateral antara kedua negara mencapai 6 miliar dolar AS tahun lalu, seperti dilansir ArabNews. Minggu (16/8/2020).
Israel termasuk di antara 10 pasar ekspor teratas Turki.
Dalam dua tahun terakhir, perwakilan diplomatik telah berada pada level kurang membaik, menanggapi pemindahan Kedubes AS ke Jerusalem dan kebijakan Israel di Jalur Gaza.
Menurut Frantzman, retorika ini adalah bagian dari pilihan yang disengaja oleh Ankara untuk mengalihkan perhatian dari kegagalan ekonomi di dalam negeri.
“Ankara, dipandu oleh partai yang berkuasa saat ini, sedang bergerak menuju rezim paling anti-Israel di wilayah tersebut."
"Pengumuman bombastis baru-baru ini tentang 'membebaskan Al-Aqsa setelah Hagia Sophia' untuk mengipasi ekstremisme agama."
"Sebagai bagian dari agenda Ankara untuk mencoba menghidupkan kembali pandangan populis, agama dan nasionalis di seluruh wilayah yang berakar pada mentalitas dan perang abad sebelumnya," jelasnya.
Pada 13 Agustus 2020, British Daily Telegraph menuduh Turki memberikan kewarganegaraan kepada tujuh operator senior Hamas.
Kemudian, menyuarakan keprihatinan tentang potensi dampak dari langkah-langkah tersebut untuk memberi kelompok itu lebih banyak kebebasan untuk melakukan serangan terhadap warga Israel di seluruh dunia.
Tuduhan itu dibantah oleh juru bicara pemerintah Turki.
Hamas terdaftar oleh AS dan UE sebagai kelompok teroris, tetapi Ankara menganggapnya sebagai gerakan politik yang sah.
Sekutu Barat telah memperingatkan Turki beberapa kali tentang kehadiran Hamas di tanah Turki.
Frantzman berpikir partai penguasa Turki, yang mendukung Hamas dan tumbuh lebih dekat dengan rezim Iran, hanya mempertahankan hubungannya saat ini dengan Israel.
Karena Washington ingin mengeksploitasi NATO dan Uni Eropa.
“Agenda nyata Ankara adalah mencoba mendominasi dunia Arab."
"Menurutnya pandangan anti-Israel akan mendapatkan dukungan, sama seperti Iran berusaha mengeksploitasi penderitaan Palestina untuk tujuan rezim itu sendiri."
"Baik Turki atau Iran sejauh ini tidak berhasil membawa lebih banyak hak kepada rakyat Palestina, semua yang telah mereka lakukan mengarah pada harapan palsu dan menghancurkan peluang perdamaian dan toleransi, ”katanya.
Tetapi Frantzman merasa Turki menjalankan kebijakan ini daripada keterlibatan karena Ankara pernah berperan dalam diskusi Israel-Suriah dan pekerjaan produktif lainnya di wilayah tersebut.
Hubungan teknis dan fungsional antara Israel dan Turki masih terus berlanjut.
Perusahaan penerbangan utama Israel, El Al, yang menangguhkan penerbangannya ke Turki satu dekade lalu setelah krisis Mavi Marmara, mendarat di Istanbul Mei 2020.
Beroperasi dua kali seminggu antara Istanbul dan Tel Aviv.
“Turki adalah negara mayoritas Muslim pertama yang memperluas pengakuan diplomatik ke Israel."
"Itu tidak berubah di bawah AKP (Partai Keadilan dan Pembangunan) yang berkuasa."
"Jadi, semua yang dilakukan UEA adalah apa yang telah dilakukan Turki selama hampir 70 tahun, ”kata Bill Park, peneliti tamu di King's College London.
Selain itu, karena perdagangan Turki dengan Israel terus meningkat di bawah AKP yang menguntungkan Turki, Park meragukan Erdogan benar-benar dapat membahayakan perdagangan karena alasan ini.
Jika ini hanya perang kata-kata, mengapa Erdogan terlibat dalam ancaman ini?
"Dia sudah berkonflik dengan UEA atas Libya, Qatar dan dukungan regional Turki untuk elemen-elemen Islam dan Ikhwanul Muslimin," kata Park.
“Jadi retorika Erdogan menjadi bagian dari ketegangan yang sedang berlangsung ini."
"Dia tidak menyukai Israel dengan rencana mencaplok Tepi Barat, jadi mungkin mencoba mencapai moral dan politik yang tinggi di dalam negeri dan wilayah ini. "
Park berpikir jika negara-negara Arab lainnya, seperti Oman, Bahrain dan bahkan Asaudi mengikuti contoh UEA, ini akan semakin mengisolasi Erdogan.
“UEA sebagian besar didorong oleh ketakutan dan permusuhan terhadap Iran, sentimen yang dimiliki oleh Israel.
"Ini sekarang tampak lebih besar bagi banyak pemerintah Arab daripada penderitaan rakyat Palestina."
"Turki sekali lagi menemukan dirinya berselisih dengan sebagian besar wilayah tersebut."
"Meskipun ada tingkat kecurigaan timbal balik antara Teheran dan Ankara, ada sedikit permusuhan, dan Turki berperan penting dalam memungkinkan Iran untuk mengurangi dampak sanksi yang diilhami AS, ”kata Park.
Park mengatakan Erdogan bisa terlibat dalam retorika demi dirinya sendiri, atau bermain-main di galeri opini publik.
Bahkan bersedia merusak kepentingan ekonomi Turki, atau sekadar menambah isolasi regional Turki yang mencolok.
“Apa yang tidak akan dilakukan oleh pendiriannya adalah menyelesaikan masalah apapun yang dihadapi di kawasan ini atau Turki sendiri,” katanya.
https://aceh.tribunnews.com/amp/2020/08/16/turki-bakar-hubungan-dengan-uea-tetapi-mempertahankan-hubungan-dengan-israel-mengapa?page=all
 
Erdogan yang Mencoba Menguasai Negara-Negara Arab
 
Erdogan dan Turki memiliki misi untuk menguasai negara-negara Arab.
Oleh Jameel Altheyabi, Saudi Gazzette
Banyak orang berpikir bahwa "ekspor revolusi" atau dalam arti lain ekspor kerusuhan dan masalah di luar perbatasan adalah monopoli rezim mullah jahat. 
Namun, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dalam sebuah kompetisi dengan Iran, berusaha untuk merebut gelar tersebut. Ini terjadi ketika ia berusaha merusak keamanan dan stabilitas negara-negara Arab, yang ia yakini harus berada di bawah "Sultan Ottoman". 
Pasukan Erdogan telah menyebar kehancuran dan kematian di Suriah barat laut serta di tanah Libya, di samping gangguan mereka di Irak utara dan mendirikan pangkalan militer di Qatar.
Erdogan, dalam kapasitasnya sebagai pewaralaba Ikhwanul Muslimin, berupaya  merebut hak-hak orang Arab atas kebijakan dan kemerdekaan mereka. Dia menjadi tuan rumah unsur-unsur Ikhwanul Muslimin, yang membuka kantor di Istanbul dan Ankara dalam upaya mereka untuk menyerang negara-negara Arab.
Beberapa elemen ini mengimplementasikan rencana di Mesir sementara tim lain merencanakan serangan atas stabilitas pemerintahan transisi di Sudan. 
Dan tim ketiga bekerja dengan cabang-cabang di Ikhwanul Muslimin di wilayah Maghreb Arab, terutama di Tunisia dan Maroko. 
Adapun tim Persaudaraan yang dipercayakan dengan destabilisasi Arab Saudi dan negara-negara Teluk lainnya, mereka menikmati sabotase dan konspirasi dari Istanbul dan ibu kota Qatar di Doha, yang sebagian darinya, Erdogan menempati atas nama "pangkalan militer Turki."
Ada kelompok-kelompok Persaudaraan Erdoganian, yang telah disewa dan dipercaya untuk menyebarkan hasutan, kebencian, dan terorisme, melalui saluran satelit yang mengirimkan racun mereka dari Istanbul. 
Ini termasuk saluran yang telah ditetapkan Erdogan untuk pengkhianat Tawakkol Karman, untuk terlibat dalam kegiatan melawan negaranya, Yaman, dan negara-negara Teluk. 
Banyak orang mungkin terkejut mengapa tidak terjadi perselisihan di antara rezim dan kelompok jahat ini?
Yang benar adalah bahwa perbedaan mereka tidak terhitung, meskipun mereka muncul yang mewakili ideologi monolitik, menampilkan campuran Erdoganian-Persaudaraan Muslimin. 
Ini adalah campuran beracun yang terdiri dari unsur-unsur Ikhwanul Muslimin yang mendapatkan peningkatan kerja sama dari Sultan Ottoman baru dan pakaian ISIS. Juga, dengan Iran, yang memiliki senjata dan geng subversif Persaudaraan, dan rezim "Hamadain" dengan tujuan mendominasi negara-negara Arab untuk menggagalkan kemampuan dan keuntungan mereka serta melanggar kedaulatan mereka.
Yang pasti adalah bahwa kebijakan Erdogan telah gagal ketika ia menggunakan. Suatu hari akan datang ketika dia menghadapi saat perhitungan karena itulah yang dinanti-nantikan oleh oposisi Turki.
 
Turki, Iran dan 15 Negara Arab
 
Tampaknya kita menghadapi ancaman terbesar dalam setengah abad ini. Iran dan Turki secara terpisah, berkembang secara tak terduga di wilayah Arab. Oleh karena itu, semua negara Arab di kawasan terancam.
Ikut campur Turki di Libya merupakan ancaman langsung ke Mesir, yang paling berbahaya sejak perjanjian perdamaian Camp David, yang mengakhiri prospek perang.
Tunisia dan Aljazair secara tidak langsung terancam dengan mobilisasi kelompok-kelompok bersenjata multinasional di Tripoli. Demikian juga, Sudan rentan terhadap infiltrasi kelompok-kelompok tersebut, dengan perbatasan terdekat Libya, sekitar empat ratus kilometer.
Iran, proyeknya ingin menjadi kekuatan regional, di antaranya telah memegang kendali atas Irak, Lebanon dan Suriah. Dan melalui Irak, mengancam Arab Saudi, Kuwait, Bahrain dan UEA.
Kedua kekuatan, Turki dan Iran, menyebar tentara dan milisi yang saat ini berperang di Suriah, Yaman, Irak, Somalia dan Libya.
Situasi baru ini mengancam semua orang, yang membutuhkan pertemuan politik untuk menghadapinya.
Juga sebagai pesan yang jelas bahwa ada 15 negara Arab yang terancam karena campur tangan Iran dan Turki di konflik negara sekitar.
Meskipun sebenarnya, negara Arab siap membentuk aliansi sebagai aksi kolektif mereka.
Tetapi aksi kolektif tersebut tampaknya terbatas, mungkin karena opini publik berbeda di kawasan tersebut.
Misalnya, di Libya, semua orang dikejutkan oleh intervensi militer langsung Turki yang tak terbayangkan.
Sebelum itu, perang Libya dipandang sebagai perpanjangan dari krisis sembilan tahun lalu.
Intervensi militer Turki dan milisi Suriah, menjadi seperti penampakan “ular,” yang mengancam dan melahirkan naluri defensif. Hal ini tampak dari perubahan sikap di negara-negara tetangga Libya.
Selama bertahun-tahun, Tunisia dan Aljazair tidak menganggap intervensi Turki sebagai ancaman serius. Tetapi sekedar sebagai konflik antar rakyat Libya, didukung oleh pihak luar.
Demikian juga, Mesir tidak berpikir bahwa pasukan Erdogan akan mendekat ke perbatasannya.
Saat ini terendus bahaya yang serius dan sudah pasti targetnya.
Demikian juga, Aljazair menjadi tidak aman, mengingat Turki tidak akan diam dalam memperluas pengaruhnya lebih dalam, jika terjadi ketidakseimbangan keamanan
Sebenarnya, niat buruk Turki telah “ditulis di dinding” untuk waktu yang lama, sebagaimana yang beredar.
Tetapi tidak ada yang siap untuk mempercayainya, karena ada anggapan “paranoid,” menggapnya berlebihan. Juga karena perselisihan dengan Presiden Erdogan.
Sekarang, tidak ada yang meragukannya. Secara resmi dan terbuka, Ankara mengirim pasukan dan peralatannya, serta ribuan milisi Suriah untuk berperang di Libya di bawah bendera Turki.
Dan mereka telah mencapai Sirte dan al-Hilal al-Nafthiy. Tidak ada lagi yang meragukannya sebagai “paranoid,” tetapi fakta nyata. Dan ceritanya tidak akan berakhir di sini.
Beberapa orang bertanya, mengapa Turki mengambil risiko perang di daerah yang jauh?
Jawabannya, ini bagian dari strategi Turki untuk mencari pengaruh di Afrika Utara, yang terpenting adalah untuk mengamankan Eropa.
Keberadaan Turki di Afrika, akan memberikan pengaruh kepada negara-negara Uni Eropa. Yaitu, memaksa untuk menerima tuntutannya.
Kita telah melihat bagaimana Erdogan, presiden Turki, menggunakan jutaan pengungsi Suriah untuk memaksakan tuntutan politik dan keuangannya pada Eropa.
Skenario ini akan diulangi dengan kontrolnya atas Libya dan memeras negara Eropa sekaligus mengancam tetangganya; Mesir, Tunisia, Aljazair dan Sudan.
Adapun pertempuran berikutnya, dia akan berada di Yaman. Mengapa? Juga, itu akan memberi Turki, dan pemodalnya Qatar, memanfaatkan Washington, untuk melemahkan negara-negara Teluk lainnya.[]
*) Diterjemahkan dari tulisan opini Turkiya wa Iran wa 15 Daulah Arabiyah, Abdul Rahman Al-Rashid, jurnalis dan cendekiawan Saudi, mantan Pemred al-Syarq -al-Awsath, mantan Pimpinan Umum al-Arabiya.
https://saudinesia.com/2020/07/28/turki-iran-dan-15-negara-arab/

Raja Abdulaziz Kepada Roosevelt: Orang Arab Memilih Mati Daripada Menyerahkan Palestina

75 tahun yang lalu, Raja Abdulaziz Al Saud, pendiri Arab Saudi, mengadakan pertemuan yang masyhur dengan Presiden AS, Franklin Roosevelt di atas kapal induk USS Quincy di Terusan Suez.
Kantor Sejarah Amerika, badan resmi yang bertanggung jawab menerbitkan dokumen kebijakan luar negeri AS, menerbitkan dokumen sejarah tentang pertemuan tersebut.
Saat itu, Roosevelt sedang kembali dari konferensi di Yalta, di mana dia bertemu dengan para pemimpin Arab yang paling penting, sekaligus pertemuan pertama antara Raja Saudi dan seorang presiden Amerika.
Di antara yang ditemui Roosevelt adalah Raja Farouk dari Mesir dan Haile Selassie, Kaisar Ethiopia.
Pertemuan antara Roosevelt dan Raja Abdulaziz difokuskan pada permasalahan Arab.
Raja Abdulaziz menekankan hak-hak rakyat Arab untuk menjaga dan hidup di tanah mereka.
Di antaranya, membicarakan nasib Lebanon dan Suriah, yang saat itu berada di bawah kendali kolonialisme Prancis.
Dalam pertemuan tersebut, Roosevelt juga mengungkapkan ketertarikannya pada pertanian dan pengembangan sumber daya air di negara-negara Arab.
Porsi terbesar dalam pertemuan tersebut adalah membahas masalah Palestina, imigrasi Yahudi dan hak rakyat Palestina untuk hidup damai di tanah mereka.
Dokumen sejarah Amerika tersebut, terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama inilah yang fokus terkait Palestina dan Yahudi.
Dari hasil pertemuan saat itu, menghasilkan “Quincy Agreement” yang ditandatangani kedua belah pihak.
Raja Abdulaziz menandatangani teks bahasa Arab pada 14 Februari 1945, dan Presiden Roosevelt menandatangani teks bahasa Inggris keesokan harinya di Alexandria.
Isinya kemudian ditunjukkan kepada Presiden Truman sebagai informasi.
Di awal dialog, Roosevelt “meminta nasihat” raja tentang masalah “pengungsi Yahudi” yang diusir dari Eropa.
Raja Abdulaziz menanggapi, bahwa mereka harus kembali tinggal di tempat asal mereka diusir.
Adapun bagi mereka yang rumahnya hancur dan tidak memiliki kesempatan untuk tinggal di tanah airnya, mereka harus diberi tempat tinggal di negara yang menganiaya mereka.
Raja Abdulaziz menyampaikan kepada Roosevelt tentang permasalahan rakyat Arab dan hak mereka yang sah untuk hidup di tanah mereka.
Beliau juga mengatakan kepada Presiden Amerika, bahwa orang Arab tidak dapat bekerja sama dengan orang Yahudi, baik di Palestina maupun di negara lain.
Dokumen Kantor Sejarah Amerika tersebut juga menyebutkan, “Yang Mulia menaruh perhatian terhadap ancaman yang terus meningkat terhadap keberadaan orang Arab.”
“Serta krisis yang diakibatkan karena berlanjutnya imigrasi Yahudi dan pembelian tanah oleh orang Yahudi.”
Raja Abdulaziz juga menyatakan bahwa orang Arab akan memilih untuk mati daripada menyerahkan tanah mereka kepada orang Yahudi.
Dokumen tersebut juga menyebutkan bahwa Raja Abdulaziz mengungkapkan harapan rakyat Arab terhadap AS.
Didasari atas penghormatan sebagai sekutu dan kecintaan AS akan keadilan, diharapkan dukungan AS untuk rakyat Arab melawan Yahudi.
Menanggapi hal tersebut, Roosevelt meyakinkannya bahwa dia tidak akan melakukan apa pun untuk membantu orang Yahudi melawan rakyat Arab dan tidak akan mengambil kebijakan anti-Arab.
Tetapi dia menambahkan, bahwa pada saat yang sama, tidak mungkin mencegah suara dan keputusan yang dikeluarkan oleh Kongres atau opini pers tentang masalah apapun.
Roosevelt meninggal dua bulan setelah pertemuan itu, dan digantikan oleh Harry Turman.
Pandangan Turman tidak semanis janji Roosevelt. Dia tidak dapat berdamai tentang masalah Israel, sehingga lebih memihak Israel.
Adapun Raja Abdulaziz meninggal 8 tahun paska pertemuan beresejarah tersebut, tepatnya pada tahun 1953.
Raja Abdulaziz sempat mengirim pesan kepada presiden Amerika, mengingatkan tentang janji sebelumnya di antara mereka, ketika konflik Arab-Israel meningkat.
Penulis Amerika Rachel Burenson mendokumentasikan pertemuan bersejarah itu dalam sebuah buku yang menceritakan orang-orang yang hadir di kapal USS Quincy.
Burenson menyebutkan, ada sekitar 42 orang delegasi yang menyertai Raja Abdulaziz dalam pertemuan tersebut.
Mereka ada yang membawa pedang, ikat pinggang emas dan belati. Saat itu, delegasi Saudi membawa makanannya sendiri, dengan mengangkut 8 domba ke kapal perang tersebut.[]
*) Dari berbagai sumber, di antaranya buku “Khomsuun ‘Aaman fi Jazirah al-Arab,” karya Hafiz Wahba.
https://saudinesia.com/2020/08/09/raja-abdulaziz-kepada-roosevelt-orang-arab-memilih-mati-daripada-menyerahkan-palestina/


Menlu Saudi: Tidak Ada Normalisasi Dengan Israel Tanpa Perdamaian Palestina
 
Menteri Luar Negeri Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan, menegaskan bahwa Arab Saudi tidak akan mengikuti Uni Emirate Arab dalam menormalisasi hubungan dengan Israel.
Menurutnya, hal ini sehubungan dengan kegagalan kesepakatan damai Palestina.
Sebagai respon pertama Saudi terhadap perjanjian Emirat-Israel, Menlu Faisal menyampaikannya dalam konferensi pers dengan mitranya dari Jerman, Heiko Maas, di Berlin (Rabu 19/8).
“Kerajaan Arab Saudi menegaskan komitmennya atas perdamaian sebagai pilihan strategis, tetapi berdasarkan inisiatif perdamaian Arab dan legitimasi dunia internasional,” tegasnya.
“Jika ini tercapai, semua hal jadi memungkinkan,” tambahnya.
Normalisasi yang diumumkan minggu lalu antara Israel dan UEA merupakan yang ketiga yang dibuat Israel dengan negara Arab, setelah Mesir dan Yordania.
Langkah serupa tidak menutup kemungkinan diikuti oleh negara Arab Teluk lainnya, seperti Oman dan Bahrain.
“Kerajaan memandang bahwa setiap tindakan sepihak Israel yang mencaplok wilayah Palestina, adalah merusak solusi perdamaian antar dua negara,” tambah Menlu Farhan. an-nahar
https://saudinesia.com/2020/08/19/menlu-saudi-tidak-ada-normalisasi-dengan-israel-tanpa-perdamaian-palestina/
 
Saudi Arabia Negeri Pembela Islam Dan Kaum Muslimin
 


Dakwah Salafiyyah Dan Daulah Su’udiyyah
Disusun oleh : Arif Fathul Ulum bin Ahmad Saifullah
Membicarakan tentang Dakwah Salafiyyah di Jazirah Arabiyyah tidak bisa dilepaskan dari sebuah pertemuan yang bersejarah pada tahun 1158 H bertepatan dengan tahun 1745 M antara dua imam Dakwah Salafiyyah : Mujaddid Abad Ke-12 H Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dengan Amir Ar-Rasyid Muhammad bin Su’ud penguasa negeri Dar’iyyah waktu itu dan pendiri Daulah Su’udiyyah, keduanya sepakat untuk bekerjasama untuk mendakwahkan dakwah Tauhid Dakwah Salafiyyah dengan segenap daya upaya, Muhammad bin Su’ud menyambut baik kedatangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab di Dar’iyyah dan mengatakan kepada Syaikh :
“ Berbahagialah di negeri yang lebih baik daripada negerimu, dan berbahagialah dengan dukungan dan pembelaan “
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab berkata : “ Dan aku memberi khabar gembira kepadamu dengan kemuliaan dan kedudukan yang kokoh, kalimat ini – لا إله إلا الله – barangsiapa yang berpegang teguh dengannya, mengamalkannya, dan membelanya, maka Alloh akan memberikan kekuasaan kepadanya pada negeri dan hamba-hambaNya, dialah kalimat tauhid, yang merupakan dakwah para rasul semuanya, Engkau melihat bahwa Najed dan sekitarnya dipenuhi dengan kesyirikan, kejahilan, perpecahan, dan peperangan di antara mereka, aku berharap agar Engkau menjadi imam bagi kaum muslimin, demikian juga pada keturunanmu “.
Maka Muhammad bin Su’ud berkata : “ Wahai Syaikh, ini adalah agama Alloh dan RasulNya, yang tidak ada keraguan di dalamnya, berbahagialah dengan pembelaan kepadamu dan kepada dakwah yang Engkau seru, dan aku akan berjihad membela dakwah Tauhid “ ( Tarikh Najed oleh Husain bin Ghannam hal. 87 dan Unwanul Majd fi tarikhi Najed oleh Utsman bin Bisyr 1/12 ).
Maka mulailah kedua imam Dakwah Salafiyyah tersebut beserta para pendukung keduanya menyebarkan dakwah Salafiyyah dengan modal ilmu dan keimanan, dan mengibarkan bendera jihad di depan setiap para penghalang jalan dakwah.
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab tidak henti-hentinya melancarkan dakwah Ilallah, mengajarkan ilmu-ilmu syar’i kepada para penuntut ilmu, menyingkap syubhat-syubhat yang disebarkan oleh orang-orang kafir, para penyembah kubur, dan selain mereka, beliau menghasung umat agar berjihad dengan berbagai jenisnya, beliau juga langsung turun di medan jihad beserta anak-anak beliau, beliau tulis karya-karya ilmiyyah dan risalah-risalah yang bermanfa’at di dalam menjelaskan aqidah yang shahihah, sekaligus membantah setiap pemikiran yang menyelisihinya dengan berbagai macam argumen, hingga nampaklah agama Alloh, menanglah pasukan Alloh dan hinalah pasukan syaithan, menyebarlah aqidah salafiyyah di jazirah Arabiyyah dan sekitarnya, banyaklah para penyeru kepada kebenaran, dihapuslah syi’ar-syi’ar kebid’ahan, kesyirikan, dan khurafat, ditegakkanlah jihad, dan masjid-masjid dimakmurkan dengan sholat dan halaqah-halaqah pengajaran Islam yang murni ( Muqaddimah Syaikh Abdul Aziz bin Baz atas kitab Syaikh Ahmad bin Hajar Alu Abu Thami hal. 4 ).
BERDIRINYA DAULAH SU’UDIYYAH SALAFIYYAH
Para ulama tarikh sepakat bahwa pendiri Daulah Su’udiyyah ( Negeri Saudi Arabia ) adalah Al-Imam Muhammad bin Su’ud, dialah yang membuat sunnah hasanah pada keturunannya di dalam membela agama Alloh dan memuliakan para ulama Sunnah ( Lihat Unwanul Majd oleh Ibnu Bisyr 1/234-235 ).
Dr. Munir Al-Ajlani menyebutkan bahwa pendiri Daulah Su’udiyyah adalah Muhammad bin Su’ud, dengan baiatnya kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab untuk mengikhlaskan ibadah semata kepada Alloh dan ittiba’ kepada hukum Islam yang shahih di dalam siyasah ( politik ) daulah, serta menegakkan jihad fi sabilillah ( Tarikh Bilad Arabiyyah Su’udiyyah hal. 46-47 ).
Maka Daulah Su’udiyyah adalah Daulah Islamiyyah yang ditegakkan untuk menerapkan hukum Islam dalam kehidupan dan sekaligus Daulah Salafiyyah yang membela dakwah salafiyyah dan menyebarkannya ke seluruh penjuru dunia.
DAULAH SU’UDIYYAH DAN DAULAH UTSMANIYYAH
Sebagian orang menyangka bahwa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan Muhammad bin Su’ud melakukan pemberontakan terhadap Daulah Utsmaniyyah, seperti yang dilakukan Muhammad bin Hasan Al-Hajawi Ats-Tsa’alibi Al-Fasi di dalam kitabnya Al-Fikru Sami fi Tarikhil Fiqh Islami 2/374 yang menyatakan bahwa Muhammad bin Su’ud mendukung dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab untuk merealisasikan impiannya di dalam melepaskan diri dari kekuasaan Daulah Turki Utsmani !.
Pernyataan Muhammad bin Hasan Al-Fasi di atas adalah pernyataan yang keliru, karena menyelisihi realita sejarah, realita sejarah menunjukkan bahwa di saat Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab melancarkan dakwahnya dan bahkan jauh sebelumnya negeri Najed – termasuk Dar’iyyah – tidak pernah menjadi wilayah Daulah Utsmaniyyah ( Tarikh Bilad Arabiyyah Su’udiyyah hal. 47 ).
Di antara bukti-bukti sejarah yang menunjukkan bahwa Najed tidak pernah masuk dalam wilayah Daulah Turki Utsmani adalah sebuah dokumen yang ditulis oleh Yamin Ali Affandi dengan judul asli berbahasa Turki : Qawanin Ali Utsman Dur Madhamin Daftar Diwan, di dalamnya terdapat daftar wilayah Daulah Turki Utsmani sejak penghujung abad ke-11 H yang terbagi menjadi 32 wilayah, 14 wilayah darinya adalah wilayah-wilayah di Jazirah Arabiyyah, dan Najed tidak tercantum dalam daftar wilayah tersebut ( Lihat Bilad Arabiyyah wa Daulah Utsmaniyyah oleh Sathi’ Al-Hushari hal. 230-240 ).
Merupakan hal yang dimaklumi oleh setiap pemerhati sejarah Islam bahwa banyak dari wilayah-wilayah kaum muslimin yang tidak masuk ke dalam wilayah Daulah Turki Utsmani yang ditunjukkan oleh adanya daulah-daulah yang sezaman dengan Daulah Turki Utsmani seperti Daulah Shafawiyyah Rafidhiyyah di Iran, Daulah Mongoliyyah di India, Daulah Maghribiyyah di Maroko Afrika Utara, dan beberapa Negara Islam di Indonesia.
DAKWAH SALAFIYYAH PADA PERIODE PERTAMA DARI DAULAH SU’UDIYYAH
Tidak henti-hentinya Al-Imam Muhammad bin Su’ud memenuhi janjinya kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab di dalam mendukung dakwah Salafiyyah dan berjihad fi sabilillah di hadapan para penghalang dakwah hingga beliau wafat pada tahun 1179 H.
Sepeninggal Muhammad bin Su’ud dibaiatlah puteranya Abdul Aziz bin Muhammad bin Su’ud sebagai imam kaum muslimin, di antara yang membaiatnya adalah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Al-Imam Abdul Aziz bin Muhammad memiliki perhatian yang besar kepada keilmuan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab sejak usia dini, ketika Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab masih di negeri Uyainah dia mengirim surat kepada Syaikh agar menuliskan kepadanya tafsir Surat Al-Fatihah, maka Syaikh menuliskan kepadanya tafsir Surat Al-Fatihah yang di dalamnya terkandung aqidah Salafush Shalih, ketika itu dia belum mencapai usia baligh. Merupakan hal yang dimaklumi bahwa menuntut ilmu dalam usia dini memiliki atsar yang dalam dan kokoh.
Al-Imam Abdul Aziz bin Muhammad bin Su’ud memiliki sebuah risalah yang agung, yang memiliki andil yang besar di dalam menyebarkan aqidah Salafush Shalih, dia buka risalah tersebut dengan pujian kepada Alloh dan shalawat dan salam atas Rasulullah e kemudian dia berkata :
“ Dari Abdul Aziz bin Muhammad bin Su’ud kepada para ulama dan para hakim syar’i di Haramain, Syam, Mesir, dan Iraq, beserta para ulama yang lain dari Masyriq dan Maghrib …”, kemudian dia mulai menjelaskan aqidah Salafush Shalih dengan penjelasan yang gamblang dan argumen-argumen yang kuat, dia berbicara tentang hikmah penciptaan Alloh terhadap makhlukNya, makna kalimat tauhid, hak Alloh dan hak RasulNya, siapakah musuh- musuh dakwah Salafiyyah, dan yang lainnya, kemudian dia mengakhiri risalahnya dengan ajakan untuk kembali kepada Kitab dan Sunnah, mengamalkan keduanya dan meninggalkan segala macam bid’ah dan kesyirikan, risalah ini mencapai 34 halaman ( Al-Hadiyyah Saniyyah oleh Ibnu Sahman bagian awal ).
Dia juga mengirim risalah ke negeri-negeri Rum yang menjelaskan tentang agama yang haq dan tentang aqidah Salafush Shalih ( Durar Saniyyah 1/143-146 ).
Al-Imam Abdul Aziz bin Muhammad bin Su’ud juga banyak mengirim para ulama untuk mendakwahkan aqidah Salafiyyah ke negeri-negeri di sekitarnya.
Di antara para ulama yang memiliki peran yang besar dalam dakwah Salafiyyah pada masa pemerintahan Abdul Aziz bin Muhammad adalah Syaikh Husain bin Muhammad bin Abdul Wahhab, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Al-Hushain, dan Syaikh Sa’id bin Hajji .
Al-Imam Abdul Aziz bin Muhammad bin Su’ud dikenal banyak takut kepada Alloh, banyak berdzikir, selalu memerintah kepada yang ma’ruf dan melarang dari yang mungkar, sederhana dalam pakaiannya, sesudah sholat Shubuh dia tidak keluar dari masjid hingga matahari meninggi dan sholat Dhuha.
Pada masa pemerintahan Abdul Aziz bin Muhammad negeri Saudi dalam keadaan aman, makmur, dan sejahtera ( Unwanul Majd oleh Ibnu Bisyr 1/124 ).
Ketika Al-Imam Abdul Aziz bin Muhammad wafat pada tahun 1218 H, puteranya Su’ud bin Abdul Aziz dibaiat sebagai penggantinya, Su’ud bin Abdul Aziz dikenal memiliki perikehidupan yang baik, menauladani jejak para Salafush Shalih, dikenal kejujurannya, keberaniannya, kedalaman ilmunya, selalu membela para wali Alloh dan memusuhi para musuh Alloh, pada zaman pemerintahannya aqidah Salafiyyah tersebar luas hingga meliputi Haramain ( Makkah dan Madinah ), dan berbagai penjuru jazirah Arabiyah ( Unwanul Majd oleh Ibnu Bisyr 1/165 ).
Al-Imam Su’ud bin Abdul Aziz menyebarkan sebuah kitab yang menjelaskan tentang aqidah Salafush Shalih dan menyingkap syubhat-syubhat musuh-musuh dakwah salafiyyah, kitab tersebut disetujui dan ditandatangani oleh para ulama makkah, para qadhi dari empat madzhab, dan Syarif Ghalib bin Musa’id ( Durar Saniyyah 1/318-320 ).
Di antara para ulama yang memiliki andil yang besar dalam dakwah Salafiyyah pada masa pemerintahan Su’ud bin Abdul Aziz adalah : Syaikh Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahhab, Syaikh Abdurahman bin Nami, dan Syaikh Muhammad bin Sulthan Al-‘Ausaji.
Pada masa pemerintahan Su’ud Abdul Aziz bin Muhammad Daulah Su’udiyyah mengalami kemajuan yang pesat dalam keadaan keamanan, kemakmuran, dan kesejahteraan sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Bisyr yang melihat langsung keadaan pada masa pemerintahan Su’ud Abdul Aziz bin Muhammad ( Lihat Unwanul Majd oleh Ibnu Bisyr 1/214 ).
Ketika Al-Imam Su’ud bin Abdul Aziz bin Muhammad wafat pada tahun 1229 H, puteranya Abdullah bin Su’ud dibaiat sebagai penggantinya, Abdullah bin Su’ud dikenal dengan keberaniannya, kebaikan agamanya, dan kedermawanannya.
Al-Imam Abdullah bin Su’ud menempuh jalan yang telah ditempuh oleh ayahandanya Su’ud, hanya saja sebagian saudara-saudaranya tidak sependapat dengannya, terjadilah perpecahan yang menyebabkan lemahnya Daulah Su’udiyyah hingga runtuhnya Daulah Su’udiyyah periode pertama dengan ditandai oleh wafatnya Abdullah bin Su’ud pada tahun 1233 H.
DAKWAH SALAFIYYAH PADA PERIODE KEDUA DARI DAULAH SU’UDIYYAH
Pada tahun 1240 H berdirilah Daulah Su’udiyyah periode kedua dengan dibaiatnya Al-Imam Turki bin Abdullah bin Muhammad bin Su’ud sebagai imam bagi kaum muslimin dan penerus penyebar Dakwah Salafiyyah di Jazirah Arabiyyah, Al-Imam Turki bin Abdullah dikenal memiliki ghirah yang besar terhadap syari’at Alloh dan gigih berjihad menegakkan kalimat Tauhid ( Tarikh Daulah Su’udiyyah oleh Dr. Madihah Darawisy hal. 58 ).
Di antara para ulama yang memiliki andil yang besar di dalam penyebaran Dakwah salafiyyah di periode ini adalah Syaikh Abdurrahman bin Hasan bin Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab – penulis kitab Fathul Majid – , Syaikh Abdullathif bin Abdurrahman Alu Syaikh, Syaikh Hamd bin Muhammad bin Atiq, dan Syaikh Ahmad bin Ibrahim bin Isa ( Aqidah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab As-Salafiyyah hal. 560-575 ).
DAKWAH SALAFIYYAH PADA PERIODE KETIGA DARI DAULAH SU’UDIYYAH ( NEGERI SAUDI SEKARANG INI ) :
Setelah runtuhnya Daulah Su’udiyyah periode kedua pada tahun 1308 H , berdirilah Daulah Su’udiyyah periode ketiga yaitu Daulah Su’udiyyah sekarang ini yang ditandai dengan dibaiatnya Al-Malik Abdul Aziz bin Abdurrahman Alu Su’ud pada tanggal 21 Jumadil Ula 1351 H.
Al-Malik Abdul Aziz dikenal sebagai seorang yang gigih mengikuti jejak Salafush Shalih di dalam mendakwahkan manusia kepada aqidah yang shahihah dan berpegang teguh kepada syari’at Islamiyyah serta menerapkan hukum-hukum Islam dalam semua segi kehidupan.
Al-Malik Abdul Aziz berkata : “ Aku adalah penyeru kepada aqidah Salafush Shalih, dan aqidah Salafush Shalih adalah berpegang teguh kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah e dan apa yang datang dari Khulafaur Rasyidin “ ( Al-Wajiz fi Siratil Malik Abdul Aziz hal. 216 ).
Beliau juga berkata : “ Mereka menamakan kami Wahabiyyin, dan menamakan madzhab kami adalah madzhab Wahabi yang dianggap sebagai madzhab yang baru, ini adalah kesalahan yang fatal, yang timbul dari propaganda-propaganda yang dusta yang disebarkan oleh musuh-musuh Islam. Kami bukanlah pemilik madzhab baru atau aqidah baru, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab tidak pernah mendatangkan sesuatu yang baru, aqidah kami adalah aqidah Salafush Shalih yang datang di dalam Kitabullah dan Sunnah Rasulullah e dan apa yang ditempuh oleh Salafush Shalih. Kami menghormati imam empat, tidak ada perbedaan di sisi kami antara para imam : Malik, Syafi’i, Ahmad, dan Abu Hanifah, semuanya terhormat dalam pandangan kami “ ( Al-Wajiz fi Siratil Malik Abdul Aziz hal. 217 ). .
DAULAH SU’UDIYYAH DAN PENERAPAN SYARI’AT ISLAM
Daulah Su’udiyyah menjadikan Kitab dan Sunnah Rasulullah e sebagai Undang-undang Dasar Daulah sebagaimana termuat dalam suratkabar Ummul Qura 21 Shofar 1345 H : “ Seluruh hukum-hukum di Saudi berdasarkan atas Kitabullah dan Sunnah Rasulullah e dan apa yang ditempuh oleh para sahabat dan Salafush Shalih “ ( Syibhul Jazirah fi Ahdil Malik Abdul Aziz 1/354 ).
Daulah Su’udiyyah menerapkan syari’at Islam di seluruh penjuru daulah, di antara hal-hal yang nampak dari penerapan syari’at yang bisa dilihat oleh setiap orang yang datang ke negeri Saudi adalah :
– Menjadikan Aqidah Salaf sebagai pelajaran wajib di semua jenjang pendidikan dari tingkat TK hingga perguruan tinggi.
– Menghilangkan semua hal yang merusak aqidah dan membawa kepada kesyirikan seperti kubah-kubah di atas kubur, berhala-berhala dan yang lainnya.
– Melarang semua pemikiran yang menyelisihi Islam seperti rasialisme, sekulerisme, komunisme, dan yang lainnya dengan melarang masuknya buku-buku yang mengandung pemikiran-pemikiran tersebut ke dalam negeri.
– Mendirikan Haiah Amar Ma’ruf wa Nahi Munkar yang bertugas mengawasi pelaksanaan hukum-hukum dan syi’ar-syi’ar Islam dan menghasung kaum muslimin agar selalu sholat berjama’ah, menunaikan zakat, puasa ramadhan, dan ibadah-ibadah yang lainnya.
– Seluruh mahkamah di Daulah Su’udiyyah berlandaskan hukum-hukum Islam.
– Menegakkan hukum-hukum had terhadap pelanggaran-pelanggaran syar’i seperti qishash, dera, potong tangan pencuri, dan yang lainnya. Hingga detik ini kami belum pernah melihat negara manapun di dunia yang mampu menegakkan hukum-hukum had ini kecuali Daulah Su’udiyyah – semoga Alloh menjaga Daulah Su’udiyyah dari rongrongan musuh-musuhNya -.
KEAMANAN DAN KESEJAHTERAAN BERKAH PENERAPAN SYARI’AT ISLAM
Alloh telah menjanjikan keamanan, kekokohan kedudukan, dan kesejahteraan bagi siapa saja yang melaksanakan syari’at-syari’at Alloh :
] وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا[
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. “ ( An-Nur : 55 ).
Demikian juga Alloh menjanjikan keamanan dan petunjuk di dunia dan akhirat bagi siapa saja yang mentauhidkanNya :
] الَّذِينَ ءَامَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ[
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. “ ( Al-An’am : 82 ).
Siapapun yang datang ke negeri Saudi Arabia akan merasakan keamanan yang tidak bisa didapati di negeri-negeri lainnya, angka kriminalitas di negeri Saudi Arabia terkecil di dunia, hal ini diakui oleh negeri-negeri di luar Saudi Arabia termasuk negeri-negeri kafir.
Manfaat keamanan di Saudi Arabia tidak hanya dirasakan oleh para penduduk Saudi Arabia, tetapi juga dirasakan oleh seluruh kaum muslimin di seluruh dunia terutama yang melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, dahulu sebelum Makkah masuk wilayah Daulah Su’udiyyah dikatakan bahwa “ Orang yang berangkat haji dianggap orang yang hilang, dan jika dia kembali dianggap seperti orang yang dilahirkan kembali “ hal ini disebabkan karena tidak amannya jalan yang dilalui oleh orang-orang yang haji, banyak pencurian, perampokan, dan pembunuhan ( Halatul Amn fi Ahdil Malik Abdul Aziz oleh Rabih Luthfi Jum’ah hal. 42 ).
Tentang kemakmuran negeri Saudi tidak ada seorang pun yang saat ini yang tidak mengetahuinya, padahal negeri Saudi adalah negeri yang gersang, tetapi dengan rahmat Alloh kemudian dengan sebab penegakan tauhid dan syari’at Islam Alloh melimpahkan rizqi dari arah yang tidak disangka-sangka.
DAULAH SU’UDIYYAH MENGHORMATI PARA ULAMA SUNNAH
Ilmu memiliki keutamaan yang agung , dan sungguh Alloh telah meninggikan derajat para ulama yang mengamalkan agamanya, Alloh I berfirman :
[ يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ]
“ Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat “ ( Al-Mujadilah : 10 ).
Rasulullah e bersabda :
إن العلماء ورثة الأنبياء إن الأنبياء لم يورثوا دينارا ولا درهما إنما ورثوا العلم فمن أخذ به أخذ بحظ وافر
“ Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi, dan sesungguhnya para nabi tidaklah mewariskan dinar dan dirham, tetapi yang mereka wariskan adalah ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya sungguh dia telah mengambil bagian yang banyak “ ( Diriwayatkan oleh Tirmidzy dalam Jami’nya 5/48, Abu Dawud dalam Sunannya 3/317, dan Ibnu Majah dalam Sunannya 1/81, dan dihasankan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 1/83 dan Syaikh Al-Albani dalam Shahih Targhib 1/105 ).
Masih banyak lagi dalil-dalil yang menyebutkan tentang kedudukan yang agung dari para ulama ( Lihat Urgensi Ilmu dan Ulama dalam Majalah Al-Furqon Tahun ke-3 Edisi 6 hal. 29-33 ).
Daulah Su’udiyyah sejak awal berdirinya hingga saat ini begitu menghormati dan memuliakan para ulama sunnah dari dalam dan luar negeri Saudi, hal ini diketahui oleh siapapun yang membaca dan melihat sejarah perjalanan Daulah Su’udiyyah sejak berdirinya hingga sekarang.
Syaikh Musthafa Al-‘Adawi – seorang ulama dari Mesir – berkata : “ Aku bersyukur kepada Alloh yang telah memberikan khusnul khatimah kepada Syaikhuna Al-Jalil Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i, karena seseorang yang meninggal dengan sebab sakit perut adalah syahid sebagaimana disabdakan oleh Nabi e , beliau disholati di Masjidil Haram dan dikuburkan di Makkah Baladul Haram.
Tidak lupa aku mengucapkan syukur kepada pemerintah Negeri Saudi Arabia – semoga Alloh membalas mereka dengan kebaikan – atas sambutan dan pelayanan mereka yang baik terhadap para ulama tanpa membeda-bedakan apakah dia itu warganegara Saudi, atau warganegara Yaman atau warganegara Mesir “ ( Wada’an Lisyaikhina Al-Wadi’i yang dimuat oleh Majalah Tauhid Kairo Mesir Tahun ke-30 Edisi 6 Jumadi Tsaniyyah 1422 H hal. 62 ).
PERAN DAULAH SU’UDIYYAH DALAM DAKWAH ISLAMIYYAH
Daulah Su’udiyyah memiliki peran yang besar di dalam penyebaran dakwah Islamiyyah sekarang ini, setiap orang yang memiliki sedikit perhatian tentang dakwah Islamiyyah pasti akan mengetahui tentang hal ini, dan tidak mengingkari hal ini kecuali orang-orang yang dalam hatinya ada sesuatu.
Di antara saham yang besar dari Daulah Su’udiyyah di dalam menyebarkan aqidah shahihah dan agama yang shahih ke seluruh penjuru dunia adalah mencetak dan menerbitkan kitab-kitab yang bermanfa’at dan risalah-risalah yang berharga dari para ulama Sunnah dalam jumlah yang besar dan menyebarkannya ke seluruh dunia dengan beraneka ragam bahasa, mulai dari Mushhaf Al-Qur’an dan terjemahannya, kitab-kitab aqidah, hadits, fiqih, tarikh, dan disiplin ilmu yang lainnya.
Usaha lain yang tidak kalah pentingnya di dalam dakwah adalah mendirikan lembaga-lembaga pendidikan yang mengajarkan Islam yang shahih di dalam dan di luar negeri Saudi, lembaga-lembaga ini memiliki keistimewaan dengan disediakannya semua sarana pendidikan seperti buku-buku dan yang lainnya secara gratis, bahkan diberikan juga beasiswa kepada para penuntut ilmu yang belajar di lembaga-lembaga tersebut.
Direktorat Itfa’, Dakwah dan Irsyad Saudi Arabia banyak pengirim para da’i ke seluruh dunia, da’i-da’i tersebut berasal dari dalam dan luar negeri Saudi, seperti Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani yang pernah ditugasi oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz Direktur Darul Ifta’ wad Da’wah untuk berdakwah di Mesir, Marokko, dan Inggris ( Tarjamah Syaikh Al-Albani dari http://www.albani.org )
SYUBHAT DAN JAWABANNYA
Setelah membaca uraian di atas barangkali terlontar sebagian pertanyaan, seperti :
1. Kenapa Daulah Su’udiyyah dikatakan daulah Islamiyyah sedangkan sistem pemerintahannya adalah monarki kerajaan ?
Kami katakan : Tidak diragukan lagi bahwa cara pemilihan pemimpin yang Islami adalah dengan penunjukkan sebagaimana yang dilakukan oleh Abu Bakar terhadap Umar, atau dengan diserahkan kepada Ahlu Syura sebagaimana dilakukan oleh Umar bin Khathtab ( Lihat Politik Islami dalam Majalah Al-Furqon Tahun ke-4 Edisi 7 Rubrik Manhaj ).
Jika pemimpin sebuah daulah dipilih dengan selain cara di atas maka para ulama sepakat tentang wajibnya taat kepada pemimpin tersebut ( Lihat Fathul Bari 13/7 ) sebagaimana para sahabat taat kepada Abdul Malik bin Marwan dan yang lainnya, demikian juga hal tersebut tidak menjadikan daulah Islamiyyah menjadi daulah kufriyyah.
Merupakan hal yang dimaklumi bahwa para ulama tarikh menyebut Daulah Bani Umayyah dan Bani Abbasiyyah adalah dua daulah Islamiyyah dalam keadaan cara pemilihan pemimpinnya tidak sebagimana dilakukan oleh Abu Bakar dan Umar.
Ketika Daulah Turki Utsmani runtuh dianggap oleh para tokoh pergerakan bahwa itu adalah pertanda runtuhnya daulah Islamiyyah, dan semua orang tahu bahwa sistem pemerintahan Daulah Turki Utsmani adalah monarki.
2. Kenapa Daulah Su’udiyyah dikatakan daulah Islamiyyah sedangkan Daulah Su’udiyyah pernah meminta bantuan kepada negara Amerika yang kafir ?
Kami katakan : Meminta bantuan orang kafir tidak menjadikan pelakunya kafir, bahkan Rasulullah e ketika berangkat hijrah ke Madinah beliau mengupah seorang kafir sebagai penunjuk jalan, ketika Rasulullah e memerangi penduduk Hunain sebagian orang kafir Makkah seperti Shofwan bin Umayyah ikut dalam barisan Rasulullah e ( Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Ya’la dan dikatakan oleh Haitsami dalam Majma’ Zawaid 6/180 : Para perawinya perawi kitab Shahih ).
Tidak ada seorang pun dari para tokoh pergerakan yang mengkafirkan daulah Turki Utsmani karena bersekutu dengan Jerman pada waktu Perang Dunia !.
Syaikhuna Al-Allamah Abdul Muhsin bin Hamd Al-Abbad berkata : “ Para Ulama Saudi Arabia ketika membolehkan datangnya kekuatan asing ke Saudia Arabia karena dharurat, hal ini seperti kasus seorang muslim yang meminta pertolongan kepada non muslim untuk membebaskan dirinya dari para perampok yang hendak masuk ke rumahnya untuk melakukan tindakan kriminal di rumahnya dan pada keluarganya, apakah kita katakan kepada orang yang terancam dengan para perampok ini : Kamu tidak boleh meminta pertolongan kepada orang kafir untuk menyelamatkan diri dari perampokan ?! “ ( Madariku Nazhar fi Siyasah hal. 12 ).
Yang sangat mengherankan dari orang-orang yang mengkafirkan Daulah Su’udiyyah dengan sebab meminta bantuan Amerika bahwasanya mereka ini membolehkan diri-diri mereka meminta suaka politik ke negeri kafir, bahkan kemudian bermukim di negeri kafir, bahkan dengan resmi menjadi warga negara negeri kafir !.
Bahkan banyak orang-orang yang mengkafirkan Daulah Su’udiyyah dengan sebab meminta bantuan Amerika karena dharurat, sedangkan mereka meminta bantuan orang-orang kafir hanya sekedar untuk menambah suara partai mereka agar menang dalam Pemilihan !.
( Pembahasan ini banyak mengambil faidah dari kitab Aqidah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab As-Salafiyyah oleh Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Abdurahman Al-‘Abud dan Atsaru Da’wah Salafiyyah fi Tauhidil Mamlakah Arabiyyah Su’udiyyah oleh Dr. Hamud bin Ahmad Ar-Ruhaili ).
https://ariffathululum.wordpress.com/2016/12/19/saudi-arabia-benteng-aqidah-kaum-muslimin/