Sunday, June 19, 2016

Perlawanan Umat Islam di Tengah Kepungan Musuh


Jumat, 17 Jun 2016 15:19
Oleh : Dr. Slamet Muliono
Saat ini umat Islam sedang ujian yang berat. Dari sisi kuantitas, memang sangat besar dan bahkan terbesar di seluruh dunia. Dari sisi sumber daya, umat Islam Indonesia tidak bisa dipandang remeh, karena berbagai keunggulan dan prestasi warga muslim yang sangat membanggakan. Sayang, angka mayoritas ternyata tidak menggambarkan kekuatan umat Islam, Sehingga begitu mudahnya dipermainkan kelompok minoritas yang akhirnya melemahkan umat Islam. Salah satu kelemahan terbesar umat Islam adalah minimnya persatuan.
Persatuan masih menjadi mimpi dan pekerjaan rumah besar umat Islam. Nihilnya persatuan dan kesatuan umat Islam ini berakar dari rendahnya ketaatan dan kepatuhan terhadap hukum (perintah) Allah dan Rasul-Nya.
Implikasi dari ketidaktaatan kepada perintah Allah dan Rasul-Nya kurangnya berpegang teguh terhadap keyakinan dan kebenaran yang dianutnya. Implikasinya, masing-masing-masing pihak memiliki standar pemikiran mereka sendiri. Hal ini berujung pada sikap saling mengecilkan peran dan menganggap remeh sesama muslim. Maka disinilah awal mula perpecahan karena terus mereproduksi perdebatan yang tak berujung. Perdebatan tanpa ujung inilah yang menciptakan konflik internal. Memperdebatkan dan mempersoalkan hal-hal yang kurang strategis, mendorong mereka terperosok ke jurang konflik yang melibatkan masing-masing elemen masyarakat.
Konflik dan berbantah-bantahan ini bukan hanya membuat kekuatan umat Islam terbelah, tetapi menghilangkan kekuatan, dan gentar dalam menghadapi musuh-musuh Islam. Mungkin inilah yang Allah deskripsikan dengan baik kondisi umat Islam yang terpecah belah dalam konflik dan bagaimana kekuatan eksternal yang ingin meruntuhkan Islam bergerak secara sistematis dan terencana. Allah menggambarkan kondisi umat ini dengan firman-Nya yang artinya :
“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar,” (QS. Al-Anfal : 46)
Dalam konteks respon terhadap peninjauan atau penghapusan terhadap Peraturan Daerah (Perda) yang bernuansa syariah, berbagai elemen Islam bersatu melawan. Namun ada sekelompok umat Islam yang kurang kompak terhadap arus besar umat Islam yang ingin mempertahankan Perda Syariah itu.Saat ini, umat Islam sedang menghadapi rencana kelompok non muslim untuk melemahkan kultur yang berbasis Islam. Perda yang di berlakukan di beberapa daerah terus mengalami gugatan karena dinilai tidak toleransi dan berpotensi menghilangkan kemajemukan bangsa. Ketidakkompakan umat Islam dalam menyikapi penghapusan Perda Syariat ini membuat musuh-musuh Islam semakin bersatu dan secara terbuka menghinakan umat Islam. Allah menggambarkan bagaimana kekompakan musuh-musuh Islam, sebagaimana firman-Nya :
Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai kaum muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar. (QS. Al-Anfal : 73)
Apa yang dilakukan oleh media mainstream, dengan berbagai siasatnya, tidak berhenti menyudutkan umat Islam. Dalam kasus Saeni, penjual nasi di Serang yang ditertibkan oleh Satpol PP karena berjualan di siang hari saat bulan Ramadhan, terus diblow up sehingga terkesan umat Islam yang memaksakan kehendak kepada orang lain untuk menghormati orang yang berpuasa. Apa yang dilakukan oleh Front Pembela Islam (FPI) mendatangi kantor harian Kompas untuk mengklarifikasi pemberitaan yang jelas-jelas menyudutkan umat Islam di bulan Ramadhan ini.
Apa yang dilakukan oleh FPI patut diapresiasi sebagai sebuah langkah untuk mengingatkan umat Islam untuk tidak lengah terhadap gerakan penyudutan dan marginalisasi politik umat Islam. Persatuan umat Islam sangat dibutuhkan untuk menghadapi gerakan pembusukan terhadap nilai-nilai Islam yang sengaja disulut dan dikobarkan oleh kelompok minoritas. Persatuan umat Islam merupakan kata kunci dalam melakukan perlawanan terhadap gerakan penyudutan umat Islam.
Gerakan untuk menyudutkan umat Islam akan terus berlangsung, termasuk gerakan  mengillegalkan Perda Syariah yang sudah disusun berdasarkan aspirasi warga mayoritas setempat. Gerakan untuk menyamakan persepsi tentang adanya upaya menggusur nilai-nilai Islam harus terus menerus dilakukan. Oleh karena itu, peran dan kerjasama antara berbagai elemen umat Islam harus menyadari adanya gerakan itu.
Berpegang teguh terhadap kebenaran ajaran agama ini harus terus menerus dilakukan. Artinya, harus ada elemen umat Islam yang mengingatkan dan mengajak kepada umat Islam untuk berpegang teguh terhadap agamanya. Elemen umat Islam ini adalah yang mengetahui dan mendalami sumber-sumber kebenaran agama dan benar-benar menguasainya, guna mengingatkan umat Islam agar tidak menyimpang dari jalan yang benar. Mungkin inilah  yang Allah ingatkan kepada umat Islam dalam firman-Nya :
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS. At-Taubah : 122)
Perda-perda Syariah bisa jadi merupakan implementasi dari kultur dan perilaku umat Islam yang telah dirumuskan oleh berbagai elemen umat Islam. Nilai-nilai yang terkandung dari Perda Syariah itu memang merujuk kepada tradisi lokal yang baik. Sementara tradisi lokal itu sudah berjalan lama yang bersumber pada nilai-nilai Islam yang merujuk pada ajaran Islam.
*Penulis adalah Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya dan Direktur Pusat Kajian Islam dan Peradaban (PUSKIP) Surabaya