Monday, December 29, 2014

Tokoh Indonesia vs Ulama' Ahlusunnah Tentang Syi'ah

[A] PARA TOKOH INDONESIA :
Prof. Dr. Umar Shihab (Ketua MUI Pusat): “Syiah bukan ajaran sesat, baik Sunni maupun Syiah tetap diakui Konferensi Ulama Islam International sebagai bagian dari Islam.” [rakyatmerdekaonline.com]
KH. Said Agil Siradj (Ketua Umum PB NU) : “Ajaran Syiah tidak sesat dan termasuk Islam seperti halnya Sunni. Di universitas di dunia manapun tidak ada yang menganggap Syiah sesat.“ [tempo.co]
Prof Dr.Din Syamsuddin (Ketua Umum PP Muhammadiyah): “Tidak ada beda Sunni dan Syiah. Dialog merupakan jalan yang paling baik dan tepat, guna mengatasi perbedaan aliran dalam keluarga besar sesama muslim.” [republika.co.id]
KH. Abdurahman Wahid (gus Dur) : "Syiah itu adalah NU plus imamah dan NU itu adalah Syiah minus imamah".
Prof. Dr. Amin Rais (Mantan Ketua PP Muhammadiyah/Ketua MPR RI ): “Sunnah dan Syiah adalah mazhab-mazhab yang legitimate dan sah saja dalam Islam.“ [satuislam.wordpress.com]
Prof. Dr. Komaruddin Hidayat (Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta): “Syiah merupakan bagian dari sejarah Islam dalam perebutan kekuasaan, dari masa sahabat, karenanya akidahnya sama, Alqurannya, dan nabinya juga sama." [republika.co.id]
Prof. Dr.Syafi’i Ma’arif (Cendikiawan Muslim, Mantan Ketua PP Muhammadiyah): “Kalau Syiah di kalangan mazhab, dianggap sebagai mazhab kelima.” [okezone.com]
Marzuki Alie (Ketua DPR RI): “Syiah itu mazhab yang diterima di negara manapun di seluruh dunia, dan tidak ada satupun negara yang menegaskan bahwa Islam Syiah adalah aliran sesat.“ [okezone.com]
KH Nur Iskandar Sq (Ketua Dewan Syuro PPP): “Kami sangat menghargai kaum Muslimin Syiah.” [inilah.com]
KH. Alie Yafie (Ulama Besar Indonesia): Dengan tergabungnya Iran yang mayoritas bermazhab Syiah sebagai negara Islam dalam wadah OKI, berarti Iran diakui sebagai bagian dari Islam. Itu sudah cukup. Yang jelas, kenyataannya seluruh dunia Islam, yang tergabung dalam 60 negara menerima Iran sebagai negara Islam [tempointeraktif]
=
[B] PARA ULAMA' AHLUSSUNNAH :
1) - Imam Syafi'i :

- Dari Yunus bin Abdila’la, beliau berkata:

"Saya telah mendengar asy-Syafi’i, apabila disebut nama Syi’ah Rafidhah, maka ia mencelanya dengan sangat keras, dan berkata: “Kelompok Terjelek!”. [al Manâqib, karya al Baihaqiy 1/468]
- "Saya belum melihat seorang pun yang paling banyak bersaksi palsu dari Syi’ah Rafidhah". [Adâbus Syâfi’i, hlm. 187, al Manaqib karya al baihaqiy 1/468 dan Sunan al Kubrâ 10/208]
- Asy-Syafi’i berkata tentang seorang Syi’ah Rafidhah yang ikut berperang:
“Tidak diberi sedikit pun dari harta rampasan perang, karena Allâh Ta'ala menyampaikan ayat fa’i (harta rampasan perang), kemudian menyatakan: Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, …”. (Qs. al-Hasyr/59 : 10) maka barang siapa yang tidak menyatakan demikian, tentunya tidak berhak (mendapatkan bagian fa’i). [at Thabaqât 2/117]
2) - Al-Imam ‘Amir Asy-Sya’bi berkata: “Aku tidak pernah melihat kaum yang lebih dungu dari Syi’ah.” (As-Sunnah, 2/549, karya Abdullah bin Al-Imam Ahmad)
3) - Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri ketika ditanya tentang seorang yang mencela Abu Bakr dan ‘Umar, beliau berkata: “Ia telah kafir kepada Allah.” Kemudian ditanya: “Apakah kita menshalatinya (bila meninggal dunia)?” Beliau berkata: “Tidak, tiada kehormatan (baginya)….” (Siyar A’lamin Nubala, 7/253)
4) - Al-Imam Malik dan Al-Imam Asy-Syafi’i, telah disebut di atas.
5) - Al-Imam Ahmad bin Hanbal berkata: “Aku tidak melihat dia (orang yang mencela Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Aisyah) itu orang Islam.” (As-Sunnah, 1/493, karya Al-Khallal)
6) - Al-Imam Al-Bukhari berkata: “Bagiku sama saja apakah aku shalat di belakang Jahmi, dan Rafidhi atau di belakang Yahudi dan Nashara (yakni sama-sama tidak boleh -red). Mereka tidak boleh diberi salam, tidak dikunjungi ketika sakit, tidak dinikahkan, tidak dijadikan saksi, dan tidak dimakan sembelihan mereka.” (Khalqu Af’alil ‘Ibad, hal. 125)
7) Al-Imam Abu Zur’ah Ar-Razi berkata: “Jika engkau melihat orang yang mencela salah satu dari shahabat Rasulullah , maka ketahuilah bahwa ia seorang zindiq. Yang demikian itu karena Rasul bagi kita haq, dan Al Qur’an haq, dan sesungguhnya yang menyampaikan Al Qur’an dan As Sunnah adalah para shahabat Rasulullah . Sungguh mereka mencela para saksi kita (para shahabat) dengan tujuan untuk meniadakan Al Qur’an dan As Sunnah. Mereka (Rafidhah) lebih pantas untuk dicela dan mereka adalah zanadiqah.” (Al-Kifayah, hal. 49, karya Al-Khathib Al-Baghdadi)
==========================
Mana yang lebih Anda benarkan dan Anda percayai??
Sumber: Status ريزقينطو هيرماوان |https://www.facebook.com/Rizqianto/posts/4422795066723 
tambahan :
Imam Malik rahimahullah juga mengkafirkan syi’ah rafidhah, sebagaimana yang disampaikan oleh Imam Ibnu Katsir rahimahullah:
وَمِنْ هَذِهِ الْآيَةِ انْتَزَعَ الْإِمَامُ مَالِكٌ -رَحِمَهُ اللَّهُ، فِي رِوَايَةٍ عَنْهُ-بِتَكْفِيرِ الرَّوَافِضِ الَّذِينَ يُبْغِضُونَ الصَّحَابَةَ
 “Dan dari ayat ini, Imam Malik memutuskan –dalam sebuah riwayat darinya- akan kafirnya syiah rafidhah yang mana mereka membenci para sahabat [Tafsir Ibnu Katsir 7/338]
Imam Syaukani rahimahullah juga mengkafirkan syiah rafidhah dengan perkataanya:
إن أصل دعوة الروافض كيد الدين ومخالفة الإسلام وبهذا يتبين أن كل رافضي خبيث يصير كافرًا بتكفيره لصحابي واحد فكيف بمن يكفِّر كل الصحابة واستثنى أفرادًا يسيرة
 “Sesungguhnya landasan dakwah syiah rafidhad adalah membuat tipu daya dalam agama dan menyelisihi islam. Maka dengan ini jelaslah bagi kita bahwasanya setiap orang syiah rafidhah adalah orang buruk yang menjadi kafir dikarenakan pengkafirannya terhadap salah satu sahabat nabi. Lantas bagaimana jika dia mengkafirkan seluruh sahabat nabi dan hanya mengecualikan beberapa jumlah yang sedikit saja ??”[ Natsrul Jauhar Alaa Hadiits Abii Dzarr hal. 106-116 ]
Dalam kaidah syariat disebutkan:
من لم يكفر الكافر فهو كافر
 “Barangsiapa yang tidak mengkafirkan seseorang yang kafir, maka dia adalah kafir”[ Al Ibthaal fii Nadzariyyatil Kholat Baina Al islaam Wa Ghoirihi Min Al Adyan 1/94]

Tentunya Muslim yg mempunyai AKAL sehat akal lebih memilih fatwa para Imam Ahlus Sunnah. apakah mereka (tokoh indonesia) masih bisa dipercaya bicara “mengenai agamanya/soal ucapan natal/syari'at  islam dll sbgnya “ ? untuk mendeteksi latar belakang sikap/statemen "tokoh2 islam di indonesia " terhadap agamanya seperti masalah syi'ah/ucapan natal/komentar2 keras terhadap pihak2 yang ingin menegakkan syari'at islam dll, bisa diamati dari "darimana sumber keuangan/nafkahnya". sikapnya merupakan kredit point kepada majikannya. wallahu a'lam