Thursday, March 19, 2015

Kaum Syi’ah Sebenarnya Bingung Dengan Ajaran Mereka

Video ini bukti bahwa kaum syi’ah sebenarnya merasa kebingungan dengan ajaran yang mereka anut.

                                      



Pemerintah Dinilai Berlebihan, ISIS Di Timur Tengah Nampak, Komunis Dalam Negeri Tak Kelihatan [ Juga Syi'ah, Terjajahnya/Penguasaan Ekonomi Pribumi yang Sangat Kecil, Kejahatan Masif Narkoba, Pornografi dll. red lamurkha ]


Seluruh Negara-Negara Arab dan Teluk Akan Jatuh ke Syi'ah?

Selama bertahun-tahun, seorang tokoh terkemuka di sebuah negara Teluk telah mengajukan berbagai saran dan analisa kepada para pemimpin Dunia Arab, khususnya para pemimpin Teluk untuk menyelamatkan Irak dan Yaman agar tidak  jatuh ke tangan Iran.
Tapi, hari ini, kita melihat Suriah, Lebanon, Irak, Bahrain, dan Yaman yang menjadi ‘jantung’ ( heartland) Arab sudah di bawah kekuasaan dan kendali Iran. Ini tidak berlebihan. Banyak bukti faktual yang mendukung kesimpulan itu. Seorang tokoh terkemuka Iran telah benar-benar mengakui klaim itu. Namun, ambisi mereka tidak berhenti di situ, dan akan terus menggulung seluruh kekuasaan di dunia Arab.
Awal bulan ini, mantan kepala  intelijen Iran dan penasihat saat ini ke Presiden Rouhani  yang menangani  Urusan Etnis Minoritas dan Agama, Ali Younesi, mengatakan dalam forum diskusi publik: "Semua negara Timur Tengah  sudah dalam genggaman Iran ...", cetusnya.
Puluhan tahun yang lalu, situasi yang ada seperti sekarang ini, mungkin hanya sebagai angan-angan yang menggelikan, dan ada sedikit ditertawakan. Tapi, sekarang Syi’ah Houthi  yang didukung Iran telah berhasil mengambil alih sebagian besar Yaman. Tehran tidak hanya secara  terbuka melakukan  jembatan ‘udara’ menerbangkan senjata dalam skala sangat besar,  dan bahkan Houthi telah memiliki pesawat jet bom tempur yang sudah digunakan menggebom Aden.
Rezim Syi’ah di Teheran  telah berjanji memasok minyak satu tahun ke ‘proxy’ Yaman, yaitu Houthi, dan membantu membangun pembangkit listrik. Yaman sekarang merupakan ancaman langsung terhadap keamanan dan stabilitas di negara Arab Saudi.,
Sementara itu, pasukan Garda Revolusi Iran -  bersama-sama dengan pejuang Hizbullah yang berjuang mempertahankan rezim Syi’ah Suriah Bashar al-Assad memerangi kelompok oposisi – oposisi yang sudah berantakan, dan  sudah mulai  meninggalkan Suriah menuju lading baru yaitu ke Irak menghadapi ISIS.
Tehran terus meluaskan ekspansi idelogisnya (Syi’ah) ke seluruh kawasan Timur Tengah, dan dengan dukungan pasukan ‘Garda Revolusi’, dan tidak akan pernah berhenti sampai seluruh Timur Tengah dan Dunia Arab menancapkan bendera ‘Syi’ah’, di bawah bendera Republik Islam Iran yang berwarna merah, putih dan hijau. Sungguh ini sangat ironi. Mirip kembali seperti di zaman awal Islam.
Jenderal Qassem Sulaeman yang menjadi Komandan  Garda Revolusi Iran berada di garis depan negara Irak, besama Angkatan Darat Irak, milisi Syiah Irak, dan mendadpatkan dukungan dari Koalisi yang dipimpin AS terus melakukan perang membebaskan provinsi yang mayoritas Sunni yaitu Anbar dari ISIS. Dengan dramatisasi tentang ‘teroris’ ISIS, kekuatan Syi’ah mendapatkan dukungan internasional. Inilah bencana bagi dunia Islam.
Salah satu pemimpin paramiliter Irak, Hadi Al-Amari, di antara mereka yang berjuang untuk memembebaskan wilayah Tikrit yang menjadi kampong halaman Saddam Husien, mengatakan kepada CNN,dia menyatakan  bangga kepada dunia bahwa "kita memiliki penasihat Iran". Jangan membayangkan para 'penasihat' Iran - atau pasukan Iran - akan segera meninggalkan Irak, sesudah dapat mengalahkan ISIS. Mereka akan terus bercokol dan menguasai  negara Irak. Irak akan menjadi bagian dari rezim Syi’ah di Iran.
Ayatullah Ali Younesi mengatakan:  “Saat ini Irak tidak hanya benteng peradaban kita, juga identitas kita, budaya dan modal, dan sekarang ini  seperti di masa lalu ... Geografi Iran dan Irak tidak dapat dibagi. "
Ali Larijani, Penasihat Keamanan Nasional Iran,mengakui pasukan Iran akan bersama-sama membebaskan tanah yang hilang, yaitu Irak. Mereka akan berjuang dengan segala kekuatan yang mereka miliki mencaplok Irak.
Dengan jatuhnya Irak ke tangan Syi’ah Iran. Maka, membentang kekuasaan Syi’ah membentang mulai dari Lebanon, Suriah, Irak, Iran, Banrain, dan Yaman. Arab Saudi, Kuwait dan Uni Emirat Arab, hanya menunggu hari jatuh ke tangan Syi’ah. Wallahu’alam. 

Senator AS Sebut Perang Di Timur Tengah Adalah Invasi Islam Terhadap Eropa

Seorang Senator AS dari Partai Republik mengingatkan bahwa jatuhnya ibukota Damaskus ditangan organisasi Negara Islam dapat menjadi ancaman langsung bagi negara-negara Eropa. Dalam pernyataannya dengan saluran Rusia Today hari Kamis (19/03) kemarin, Richard Black mengatakan, “Beberapa bulan setelah jatuhnya ibukota Damaskus ditangan Negara Islam, mereka akan segera merebut Lebanon dan Yordania sebelum akhirnya mengancam Eropa.” Richard Black menambahkan, “Ini adalah invasi Islam terhadap Eropa yang sangat berbahaya dan mengancam dunia.” (Rassd/Ram) Berikut cuplikan video tersebut:
                                                     
               



http://www.eramuslim.com/berita/senator-as-sebut-perang-di-timur-tengah-adalah-invasi-islam-terhadap-eropa.htm#.VQvNk46sUXc


Mantan Direktur CIA David Petraeus : Perang Sunni-Syi'ah Mengancam Seluruh Timur Tengah

Mantan Direktur CIA Jenderal David Petraeus, yang pernah memimpin pasukan AS dalam perang Irak, tahun 2007-2008, mengatakan bahwa Iran dan milisi Syiah menimbulkan masalah mendasar dan "paling pokok”, dan ancaman strategis bagi stabilitas Irak, dan bukan ISIS, tegasnya.
"Saya berpendapat bahwa ancaman utama bagi stabilitas jangka panjang Irak dan keseimbangan regional yang lebih luas bukan ISIS. Tapi,  milisi Syiah yang didukung oleh  Iran”, tegas Petraeus kepada Washington Post,  selama dia kunjungannya ke Irak utara, Jum'at, 20/3/2015.
Dia mengatakan sementara ini milisi Syiah membantu menghentikan serangan ISIS 'terhadap Baghdad, dan mereka bertanggung jawab atas "kekejaman dan pembantian" terhadap warga sipil Sunni, dan kemudian  muncul menjadi kekuatan dominan di Irak, tambah Petraeus.
"Milisi ini keluar ke jalan-jalan Irak , saat menanggapi fatwa oleh pemimpin Syiah Ayatollah Sistani,  pada saat bahaya dan ancaman ISIS. Mereka mencegah ISIS melanjutkan ofensif ke Baghdad. Meskipun demikian, mereka dalam beberapa kasus telah melakukan pembersihkan tidak hanya kelompok ISIS, tetapi juga warga  Sunni. Mereka melakukan kekejaman tanpa batas terhadap kaum Sunni, "kata Petraeus.
"Jangka panjang, milisi Syiah yang didukung Iran bisa muncul sebagai kekuatan terkemuka di Irak, salah satu kekuatan yang berada di luar kendali pemerintah Irak, dan sebaliknya milisi Syi’ah di Irak langsung dibawah kendali oleh Teheran," tambahnya.
Petraeus mengatakan pengaruh Iran yang meningkat di Irak,  dan bertujuan ingin mencaplok negara itu, dan sebagai indikasi  Iran mengirim  Komandan Garda Revolusi Iran (IRGC) Jenderal Qassem Suleimani dalam perang melawan ISIS. Petraeus menggarisbawahi "kenyataan yang sangat penting. Rezim Iran saat ini tidak menjadi sekutu kami di Timur Tengah”, ungkapnya.
Secara luas AS dalam perang Irak bertujuan ingin membersihkan al-Qaeda dari daerah Sunni Irak pada tahun 2006, dan Petraeus  mengatakan bahwa bantuan Iran dalam melawan ISIS, Teheran "akhirnya menjadi bagian dari masalah, bukan solusi”, tegasnya.
"Semakin Iran terlihat untuk mendominasi wilayah Irak, semakin akan mengobarkan radikalisme Sunni, dan menjadi bahan bakar munculnya kelompok-kelompok seperti ISIS. Sementara AS dan Iran mungkin memiliki kepentingan yang sama ingin mengalahkan ISIS,  namun kepentingan antara AS dengan Iran berbeda, yaitu ingin menguasai dan mencaplok Irak.
Petraeus mengatakan: “Kekuasaan Iran di Timur Tengah akan menimbulkan konflik dan perang baru di seluruh Timur Tengah dan  dunia Arab. Hal ini terutama timbul masalah baru, yaitu ketika Iran memerangi sekutu-sekutu kita. Tetapi juga berbahaya karena, semakin dirasakan, semakin memicu reaksi yang juga berbahaya bagi kepentingan kita . Lahirnya radikalisme Sunni, dan jika kita tidak hati-hati, prospek proliferasi (pengurangan program) nuklir juga terancam.
Petraeaus menambahkan bahwa pada musim semi tahun 2008, Jenderal Qassem Suleimani menjelaskan kepadanya bahwa dia bertanggung jawab atas kebijakan Iran mengenai Irak, Suriah, Lebanon, dan Afghanistan.
"Di tengah pertarungan yang sangat sengit , saya menerima kabar dari seorang pejabat yang sangat senior Irak bahwa Jenderal Qassem Sulaimani telah memberinya pesan untuk saya.
Ketika saya bertemu dengan pejabat senior Irak , ia menyampaikan pesan: “Jenderal Petraeus, Anda harus menyadari bahwa saya (Jenderal Qassem Suleimani), mengontrol kebijakan Iran untuk Irak, Suriah, Lebanon,  dan Afghanistan.
Intinya sangata jelas. Jenderal Sulaimani memiliki kebijakan terhadap wilayah Irak, dan saya harus berurusan dengan dia. Ketika bicara Irak saya bertanya apa yang saya ingin sampaikan kembali, saya menyuruhnya untuk memberitahu Suleimani bahwa dia bisa 'pound pasir'”, ujar Petraeus.
Petraeus telah menyinggung Jenderal Qassem Sulaimani yang  memimpin kelompok-kelompok milisi Syiah, dia bertanggung jawab atas “pembunuhan besar-besaran warga Sunni dan melukai puluhan ribu tentara koalisi Amerika dan pasukan Irak, sehingga akan wajar baginya untuk mengucapkan hal-hal paling serius kepada Jenderal Qassem Sulaimaniya,  ungkap Petraeus kepada Washington  Post.
Mantan penasihat AS di Irak Khedery mengatakan kepada Al Arabiya News bulan lalu, di mana sebelumnya, pemerintahan Obama memang sengaja menutup mata terhadap kejahatan dan kekejian milisi Syiah di Irak . Tapi sekarang dengan bukti baru dari organisasi hak asasi manusia dan dengan kesaksian Petraeus, "Obama sekarang harus menjelaskan apa kebijakannya yang harus di bangun dari bukti baru yang  terungkap, "kata Khedery Jumat, 20/3/2015.
David Mack, mantan duta besar AS dan thin-thank di Institut Timur Tengah yang berbasis di Washington mengatakan bahwa pemerintahan Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi - adalah bagian baik secara politik dan ideologis dengan Iran. Al-Abadi bagian dari rezim Syi’ah Iran, dan mendapatkan dukungan  dari milisi Syiah – dan dengan mengontrol milisi-milisi Syi’ah dan pasukan regular Irak, dipastikan akana menjadi ancaman perang di seluruh kawasan Timur Tengah dan Arab.
Perang baru di seluruh kawasan Timur Tengah dan Dunia Arab, perang antara Sunni – Syi’ah, karena Syi’ah yang dikendalikan oleh Teheran terus melakukan ekspansi territorial ke Timur Tengah dan Dunia Arab, dan mengubah ideology (aqidah) penduduk kawasan dari Sunni ke Syi’ah dengan senjata. Syi’ah tidak segan-segan menumpahkan darah dengan senjata. Seperti yang terjadi di Lebanon, Suirah, Irak, dan Yaman. Wallahu’alam.












Sebutan Salafi-Wahabi, Propaganda Syiah Benturkan Kaum Muslimin

20 maret 2015
MUI Provinsi Jawa Barat diminta untuk berperan aktif menanggapi fenomena propaganda Syiah hari ini yang menyatakan siapa pun yang tidak setuju dengan Syiah adalah bagian dari kelompok salafi, wahabi dan yang lainnya.
“Ketika mereka sudah membentur-benturkan aqidah Ahlussunnah wal jamaah itu seolah kita yang sedang berantem. Padahal, aslinya baik kita, salafi, NU, Persis, semuanya aqidahnya sama bersumber dari Quran dan Sunnah. Tapi Syiah yang sebetulnya tidak bisa disamakan. Karena sumbernya bukan dari Quran dan Sunnah,” beber Koordinator Pembela Ahlu Sunnah (PAS), Ustadz Roinul Balad di hadapan sejumlah pengurus MUI Provinsi Jawa Barat pada Kamis, (19/03).
Menurut Ustadz Roin, di sejumlah daerah di Jawa Barat, propaganda Syiah ini kerap ditelan mentah-mentah oleh masyarakat awam. Oleh sebab itu, MUI diharapkan dapat berperan aktif untuk mengatasinya.
“Kami meminta kepada MUI untuk berperan aktif menjelaskan itu karena di daerah-daerah sudah terjadi seperti di Tasik dan di Cianjur. Kami insyaAllah akan selalu berusaha memberikan informasi yang kongkrit di lapangan,” tambahnya.
Ustadz Roin mencontohkan adanya kejadian di suatu masjid yang akhirnya disegel karena dianggap wahabi. Padahal bahasa itu dilontarkan oleh orang-orang yang suka mengaji kepada gembong Syiah, Jalaludin Rahmat.
“Termasuk di Ciamis tadi malam kami mendapat satu berita di daerah Pamarican yang speakernya diturunkan karena dianggap wahabi,” lanjutnya.
Ternyata, informasi yang menyebut bahwa masjid itu wahabi berasal dari seorang perempuan yang suka mengaji di lembaga pendidikan milik Syiah, Muthahari.
“Anaknya disekolahkan di SMP Muthahari, sehingga datang ke sana ibunya menyatakan, ‘oh itu masjid wahabi, masjid wahabi’. Kemudian, warga sekitar di kalangan nahdliyyin mengatakan “kalo gitu turunkan miknya, turunkan miknya,” terangnya.
Melihat situasi semacam itu, PAS Jawa Barat menghimbau agar MUI segera mengambil tindakan sebelum menjadi besar di daerah-daerah.
Kami siap bersinergi dengan MUI, karena Syiah bermain di situ dan membenturkan kaum muslimin,” pungkasnya.

Gabungan Ormas Islam Dukung MUI Jabar Bentengi Aqidah Umat dari Bahaya Syiah

Sejumlah elemen ormas dan pergerakan Islam yang tergabung dalam Pembela Ahlu Sunnah (PAS), pada Kamis siang ini, (19/03) menyambangi Kantor MUI Provinsi Jawa Barat di Jalan RE Martadinata No 105, Bandung.
Menurut Ustadz Roinul Balad, Koordinator Pembela Ahlu Sunnah (PAS) Jawa Barat, silaturahim ini juga bertujuan untuk saling bertukar informasi terkait perkembangan Syiah di Jawa Barat.
“Alhamdulillah, kita hari ini bisa bertemu dan diterima oleh MUI Provinsi Jawa Barat dalam rangka silaturahim untuk lebih mempererat silaturahmi kita dan bisa saling bertukar informasi yang berhubungan dengan harakah/pergerakan keagamaan di Jawa Barat, khususnya masalah Syiah,” jelas Ustadz Roin kepada para pimpinan MUI Provinsi Jawa Barat.
Rombongan PAS diterima oleh sejumlah pimpinan MUI seperti Ketua MUI Jabar, KH Ayat Dimyati, Sekretaris Umum MUI Jabar, Drs H.M. Rafani Achyar, dan pengurus lainnya.
Kedatangan sejumlah perwakilan ormas Islam itu selain dalam rangka silaturahim juga apresiasi terhadap MUI yang telah menerbitkan buku panduan “Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syiah di Indonesia”.
“Kami sangat berbahagia umat Islam di Jawa Barat ini dan berterimakasih kepada MUI yang sudah menerbitkan buku panduan “Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syiah di Indonesia”, karena Jawa Barat sarangnya Syiah,” ujar Ustadz Roin.
Beliau menambahkan, jika berkenaan dengan hal-hal yang menodai ajaran Islam, banyak orang sepakat mengatakan Jawa Barat menjadi sarangnya. “Bicara Ahmadiyah Jawa Barat, bicara aliran sesat yang mengaku nabi Jawa Barat. Di dalam event-event pertemuan lintas harakah skala nasional pun kalau bicara aliran sesat pasti melihat ke Jawa Barat, tandasnya.
Pembela Ahlus Sunnah (PAS) Jawa Barat  ini merupakan gerakan lokal yang terdiri dari 39 ormas Islam dan elemen pergerakan. Diantaranya ada dari Muhammadiyah, LPUI, Syarikat Islam, FPI, Laskar FPI, KORNI, Wahdah, KODAS, Pemuda Masjid Istiqomah, Pemuda Persis, dan forum-forum pengajian dan majelis taklim Bandung Raya.
“Kami semua mendukung penuh buku yang diterbitkan MUI dalam rangka mengawal aqidah umat Islam khususnya di Jawa Barat,” pungkas Ustadz Roin.

Hidayatullah: Karena Istiqomah dalam Kekafirannya, Syiah Lawan Kaum Muslimin

Ketua Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah (YPPH) Balikpapan Ustadz Zainuddin Musaddad menyikapi fenomena adanya gelombang imigran Syiah ke Kota Balikpapan sebagai sesuatu yang alamiah. Pasalnya, Syiah memang melakukan ekspansi ideologis dan perlawanan kepada kaum Muslimin karena dia istiqomah dengan ‘kekafirannya’.
“Karena keistiqomahannya itu, dengan sendirinya dia harus melakukan perlawanan. Justru kalau dia tidak melakukan perlawanan, palsu dia. Keistiqomahannya dia memusuhi Muslim Sunni ya seperti itu,” ujar beliau di Ponpes Hidayatullah, Gunung Tembak Balikpapan, Sabtu, (13/12).
Oleh karena itu, Hidayatullah, sebagai sebuah lembaga yang turut fokus dalam menghadapi syiah harus meningkatkan apa yang menjadi kewajibannya. Yaitu, memproteksi umat dari aliran-aliran yang sesat.
“Kedua, buktikan bahwa apa yang kita lakukan itu cahaya Allah ta’ala (kebenaran), sehingga selain dari pada itu bathil (gelap). Tegaknya syariat Allah itu identik dengan cahaya Allah. Mari kita bertarung di lapangan (di tengah masyarakat), karena dia (syiah) pakai asumsi. Kita harus pakai kenyataan. Itu intinya,” tambahnya.
Selanjutnya, Ustadz Zainuddin juga menegaskan bahwa langkah-langkah yang bisa ditempuh untuk menanggulangi penyebaran ideologi syiah adalah dengan cara memperkuat dakwah. Menurut beliau, karena dakwah ini sudah menjadiframe Hidayatullah sejak dulu maka tinggal memperkuat saja.
“Dakwah itu bukan hanya karena ada syiah baru digerakkan. Ini hanya sebuah pemicu bahwa kita harus bergerak lebih aktif lagi, lebih progresif lagi, kalau perlu lebih revolusioner lagi. Dalam artian bahwa umat harus diperkenalkan dengan aqidah sesungguhnya, kepada ibadah yang sesahih-sahihnya,” katanya.
Terakhir, beliau juga mengingatkan agar para da’i jangan hanya bermain di titik aman. Dalam dakwah yang disampaikan kepada umat jangan cuma materi terkait silaturahmi atau akhlaq saja. Tetapi harus masuk pada substansi materi dakwah yaitu aqidah Islamiyah.
“Ini bukan tidak penting, cuma tidak mendasar. Kita kembali pada substansi materi dakwah. Kita kan biasanya mencari amannya saja, amanlah masalah akhlak, aman di masalah sosial justru tidak pernah masuk yang sesungguhnya. Tetapi ketika masuk ke ranah aqidah, terproteksi semua, karena substansi aqidah itu yang benar cuma satu, sampaikan, dan yang lain itu bathil,” tuturnya.
Menurut beliau, untuk menghadang bahaya pemikiran syiah titik berangkatnya haru dimulai dari aqidah, karena Rasulullah SAW hebat itu bukan karena akhlaqnya semata. tapi juga karena aqidahnya.
“Andaikan hanya karena akhlaq, Rasulullah SAW sudah diterima jadi punggawa, jadi pimpinan. Di usia 25 tahun, Rasulullah sudah diterima kalau alasannya hanya dengan akhlaq. Begitu rasul sudah masuk ke wilayah aqidah dan tidak ada selain daripada itu yang benar, mereka mengatakan ternyata Muhammad yang baik itu ternyata jelek. Muhammad yang baik itu ternyata merusak,” tukas beliau.
Meski tanpa mengurangi ada tantangan eksternal, tapi menurut beliau, tantangannya ada pada internal umat Islam. Agar para dai-dai harus berani menyampaikan aqidah yang benar itu hanya satu. Lailahaillallah..Muhammadun Rasulullah, pungkasnya.

Cara Syiah Menipu Kaum Muslimin

Habib Zein Al-Kaff Beberkan Cara Syiah Menipu Kaum Muslimin

Syiah merupakan aliran sesat dan menyesatkan. Keberadaan Syiah menjadi bahaya yang harus selalu diwaspadai umat Islam di Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Habib Ahmad Zein Al-Kaff, Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur dan Majelis Tinggi NU Jawa Timur dalam acara kajian ilmiah bertajuk ‘Mengapa Syiah Bukan Islam?’ di Gedung Al-Irsyad, Surakarta, pada Ahad, 2 Februari 2014.
Menurut Habib Zein, Syiah yang berkembang di dunia ini ada tiga.Pertama, Syiah Zaidiyah yang banyak didapati di Yaman Utara, hanya saja Syi’ah Zaidiyah ini tidak berkembang. Bahkan, banyak kelompok Zaidiyah yang akhirnya memberikan loyalitasnya kepada Iran. Hal ini tidak lepas dari gelontoran dana besar dari Negara Persia ini.
Kedua, Syiah Ismailiyah yang berkembang di India dan Pakistan. Sekte Ismailiyah kemudian menelurkan sekte sesat lainnya, seperti Syiah Nushairiyah dan Druze.
Ketiga, Syiah Imamiyah atau Ja’fariyah, mereka biasa mengatasnamakan diri mereka dengan sebutan ‘Madzhab Ahlul Bait’. Ajaran Syiah ini berpusat di Iran. Setelah revolusi 1979, mereka melakukan ekspansi ajarannya ke negeri-negeri kaum muslimin termasuk Indonesia.
Ketua Yayasan Al-Bayyinat ini menyatakan bahwa Syiah menjadi ajaran yang sangat kuat dan berbahaya karena mereka didukung negara Iran.
“Iran menggelontorkan dana secara besar-besaran, ada yang dihubungi langsung atau ada juga yang diundang ke Iran kemudian ditunjukkan keberhasilan mereka.” ujar Habib Zein, seperti dilansir dari an-najah.net pada Senin.
Sementara, ajaran Syiah juga berkembang di Indonesia. Penganut Syiah di Indonesia adalah Syiah Imamiyah yang mengatakan bahwa mereka memiliki 12 imam.
“Syiah yang ada di Indonesia adalah Syiah Imamiyah atau Ja’fariyah yang biasa mengatasnamakan madzhab ahlul bait,” katanya.
Tipuan Syiah
Habib Zein menegaskan banyak tokoh Islam yang ditipu oleh Syiah. Syiah menawarkan pendekatan dan ukhuwah antara Sunni dan Syi’ah. Namun di sisi lain, mereka menyembunyikan informasi ulama-ulama Ahlussunnah di Iran dibunuh, dipenjara dan masjid ahlussunnah dirobohkan. Padahal, sinagog dan gereja banyak didapati di Iran.
“Di Teheran itu banyak sinagog dan gereja, tetapi masjid Ahlussunnah dirobohkan,” tegasnya.
Habib juga menjelaskan jika Iran gencar memberikan beasiswa kepada kaum muslimin. Sayangnya, banyak orang yang mengambil beasiswa tersebut tanpa melihat latar belakang siapa sponsor beasiswanya. Sehingga, banyak alumni Iran ketika kembali ke Indonesia menjadi murtad dari ajaran Islam dan menyebarkan ajaran Syiah.
Selanjutnya, tipuan lain yang sering digemakan oleh Syiah adalah seruan kepada ahlussunnah untuk menjaga Ukhuwah Islamiyah. Cara ini digunakan oleh kelompok Syiah ketika dalam kondisi minoritas. Namun, hal itu tidak berlaku jika Syiah berkuasa atau penganutnya mayoritas, seperti yang terjadi di Iran, Suriah dan Irak. Di wilayah tersebut, kaum muslimin diintimidasi, didzalimi bahkan dibunuh.
“Ukhuwah Islamiyah itu bagus bisa dilakukan jika sesama Islam seperti NU dengan Muhammadiyah, pengikut Madzhab Syafi’i dengan Madzhab Hanafi karena perbedaan mereka di dalam furu’ (hal-hal cabang) bukan ushul (pokok ajaran). Berbeda dengan Syiah. Antara Ahlussunnah dengan Syiah tidak bisa bersatu karena mereka itu berbeda dalam ushul. Kalau Muhammadiyah, NU, Al-Irsyad itu masih satu rumah, berbeda dengan Syiah” tegasnya.
Ia menambahkan, Syiah juga menggunakan tokoh-tokoh yang telah dicuci otaknya untuk mengajak dengan menggunakan metode taqrib(pendekatan Sunni dan Syiah, red). “Taqrib ini mereka pakai tatkala mereka minoritas. Hal (taqrib) ini tidak terjadi di Iran,” tambahnya. [sdqfajar]

Habib Zein Al-Kaff: Habib yang Jadi Syiah, Pengkhianat Rasulullah

Di Indonesia, para cucunda keturunan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu, kerap dijuluki Habib. Gelar ini begitu disakralkan oleh sebagian kalangan umat Islam. Namun, para Habib yang mengikuti ajaran Syiah sejatinya adalah para pengkhianat Ahlul Bait.
Hal itu disampaikan oleh Ust. Habib Ahmad Zein Alkaff, Pengurus Majelis Ulama’ Indonesia (MUI) Jawa Timur dan Majelis Tinggi NU Jawa Timur, dalam Kajian Ilmiah ‘Mengapa Syiah Bukan Islam?’ di Gedung Al-Irsyad, Surakarta, Ahad, 2 Februari 2014.
Habib Zein menegaskan bahwa menggeneralisir semua Habib itu Syiah merupakan sebuah kesalahan. Karena di dalam lingkungan para habaib, ahlubait (cucunda keluarga Nabi, red) yang menjadi Syi’ah tidak digolongkan sebagai Habib. Bahkan, menurut literatur sejarah, para pendahulu mereka dari kalangan habaib berhijrah dari Bashrah -negeri yang subur- menuju Hadramaut -negeri yang tandus- dalam rangka menyelamatkan anak keturunannya dari fitnah Syiah yang berkembang di Bashrah.
“Kalau ada Habib yang menjadi Syiah, maka telah berkhianat kepada datuknya (Rasulullah Saw). Kalau ada Habib tidak berjalan diatas jalan Habib dia bukan Habib, tetapi mereka mantan Habib,” tegasnya seperti dikutip Kiblat.net dari an-najah.net pada Senin.
Ketua Yayasan Al-Bayyinat memaparkan bahwa Syiah telah melakukan kedustaan. Syiah mengklaim mencintai ahlulbait padahal dalam tindakannya sama sekali tidak mencerminkan kecintaan  terhadap Ahlulbait.
Mengapa Syiah bukan Islam?
Untuk mengetahui kesesatan Syiah, tokoh MUI Jawa Timur ini menganjurkan pada aktifis Islam untuk merujuk kepada kitab-kitab induk mereka. Sebagaimana kalau kita ingin mengkaji ahlussunnah maka harus memakai kitab-kitab ahlussunnah, demikian pula kalau kita ingin mengkaji kristenisasi, komunimisme maka juga harus menggunakan kitab-kitab mereka.
Habib Zain menjelaskan bahwa Syiah bukan Islam karena aqkidah mereka bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits. Pertama, karena rukun iman Syiah berbeda dengan rukun Islam. Rukun iman Syiah ada 5, sementara rukun Iman umat Islam ada 6. “Konsekuensi dari keimanan ini maka saling mengkafirkan, Syiah mengkafirkan ahlussunnah dan ahlussunnah mengkafirkan Syiah,” ungkapnya.
Kedua, perbedaan dalam rukun Islam. Kalau rukun Islamnya orang Syiah itu shalat, shaum, zakat, haji dan wilayah. Sedangkan rukun Islamnya ahlussunnah itu syahadatain, shalat, puasa, zakat, dan haji. Sama konsekuensinya saling mengkafirkan.
Ketiga, menurut ajaran Syiah, Al-Qur’an yang dibaca kaum muslimin sudah mengalami muharraf (penyelewengan, red), bisa ditambah dan dikurangi. Padahal Allah secara tegas telah mengatakan, “Sesungguhnya Kami yang telah menurunkan Al-Qur’an dan Kami pula yang menjaganya.” Kitab-kitab Syiah mengatakan bahwa Al-Qur’an telah berubah baik ditambah maupun dikurangi. Bahkan, menurut Syiah, Al-Qur’an yang asli berjumlah 17.000 ayat, tiga kali lipat dari Al-Qur’an yang ada saat ini.
Keempat, mereka mengklaim imam-imam mereka lebih mulia daripada Rasulullah SAW. Menurut Syiah, Imam mereka mempunyai kedudukan yang lebih tinggi di atas Rasulullah Saw. “Seseorang yang mengaku lebih afdhol dari para Rasul, telah keluar dari Islam, inilah akidah Islam,” tegas Habib Zein.
Kelima, mereka mencaci para sahabat. Bahkan, mereka mengkafirkan para sahabat kecuali yang empat orang saja. “Padahal Allah telah menegaskan dalam Al-Qur’an, bahwa Allah ridha kepada mereka dan mereka  pun ridha Allah sebagai Rabb mereka,” ujarnya.
Ulama NU kelahiran tahun 1941 ini mengingatkan agar umat Islam mewaspadai perkembangan Syiah di Indonesia. Karena jika tidak diwaspadai maka apa yang terjadi di Irak, Iran, Yaman, Bahrain akan juga bisa terjadi di bumi nusantara ini.
Untuk mengingatkan bahaya Syi’ah, beliau mengutip Hadits dari Rasulullah SAW: “Apabila timbul fitnah atau bid’ah, dimana sahabat-sahabatku dicaci maki, maka setiap orang yang berilmu diperintahkan untuk menyampaikan ilmunya. Dan barang siapa tidak melaksanakan perintah tersebut, maka dia akan mendapat laknat dari Allah dan dari Malaikat serta dari seluruh manusia. Semua amal kebajikannya, baik yang berupa amalan wajib maupun amalan sunnah tidak akan diterima Allah”.
Umat Islam akan dituntut pembelaannya manakala Rasulullah SAW, para sahabatnya, beserta istri-istrinya dicacimaki oleh siapapun, termasuk Syi’ah.
“Kalau seandainya kita tidak marah ketika istri-istri Rasulullah SAW, mertua Rasulullah SAW, menantu Rasulullah dan juga para sahabatnya dicacimaki dan dikafirkan maka diragukan kecintaannya kepada Rasulullah Saw. Jangan mengaku cinta, jika tidak ada buktinya,” pungkasnya. [sdqfajar]

Anung Al-Hamat: Seluruh Umat Islam Tolak Kesesatan Perayaan Asyura Kaum Syiah

Ketua Forum Study Sekte-Sekte Islam (FS3I) Ustadz Anung Al-Hamat menilai pernyataan bahwa umat Islam yang menolak keberadaan Syiah hanya dari kalangan yang dicap Wahabi merupakan kekeliruan dalam melihat fakta, karena penolakan terhadap ajaran Syiah adalah sikap semua kalangan Ahlus Sunnah wal jamaah.
“Penolakan kesesatan perayaan Asyura yang diadakan kalangan Syiah dilakukan oleh semua umat Islam. Jadi, tidak tepat jika hanya Wahabi yang dianggap menolak Asyura,” katanya kepada Kiblat.net di Jakarta, pada Sabtu (1/11), saat menyikapi ulah pengikut Syiah di jejaring media sosial yang menuduh Wahabi sebagai pihak yang menentang Syiah.
Menurutnya, hal ini bisa dibuktikan dengan penolakan ulama Madura dan Jawa Timur terhadap ajaran Syiah. Sementara, Ulama Madura dan Jawa Timur dikenal bukanlah kalangan Wahabi.
“Bukti lainnya bahwa Syiah ditolak umat Islam adalah MUI Sampang Madura dan Jatim fatwa sesat berkaitan dengan Syiah,” tegas Anung.
Seperti diketahui, puluhan aktivis Islam menggelar aksi simpatik di masjid Baiturrahman Simpang Lima, Semarang usai shalat Jumat, (31/10). Para aktivis yang menamakan dirinya Gerakan Islam Bela Ahlul Bait dan Sahabat (GIBAS) ini membagi-bagikan CD dan buletin kesesatan sekte Syiah.
Mereka juga menolak perayaan Asyura kaum Syiah di Semarang yang rencananya akan digelar pada Senin, 3 November 2014 di Kompleks PRPP (Jateng Fair) di Jalan Anjasmoro, Tawang Mas Semarang.
GIBAS juga memberikan pernyataan sikap terkait perayaan Asyura, mereka menolak jika kelompok Syiah diberikan izin untuk mengadakan acara yang berpotensi memecah belah persatuan umat Islam itu.
Sementara itu, sebuah akun facebook bernama Saleh Aljufri nampak memosting sebuah foto seseorang yang sedang merobek-robek selebaran artikel anti Syiah yang dibagikan oleh GIBAS. Dalam postingan tersebut, akun al Jufri menuliskan kalimat ‘Wahabi Tolol’



Indonesia Perlu Terapkan Hukuman Berat Bagi Penghina/Penghujat Sahabat dan Istri Nabi, Baik Lisan Maupun tulisan [ Jangan Sampai di ""hasan syahatah"kan]

Lihat nasib tragis si penghina sahabat nabi, Hasan Syahatah dan di Pakistan :

PWNU Jatim: Indonesia Bumi Ahlusunnah Wal Jamaah, Siap Berkorban Jika Sahabat dan Istri Nabi Dihina Syiah
Pengurus Syuriah PWNU Jatim menegaskan bahwa meskipun umat Islam Indonesia terbagi dalam berbagai organisasi, namun mereka adalah keluarga besar Ahlussunnah Wal Jamaah.
Sementara, Ahlussunnah Wal Jamaah siap mengorbankan apa saja yang dimiliki untuk membela pemimpin Islam, sahabat dan istri Nabi jika mereka dihina, seperti yang dilakukan oleh Syiah.
“Indonesia ini adalah bumi Ahlussunnah Wal Jamaah,” kata KH Habib Achmad Zein Al Kaff, di hadapan perwakilan Komisi VIII DPR RI pada Rabu (03/02).
Ulama yang juga Anggota Komisi Ukhuwah Islamiyah MUI Jawa Timur ini menyatakan bahwa memang umat Islam di Indonesia terbagi dalam berbagi organisasi. Sejumlah organisasi seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Al-Irsyad, Rabithah Alawiyah, Dewan Dakwah Islamiyah, Majelis Mujahidin, FPI dan Persis, menjadi wadah mereka.
“Namun mereka adalah keluarga besar Ahlussunnah Wal Jamaah,” tegasnya.
Di hadapan anggota DPR tersebut Habib Zein juga menerangkan fakta bahwa para mantan pelajar asal Iran dan santri yang belajar di Pondok Pesantren Syiah, telah berani menghina orang-orang yang dimuliakan umat Islam. Mereka menyebut para sahabat telah murtad dan menuduh istri-istri Nabi dengan tuduhan keji.
“Inilah yang mengakibatkan terjadinya hal-hal yang tidak kita inginkan,” imbuhnya.
Sikap kami Ahlussunnah Waljamaah tegas, kami siap berkorban apa saja baik harta benda maupun jiwa raga kami demi membela mereka,” pungkasnya.

Awas! Jangan Berani Lecehkan Sahabat dan Keluarga Nabi di Negara ini
KIBLAT.NET, Khortum – Pemerintah Sudan kembali membuat gebrakan baru untuk menghadang aliran sesat. Baru-baru ini, negara Afrika Utara itu mengesahkan Undang-undang yang mengkriminalisasikan para pencela sahabat dan istri Nabi Muhammad SAW. [ kapan kita menirunya ?? ]
Dilansir dari portal akhbarak.net, Senin (26/01), Majelis Nasional Sudan meloloskan undang-undang pelecehan sahabat, istri dan keluarga Nabi Muhammad. Peraturan baru itu mengancam hukuman 5 tahun penjara hingga hukuman mati bagi penghina sahabat Nabi.
Menurut kantor berita resmi Sudan, Sauna, Komite Legislasi, Hukum dan HAM Sudah telah mengajukan proposal kepada Dewan untuk membuat amandemen KUHP tahun 1991. Amandemen itu berisi kriminalisasi seluruh pelaku penghinaan dan pelecehan terhadap para sahabat, istri dan keluarga Nabi.
Dalam Amandemen itu, pelaku penghinaan diancam hukuman lima tahun penjara. Jika kembali melakukan, pelaku diancam hukuman mati.
Berdasarkan laporan Sauna, dalam KUHP tahun 1991 itu salah satu pasalnya menyebutkan bahwa penghina agama dianggap murtad. Akan tetapi, pasal itu bersifat umum. Sehingga, pasal itu dirinci dan disempurnakan dengan mengkriminalkan pelaku penghina sahabat Nabi.
Pemerintah Sudan beberapa waktu terakhir berusaha menghilangkan pengaruh Iran di negaranya. Sebelumnya, Pemerintah Sudan menutup seluruh pusat kebudayaan Iran yang ada di ibukota dan cabang-cabang di kota lain. [ kita malah sebaliknya !! ]
Iran dengan paham Syiah-nya dianggap membahayakan keutuhan negara dan mengancam sosial serta ideologi bagi negara yang sebagian besar penduduknya adalah Ahlussunnah. Selain itu, nasihat para ulama juga mendorong pemerintah memproteksi diri dari paham Syiah.


Hina Istri dan Sahabat Nabi, Pengikut Syiah di Kuwait Divonis 10 Tahun Penjara
KIBLAT.NET, Kuwait – Pengadilan banding  Kuwait beberapa hari lalu menjatuhkan vonis sepuluh tahun penjara terhadap seorang warga Syiah yang menghina nabi Muhammad, Istri dan sahabatnya. Ia melakukan perbuatan kejih tersebut melalui tulisan statusnya di situs jejaring sosial Twitter.
“Pengadilan banding Kuwait pada hari Senin (28 Oktober) menjatuhkan hukuman sepuluh tahun penjara terhadap pemilik akun Twitter Syiah karena menghina nabi Muhammad, Istri dan para sahabatnya melalui Twittnya” lansir situs almokthsr.com, Selasa, 29 Oktober 2013.
Menurut teks hukum, Hamad Naqi (23 tahun, pelaku penghinaan Nabi) dihukum pada bulan Maret 2012 karena melakukan penghinaan terhadap agama dan mempublikasikan twiitt yang meyerang Saudi dan Bahrain.
Pengadilan tingkat pertama Kuwait telah memutuskan hukuman penjara 10 tahun terhadap Naqi pada bulan Juni tahun kemaren. Ia memiliki kesempatan untuk mengajukan banding ke Pengadilan Kasasi, akan tetapi pengadilan kasasi menolaknya dan menguatkan keputusan sebelumnya.
Naqi dihukum karena menghina Nabi Muhammad, Istrinya Aisyah dan sejumlah sahabat beliau, sebagaimana disebutkan AFP.
Menurut BAP (Berita Acara Pemeriksaan), Naqi melakukan perbuatan tersebut melalui akun Twitternya pada bulan Maret 2012 lalu. Saat persidangan di pengadilan tingkat pertama, Naqi mengelak tuduhan itu dan mengatakan bahwa akunnya telah dibajak. Akan tetapi, pengadilan menolak pembelaan Naqi dan menjatuhkan hukuman 10 tahun kepadanya. [hunef]

Hina Sahabat Nabi, Kuwait Usir Dai Syiah Dari Negaranya
KIBLAT.NET, Kuwait City – Pemerintah Kuwait baru-baru ini mengusir seorang khatib Syiah dari negaranya karena menghina dan mencemarkan Sahabat Nabi radhiyallahu anhum. Kuwait menilai, khatib tersebut telah menciptakan rasisme di salah satu negara Teluk tersebut.
Kementerian telah mengambil keputusan untuk mengusir da’i Syiah Hussain Faheed dari Kuwait pada Kamis ini (7 Nopember) karena telah mencemarkan para sahabat Rasulullah saw” kata Kementerian Dalam Negeri Kuwait dalam sebuah pernyataannya, Kamis kemaren.
Kementerian menjelaskan pengusiran terhadap Faheen dilakukan karena ia melakukan penghinaan dan pencemaran terhadap para Sahabat Nabi saw ketika menyampaikan ceramah agama di berbagai tempat di Kuwait. Cerahamah-ceramah yang berisi penghinaan terhadap Sahabat tersebut kemudian disebarkan melalui berbagai media dan sarana komunikasi media sosial.
“Oleh sebab itu, Kementerian memutuskan untuk mengusir Faheed dari Kuwait” tegas pernyataan Kementeri Dalam Negeri Kuwait sebagaimana dilansir almoslim.net, Kamis.
Kementerian melanjutkan, langkah tersebut diambil untuk mencegah pintu fitnah dan menjaga persatuan warga Kuwait. Kebaradaan orang-orang seperti itu, tambahnya, akan berdampak negatif pada keamanan publik. “Kementerian segera mengambil langkah tersebut pada Kamis pagi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan” tambah Kementerian.
Hussain Faheed adalah seorang khatib di salah satu masjid Syiah di kota Ahsa, Kuwait. Dalam setiap khutbahnya, ia sering melontarkan pernyataan-pernyataan yang menghina dan mencemarkan para Sahabat nabi radiyallahu anhum.
Ceramah-ceramah Faheed yang tersebar luas di internet menimbulkan badai kemarahan warga Kuwait yang mayoritas Ahlu Sunnah wal Jama’ah. Mereka mendesak pemerintah untuk segera mengusir da’I Syiah tersebut dari negara mereka.
Kuwait yang merupakan salah satu anggota negara Teluk bersikap tegas terhadap sekte Syiah di negaranya. Kuwait menilai Syiah sebagai ancaman yang dapat membahayakan keutuhan negara.
Beberapa waktu lalu, Kuwait bersama anggota negara teluk memutuskan mengusir lembaga-lembaga dan para partisan Syiah Hizbullah Lebanon dari negaranya. Langkah tersebut ditempuh sebagai bentuk perlawanan terhadap organisasi dukungan Iran tersebut, setelah mengumumkan melibatkan diri dalam pertempuran di Suriah membantu Bashar Al Asad. [hunef]

Sahabat Nabi SAW dalam Pandangan Ahlussunnah, Syiah, Khawarij dan Mu’tazilah
KIBLAT.NET, Jakarta – Kaum muslimin ahlussunnah wal jama’ah memiliki karakteristik yang istimewa dalam memandang para sahabat Nabi SAW. Mereka mengambil sifat tawasuth (pertengahan), tidak memandang remeh, tidak pula bersikap ekstrim. Seperti yang terjadi pada aliran sesat seperti syi’ah, khawarij atau mu’tazilah.
Kelompok syiah contohnya, mereka memiliki pandangan tersendiri terhadap para sahabat Nabi SAW yang mulia. Kelompok syiah mengajarkan pada penganutnya untuk mengkultuskan Ali bin Abi Thalib ra, Fathimah beserta keturunannya secara berlebihan.
“Mereka juga menganggap Ali, istrinya Fathimah dan keturunannya memiliki sifat maksum, (suci dari dosa, red), mengetahui hal yang ghaib, bahkan di antara kelompok syiah juga ada yang mengklaim Ali bin Abi Thalib sebagai Tuhan,” ujar Ustadz Anung Al-Hamat dalam Kajian Aqidah di Bekasi, Rabu, (23/07).
Direktur Forum Studi Sekte-sekte Islam (FS3I) ini juga menerangkan bahwa kelompok syiah menjatuhkan vonis kafir, murtad dan munafik kepada sebagian sahabat. Bahkan, salah satu sekte syiah yang berbasis utama di Suriah, yaitu Syiah Nusairiyah sangat mengagungkan Ibnu Muljam, sang pembunuh Ali bin Abi Thalib ra. Sebab, menurut Syiah Nusairiyah, Ali bin Abi Thalib baru akan menjadi Tuhan jika beliau telah wafat. Ibnu Muljam yang menjadi penyebab terbunuhnya Ali lantas turut diagungkan oleh kelompok sesat menyesatkan ini.
Adapun kelompok khawarij, mereka mengkafirkan sebagian sahabat seperti Ali, Mu’awiyah, Amr bin Ash. Karena, ketiga sahabat itu oleh kelompok khawarij dianggap sebagai biang bencana dan perpecahan kaum muslimin.
Hal ini berbeda dengan ahlussunnah wal jama’ah yang mencintai semua sahabat Nabi SAW. Ahlussunnah berpandangan bahwa para sahabat memiliki keutamaan, sebab mereka adalah penerus risalah Nabi Muhammad SAW. Di antara mereka ada yang memiliki keutamaan berupa dijamin masuk ke dalam surga. Ahlussunnah juga menahan diri dari pembicaraan buruk terhadap para sahabat.
“Para sahabat merupakan manusia-manusia terbaik, mereka merupakan para mujtahid, dan diantara mereka yang paling utama ialah Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali radhiyallahu ‘anhum,” ujar kandidat doktor bidang pendidikan Islam ini.
Ahlussunnah wal jamaah juga mencintai keluarga Nabi SAW. Sebab bagi mereka ada dua hak, yaitu: ikatan Islam dan ikatan kekeluargaan dengan Nabi SAW.
Lain lagi dengan kelompok mu’tazilah, mereka mengkritisi sifat ‘adil’ para sahabat Rasulullah SAW. Mu’tazilah beranggapan bahwa seluruh sahabat yang terlibat fitnah maka riwayatnya tertolak.
Menurut Ustadz Anung, penolakan ini akan berimplikasi pada sedikitnya riwayat yang diterima oleh kalangan mu’tazilah.
“Tidak ada maksud lain penolakan itu, kecuali untuk menolak syari’at Allah SWT,” pungkasnya.



Silsilah Ulama Ahlus Sunnah

Rasulullah Sholallohu'alaihi wasallam  bersabda
  “Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” [HR.Tirmidzi, Ahmad, Ad-Darimi, Abu Dawud. Dishahihkan oleh Al-Albani] 
Rasulullah Sholallohu'alaihi wasallam bersabda

 

“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah tidak menyisakan seorang alim pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.” [HR. Al-Bukhari no. 100 dan Muslim no. 2673]
Sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang banyak meriwayatkan Hadist :
  • Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu                   (5374 Hadits)
  • Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhu           (2630 Hadits)
  • Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu                 (2286 Hadits
  • Umu’l Mukminin Aisyah radhiallahu ‘anha   (2210 Hadits
  • Abdullah Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu        (1660 Hadits
  • Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhu            (1540 Hadits
  • Abu Sa’id Al Khudry radhiallahu ‘anhu         (1170 Hadits)
Sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang banyak berfatwa :
  •  Abdullah Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu
  •  Umar bin Khaththab radhiallahu ‘anhu
  • Umu’l Mukminin Aisyah radhiallahu ‘anha
  • Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhu
  • Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu
  • Zaid bin Tsabit radhiallahu ‘anhu
  • Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu
Tabi’in  (Generasi setelah Sahabat) :
  • Ka`ab bin Mati` .............................  (wafat 32 H) (652 M)  
  •  Alqamah ........................................  (wafat 62 H) (681 M) 
  • Masyruq bin al Ajda'.......................  (wafat 63 H) (682 M)
  • Muhammad Ibnul Hanafiyyah......    (wafat 80 H) (700 M) 
  • Muh. bin al Hanafiyah bin Ali Abi Thalib..(wafat 81 H) (701 M) 
  • Sa’id bin Musayyab…………..….......    (wafat 90 H) (709 M)
  • Urwah bin Zubair…………..…….......    (wafat 94 H) (713 M)
  • Ali bin Husain Zainal Abidin….......    (wafat 93 H) (712 M)
  • Sa’id bin Jubair ...............................(wafat 95 H) (715 M)
  • Ibrahim an-Nakha’iy ...................... (wafat 96 H) (716 M)
  • Zaid bin Wahab .............................  (wafat 96 H) (714 M)
  • Abdullah bin Muhairaz/Ibnu Janadah...(wafat 99 H) (718 M) 
  • Umar bin Abdul Aziz………….....    (wafat 101 H) (720 M)
  • Atha' bin Yasar ..............................  (wafat 103 H) (722 M) 
  • Amir bin Syarahil ............................  (wafat 103 H) (722 M) 
  •  Asy Sya’by .................................... (wafat 104 H) (722 M)
  • Abu Qilabah .................................  (wafat 104 H) (722 M) 
  • Mujahid ibn Jabr............................(wafat 104 H) (722 M)
  • Ikrimah .......................................... (wafat 105 H) (724 M)
  • Ubaidillah bin Abdullah bin Umar... (wafat 106 H) (725 M)
  • Salim bin Abdullah bin Umar .......... (wafat 106 H) (725 M)
  • Thawus bin Kaisan al Yamani ........... (wafat 106 H) (725 M)
  • Qasim bin Muh. bin abu bakar Ash Shiddiq (wafat 106 H) (725 M)
  • Sulaiman bin Yasar al Madani .........  (wafat 107 H) (726 M) 
  • Al Hasan Al Bashri………..…....…    (wafat 110 H) (729 M)
  • Muh.  bin Sirrin………................    (wafat 110 H) (729 M)
  • Raja` bin Haiwah .........................    (wafat 112 H) (731 M) 
  • Thalhah bin Musharaf.....................  (wafat 112 H) (731 M) 
  • Atha' bin Rabah ................................ (wafat 114 H) (732 M)
  • Abu Ja`far Al-Baqir .......................   (wafat 114 H) (733 M) 
  • Abu Bakar bin Amr bin Hazm...........  (wafat 117 H) (735 M)
  • Maimun bin Mahran ........................   (wafat 117 H) (736 M) 
  • Ibnu Abi Malikah ..........................    (wafat 117 H) (736 M)
  • Ubadah bin Nusay al Kindi ...............  (wafat 118 H) (737 M)
  • Nafi’ bin Hurmuz .............................. (wafat 117 H) (735 M)
  • Qotadah As Sudusy …………............    (wafat 118 H) (736 M) 
  • Muh bin Syihab Az Zuhri……............ (wafat 125 H) (743 M)
  • Amr bin Dinar ................................    (wafat 126 H) (744 M)
  • Abdul Karim bin Malik al Harrani.....  (wafat 127 H) (745 M)
  • Abu Mashar Abdul A`la ad Damsyiqi...(wafat 128 H) (746 M)
  • Yahya bin Abi Katsir al Yamani.........  (wafat 129 H) (747 M)
  • Ayyub as-Sakhtiyani  ....................... .(wafat 131 H) (748 M)
  • Muh. bin Al-Munkadir .....................  (wafat 131 H) (748 M)
  • Abdullah bin Thawus Al-Yamani ......  (wafat 132 H) (750 M) 
  • Umar bin Dzar Al-Murhabi ..............(wafat 135 H) (752 M)
  • Zaid bin Aslam Al Madani ............... (wafat 136 H) (754 M)
  • Rabi`ah Ar Ra-i..............................  (wafat 136 H) (754 M)
  • Sulaiman At-Taimy ........................ .(wafat 143 H) (760 M)
  • Ja`far bin Muhammad Ash-Shadiq .....(wafat 143 H) (768 M)
  • Abdullah bin Syaudzab Al Khurrasani..(wafat 144 H) (762 M)
  • Al A’masy .....................................     (wafat 148 H) (766 M) 
  • Az Zubaidi ....................................      (wafat 148 H) (766 M)
  • Ibnu ‘Aun ......................................   (wafat 150 H) (768 M)
  • Ibnu Juraij.......................................  (wafat 150 H) (768 M) 
  • Abu Hanifah An Nu’man  ►….... (wafat 150 H) (767 M)...Hanafi
  •  Abdurrahman bin Yazid bin Jabir......(wafat 153 H) (770 M) 
  •  Ma'mar bin Rosyid .........................   (wafat 154 H) (770 M) 
  •  Syu’bah ibnu A-Hajjaj ......................(wafat 160 H) (777 M)
  •  Abdul Aziz bin Salman Al Majisyun ...(wafat 164 H) (781 M)
  •  Sa`id bin Abdul Aziz At Tanwikhi...... (wafat 167 H) (784 M)
  •  Hammad bin Salamah........................ (wafat 167 H) (784 M) 
Tabi’ut tabi’in (Generasi setelah Tabi’in), tokoh-tokoh mereka adalah :
  • Muh. bin Muslim Ath Thaifi...........  (wafat 177 H) (794 M) 
  • Malik bin Annas  ►……….…....      (wafat 179 H) (796 M)...Maliki
  •  Nafi` bin Umar al Jamhi al Makki... (wafat 179 H) (796 M)
  •  Sallaam bin Sulaim al Kufi ...........  (wafat 179 H) (796 M) 
  •  Hammad bin Zaid.........................  (wafat 179 H) (796 M) 
  •  Al-Qadhi Abu Yusuf ...................   (wafat 182 H) (798 M)
  •  Abu Ishaq al Fazari ..................... (wafat 185 H) (802 M)  
  •  Fudhail bin 'Iyadh .................   (wafat 187 H) (803 M)
  • Al Auza’i………...…………..……….     (wafat 198 H) (814 M)
  • Sufyan Ats Tsauri……………..       (wafat 161 H) (778 M)
  • Asy Syaibani ............................      (wafat 189 H) (804 M)
  • Yahya bin Salim Ath Thaifi.........   (wafat 195 H) (811 M) 
  • Sufyan bin Uyainah……………           (wafat 198 H) (814 M)
  • Ismail bin Ulayyah………………        (wafat 198 H) (814 M)
  • Abdurrahman bin Mahdi ............. (wafat 198 H) (814 M) 
  • Al Laits bin Sa’ad…………...……        (wafat 175 H) (792 M)
Generasi setelah Tabi’ut tabi’in ,  diantaranya :
  • Abdullah ibnu Al Mubarak…..   (wafat 181 H) (798 M)
  • Waqi’ bin Jarrah……….….....………      (wafat 197 H) (813 M)
  • Abdurrahman bin Mahdi………....      (wafat 198 H) (814 M)
  • Yahya bin Said Al Qaththan……...       (wafat 198 H) (814 M)
  • Ath Thoyalisi ................................   (wafat 204 H) (820 M) 
  • Muh. bin Idris Asy Syafi’i  ►…   (wafat 204 H) (820 M)...Syafi’i
  • Yazid bin Harun al Wasithi .............(wafat 206 H) (822 M) 
  •  'Abdurrazaq bin Hammam ..........   (wafat 211 H) (827 M)
  • Abdul Mulk bin Abdul Aziz ...........(wafat 212 H) (828 M)
  • Sa'ad bin Rasyid .......................... (wafat 213 H) (828 M) 
  • Addullah bin Yazid al Maqri al Makki.(wafat 213 H) (829 M)
  • Abdullah bin Zubair al Humaidi al Makki .(wafat 219 H) (835 M) 
  • Al Humaidi ..................................  (wafat 219 H) (835 M)
  • Affan bin Muslim…………....……..        (wafat 219 H) (834 M), dan lain-lain.
Kemudian mereka yang menjalani manhaj mereka, diantaranya :
  • Abu ‘Ubaid Al-Qasim bin Sallam......... (wafat 220H) (835 M)
  • Isma`il bin Abi Uwais al Madini .........   (wafat 226 H) (841 M)
  • Ahmad bin Yunus .............................  (wafat 227 H) (841 M) 
  • Sa'd bin Mani' al Hasyimi ....................(wafat 230 H) (845 M) 
  • Yahya bin Ma’in…………….......…..…...   (wafat 233 H) (848 M)
  • Ali Ibnul Madini……………….......…....   (wafat 234 H) (849 M)
  • Ibnu Abi Syaibah ……………...........…    (wafat 235 H) (850 M)
  • Ibnu Qutaibah ................................    (wafat 236 H) (850 M) 
  • Ishaq bin Rahawaih ..........................  (wafat 238 H) (852 M)
  • Muh. bin Sulaiman al Mashishi..........   (wafat 240 H) (855 M) 
  • Ahmad bin Hambal  ►……......….    (wafat 241 H) (856 M)...  Hambali
Kemudian murid-murid mereka seperti :
  •  Muh.bin Aslam Ath-Thusi ........... (wafat 242 H) (856 M)
  • A d Darimy…………………......…….    (wafat 255 H) (869 M)
  • Al Bukhari ۩………………...……      (wafat 256 H) (870 M)
  • Ahmad bin Sinaan Al-Qaththaan ...(wafat 258 H) (871 M) 
  • Muslim  ۩................................    (wafat 261 H) (875 M)
  • Al-Muzanniy ............................... (wafat 264 H) (878 M)            
  • Abu Zur’ah………………...…....…        (wafat 264 H) (878 M)
  • Abu Dawud  ۩……………......           (wafat 275 H) (889 M)
  • Abu Hatim Ar Razy….……....            (wafat 277 H) (890 M)
  • At Tirmidzi  ۩…………..…………     (wafat 279 H) (892 M)
  • Abu Bakar bin Ani Khaitsamah....  (wafat 279 H) (892 M) 
  • Ibrahim al Harbi.......................   (wafat 285 H) (899 M)  
  • Abu Bakr 'Amr bin Abi 'Ashim ...    (wafat 287 H) (900 M)
  • Ats Tsa'labi  ................................  (wafat 291 H) (903 M) 
  • Al Bazzar....................................  (wafat 292 H) (905 M)
  • Abu Mush`ab bin Abi Bakar Az-Zuhri ..(wafat 292 H) (905 M) 
  • Al-Marwazi ................................. (wafat 294 H) (907 M) 
  •  Al Qasim as Sarqisthi..............      (wafat 302 H) (915 M)
  • An Nasa’i  ۩………………….....…      (wafat 303 H) (915 M)
  • Ibnu Hibban Al Busty………......     (wafat 304 H) (917 M)
  • Abu Nashr bin Sallam Al-Faaqih .. (wafat 305 H) (917 M) 
  • Ibnul Jarud ..............................    (wafat 307 H) (920 M)
  • Abu Ya'la al Mushili .....................(wafat 307 H) (920 M)
  • Ar Ruyani ...................................(wafat 307 H) (920 M), dan lain-lain
Orang-orang generasi berikutnya yg berjalan pada manhaj mereka :
  • Ibnu Jarir At Thabari……….......    (wafat 310 H) (922 M) 
  • Ibnul Khuzaimah…………........…   (wafat 311 H) (923 M)
  • Al-Khallal .......................................   (wafat 311 H) (923 M) 
  • As Siraj Abul Abbas .......................   (wafat 313 H) (926 M)
  • 'Abu Awanah ...............................      (wafat 316 H) (929 M)
  • Ibnu Abi Dawud ..........................       (wafat 316 H) (929 M)
  • Al Asfarayini ..................................   (wafat 316 H) (928 M)
  • Abu Bisyr Ad Daulaby ....................  (wafat 320 H) (932 M) 
  • Ath Thahawy........................           (wafat 321 H) (933 M)
  • Al 'Uqaili ....................................        (wafat 322 H) (934 M)
  • Abu Ja'far al Buthuri ar Razzaz..........(wafat 329 H) (941 M)
  • Muhammad Ibnu Sa’ad .................... (wafat 330 H) (941 M) 
  • Abul Hasan al Asy 'ary..........          (wafat 330 H) (941 M)
  • Al Barbahary ...........................      (wafat 329 H) (940 M)
  • Ibnu Majah  ۩……………..…......          (wafat 333 H) (944 M)
  • Ibrahim bin Syaiban .....................     (wafat 337 H) (948 M) 
  • At Thabarany………….….............         (wafat 360 H) (970 M) 
  • Al Ajurry .....................................     (wafat 360 H) (970 M)
  • Ibnul Hamman Al-Hanafi ................   (wafat 361 H) (971 M) 
  Bid'ah Maulid Nabi pertama diadakan di Mesir (oleh    
  Mu'iz Lidinillah   dari Daulah Fatimiyah, 362 H)  
  • As-Sajastani.....................................  (wafat 363 H) (973 M)
  • I bnu As Sunni……………....…...........    (wafat 364 H) (974 M)
  • Ibnu 'Adi.....................................       (wafat 365 H) (976 M)
  • Abus Syaikh Ibni Hayyan...............     (wafat 369 H) (980 M)
  • Abu ‘Abdillah Muhammad bin Khafif ..(wafat 371 H) (981 M) 
  • Ad Daruquthni……………...……....      (wafat 385 H) (995 M)
  • Abu Hafs Ibn Syahin .........................  (wafat 385 H) (995 M) 
  • Ibnu Baththah al Ukbari ............  (wafat 387 H) (997 M)
  • Al Khaththabi.................................    (wafat 388 H) (998 M)
  • Ibnu Khuwaiz Mindad al-Maliki ........ (wafat 390 H) (999 M)
 Tahun 1000 M    
  • Al Mukhallash ...............................      (wafat 393 H) (1003 M)
  •  Ibnu Mandah .............................      (wafat 395 H) (1005 M)  
  •  Ibnu Abu Zamanain ........................   (wafat 399 H) (1009 M)
  •  Al-Baqillani ....................................   (wafat 403 H) (1012 M) 
  • Al Hakim………………......…....………    (wafat 405 H) (1014 M)
  • Tamam ar Razi ...............................     (wafat 414 H) (1024 M) 
  • Al Laalika-iy ..............................         (wafat 418 H) (1027 M)
  • Ar Raghib al Ashfahany ............           (wafat 425 H) (1033 M)
  • As Sahmi al Jurjani.......................       (wafat 427 H)  (1036 M)
  • Al-Baghdadi ................................       (wafat 429 H) (1037 M) 
  •  Abu Nu'aim .................................      (wafat 430 H) (1039 M)
  • Abu Bisyran.................................       (wafat 430 H) (1039 M)
  • Utsman bin sa'id............................      (wafat 444 H) (1053 M)
  • Ash Shabuni ..................................    (wafat 449 H) (1057 M)
  • Al Qudaa-i ....................................    (wafat 454 H) (1062 M)
  • Abu Muhammad bin  Hazm…........       (wafat 456 H) (1064 M)
  • Abul Fadhl al-Maqri’......................      (wafat 454 H) (1062 M) 
  • Al Baihaqy…………...….......………….   (wafat 458 H) (1066 M)
  • Abul Qasim As-Sialari ..................     (wafat 460 H) (1067 M) 
  • Ibnul Abdil Barr………….....………    (wafat 463 H) (1071 M)
  • Al Khatib Al Baghdady……….........      (wafat 463 H) (1071 M)
  • Al Baji..........................................       (wafat 477 H)(1085 M)
  • Al Harawi ....................................      (wafat 481 H) (1089 M)
  • Abul Muzhaffar as-Sam’ani ...........    (wafat 489 H) (1096 M) 
  • Abu Hamid Al Ghazali ...............   (wafat 505 H) (1111 M) 
  • Ad Dailamy .................................      (wafat 509 H) (1115 M) 
  • Al Baghawi .................................       (wafat 516 H) (1122 M)
  • Ath Thurtusi ...............................      (wafat 530 H) (1136 M)
  • Abul Hasan al-Kurajiy asy-Syafi’i .... (wafat 532 H) (1137 M)
  • Ibnul Arabi (bukan Ibnu Arabi sang sufi). (wafat 543 H) (1149 M)
  • Al Qadhi 'Iyadh ........................     (wafat 544 H) (1150 M) 
  • Asy Syahrasytany .......................      (wafat 548 H) (1153 M)
  • Abdul Qadir Jailani………….......      (wafat 561 H) (1166 M)
  • Ibnu ‘Asakir………………..........…...      (wafat 571 H) (1176 M)
  • 'Abdul Haq al Isybili.......................    (wafat 581 H) (1186 M)
  • Al-Haazimi ...................................    (wafat 584 H) (1189 M)
  • Salahudin al-Ayyubi ......................   (wafat 589H) (1194 M)
  • Ali bin Abi Bakar Al-Marghinani....   (wafat 593 H) (1196 M) 
  • Ibnul Jauzi .....................................   (wafat 597 H) (1201 M) 
  • 'Abdul Ghani al Maqdisy.................   (wafat 600 H) (1204 M)
  • Ibnu Al Atsir……………….................   (wafat 606 H) (1210 M)
  • Abu Hafsh al Mu-addib.....................  (wafat 607 H) (1211 M) 
  • Ibnul Qudamah……....……...…..…….    (wafat 620 H) (1223 M)
  • Asy Sayzhuri ..................................  (wafat 642 H) (1244 M)
  • Adh Dhiya' al Maqdisy...................... (wafat 643 H) (1246 M) 
  • Ash Shaghani..................................  (wafat 650H)  (1252 M) 
  • Al Mundziri……………...….......……      (wafat 656 H) (1258 M)
  • Al Izz bin Abdussalam ................     (wafat 660 H) (1261 M) 
  • Abu Syammah Asy Syafi'i ............    (wafat 665 H) (1266 M)
  • Al Qurthuby...............................  (wafat 671 H) (1273 M)
  • An Nawawy………..…….....…....     (wafat 676 H) (1277 M)
  • Abi Hamzah Al-Azdi Al-Andalusi ....  (wafat 695 H) (1295 M)
  • Ibnu Daqiq Al-led ……...……..…..…    (wafat 702 H) (1303 M)
  • Ibnul Manzhur ..............................  (wafat 711 H) (1312 M)
  • Syamsyuddin Ubaidillah Ad Dimasyqi..(wafat 727 H) (1326 M)
  • Ibnu Taimiyyah………………......   (wafat 728 H) (1327 M)
  • Ibn Sayyid .....................................   (wafat 734 H) (1333 M)
  • Al Khatib at Tibrizy......................    (wafat 737 H) (1336 M)
  • Al-Mizzi……………...………..………….   (wafat 742 H) (1342 M)
  • Ibnu As Shalah………...…..…..…..…    (wafat 743 H) (1342 M)
  • Ibnu Abdul Hadi ...........................   (wafat 744 H) (1343 M) 
  • Adz Dzahaby…………...........……     (wafat 748 H) (1347 M)
  • Ibnul Qoyyim Al Jauziah…….... (wafat 751 H) (1350 M)
  • As Subki……………..…........………...     (wafat 756 H) (1355 M) 
  • Az Zaila'i....................................      (wafat 762 H) (1361 M) 
  • Syamsuddin Ibnu Muflih ..............   (wafat 763 H) (1361 M) 
  • Ibnu Katsir……………....…..…….   (wafat 774 H) (1372 M)
  • Asy Syatiby ...............................    (wafat 790 H) (1388 M)
  • At-Taftazani ................................    (wafat 791 H) (1361 M)
  • Ibnu Abil ‘Izz ..............................    (wafat 792 H) (1389 M) 
  • Ibnu Rajab Al Hambali ………..    (wafat 795 H) (1393 M)
  • Ibnul Mulaqqan .........................     (wafat 804 H) (1402 M)
  • Al-Balqini ..................................     (wafat 805 H) (1403 M)
  • Al Iraqi…………….........…………       (wafat 806 H) (1404 M)
  • Al Haitsamy........................              (wafat 807 H) (1404 M)
  • Zainuddin Al-Maraghi..................    (wafat 810 H) (1407 M) 
  • Fairuz Abadi ..............................    (wafat 817 H) (1415 M)
  • Badruddin al-’Aini .......................  (wafat 841 H) (1437 M)
  • Ibnu Hajar Al ‘Asqalany............ (wafat 852 H) (1448 M)
  • Badruddin Al Kinani ......................(wafat 861 H) (1457 M)
  • Jalaluddin Mahalli (Tfsr Jalalain I)..(wafat 864 H/1455 M) 
  • Ibnul Hammam ..........................     (wafat 869 H) (1465 M)
  • Sakhawi ......................................    (wafat 902 H) (1497 M) 
  • Ibnu 'Abdil Hadi ..........................    (wafat 909 H) (1504 M)
  • Jalaluddin As Suyuthi (Tfsr Jalalain II).(wafat 911 H) (1505 M)
  • As-Samhudi ..................................  (wafat 911 H) (1505 M) 
  • Abul Hasan 'Araaq al-Kinani ..........  (wafat 963 H) (1555 M)
  • Al-Hijawi.......................................  (wafat 967 H) (1559 M) 
  • Ibnu Janim al Mishri.......................  (wafat 970 H) (1563 M)
  • Asy Sya'rani .................................    (wafat 973 H) (1566 M)
  • Al Haitami.....................................   (wafat 973 H) (1566 M)
  • Ali bin Hisamuddin Al-Hindi ........... (wafat 975 H) (1567 M) 
  • Ali Muttaqi ..................................   (wafat 975 H) (1568 M)
  • Asy-Syarbini ................................   (wafat 977 H) (1569 M)
  • Nuruddin Al-Harawi .....................  (wafat 1014 H) (1605 M)
  • 'Ali al Qari.....................................   (wafat 1014 H) (1606 M)
  • Al Munawi......................................   (wafat 1031 H) (1622 M)
  • Mar'i Al-Karami Al-Muqaddasi ........ (wafat 1033 H) (1623 M) 
  • Muh. Ibnu Sulaiman .......................    (wafat 1094 H) (1682 M)
  • Muh. Hayat As-Sindi ......................   (wafat 1163 H) (1749 M)
  • Ad Dahlawi.....................................   (wafat 1176 H) (1763 M)
  • Ash Shan’ani………....…...…………     (wafat 1182 H) (1768 M)
  • As-Safariniy ....................................  (wafat 1188 H) (1774 M)
  • Ahmad Ad-Darudir ........................   (wafat 1201 H) (1786 M)
  • Ibnu Abidin ..................................... (wafat 1203 H) (1789 M)
  • Az-Zubaidi ...................................    (wafat 1205 H) (1791 M)
  • Muh. bin Abdul Wahhab…..…..    (wafat 1206 H) (1791 M)
  • Al Filani ........................................    (wafat 1218 H) (1804 M)
  • Az Zarqani....................................    (wafat 1220 H) (1806 M)
  • Ad-Dasuqi ....................................   (wafat 1230 H) (1814 M) 
  • As Syaukany………....…...………       (wafat 1250 H) (1834 M)
  • Abdu Al Hayyi Al Laknawi…....…      (wafat 1304 H) (1887 M)
  • Muh. Shiddiq Hasan Khan............     (wafat 1307 H) (1890 M)
Abad 20 (Thn 1900)   
  • Muh. Jamaluddin Al Qasimi ad Dimasyqi ...(wafat 1332 H) (1913 M)
  • Abdullah bin Ja’far Al Kattany................    (wafat 1345 H) (1927 M)
  • Syamsul Haq Al-Azhim ............................. (wafat 1349 H) (1930 M)
  • Anwar Syah al-Kasymiri al-Hindi ............   (wafat 1352 H) (1933 M) 
  • Badrudin Al-Hasani ................................. (wafat 1354 H) (1935 M)
  • Muh. Rasyid Ridha ………...…................       (wafat 1354 H) (1935 M)
  • Abdurrahman bin Nashir As Sa’di.....  (wafat 1367 H) (1947 M)
  • Ahmad Syakir.........................................    (wafat 1377 H) (1957 M)
  • Al-Mu'allimi Al-Yamani ............................ (wafat 1386 H) (1966 M)
  • Muh. bin Ibrahim Alu Asy-Syaikh ..........    (wafat 1389 H) (1969 M)
  • Muh. Amin Asy-Syinqithi ..................  (wafat 1393 H) (1973 M)
  • Abdullah Muh. Ibnu Humayd .................   (wafat 1402 H) (1981 M) 
  • Ihsan Ilahi Zhahir ...................................   (wafat 1407 H) (1986 M) 
  • Hamud At-Tuwaijiri ...............................    (wafat 1413 H) (1992 M)
  • Muhammad Dhiya`i.................................   (wafat 1415 H) (1994 M) 
  • Badi'uddin As-Sindi ................................   (wafat 1416 H) (1995 M) 
  • Muhammad Al-Jami ..............................    (wafat 1416 H) (1995 M)
  • Hammad Al-Anshari .............................     (wafat 1418 H) (1997 M)
  • Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz………(wafat 1420 H) (1999 M)
  • Muh. Nashiruddin Al Albani ………..…  (wafat 1420 H) (1999 M)
  • Muh. bin Shaleh Al Utsaimin………..… (wafat 1421 H) (2001 M) 
Abad 21 (Thn 2000)                     
  • Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i.............…...    (wafat 2001 M)
  • Abdul Qadir al-Arnauut .............................      (wafat 2004 M)
  • Abdus Salam bin Barjas Aali Abdil Karim ....    (wafat 2004 M) 
  • Al-Mubarakfuri .........................................       (wafat 2006 M)
  • Ahmad bin Yahya An-Najmi.........................    (wafat 2008 M)  
  • Bakar Abu Zaid ......................................       (wafat 2009 M) 
  • Abdullah bin ‘Abdirrahman al Jibrin..... (wafat 2009 M)
  • Abdullah Al Ghudayyan ................................  (wafat 2010 M)
  • Syaikh  Muhammad bin Jamil Zainu................. (wafat 2010 M)
  • Shalih bin Fauzan Al-Fauzan hafidhahullah
  • Abdul Muhsin Al-Abbad hafidhahullah
  • Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali hafidhahullah 
  • Salim ‘Ied Al Hilaly hafidhahullah  
  • Ali Hasan Al Halabi hafidhahullah
  • Yahya al Hajury hafidhahullah
  • Masyhur Hasan Salman hafidhahullah
  • Nashir bin Abdul Karim Al-'Aql hafidhahullah
  • Abu Ishaq al-Huwainiy hafidhahullah
  • Muh. bin Musa Alu Nashr hafidhahullah
  • Ibrahim bin Amir Ar-Ruhaily hafidhahullah
  • Muh. bin Abdirrahman Al-Khumais hafidhahullah
  • Abdurrazaq bin Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr hafidhahullah
    ________________________________________
Data updated : Selasa, 22 Maret 2011, jam 22:00

Catatan :
Artikel ini adalah hasil dari pencarian dan pengumpulan data yang cukup lama.
Data dalam artikel ini masih akan terus di update.
Mohon di koreksi jika ada
:
  • Kesalahan data, baik berupa tahun wafat maupun nama,
  • Nama-nama yang seharusnya tidak dicantumkan, namun ternyata tercantumkan
  • Juga jika ada usulan penambahan nama.
    Tafadhdhol..
Sumber tulisan dan Update terbaru: Klik di sini
Rujukan :
  • Maraji' "Mulia dengan Manhaj Salaf", Yazid bin Abdul Qadir Jawa, Pustaka At Taqwa
  •  Maraji "Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah", Yazid bin Abdul Qadir Jawa, Pustaka Imam Syafi'i
  •  Maraji' "Sifat Shalat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam", Syaikh Albany, Pustaka Ibnu Katsir
  •  "60 Biografi Ulama Salaf", Syaikh Ahmad Farid, Pustaka Al Kautsar
  •  "Mukhtashar Ilmu Musthalahul Hadits", Drs. Fatchur Rahman, PT. Al Ma'arif.
  •  "Pengantar Ilmu Musthalahul Hadits", Abdul Hakim bin Amir Abdat, Darul Qalam.
  •  Al Bida' Al Hauliyyah, "Ritual Bid'ah dalam setahun", Abdullah bin Abdul Aziz At Tuwaijiry, Darul Falah.