Friday, April 17, 2015

Propaganda Syiah Iran Menjelang Perang Akhir Zaman

Perkembangan lingkungan strategis global di Timur Tengah berlangsung demikian cepat. Konflik dan peperangan yang terjadi telah menarik perhatian dunia. Terjadinya peperangan di belahan Timur Tengah ini sering pula dikaitkan dengan dekatnya kehadiran Imam Mahdi.
Terlebih lagi bagi penganut ajaran Syiah Itsna Asyariyah dan Iran – sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan – memandang fenomena yang tengah terjadi sebagai tanda dekatnya kemunculan Imam Mahdi dari masa ghaib. Terhitung sejak keghaibannya sampai saat ini telah berlangsung sekitaar 1074 tahun.
Kondisi konflik dan peperangan di berbagai Negara di Timur Tengah secara langsung sangat berpengaruh bagi Indonesia. Terlebih lagi dalam banyak kasus ditemui adanya pengikut ISIS yang berasal dari Indonesia. Kepopuleran ISIS menyebabkan kaum muslim lupa bahwa ancaman yang lebih nyata, kompleks dan berbahaya adalah Syiah Iran. Ekspansi ideologi Syiah Iran dengan pendekatan hubungan internasional dapat dilihat sebagai gerakan non-state actor.
Iran melalui Syiahisasi dan Iranisasi telah mampu membuat jaringan yang sistematis. Ancaman ini memang bukan ancaman militer, tetapi nirmiliter. Ancaman nirmilter sangat efektif dalam upaya melemahkan tata laku sistem Ketahanan Nasional Indonesia. Cara pandang (Wawasan Nusantara) mengalami pergeseran yang cukup siqnifikan, mengingat ideologi Imamah Syiah Iran telah menjadikan penganut Syiah lebih loyal kepada Pemimpin Besar Revolusi Iran yakni sang Rahbar, Ali Khamenei sebagai mandataris Imam Mahdi.
Provokasi Iran dalam Menyulut Perang Dunia IIII

Iran kemudian melakukan propaganda dengan membuat film dokumenter panjang yang baru-baru ini dipertunjukkan pada para komandan pasukan Pengawal Revolusi. Sebagaimana dikabarkan oleh Reza Kahlili, mantan anggota Pengawal Revolusi yang kemudian berkhianat dan menjadi agen rahasia CIA, film tersebut tidak lama lagi bakal diputar di masjid-masjid dan pusat-pusat kegiatan keagamaan di seluruh Iran dan dunia. Dalam film tersebut dipaparkan fenomena yang terjadi di dunia akhir-akhir ini dan kaitannya dengan kedatangan Imam Mahdi menjelang terjadinya hari kiamat, serta berbagai persiapan yang akan dilakukan Iran.
Dalam film tersebut Iran membentuk opini bahwa Ali Khamenei dan pemimpin Hizbullah Hasan Nasrallah akan memegang peranan penting dalam peperangan akhir zaman yang akan dipimpin Imam Mahdi. Klaim tanda-tanda kedatangan Imam Mahdi didasarkan pada fenomena konflik dan peperangan yang tengah terjadi di berbagai Negara, khususnya di Irak dan Yaman.
Isu tentang Imam Mahdi mulai menggema di Iran setelah pada bulan Juli 2010 yang lalu. Bahkan seorang ulama Iran mengatakan bahwa pemimpin spiritual Iran, Imam Khamenei telah bertemu secara pribadi dan rahasia dengan Imam Mahdi yang memberitahunya bahwa kedatangannya telah dekat, yaitu sebelum kepemimpinan Khamenei sebagai Rahbar berakhir. Dalam film tersebut disebutkan bahwa invasi sekutu ke Irak adalah salah satu tanda yang signifikan bagi kedatangan Imam Mahdi, sebagaimana telah diramalkan oleh Imam Ali bin Abi Thalib: “mereka (musuh-musuh Islam) akan menduduki Irak dan melalui pertumpahan darah akan menciptakan perpecahan antar suku, pada saat itu bersiap-siaplah untuk menyambut Imam Mahdi.” Begitupun wafatnya Raja Saudi Abdullah menjadi tanda kedatangan Imam Mahdi. Menurut film tersebut meninggalnya Raja Abdullah akan mendorong runtuhnya negara Israel dan datangnya Imam Mahdi.
Kita ketahui, bahwa Syiah Iran tengah mengembangkan proyek nuklir sebagai deterent effect di kawasan Timur Tengah. Iran juga berambisi untuk menjadikan Yaman sebagai Negara bagiannya sebagaimana Lebanon dengan peranan Hizbullah sebagai non state actor. Yaman sangat strategis dalam lalu lintas minyak dunia, mengingat keberadaan laut Kaspia yang menghubungkan ke berbagai benua. Yaman diyakini juga memiliki kandungan minyak yang besar. Selain itu, ada suatu agenda besar mengapa Iran ingin menguasai Yaman, yakni karena Yaman berbatasan dengan Saudi Arabia.
Dengan demikian, Iran memang bermaksud akan menginvansi Saudi Arabia. Hal inilah yang menjadi alasan utama Arab Saudi melakukan penyerangan kepada pemberontak Hautsi. Iran menganggap pesaingnya di Timur Tengah hanya tinggal satu Negara yakni Saudi Arabia. Untuk itu, gerakan hate speech selalu dialamatkan kepada Saudi sebagai personifikasi Bani Umayyah, tegasnya kaum mustakhbirin yang mengusung paham Wahabi. Bicara Wahabi tidak lain dimaksudkan juga sebagai kaum Nawashib-Khawarij. Lanjut, dalam upaya memantapkan perjuangan Syiah Iran ini, maka penguatan basis ideologi di berbagai Negara target dilakukan secara masif dan ofensif, termasuk Indonesia.
Basis ideologi yang dimaksudkan adalah Ritual Karbala. Melalui doktrin Revolusi Karbala, Khomeini dan Musa Sadr mampu mengembangkan ideologi Syiah Iran. Tidak dapat dipungkiri basis ideologi Karabala akan terkait dan terhubung dengan doktrin penantian Sang Imam Ghaib. Berbagai non state actor yang ada di seluruh dunia, termasuk Indonesia, akan dimaksimalkan dalam rangka pencapaian pentahapan rencana Syiah Iran menguasai dunia.
Bagaimana Posisi Indonesia?

Persoalan keberadaan Syi’ah di Indonesia masih dipandang belum sebagai persoalan kepentingan Negara dalam mewaspadai masuk dan menguatnya ideologi transnasional Syi’ah Iran. Hal ini disebabkan lemahnya sistem Kewaspadaan Nasional serta sistem politik hukum yang belum ada mengatur tentang ekspansi ideologi transnasional. Begitupun sistem penegakan hukum (law enforcement) masih terasa belum memadai. Kondisi yang demikian tentu akan menimbulkan ketidakjelasan posisi Indonesia kelak ketika terjadi perang terbuka antara blok Saudi versus blok Iran. Apabila terjadi perang tersebut, dapat kita reduksi sebagai perang Sunni vs Syi’ah.
Jika demikian, maka akan berpengaruh terhadap manifest konflik di Indonesia antara Sunni dengan Syi’ah. Dalam kajian tentang konflik, dimaknai konflik dapat menghasilkan disintegrasi, suatu yang tentunya tidak kita inginkan. Konflik yang terbuka tidak menutup kemungkinan akan menyulut masuknya pihak ketiga, dalam hal ini Iran. Iran tentu tidak akan tinggal diam, pasti akan membela penganut Syi’ah, sebab Syi’ah di Indonesia adalah bagian dari Iran.
Sepintas, apa yang diramalkan oleh penulis sama dengan yang terjadi di Yaman saat ini. Argumentasinya adalah pola konflik dan kondisi yang dialami ada kesamaan, walapun tingkat eskalasinya berbeda. Namun, eskalasi konflik di Indonesia akan lebih tinggi, jika persoalan Syi’ah tidak terselesaikan.
Bagan di bawah ini mencoba untuk menggambarkan apa dan bagaimana kondisi akhir zaman yang akan terjadi dengan ditambah rekayasa serta propaganda Syi’ah.

SKETSA REKAYASA SYI’AH IRAN DAN PERANG AKHIR ZAMAN
                                                     
                         SKETSA REKAYASA SYI’AH IRAN DAN PERANG AKHIR ZAMAN
Ditulis oleh: DR. H. Abdul Chair Ramadhan, SH, MH, MM.


SYIAH : SUMBER SEGALA MUSIBAH

قال شيخ الإسلام ابن تيمية رحمه الله :
وَأَنَّ أَصْلَ كُلِّ فِتْنَةٍ وَبَلِيَّةٍ هُمُ الشِّيعَةُ وَ مَنِ انْضَوَى إِلَيْهِمْ
[منهاج السنة النبوية 6/ 370]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan,
“Bahwa SUMBER setiap fitnah dan musibah, adalah SYI’AH dan siapapun yang terkait/bergabung dengan mereka.(!!”)
(Minhajus Sunnah 6/370)
Petikan Faidah dari Majelis Asy-Syaikh al-‘Allamah Rabi’ bin Hadi al-Madkhalihafizhahullah yang mulia, di kediaman beliau di Madinah Nabawiyyah.
disampaikan oleh al-Ustadz Luqman Ba’abduh hafizhahullah
Majmu’ah Manhajul Anbiya


Para Pemimpin Dan Ulama Yang Tewas Di Tangan Syiah

Baru-baru ini ISIS merilis sebuah video yang sangat keji. Sebuah eksekusi mati yang benar-benar jauh dari nilai-nilai kemanusiaan bahkan tidak layak dilakukan untuk makhluk hidup selain manusia sekalipun. Mereka membakar seorang pilot Angkatan Udara Yordania yang merupakan seorang muslim. Kemudian menyebarkan prosesi eksekusi keji tersebut.
Kekejian yang dipertontonkan kelompok Khawarij ini benar-benar membuka mata semua lapisan masyarakat, baik kalangan cendekia maupun awam, bahwa Khawarij adalah sebuah aliran menyimpang yang sangat berbahaya. Ya, sebagian ulama semisal Syaikh Shaleh bin Saad as-Suhaimi hafizhahullah menyebut ISIS adalah Khawarij. Namun sayang, pengetahuan tersebut belum diikuti kesadaran akan percikan-percikan bunga api pemikiran ini. Masyarakat belum sadar bahwa provokasi kebencian kepada pemerintah yang zalim itu adalah bunga api pemikiran Khawarij yang bisa menjadi api besar dalam bentuk vonis kafir terhadap pemerintah yang zalim tersebut.
Sama halnya dengan ideolgi Khawarij. Ada lagi sebuah ajaran yang tidak kalah bahayanya dengan ideologi ISIS tersebut. Ideologi berbahaya ini kita kenal dengan nama ajaran Syiah. Sebuah ideologi ofensif yang menjadi doktrin Syiah yang belum disadari oleh banyak masyarakat. Riak-riak kecil konflik yang terjadi hanya dianggap sebagai gejala sosial biasa. Vonis kafir terhadap para sahabat Nabi, ideologi kebencian dan dendam yang mereka miliki, hanya dianggap sebagai angin lalu yang tak berarti.
Selain itu, Syiah juga lihai menutupi aib mereka. Berbeda dengan ISIS yang berani berterus terang. Sebagaimana yang terjadi di Suriah saat ini. Kekejaman dan kekejian yang dipraktikkan Syiah Bathiniyah di sana tidak kalah mengerikan seperti kelakuan ISIS saat ini. Bahkan kengerian dan kebiadaban Syiah di Suriah frekuensinya jauh lebih besar dari yang ISIS lakukan. Namun sekali lagi mereka pandai menutupi aib mereka dan tidak mau berterus terang.
Kita semua tidak mengharapkan Syiah mempraktikkan kebrutalan mereka sebagaimana kita saksiskan ISIS Khawarij melakukannya pada hari ini. Dan kita tidak ingin menyesal di hari penyesalan itu tidak lagi menjadi solusi. Oleh karena itu, berikut ini kami cuplikkan rekam jejak kekejaman Syiah yang bisa menjadi pelajaran bagi kita bersama. Inilah nama-nama pemimpin dan ulama yang dibunuh oleh kelompok Syiah:
Dari kalangan pemimpin-pemimpin Islam:
1.  Khalifah al-Mustarsyid Billah, seorang khalifah Daulah Abbasiyah. Dibunuh pada tahun 529 H. Ia diserang oleh belasan orang Syiah Bathiniyah yang kemudian menikamnya dengan pisau.
2.  Khalifah al-Rasyid, seorang khalifah Daulah Abbasiyah. Dibunuh pada tahun 532 H. Ia dibunuh para pemberontak Syiah di Kota Asbahan, Iran.
3.  Mentri Nizham Malik, Qowamuddin Husein bin Ali bin Ishaq, dari Bani Saljuk. Pembunuhannya terjadi pada tahun 485 H. Seorang Syiah Bathiniyah datang kepadanya menyamar sebagai peminta-minta. Ketika telah dekat, ia menikamnya dengan pisau hingga sang mentri pun tewas terbunuh.
4.  Mentri Nizham Malik, Abu Nashr. Terbunuh pada tahun 503 H. Orang-orang Syiah menyerangnya tatkala ia sedang shalat.
5.  Mentri Abu al-Muhasin Abdul Jalill ad-Dahistani. Terbnuh pada tahun 495 H. Ia diserang oleh seorang pemuda Syiah Bathiniyah. Dengan sebab itu ia menderita beberapa luka parah yang mengantarkannya kepada kematian.
6.  Mentri al-Kamal Abu Thalib as-Samirmi. Terbnuh pada tahun 516 H. Saat melewati sebuah jalan yang sempit, ia diserang oleh seorang Syiah hingga ia tewas.
7.  Mentri al-Mu’in al-Malik (Abu Nashr). Terbunuh pada tahun 521 H. Ia terbunuh oleh seorang Syiah saat sedang bersantai. Pembunuh tersebut sengaja bekerja menjadi perawat kudanya untuk mewujudkan kekejiannya.
8.  Mentri Adhuddin Abu al-Faraj bin Ra-isul Ru-asa. Terbunuh pada tahun 573 H. Orang-orang Syiah Bathiniyah membunuhnya dengan cara menyamar sebagai orang-orang miskin. Saat dalam perjalanan menunaikan ibadah haji, salah seorang di antara mereka mendekat kepadanya, lalu menyerangnya dengan pisau. Hal itu diikuti oleh beberapa orang lainnya hingga ia tewas terbunuh.
9.  Mentri Nizham al-Malik Mas’ud bin Ali. Terbunuh oleh pengkhianat Syiah pada tahun 596 H.
10.             Mentri Fakhrul Malik Abu al-Muzhaffir Ali bin Nizham al-Malik. Terbunuh pada tahun 500 H. Seorang pemuda Syiah mengadukan perihal kezaliman yang ia terima. Ia membawa selembar kertas yang berisikan masalahnya. Saat Mentri Fakhrul Malik membaca surat aduannya, pemuda itu menikamnya dengan khanjar (pisau Arab) hingga sang mentri terbunuh.
11.             Amir Balkabek Sarmis (الأمير بلكابك سرمز). Terbunuh pada tahun 493 H. Para pemberontak Syiah Bathiniyah membunuhnya dengan pisau-pisau mereka.
12.             Al-Amir Maudud. Terbunuh pada tahun 507 H. Ia dibunuh oleh orang-orang Syiah setelah menunaikan shalat Jumat di Masjid Jami’ Damaskus.
13.             Al-Amir Ahmad bin Ibrahim al-Ruwadi. Terbunuh pada tahun 510 H. Seorang Syiah datang kepadanya sambil menangis, mengadukan bahwa ia telah dizalimi. Ia memberikan sebuah tulisan yang berisi keluhannya kepada al-Amir Ahmad. Ia ingin agar keluhan tersebut diajukan kepada Sultan. Ketika al-Amir Ahmad mengambil surat aduan tersebut dengan segera orang Syiah ini menikamnya hingga ia tewas.
14.             Al-Amir Qasim Aaq Sanqar al-Barasqi (Arab: الأمير قسيم الدولة آق سنقر البرسقي). Terbunuh pada tahun 520 H. Ia diserang oleh belasan orang Syiah di Masjid Jami’ saat menunaikan shalat Jumat.
15.             Al-Amir Tajul Muluk Buri bin Thaghtakin (Arab: الأمير تاج الملوك بوري بن طغتكين). Penyerangan terhadap dirinya terjadi pada tahun 525 H. Ia diserang oleh dua orang Syiah Bathiniyah dan berhasil melukainya. Namun saat itu, Amir Tajul Muluk Buri berhasil meloloskan diri dari maut, akan tetapi pengaruh luka dari serangan tersebut membuatnya wafat di tahun berikutnya.
16.             Al-Amir Aaq Sanqar al-Ahmadili (Arab: الأمير آق سنقر الأحمديلي). Terbunuh oleh pengkhianat Syiah pada tahun 527 H.
17.             Al-Amir Ughlamisy (Arab: الأمير أغلمش). Terbunuh oleh pengkhianat Syiah pada tahu 614 H.
18.             Al-Amir Syihabuddin al-Ghuri. Orang-orang Syiah membunuhnya pada tahun 602 H karena takut akan dirinya dan kebijakannya terhadap orang-orang Syiah.
19.             Al-Amir Jalaluddin bin Khawarizm Syah. Pengkhianat Syiah membunuhnya pada tahu 624 H.
20.             Al-Amir Janahuddaulah Husein (Arab: الأمير جناح الدولة حسين). Terbunuh pada tahun 495 H. Tiga orang Syiah menyerangnya di Masjid Jami’ setelah ia menunaikan shalat Jumat.
21.             Al-Amir Khalaf bin Mula’ib (Arab: الأمير خلف بن ملاعب). Dibunuh oleh pengkhianat Syiah pada tahu 499 H.
22.             Al-Amir Syamsul Muluk Ismail bin Buri. Para pengkhianat Syiah membunuhnya pada tahun 529 H.
23.             Al-Amir Barsiq al-Kabir (Arab: الأمير برسق الكبير). Terbunuh pada tahun 490 H oleh pengkhianat Syiah.
24.             Al-Amir Saifuddin Akhu Ala’-uddin al-Ghuri (Arab: الأمير سيف الدين أخو علاء الدين الغوري). Para pengkhianat Syiah membunuhnya pada tahun 547 H.
25.             As-Sultahn Daud bin as-Sulthan Mahmud (Arab: السلطان داود بن السلطان محمود). Terbunuh pada tahun 538 oleh pemberontak Syiah.
26.             As-Sulthan Bektamur (Arab: السلطان بكتمر). Terbunuh pada tahun 589 H. Utusan Syiah datang menghadapnya dengan penampilan seorang sufi. Salah seorang dari utusan tersebut mendekat kepadanya untuk menceritakan kisahnya. Lalu orang itu tiba-tiba menikamnya dengan pisau hingga sultan pun tewas.
27.             As-Sulthan Shalahuddin al-Ayyubi (Arab: السلطان صلاح الدين الأيوبي). Pada tahun 570 H, orang-orang Syiah mencoba untuk membunuhnya saat beliau berada di tengah pasukannya. Namun mereka gagal menjalankan misi tersebut.
28.             Pada tahun 571 H, orang-orang Syiah kembali melakukan percobaan pembunuhan terhadap Shalahuddin al-Ayyubi saat beliau berada di Aleppo. Lagi-lagi upaya ini menuai kegagalan.
29.             An-Na-ib Nashr Khan bin Arselan Khan Muhammad (Arab: النائب نصر خان بن أرسلان خان محمد). Dibunuh oleh pemberontak Syiah pada tahun 524 H.
30.             Al-Muqrib Juhar (Arab: المقرب جوهر). Serombongan orang-orang Syiah datang menghadapnya dengan penampilan wanita. Saat al-Muqrib mendengarkan perkataan mereka, mereka pun membunuhnya.
31.             Abu Shalih bin al-Ajmi. Dibunuh oleh serombongan orang-orang Syiah pada tahun 573 H.
32.             Saudara dari al-Amir Qotadah, gubernur Mekah. Orang-orang Syiah membunuhnya pada tahun 608 H, di Mina saat musim haji.
Dari kalangan para ulama:
1.  Abu al-Qasim bin Imam al-Haramain. Dibunuh oleh orang-orang Syiah pada tahun 492 H.
2.  Al-Faqih Ahmad bin al-Husein al-Balkhi. Orang-orang Syiah membunuhnya pada tahun 494 H.
3.  Al-Faqih Abdul Lathif bin al-Khajnadi. Dibunuh oleh orang-orang Syiah pada tahun 523 H.
4.  Al-Faqih Abu al-Muhasin ar-Ruyani terbunuh pada tahun 499 H.
5.  Al-Qadhi Abu al-Ala’ Musaid an-Naisaburi. Orang-orang Syiah membunuhnya pada tahun 499 H di Masjid Jami Asbahan.
6.  al-Qadhi Ubaidullah bin Ali al-Khathibi. Terbunuh di masjid jami tahun 502 H, saat ia tengah melaksanakan shalat Jumat.
7.  Al-Qadhi Sha’id bin Abdurrahman Abu al-Ala’. Terbunuh di hari raya Idul Fithri tahun 502 H di Kota Naisabur.
8.  Al-Qadhi Abu Saad Muhammad bi Nashr al-Harwi. Orang-orang Syiah membunuhnya di Jami’ Hamdzan tahun 518 H.
9.  Al-Wa’izh Abu Ja’far bin al-Masyath. Terbunuh pada tahun 498 H. Ia terbunuh saat turun dari kursinya seusai mengajar di masjid.
10.             Al-Wa’izh Abu al-Muzhaffar al-Khajnadi. Terbunuh pada tahun 496 H. Sama halnya dengan Abu Ja’far, Abu al-Muzhaffir pun terbunuh saat ia turun dari kursi yang sering ia gunakan untuk mengajar di masjid, setelah selesai mengajar.
Inilah rekam jejak kejahatan Syiah dalam kurun sejarah Islam. Mereka menyimpan dendam. Jika ISIS beranggapan bahwa orang-orang yang tidak membaiat khalifah mereka adalah kafir dan berhak untuk diperangi, maka Syiah beranggapan setiap orang yang mengingkari akidah mereka yang menyimpang, maka akan dianggap sebagai musuh ahlul bait yang menyetujui terbunuhnya Husein. Karena itu layak dibunuh.
Sumber:
ash-Shalabi, Ali bin Muhammad. 2006. Daulah Slajiqah. Kairo: Mu-assasah Iqra wa tauzi’ wa tarjamah.
Oleh Nurfitri Hadi (@nfhadi07)
Artikel www.KisahMuslim.com


Apakah Islam Disebarkan Dengan Peperangan?

Salah satu isu yang diangkat oleh orang-orang yang phobia terhadap Islam adalah Islam berhasil menjadi agama besar di dunia ini karena ekspansi pedang-pedang mereka ke wilayah-wilayah non-muslim. Mereka mencantumkan peristiwa-peristiwa penaklukkan  dan peperangan Islam untuk menguatkan opini tersebut. Akibatnya banyak orang-orang non-muslim menjadi antipati dengan agama yang menebarkan kedamaian ini dan umat Islam yang lemah iman dan minus perbekalan ilmiahnya merasa malu dan menyesali rekam jejak sejarah agamanya sendiri.
Benarkah Islam tersebar dengan pedang? Alangkah baiknya kita kaji permasalahan ini, agar kita bisa memutuskan benar atau tidak tuduhan tersebut.
Tidak Ada Paksaan Untuk Memeluk Islam
Sebelum kita beranjak ke data-data historis tentang peperangan di dalam Islam, ada sebuah kaidah yang perlu dipahami bahwa umat Islam dilarang memaksa, mengancam, dan memberikan tekanan suatu kelompok atau individu tertentu agar mereka memeluk Islam. Allah Ta’ala berfirman,
لاَ إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ
“Tidak ada paksaan dalam agama.” (QS. Al-Baqarah: 256)
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata tentang sebab diturunkannya ayat ini, “Ayat ini diturunkan berkaitan dengan salah seoarang Anshar (sahabat Nabi dari Madinah) dari Bani Salim bin Auf. Al-Hushaini mengatakan, ‘Sahabat ini memiliki dua orang anak laki-laki yang beragama Nasrani dan dia seorang muslim. Lalu ia berkata kepada Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam, bolehkah aku memaksa keduanya karena mereka menolak agama kecuali agama Nasrani. Allah pun menurunkan ayat ini’.” (Tafsir Ibnu Katsir).
Jadi, tidak diperkenankan seorang muslim memaksa seseorang atau kelompok tertentu untuk memeluk Islam walaupun orang atau kelompok tersebut di bawah kekuasaannya. Kalau ternyata penduduk negeri-negeri yang ditaklukkan oleh umat Islam memeluk agama Islam, itu bukan dikarenakan paksaan atau tekanan dari pihak muslim yang berkuasa, akan tetapi dikarenakan kedamaian yang mereka temukan dalam ajaran Islam. Contohnya nyatanya adalah tentang keislamanTsumamah bin Utsal.
Penyebab Peperangan
Ketika berbicara sejarah, maka prinsip yang wajib dipegang oleh seseorang adalah peristiwa-peristiwa sejarah ditafsirkan dengan norma, kebiasaan, atau sebab-sebab yang terjadi pada waktu terjadinya peristiwa tersebut. Seseorang terjebak dalam kekeliruan yang fatal ketika dia mengintepretasi peristiwa sejarah dengan membandingkannya dengan norma, kebiasaan, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di zaman ia hidup.
Berikut ini, penulis cuplikkan penyebab terjadinya perang dalam sejarah Islam:
- Perang di Masa Rasulullah
Perang di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terjadi dalam rentang 10 tahun masa Madinah. Selama itu terjadi kurang lebih 25 atau 27 peperangan. Jamak diketahui, pemicu peperangan melawan bangsa Quraisy adalah provokasi orang-orang Quraisy terhadap umat Islam bahkan sebelum beliau hijrah ke Madinah kafir Quraisy telah menunjukkan permusuhan mereka.
Adapun penyebab peperangan dengan orang-orang non-Quraisy seperti Perang Mu’tah  dan Tabuk yaitu:
Perang Mu’tah disebabkan oleh dibunuhnya utusan Rasululluah yang bernama al-Harits bin Amir al-Azdi oleh orang Ghassan yang beranama Syarahbil bin Amr. Dalam tradisi klasik, bagaimanapun besarnya permusuhan antara dua negara, jaminan keselamatan terhadap utusan tetap harus dihormati. Pembunuhan terhadap utusan adalah sebuah tindakan culas yang sangat keterlaluan. Karena hal inilah terjadi Perang Mu’tah.
Perang lainnya adalah Perang Tabuk. Perang Tabuk disebabkan orang-orang Romawi menghimpun pasukan yang besar di Syam untuk menyerang negara Islam. Rasulullah memerintahkan pasukannya untuk menghadang orang-orang Romawi ini sebelum mereka memasuki wilayah-wilayah umat Islam.
Dari sini dapat kita ketahui bahwa umat Islam tidak melakukan provokasi terlebih dahulu, akan tetapi musuh-musuh Islam lah yang pertama kali menabuh gendang peperangan.
- Masa Khulafaur Rasyidin
Para Khulafaur juga menanamkan kepada kaum muslimin bahwa peperangan pun ada norma-normanya. Abu Bakar ash-Shiddiq mengatakan kepada pasukan Islam, “…Jangan melakukan penghiantan dan melenceng dari kebenaran; jangan memutilasi jasad musuh; jangan membunuh anak-anak, wanita, dan orang tua; jangan menebang, merusak, dan membakar pepohonan, terutama yang sedang berbuah; jangan membunuh hewan ternak musuh; dan kalian akan melewati orang-orang monastik, jangan kalian ganggu mereka.” (Islamic Ruling on Warfare, Hal: 22).
Di zaman itu, aturan ini sesuatu yang unik. Mengapa dikatakan unik? Karena berabad-abad tradisi perang bangsa-bangsa yang ada pada saat itu (Persia dan Romawi), mereka tidak pernah memikirkan norma peperangan yang demikian. Mereka mengartikan perang adalah membunuh, menaklukkan, dan menguasai, adapun umat Islam memiliki perspektif yang berbeda dengan bangsa Romawi dan Persia dalam peperangan mereka.
Cara memandang peperangan yang berbeda antara umat Islam dan umat-umat lainnya berdampak pada saat umat Islam memasuki basis-basis Persia dan Romawi. Saat umat Islam sampai di wilayah  Persia dan Romawi, umat Islam berhasil menarik simpati penduduk-penduduknya. Romawi kehilangan basis besar Nasrani tatkala pasukan Islam memasuki Syria dan Mesir. Orang-orang Syria dan Mesir berbondong-bondong memeluk agama Islam saat cahaya hidayah sampai ke wilayah tersebut. Sedangkan Persia lebih buruk lagi keadaannya, mereka bahkan kehilangan eksistensi di Irak tatkala negeri itu ditaklukkan oleh umat Islam. Luar biasanya, penduduk ini tidak dipaksa sama sekali untuk memeluk agama Islam.
Hal ini juga diterapkan oleh Umar bin Khattab tatkala menaklukkan Jerusalem.
Lihatlah apa yang terjadi pada hari ini, wilayah-wilayah Bizantium Romawi dan Persia dahulu, mayoritas penduduknya sekarang adalah muslim: Kristen di Mesir hanya (9%) dari jumlah penduduk, di Syria (10%), Irak (3%), dan Libanon (39%). Apabila penaklukkan yang dilakukan oleh umat Islam disertai dengan pemaksaan tentu saja komunitas muslim di sana tidak akan bertahan lama. Ini membuktikan Islam tidak disebarkan dengan pedang.
- Afrika Utara
Ketika umat Islam berhasil mengambil alih kekuasaan Bizantium Romawi di wilayah Afrika Utara, Islam pun semakin tersebar luas dan semakin banyak mendapat sambutan dari masyarakat dunia. Saat itulah bangsawan-bangsawan Eropa yang dimotori oleh Raja Julian meminta umat Islam agar menaklukkan penguasa zalim yang menguasai Andalusia, Raja Roderick. Mengapa Julian yang bukan seorang muslim meminta tolong kepada umat Islam? Karena mereka tahu, kalau umat Islam yang berkuasa, maka kedamaian dan keadilan akan tercipta.
- Penaklukkan India
Sebagaimana telah kita ketahui, negara dengan populasi Islam terbesar di dunia adalah negara kita, Indonesia. Lalu, tahukah Anda negara mana lagi yang memiliki populasi Islam terbesar? Jawabnya adalah Pakistan, kemudian India, dan Bangladesh di tempat ke-4.
Bani Umayyah berjasa besar terhadap masuknya Islam di tanah Hindustan ini. Melalui panglima mereka Muhammad bin Qashim ats-Tsaqafi, negeri yang dihuni oleh para penyembah berhala ini mengenal kemulian Islam, kemulian menyembah al-Khaliq bukan menyembah makhluk.
Pemicu ekspansi ini adalah kapal-kapal pedagang muslim yang biasa melakukan perniagaan dengan orang-orang Sri Lanka dibajak oleh sekelompok bajak laut dari wilayah Sindh (Pakistan sekarang). Para perompak ini menawan dan menjadikan para muslimah yang tertangkap sebagai budak. Untuk membebaskan saudara-saudara muslim ini diutuslah Muhammad bin Qashim bersama pasukannya. Muhammad bin Qashim pun berhasil menaklukkan para perompak tersebut.
Peristiwa ini menjadi isu yang panas di India, namun inilah titik baliknya. Orang-orang Hindu yang mengenal kasta dan orang-orang Budha yang tertindas oleh bangsawan Hindu melihat sebuah agama baru, agama yang menawarkan persamaan, dan kemuliaan diukur dengan ketakwaan bukan nasab dan golongan. Akhirnya orang-orang India pun berbondong-bondong memeluk agama Islam.
Perbandingan Perang Islam dengan Non Islam
Setelah dijelaskan tentang penyebab peperangan yang terjadi antara umat Islam dan non Islam, sekarang kita lihat dampak dari perang dilihat dari sisi korban yang berjatuhan.
Lihatlah 10 tahun peperangan di masa Rasulullah shallallahu ‘alaih sallam, korban yang gugur kurang lebih sejumlah 262 orang dari pihak umat Islam dan 1022 jiwa dari pihak musuh. Jadi total korban peperangan dari kedua belah pihak yang terjadi dalam rentang waktu 10 tahun tersebut adalah 1284 jiwa.
Raghib as-Sirjani mencoba menghitung jumlah keseluruhan pasukan selama peperangan yang terjadi di masa Rasulullah lalu ia prosentasekan dengan jumlah korbannya. Hasilnya adalah sebagai berikut:
– Prosentase umat Islam yang syahid di medan peperangan dibandingkan dengan jumlah seluruh pasukan Islam hanya 1% saja.
– Prosentase orang-orang musyrikin dibandingkan dengan jumlah seluruh pasukan mereka adalah 2%.
– Prosentase secara keseluruhan dari kedua belah pihak hanya 1,5% saja.
Bandingkanlah dengan prosentase korban yang tewas pada Perang Dunia II. Jumlah pasukan yang turut serta dalam perang dahsyat ini berjumlah 15.600.000 pasukan, jumlah orang yang tewas adalah 54.800.000 jiwa, artinya 351% dari jumlah pasukan. Mengapa bisa demikian? Karena peperangan ini juga memakan korban sipil yang sangat banyak, dan hal ini tidak pernah terjadi di masa Islam.
Belum lagi jika kita bandingkan dengan ekspansi bangsa Eropa terutama Portugal dan Spanyol. Mereka membawa misi gold, gospel, dan glory; mereka menguras sumber daya, menguasai, dan mencari kejayaan dari ekspansi tersebut. Terbukti dengan punahnya Suku Indian Maya akibat ekspansi mereka ke benua Amerika. Penjajahan Belanda di Indonesia yang mengeruk sumber daya alam di Indonesia dan mejadikan masyarakatnya rakyat kelas bawah, dll.
Kesimpulan
Apakah Anda masih percaya Islam disebarkan dengan pedang? Apakah umat Islam yang masih merasa malu dan minder terhadap sejarah mereka?
Islam memiliki alas an perang yang jelas, dan perang dalam sudut pandang Islam tidak diartikan melulu sebagai pembunuhan, pembantaian, dan penguasaan wilayah.
Sumber:
– Enein, Youssef H Aboul., Sherifa Zuhur. 2004. Islamic Ruling on Warfare. The Strategic Studies Institute.
– Tafsir Ibnu Katsir
– islamstory.com dll.

Oleh Nurfitri Hadi
Artikel www.KisahMuslim.com



Al-Hakim Biamrillah, Sosok Raja Zalim Dari Daulah Fatimiyah

Al-Hakim Biamrillah adalah salah satu dari raja Kerajaan Daulah Fatimiyah. Kerajaan ini berjalan atas dasar ideologi Syiah Ismailiyah Bathiniyah (sama seperti Basyar al-Asad, Presiden Suriah sekarang pen.). Hirarki kerajaan menetapkan bahwa yang menjadi raja adalah putra tertua dari raja sebelumnya. Walaupun umurnya masih belia. Emosi dan pemikirannya belum matang, ia tetaplah raja setelah ayah mereka wafat.
Pemerintahan al-Hakim Biamrillah merupakan salah satu fenomena menarik dalam lembaran sejarah. Menarik untuk dikaji dan dipelajari. Kemudian dipetik hikmahnya untuk kehidupan saat ini.
Siapakah al-Hakim Biamrillah al-Fathimi?
Dia adalah Abu Ali al-Manshur bin al-Aziz Nizar bin al-Muiz al-Fathimi al-Ubaidi. Gelarnya adalah al-Hakim Biamrillah yang berarti memerintah dengan perintah Allah. Ia mengaku memiliki kemampuan rububiyah, mengatur alam semesta. Sebagian rakyatnya ada yang menerimanya dan sebagian yang lain tidak tahan akan kezalimannya. Sama halnya dengan Presiden Suriah, Basyar al-Asad, sebagian rakyatnya meyakinin bahwa ia adalah penjelmaan Tuhan di muka bumi. Oleh karena itu, tidak heran, ketika awal terjadi pergolakan di Suriah di era modern ini, kita lihat pengikut Presiden Basyar al-Asad memuja-mujanya dengan pujian yang hanya layak diberikan untuk Allah dan sujud kepada gambar-gambarnya. Mereka mengatakan perkataan yang menunjukkan bahwa Basyar al-Asad memiliki andil dalam pengaturan alam semesta.
Al-Hakim Biamrillah dilahirkan tahun 375 H. Pada tahun 386 H, ayahnya, al-Aziz Billah, wafat. Ia naik tahta menggantikan sang ayah menjadi raja keenam yang memerintah daulah Syiah Ismailiyah tersebut. Saat itu usianya baru 11 tahun. Orang-orang dekat ayahnya semisal al-Hasan bin Amarah dan Barajun, menjadi mentornya dalam memimpin kerajaan. Namun kemudian keduanya ia bunuh karena ia anggap campur tangan dalam pemerintahannya. Akhirnya ia pun bebas menentukan kebijakan kerajaan sesuai dengan keinginannya.
Kejahatan al-Hakim Biamrillah
Al-Hakim memiliki kepribadian ganda. Hal itu tampak dalam perkataan, perbuatan, dan kebijakan yang ia tetapkan. Karena itu, banyak kebijakan-kebijakan aneh yang terjadi pada masa pemerintahannya. Ia memerintahkan rakyatnya untuk bekerja di malam hari dan tidur di siang hari. Tahun 1005 M, ia memerintahkan pemasangan –yang zaman sekarang kita sebut- poster dan baliho di area publik yang isinya menyerukan masyarakat untuk memusuhi Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Aisyah karena menolak Ali sebagai pemimpin setelah Rasulullah wafat. Pada tahun 1010 M, ia mengganti kata “ash-shalatu khoriun minan naum” yang menurutnya adalah tradisi Sunni, menjadi “hayya ‘ala khoiril amal” (The Druze in the Midle East oleh Nissim Dana).
                                 Wilayah kekuasaan Daulah Fatimiyah di masa keemasannya.
Wilayah kekuasaan Daulah Fatimiyah di masa keemasannya.
Kezalimannya tidak hanya menindas muslim Sunni saja, ia juga melakukan hal yang tidak kalah jahat terhadap ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani). Ia memaksa umat Kristen dan Yahudi mengenakan jubah hitam dan hanya diperbolehkan menunggangi keledai sebagai kendaraan. Ia memberikan maklumat untuk menghancurkan makam suci, yang diyakini sebagai makam Yesus dalam keyakinan Nasrani. Tindakan ini merupakan salah satu penyebab utama terjadinya Perang Salib (History of The Arabsoleh Philip K. Hitti, Hal: 92).
Membaca peristiwa yang terjadi di masa pemerintahannya, mungkin al-Hakim Biamrillah layak kita sebut psikopat. Dia membangun sebuah madrasah dan sekolah, lalu memerintahkan ahli fikih dan ulama mengajar di sana. Setelah berada di sana, ia bunuh mereka semua, kemudian menghancurkan madrasah, dan menjadikan puing-puingnya sebagai kuburan mereka.
Ketika ia melihat orang-orang telah menaatinya dalam segala hal, ia mulai menyeru rakyatnya untuk menyembahnya selain Allah Ta’ala. Dakwah yang buruk dan keji ini berjalan dengan bantuan dua orang laki-laki Persia: Muhammad bin Ismail ad-Druzi dan al-Hasan bin Haidarah al-Farghani. Seruan sesat ini dimulai pada tahun 1017 M, dengan cara tertutup terlebih dahulu. Ia mempersiapkan da’i-da’i Ismailiyah di sebuah madrasah yang disebut Dar al-Hikmah. Setelah itu pemikiran ini disebarkan ke luar. Apabila namanya disebut di mimbar, maka orang-orang yang mendengarnya wajib berdiri sebagai bentuk pengagungan. Hal ini dilakukan di semua wilayah kekuasaannya termasuk dua tanah haram, Mekah dan Madinah. Untuk orang Mesir secara khusus –karena al-Hakim tinggal di sana- apabila ia berdiri, maka mereka harus bersujud. Tidak peduli mereka menjumpai al-Hakim di pasar atau tempat-tempat lainnya (Daulah Fatimiyah fi Misra oleh Ayman Fuad Sayyid Hal: 112).
Menghilangkan nyawa manusia bukanlah perkara besar bagi al-Hakim. Rakyat Mesir tidak tidur dalam keadaan nyenyak di masanya. Sebagian sejarawan mencatat bahwa ia telah membunuh 18.000 orang (Qishshatu al-Hakim Biamrillah oleh Raghib as-Sirjani). Baik dari kalangan orang-orang dekatnya, pejabat pemerintahan, maupun rakyat biasa.
Dengan sosok dan karakter yang sangat zalim ini, al-Hakim masih memiliki sisi kebaikan. Ia mengharamkan khamr dan melarang wanita ber-ikhtilath (campur-baur) dengan laki-laki di pasar. Tentu hal ini terkesan aneh. Saat ia membiarkan kezaliman yang paling besar, yakni menggangkat dirinya sebagai Tuhan selain Allah, bahkan ingin memindahkan ritual haji ke Kairo (Daulah Fatimiyah fi Misra oleh Ayman Fuad Sayyid Hal: 115), tapi ia masih memperhatikan hal-hal seperti ini.
Namun, sebagian penulis sejarah di zaman ini ada yang membela al-Hakim Biamrillah. Mereka mengakatan bahwa al-Hakim adalah raja yang baik. Dan mereka menuduh para sejarawan telah memalsukan sejarah al-Hakim Biamrillah. Tentu saja hal ini tidak benar. Sejarawan telah sepakat bahwa al-Hakim Biamrillah adalah pemimpin yang sesat dan jahat.
Akhir Hayatnya
Di tahun terakhir dalam hidupnya, al-Hakim terbiasa keluar, menyendiri di malam hari. Pergi ke atas Gunung al-Mokattam di Kairo menikmati indahnya malam di kota kuno itu. Mengetahui kebiasannya ini, orang-orang yang sudah jengah dengan kezalimannya merencanakan pembunuhannya. Di antara tokoh utama yang merencanakan pembunuhan al-Hakim adalah Thalib bin Dawwas.
Thalib memerintahkan dua orang budaknya untuk mengintai al-Hakim di malam hari. Di suatu malam, 27 Syawal 411 H bertepatan dengan 13 Febuari 1021, saat al-Hakim sedang menikmati indahnya bintang di malam itu, dua orang budak segera mengeksekusinya. Mereka menyembelihnya. Al-Hakim pun tewas.
Selama beberapa hari berikutnya, orang-orang mencarinya. Mereka tidak tahu dimana ia berada dan bagaimana keadaannya. Kemudian tersebarlah berita tentang kematiannya. Orang-orang pun bersuka cita mendengar berita tersebut. Kematiannya adalah sebuah kabar gembira bagi rakyatnya.
Kematian al-Hakim Biamrillah mengingatkan kita pada sebuah hadits Nabi :
وعَنِ أَبِى قَتَادَةَ بْنِ رِبْعِىٍّ الأَنْصَارِىِّ أَنَّهُ كَانَ يُحَدِّثُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُرَّ عَلَيْهِ بِجِنَازَةٍ فَقَالَ : مُسْتَرِيحٌ ، وَمُسْتَرَاحٌ مِنْهُ . قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْمُسْتَرِيحُ وَالْمُسْتَرَاحُ مِنْهُ قَالَ: الْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ يَسْتَرِيحُ مِنْ نَصَبِ الدُّنْيَا وَأَذَاهَا إِلَى رَحْمَةِ اللَّهِ ، وَالْعَبْدُ الْفَاجِرُ يَسْتَرِيحُ مِنْهُ الْعِبَادُ وَالْبِلاَدُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ
Dari Abu Qatadah bin Rib’i al-Anshari, dia menceritakan bahwa ada jenazah yang (dipikul) melewati Rasulullah, maka beliau bersabda, “Orang yang beristirahat, dan orang yang diistirahatkan darinya”. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah (maksud) orang yang beristirahat, dan orang yang diistirahatkan darinya?” Beliau menjawab, “Seorang hamba yang mukmin beristirahat dari kepayahan dan gangguan dunia menuju rahmat Allah. Sedangkan hamba yang fajir (jahat), maka banyak manusia, bumi, pepohonan, dan binatang, beristirahat darinya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Pelajaran
Kelompok Syiah Ismailiyah atau Syiah Nushairiyah memiliki kedekatan dengan orang-orang Druz. Seperti yang terjadi di Suriah. Kekufuran keduanya lebih parah dari Yahudi dan Nasrani. Dan permusuhannya terhadap Islam dan kaum muslimin pun lebih keras. Orang-orang Yahudi Israel juga terbiasa menggunakan orang-orang Druz untuk memengari kaum muslimin karena mereka tahu kebencian orang-orang Druz terhadap umat Islam begitu luar biasa.
Sumber:

– Dana, Nissim. 2003. The Druze in the Middle East: Their Faith, Leadership, Identity and Status. Eastbourne: The Druze in the Middle East: Their Faith, Leadership, Identity and Status
– Hitti, Philip K. 2008. Terj: History of The Arabs. Jakarta: Serambi.
– Sayid, Fuad Ayman. 1992. Al-Daulah al-Fathimiyah fi Misra Tafsirun Jadid. al-Dar al-Masriah al-Lubnaniyah.
– Sirjani, Raghib. Qishshatu al-Hakim Biamrillah. http://islamstory.com/ar/%D9%82%D8%B5%D8%A9-%D8%A7%D9%84%D8%AD%D8%A7%D9%83%D9%85-%D8%A8%D8%A3%D9%85%D8%B1-%D8%A7%D9%84%D9%84%D9%87

Oleh Nurfitri Hadi (@nfhadi07)
Artikel www.KisahMuslim.com