Monday, May 4, 2015

Masukan Untuk Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin Terkait Risalah Amman

Sebagian Cuplikan Wawancara Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dengan wartawan Viva.co.id [ hanya terkait syi'ah saja yang di copi ]:

Saya Sering Disalahpahami Sebagai Syiah

Gesekan soal syiah semestinya tak perlu terjadi. Apa sebab?
Oleh : Mustakim, Ade Alfath, Umi Kalsum
Senin, 4 Mei 2015 | 01:32 WIB

Saat ini sentimen anti Syiah menguat. Tanggapan Anda?

Bagaimana pun juga ini menyangkut keragaman paham keagamaan Islam. Di dalam Islam tidak dipungkiri ada beragam paham keagamaan, dalam hal teologi, dalam hal fiqih, tasawuf. Ada Sunni ada Syiah. Itu bagian realitas umat Islam sejak awal. Syiah ada sejak zaman sahabat. Ini bukan barang baru, sejak zaman Abubakar dan seterusnya sudah ada. [ kita perlu tahu fatwa-fatwa ulama shalafuss shalih sejak zaman shahabat terkait kesesatan sekte syi'ah.red ]

Sebenarnya bagaimana sejarah dua paham ini di Indonesia?

Di Indonesia, dulu-dulu kita tidak pernah mendengar perseteruan ini. Ini baru belakangan saja. Hemat saya, umat Islam Indonesia jangan terkecoh kemudian masuk ke friksi yang semakin menajam antarumat Islam itu sendiri. Jadi bagaimana pun juga umat Islam Indonesia, paham ahlisunnah yang jadi paham mayoritas Islam Indonesia adalah penuh toleran, moderat, yang berimbang dalam melihat persoalan, tidak ekstrim.
Tapi penuh toleransi, yang damai, penuh kasih sayang, yang rahmatan lil alamin. Itu yang ratusan tahun yang lalu diperkenalkan, disebarluaskan Walisongo dan pendahulu kita. Islam yang seperti itu. Bukan yang hitam putih dalam melihat persoalan, yang mudah menyalah-nyalahkan, yang mudah mengkafir-kafirkan. Bukan seperti itu karakter umat Islam Indonesia yang pahamnya ahlisunah waljamaah. [ kalau di timur tengah/negeri Arab, sejak abad pertama hijrah penghianatan syiah terhadap ahluss sunnah sudah berulang kali (lihat list artikel lamurkha), untuk Indonesia ada kaitannya dengan revolusi ( ekpansi ) syiah iran, lihat beberapa artikel di lamurkha. red ] 

Lalu bagaimana pandangan Anda dengan Syiah?

Dalam melihat perbedaan terhadap Syiah tidak harus selalu seakan-akan ini ancaman atau musuh luar biasa. Tapi dari pihak Syiah juga harus diberi pengertian bahwa mayoritas umat Islam di Indonesia itu Sunni yang sangat hormat terhadap sahabat. Sementara ada sebagian aliran atau paham dalam Syiah yang sangat tidak setuju dengan sahabat. Bahkan lebih jauh dianggap tidak ada, atau disalah-salahkan. Yang ini kemudian di lapangan yang menimbulkan konflik. Karena menurut ahlisunnah, sahabat itu sangat dihormati selain Rasulullah
Karenanya, teman-teman Syiah juga harus sadar diri bahwa mayoritas umat Islam Indonesia yang ahlisunnah sangat menghormati sahabat. Jadi jangan menghina,  melecehkan sahabat  karena itu bisa melukai hati sesama saudara muslim. Jadi kesadaran untuk saling bertenggang rasa semakin diperlukan.

Caranya?

Itu tadi, harus dibangun kesadaran bertenggang rasa, bertoleransi. Caranya, lebih mengedepankan substansi dari Islam. Islam itu maknanya salam, keselamatan, kedamaian, memanusiakan manusia. Islam hadir sebagai nilai untuk membuat semua alam semesta sejahtera, untuk saling menebarkan kemaslahatan. Sehingga segala upaya yang justru sebaliknya, membuat manusia rendah harkatnya, martabatnya, apalagi saling menumpahkan darah sesama, itu pasti bukan ajaran Islam. Itu yang harus dihindari dari Islam.
Jadi kesadaran seperti ini, lebih mengedapankan esensi ajaran Islam. Bukan justru berbeda kemudian perbedaan itu dijadikan pijakan, atau dasar untuk saling menafikan di antara kita. Perbedaan itu harus dijadikan cara, bahwa itulah Allah memberikan berkah karena justru keragaman ini antar kita yang terbatas bisa saling melengkapi,mengisi. [ apakah penghujatan/pelaknatan/ pengkafiran terhadap Shahabat/Istri-istri Nabi Shalallahu 'alaihi wassalam, Tahrif Al-Qur'an bukan esensi/prinsipil ajaran islam ???. red ]

Bagaimana posisi pemerintah terkait keberadaan Syiah?

Kemenag sebagai bagian dari pemerintah tidak dalam posisi menentukan, apakah paham ini baik atau buruk, benar atau salah. Kita bukan dalam posisi untuk menilai. Apalagi ini kafir atau bukan. Biarkan itu jadi kewenangan ulama yang ada di NU, Muhammadiyah, MUI untuk menyikapi keragaman perbedaan paham ini. Saya pribadi menghendaki, selama perbedaan bukan prinsipil tidak ada alasan untuk saling menegasikan atau menafikan satu sama lain. Perbedaan itu given saja, sunatullah.

Artinya, Syiah merupakan bagian dari Islam?

Saya mengacu pada hasil deklarasi yang dikeluarkan Konferensi Islam International di Yordania, 4-6 Juli 2005 yang kemudian ditegaskan lagi pada sidang ke-17 OKI di Yordania pada Juni 2006. Di situ menyatakan bahwa Syiah itu macam-macam, seperti di ahlisunnah. Sebagian dari aliran Syiah dianggap masih bagian dari Islam seperti, Ja'fari, Zaidiyah, Ibadiyah, Zahiriyah. Bahkan sampai tahun lalu umat Syiah seperti Iran dan negara lain masih berhaji di Mekkah dan Madinah. Saudi anggap mereka bagian saudara muslim. Jadi itu bisa jadi pegangan kita bahwa perbedaan itu tidak perlu jadi cara kita saling menegasikan.

Kalau menurut Anda?

Pandangan saya seperti ini, tolong diluruskan, selama ini saya sering disalahpahami bahwa saya Syiah, karena terlalu membela Syiah. Sebenarnya saya tidak bela Syiah. Saya hanya menjelaskan yang sesungguhnya. Harapan saya ke depan bagaimana umat Islam meski berbeda tidak saling menafikan. Karena terus terang saya khawatir kalau tidak bangun kesadaran seperti itu, peristiwa di Irak di Suriah bisa juga terjadi di sini. Sesama muslim sama-sama meneriakkan takbir tapi saling menumpahkan darah. Itu tidak terbayangkan terjadi di kita.

Pembahasan terkait Risalah Aman :

Syiah Berlindung di Balik Risalah Amman

Risalah Amman dan Kampanye Politis Syiah

Propaganda Syiah dan “Risalah Amman”

Berkedok Risalah Amman Syiah Siap Membantai Muslim Indonesia

Sikap Para Penandatangan Risalah Amman Terhadap Syiah

Risalah Amman, Risalah Orang Yang Lemah!

Dosa Dosa Besar Para Penanda Tangan Risalah Amman 

Siapa yang Lebih Anda Benarkan dan Anda Percaya ??

Sikap Al-Azhar Mesir tentang ‘Taqrib’ Sunni-Syiah

Hina Sahabat Nabi, Syiah Langgar Kesepakatan Ulama Se-Dunia di Qatar

Mengapa Syiah Wajib Ditolak

Cara Syiah Menipu Kaum Muslimin

Ustadz Farid Okbah: Semua Syiah di Indonesia Rafidhah dan Menyesatkan

Yunahar Ilyas: Jangan Menganggap Enteng Masalah Syiah, Kalau Tidak Mau Menyesal

Prof Dr KH Ali Mustofa Ya’qub : Target Syiah di Tahun 2030, NU Bakal Hancur

Pemerintah Malaysia Melarang Syiah, Indonesia Kapan?

Singapura Perlakukan Syi'ah dan Ahmadiyah Bukan Bagian dari Islam ( sama dengan Malaysia dan Brunei ).Kapan di Indonesia ?

Imam Ja’far Ash-Shadiq Rahimahullah, Imam Ahli Sunnah, Bukan Milik Syi’ah



Syiah adalah bagian dari madzhab dalam islam? Yang bener saja, ini lho fatwa-fatwa agama syiah, bagi yang belum pernah membacanya.

Sesatkah Syi’ah Ja’fariyah dan Pantaskah Syi'ah Disebut Mazhab ?

Cuplikan info terkait Rafidhah

Ucapan Dungu ( Ahmaq ) dan Bodoh ( Jaahil ) tokoh umat Islam dan tokoh masyarakat yang empati dan simpati dengan syiah.

Syi’ah Tidak Pantas Disebut Mazhab

Muktamar Persatuan Sunni-Syiah, Tapi Shalatnya Pisah-pisah

Mengenal Ahlus Sunnah,Imam Ja'far Ash-Shadiq Rahimahullah

Andai Risalah Amman Mensahkan Syiah pun Tidak Dapat Membatalkan Fatwa-Fatwa Para Ulama Salafunas Shalih

Risalah Amman dan Pendeta Bersurban yang Bertaqiyah


Pernyataan ( kamuflase ) Penasehat Tertinggi Republik Iran


Adakah Fiqh Madzhab Ja'fari ? Sikap Syi'ah Dalam Permasalan Fiqh


Syeikh Abu Zaid Al-Makky: Bahaya Syiah Bukan Sekedar Ajarannya, Tapi Pergerakannya !!!


Mengapa Syiah Imamiyah tak Disebut Dalam Risalah Amman ?


AWAS!! Risalah Amman - Seruan Sesat Penyatuan Semua Madzhab Sahihah & Sesat


Jangan pernah mengatakan "sunni menyalah-nyalahkan syiah", "sunni menentang syiah", apalagi "sunni penyebab perpecahan islam" kalau dalam keyakinan syiah tetap memaki apa yang kita imani. Jadi penyebab masalah itu yang memaki atau yang dimaki?
SYIAH bukan Islam,,,

pak menteri kalau tak ingin dituduh syiah gampang..., pujilah abu bakar as shidiq, Umar ibnu khathab. `Aisyah binti abu bakar, katakan siapa yg mencela belliau2 adalah kaum sesat, haqqul yakin Pak Menteri tak di tuduh syiah lagi. Umat Muslim ind bukan moderat tp dilemahkan 1. oleh penjajah. 2 oleh orla. 3. oleh orba, oleh orde reformasi. tp insya Allah tetap istiqomah Q,s 41 ayat

seharusnya syiah 12 imam diakui sebagai agama lain jangan diakui sebagai islam, jadi ummat islam tidak tertipu
coba deh pak menteri yth memuji Aisyah binti Abu Bakar....hayooo...berani kagak.... ???








Berkedok Risalah Amman Syiah Siap Membantai Muslim Indonesia

                                             AKTE PERJANJIAN SETAN
Pada 27-29 Jumadil Ula 1426 H. / 4-6 Juli 2005 M.Konferensi Islam di Amman  telah menghasilkan keputusan sepaktakuler, menyangkut nasib Syiah di Dunia, apakah mereka Islam atau bukan. Hasil konferensi Di Amman bisa disebut juga dengan deklarasi Amman untuk kemaslahatan dunia Islam, dalam rangka membangun tatanan dunia baru Islam, dengan mengakui Syiah sebagai Mazhab, bagian dari Islam.
Pada intinya konferensi Amman hanya bertujuan untuk membuat pengakuan Islam terhadap Syiah, adalah sebuah metodelogi Syiah yang berhasil menyeret tokoh tokoh Islam dunia semua harus mengakui “keberadaan Syiah sebagai Mazhab ke lima dalam Islam”. Tidak main main, yang datang memenuhi undangan adalah jargon jargon intelektual muslim tingkat dunia dan dari berbagai belahan dunia Islam. Diantaranya:” Prof. Dr. Ali Jumu’a (Mufti Besar Mesir); Prof. Dr. Ahmad Muhammad Al-Tayyib (Rektor Universitas Al-Azhar); Prof. Dr. Mahmud Hamdi Zaqzuq (Menteri Agama Mesir); Dr. Yusuf Qardhawi (Ketua Persatuan Ulama Islam Internasional, Qatar); Dr. Muhammad Sa’id Ramadan Al-Buthi (Dai, Pemikir dan Penulis Islam, Syria); Prof. Dr. Syeikh Wahbah Mustafa Al-Zuhayli (Ketua Departemen Fiqih, Damascus University); Shaykh Dr. Ikrimah Sabri (Mufti Besar Al-Quds dan Imam Besar Masjid al-Aqsha); Syeikh Habib ‘Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafiz (Ketua Madrasah Darul Mustafa, Tarim, Yaman); dan lain-lain.
Sosok mereka bisa dibaca sebagai intelektual papan atas di dunia Islam, dan mereka datang ke Amman hanya untuk satu tujuan “mengakui Syiah Sebagai Mazhab Ke Lima dalam Islam”. Dan bisa hidup rukun dalam satu anggapan “kalau pemeluk Agama Syiah sama halnya dengan Islam”. Dunia seolah akan mengakhiri konflik horizontal antara Islam dan kelompok Syiah yang bertebaran dalam Dunia Islam.
Gagasan taqrib oleh para pentolan dunia Islam ini dapat dianggap sebagai jalan damai seiring dengan kemajuan Iran dan perannya di dunia Internasional di bidang senjata, juga alibi menghadapi wahabi, adalah sebuah pernyataan yang menggugah banyak kalangan tokoh papan atas Islam untuk terlibat dalam duel pengakuan bersama.
Gagasan siapa , dan siapa yang merintis awalnya munculnya Risalah Amman ini. Tentunya adalah orang yang paling berkepentingan dengan dunia Syiah, agar lebih mudah blusukan ke daerah daerah Islam dan memurtadkan umat Islam dari agamanya. Bukan seorang intelektual namanya, kalau tidak mampu menarik empati dan simpati tokoh lainnya bergabung dalam kelompok Amman tersebut.
Peran yang luar biasa orang pertama yang menggagas “taqrib” , pastilah bukan kelas biasa, yang jelas pengaruhnya besar dalam dunia Islam, sehingga mampu menggiring para pakar pada satu kaidah taqrib, menyatukan Syiah dan Sunni’ guna bersama membangun kekuatan menghadapi hegemoni barat“Baratlah” alasannya yang menjadi pemicu lahirnya “syiah sebagai Mazhab ke Lima”.
Butir Butir Risalah Amman adalah sebagai berikut :
(1) Siapa saja yang mengikuti dan menganut salah satu dari empat mazhab Ahlus Sunnah (Syafi’i, Hanafi, Maliki, Hanbali), dua mazhab Syiah (Ja’fari dan Zaydi), mazhab Ibadi dan mazhab Zhahiri adalah Muslim. Tidak diperbolehkan mengkafirkan salah seorang dari pengikut/penganut mazhab-mazhab yang disebut di atas. Darah, kehormatan dan harta benda salah seorang dari pengikut/penganut mazhab-mazhab yang disebut di atas tidak boleh dihalalkan.
Lebih lanjut, tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang mengikuti akidah Asy’ari atau siapa saja yang mengamalkan tasawuf (sufisme). Demikian pula, tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang mengikuti pemikiran Salafi yang sejati. Sejalan dengan itu, tidak diperbolehkan mengkafirkan kelompok Muslim manapun yang percaya pada Allah, mengagungkan dan mensucikan-Nya, meyakini Rasulullah (saw) dan rukun-rukun iman, mengakui lima rukun Islam, serta tidak mengingkari ajaran-ajaran yang sudah pasti dan disepakati dalam agama Islam.
(2) Ada jauh lebih banyak kesamaan dalam mazhab-mazhab Islam dibandingkan dengan perbedaan-perbedaan di antara mereka. Para pengikut/penganut kedelapan mazhab Islam yang telah disebutkan di atas semuanya sepakat dalam prinsip-prinsip utama Islam (Ushuluddin). Semua mazhab yang disebut di atas percaya pada satu Allah yang Mahaesa dan Makakuasa; percaya pada al-Qur’an sebagai wahyu Allah; dan bahwa Baginda Muhammad saw adalah Nabi dan Rasul untuk seluruh manusia.
Semua sepakat pada lima rukun Islam: dua kalimat syahadat (syahadatayn); kewajiban shalat;zakat; puasa di bulan Ramadhan, dan Haji ke Baitullah di Mekkah. Semua percaya pada dasar-dasar akidah Islam: kepercayaan pada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitabNya, para rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik dan buruk dari sisi Allah. Perbedaan di antara ulama kedelapan mazhab Islam tersebut hanya menyangkut masalah-masalah cabang agama (furu’) dan tidak menyangkut prinsip-prinsip dasar (ushul) Islam. Perbedaan pada masalah-masalah cabang agama tersebut adalah rahmat Ilahi. Sejak dahulu dikatakan bahwa keragaman pendapat di antara ‘ulama adalah hal yang baik.
(3) Mengakui kedelapan mazhab dalam Islam tersebut berarti bahwa mengikuti suatu metodologi dasar dalam mengeluarkan fatwa: tidak ada orang yang berhak mengeluarkan fatwa tanpa keahlihan pribadi khusus yang telah ditentukan oleh masing-masing mazhab bagi para pengikutnya. Tidak ada orang yang boleh mengeluarkan fatwa tanpa mengikuti metodologi yang telah ditentukan oleh mazhab-mazhab Islam tersebut di atas. Tidak ada orang yang boleh mengklaim untuk melakukan ijtihad mutlak dan menciptakan mazhab baru atau mengeluarkan fatwa-fatwa yang tidak bisa diterima hingga membawa umat Islam keluar dari prinsip-prinsip dan kepastian-kepastian Syariah sebagaimana yang telah ditetapkan oleh masing-masing mazhab yang telah disebut di atas.
(4) Esensi Risalah Amman, yang ditetapkan pada Malam Lailatul Qadar tahun 1425 H dan dideklarasikan dengan suara lantang di Masjid Al-Hasyimiyyin, adalah kepatuhan dan ketaatan pada mazhab-mazhab Islam dan metodologi utama yang telah ditetapkan oleh masing-masing mazhab tersebut. Mengikuti tiap-tiap mazhab tersebut di atas dan meneguhkan penyelenggaraan diskusi serta pertemuan di antara para penganutnya dapat memastikan sikap adil, moderat, saling memaafkan, saling menyayangi, dan mendorong dialog dengan umat-umat lain.
(5) Kami semua mengajak seluruh umat untuk membuang segenap perbedaan di antara sesama Muslim dan menyatukan kata dan sikap mereka; menegaskan kembali sikap saling menghargai; memperkuat sikap saling mendukung di antara bangsa-bangsa dan negara-negara umat Islam; memperkukuh tali persaudaraan yang menyatukan mereka dalam saling cinta di jalan Allah. Dan kita mengajak seluruh Muslim untuk tidak membiarkan pertikaian di antara sesama Muslim dan tidak membiarkan pihak-pihak asing mengganggu hubungan di antara mereka.
Dari risalah Amman tersebut dapat ditegaskan ada beberapa point penting yang dilaksanakan oleh umat Islam
1, Mengakui Mazhab Syiah sebagai bagian dari Islam
2. Mengakui Asy’ariyah [ paham yang ditolak Ahlussunah Waljaman]
3. Mengakui Sufiyah [ Paham yang bertentangan dengan Ahlussunah
4. Mengakui perbedaan Syiah itu sebagai permasalah furu’ belaka
5. Mengakui Asy’ariyah sebagai persolan furu’ belaka
6. Mengakui Sufiyah beraqidah benar.
7 Mengakui kelompok Islam yang meng-agungkan hanya Allah dan Rasulnya, dan percaya pada ketentuan Rukun Iman dan Islam menurut Islam.
8. Tidak mengkafirkan Salafi murni dan Islam lainnya.
9. Tidak mengeluarkan fatwa tanpa metodelogi Mazhab 5
10, Menjaga ukhuwah Islamiyah
Itu buti butir risalah Amman, pada hakikatnya ingin “membangun kerukunan dan ukhuwah antar mazhab yang ada” Sehingga membuat wilayah pemikiran Islam dengan mengandalkan hasil risalah “Amman”.
TELAAH KRITIS TERHADAP RISALAH AMMAN
Butir butir yang disebutkan sebenarnya bermuatan kontradiktif antara poin satu dan lainnya. Pada poin satu disebutkan “mengakui mazhab lima” , 4 dari sunni dan satu dari Syiah. Ada isyarat bahwa Syiah meng-agungkan kitab yang sama dengan Islam. Seolah perbedaan Syiah dengan Sunni itu hanya menyangkut furuiyah belaka. Sedangkan satu sisi harus mengakui poin ketujuh , dapat diungkapkan bahwa Syiah prinsipnya dalam poin ketujuh itu “berbeda” baik rukun Islamnya atau rukun Imannya, hal ini menunjukkan kalau Syiah perbedaannya dengan “sunnah sangat prinsip”.
Di satu sisi lagi disebutkan tentang Asy’ariyah dan sufiyah, dalam pandangan ulama ulama salaf , keduanya tidak lepas dari sorotan mereka. Dalam kontek pemikiran salaf baik Asy’ariyah dan Sufiyah berada pada peringkat kesesatan dan penyimpangan, terutama dalam konsep ghuluw aqidah Asy’ariyah dan ritual ibadah dalam sufiyah yang paternalistic sufiisme, ajaran ajarannya datang dari syaik syaikh mereka. Dalam Aqidah Asyairah dan Ahlussunah memiliki prinsip perbedaan tentang Allah dan sifatnya, antara ta’wil dan haqiqat sifat.
Disisi lain Pertemuan Amman adalah pertemuan orang orang yang tak berminat menjalankan Islam yang benar, dan orang orang yang mencari cela cela penyatuan umat Islam, sebagai testimony, supaya  Islam Islam yang berbicara kesalahan Asy’ariyah dihentikan. Dan menempatkan Asy’ariyah sebagai bagian dari konsep tahuid Islam. Disampin ritual sufiyah dan aqidah sufiyah, apapun jenisnya akhirnya dihalalkan begitu saja menjadi pilihan umat Islam. Pendapat Risalah Amman ini sama halnya dengan konsep pemikiran “jaringan Islam Liberal” menghalalkan segala cara. Meskipun orang orang yang datang memenuhi undangan “Amman” tergolong kelas tinggi dan selera tinggi, namun tataran pemikiran mereka justru berlawanan dengan ulama ulama Mazhab , termasuk menentang ulama ulama Ushul, Tafsir dan Fiqih yang mengkafirkan Syiah Rofidah dan beranggapan sesat terhadap asy’ariyah dan sufiyah. Risalah “amman” mengesankan sebuah keputusan yang tergesa gesa, tanpa ada penelitian mendalam dan bersifat otentik dari aqidah generasi pertama.  Penegasan Risalah “Amman” sangat Prematur, meskipun di dukung ulama ulama seantero dunia.
Sebenarnya Konferensi “Amman” yang mengahasilkan risalah “Amman

lebih bersifat dominasi dari sebuah kelompok yang berusaha menyudutkan wahabi yang berusaha gigih menjelaskan kesesatan Asy’ariyah dan Maturidiyah, disamping penyimpangan Syiah dalam hal Aqidah tak bisa disamakan dengan ahlussunah, tak sedikitpun menyentuh aqidah ahlsunnah , juga ibadahnya yang tidak sejalan dengan rukun Islam.

Konferensi “Amman” hanya sebuah paguyuban Syiah untuk melebarkan Sayapnya dan tidak menyentuh aspek teologis secara menyeluruh, karena teologi Syiah bukanlah teologi Islam, jauh berbeda antara teologi Syiah dan Islam. Untuk membuktikan keberadaan Syiah sebagai agama dan bukan Islam, didapat di simak pernyataan tokoh tokoh Syiah berikut ini:
1.      Syeikh Musa bin Jarullah Al Turkistani Al Qazani Ar-Rusi, seorang ulama Ahlus Sunnah asal Rusia :” ajaran Syiah sangat bertentangan dengan dasar-dasar akidah Ahlus Sunnah; mereka meyakini Al-Qur`an telah diubah. (Baca Khawarij dan Syiah dalam Timbangan Ahlus Sunnah wal Jamaah, karya Prof.Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi, Maret 2012, hlm. 466-470).
2.      Abdul Qahir Al Baghdadi, yang kitabnya menjadi rujukan Asy’ariyah, Maturidiyah, Salafiyah, Berkata : ““Sedangkan para pengikut hawa nafsu dari kalangan Al Jarudiyah, Al Hisyamiyah, Al Jahmiyah, dan Al Imamiyyah yang mereka itu telah mengkafirkan sebaik-baik Sahabat…maka kami mengkafirkan mereka, di kalangan kami tidak diperbolehkan menshalatkan mereka (kalau mati –pen.) dan tidak boleh shalat di belakang mereka (menjadi makmum –pen.).” [dalam Al Farqu Bainal Firaq, hlm. 357].
3.      Prof. Dr. Ali Ahmad As-Salus, seorang pakar fikih di Universitas Syariah, Qatar.:” “Tetapi setelah melakukan penelitian dan kajian, dimana saya membaca secara intensif karya-karya dan buku-buku mereka, lalu saya mendapatkan suatu hal yang amat berbeda dari apa yang diilustrasikan oleh para penganjur dan pendukung upaya pendekatan madzhab Ahlus Sunnah dan Syiah. Kepercayaan Syiah terhadap konsep Imamah dan semua yang dibangun di atas itu, pada dasarnya menghambat dan menghalangi suatu (upaya) pendekatan. Karena akidah mereka tidak lain kecuali memfitnah dan menistakan manusia-manusia terbaik yang dilahirkan untuk manusia, yaitu para Sahabat.” [Ensiklopedi Sunnah-Syiah, karya Prof. Ali Ahmad As-Salus, jilid 1, hlm. 1-7. Jakarta, Pustaka Al Kautsar, Agustus 2011. Judul kitab asli, Ma’as Syi’ah Al Itsna Al ‘Asyariyah fil Ushul wal Furu’: Mausu’ah Syamilah]. Tulisan beliau itu membantah taqrib Syaikh syaik Al Azhar masa lalu seperti Mahmud Syaltut, Syeikh Al-Azhar Dan, Syeikh Muhammad Abu Zahrah, seorang ulama terkemuka universitas Al-Azhar  . Dan beliau melakukan penelitian terhadap kitab syiah selama 30 tahun.
4.      Semua Ulama yang hadir Amman itu tidak bisa melampaui keudukan Imam Bukhari dalam menghadapi Syiah, karena para professor itu bukan apa apa bila di bandingkan dengan Imam Bukhari, beliau berkata :” “Aku tidak bedakan apakah aku shalat di belakang seorang Jahmi atau Rafidhi, atau aku shalat di belakang Yahudi dan Nashrani. Mereka tidak diberikan salam, tidak didatangi (undangannya), tidak dinikahkan (dengan wanita-wanita kaum Muslimin), tidak dijadikan saksi, tidak dimakan sembelihannya.” [Khalqu Af’alil Ibad, hlm. 125].
5.      Abdul Qahir Al Baghdadi :” “Bahwasanya Nabi menjelaskan tentang firqah tercela, yaitu firqah pengikut hawa nafsu yang menyelisihi Firqah An Najiyyah, dalam bab keadilan dan Tauhid; atau dalam janji dan yang dijanjikan; atau dalam qadar dan kemampuan; atau dalam masalah takdir baik dan buruk; atau dalam bab hidayah dan kesesatan; atau dalam bab keinginan dan kehendak; atau dalam bab penglihatan dan pencapaian; atau dalam bab Sifat-sifat Allah , Nama-nama dan Sifat-sifat-Nya; atau dalam bab di antara bab-bab seputar pujian dan pembolehan; atUau dalam bab di antara bab-bab seputar kenabian dan syarat-syaratnya; atau dalam bab-bab semisal itu yang telah bersepakat Ahlus Sunnah wal Jama’ah, dari kalangan Ahlul Ra’yi dan Ahlul Hadits, di atas pokok yang satu. Menyelisihi mereka dalam hal itu, para pengikut hawa nafsu dari kalangan Qadariyah, Khawarij, Rafidhah, Najariyah, Jahmiyah, Mujassimah, Musyabbihah, dan siapa yang mengikuti firqah sesat. Maka sesungguhnya kaum yang menyimpang dalam bab keadilan dan Tauhid, masalah kubur dan islaf (pinjaman), yang mendefinisikan ru’yah dan shifat, pujian dan pembolehan, dan syarat-syarat kenabian dan imamah; mereka satu sama lain saling mengkafirkan.” [Al Farqu Bainal Firaq, hlm. 3]].
6.      6.    Demikian juga dengan Dr. Mustafa As-Siba’i, seorang ulama Ikhwanul Muslimin di Libanon. Pada mulanya beliau sangat antusias dengan ide At-Taqrib. Berbagai usaha sudah beliau lakukan untuk merealisasikan ide pendekatan madzhab. Namun saat muncul buku Al-Murajaat karya Sharafuddin Al Mausawi, beliau merasa sangat terkejut ketika dalam buku itu terdapat hujatan-hujatan terhadap Abu Hurairah ra, bahkan beliau disebut kufur dan munafik , kata beliau  : “Ide pendekatan madzhab yang dilontarkan oleh ulama-ulama Syiah secara keseluruhan, hanyalah basa-basi dalam sebuah pertemuan. Sementara mereka terus melakukan penghinaan terhadap para Sahabat dan berprasangka-buruk terhadap mereka. Mereka juga sangat meyakini kebenaran riwayat-riwayat yang ada dalam kitab-kitab pendahulu mereka. Mereka yang menyerukan pendekatan madzhab, akan tetapi mereka tidak memiliki jiwa pendekatan. Ide pendekatan itu sama sekali tidak ada pengaruhnya bagi ulama-ulama Syiah di Iraq dan Iran. Sehingga kelompok-kelompok Syiah di masing-masing daerah tetap berpegang-teguh kepada kitab-kitab para pendahulu mereka, yang berisi pencemaran nama baik dan gambaran penuh kebohongan terhadap para Sahabat. yang berselisih pendapat. Seolah-olah, ide pendekatan madzhab dalam versi mereka, adalah mendekatkan golongan Ahlus Sunnah kepada ajaran Syiah. ” (Khawarij dan Syiah dalam Timbangan Ahlus Sunnah wal Jamaah, hlm. 464-466)
Dari pernyataan Assiba’i ada kalimat mendasar yang menyimpulkan :kalau ide pendekatan oleh Ahlussunah Wal Jamaah terhadapat Syiah itu hanya sekedar kelekar yang mengandung muatan, maksudnya agar kaum sunni berduyun duyun mendekati ajaran Syiah, itulah talbis iblis yang terkandung di dalam Risalah “Amman”, Risalah “Amman” hanya menjadi dasar utama Syiah untuk kian menghancurkan Islam, penipuan atau TALBIS IBLIS yang terang terangan menggunakan dan mengendarai kendaran “Taqrib”, agar lebih cepat menuju cita cita Syiah untuk membantai muslim beriman di negeri ini.
Pada awalnya Yusuf Al-Qaradhawi pro dengan kampanye At-Taqrib antara Ahlus Sunnah dan Syiah. Namun setelah melihat kekejaman kaum Syiah terhadap para pengungsi asal Palestina, beliau mengubah pandangannya. Terlebih dengan kesaksian Yusuf Qoradhawi sekarang dengan pembantaian Syiah terhadap Ahlussunah di Iran, Irak, Yaman Dan Suriah makin membuka mata hati Dr. Yusuf menyesali kesalahannya dengan taqrib yang dilakukannya.
Pada hakikatnya Risalah “Amman’ bertujuan suci, namun kesucian tujuan risalah tersebut penuh dengan onak dan duri pemikiran yang bisa membahayakan kelangsungan Islam di dunia. (Sumber : www.koepas.org )

Dosa Dosa Besar Para Penanda Tangan Risalah Amman !

Risalah “Amman” lebih focus pada aktualisasi “taqlid”, menyikapi mazhab sebagai haluan berpikir umat Islam di dunia. Condong berpikir menutup jalan ulama ulama Islam selain yang tergabung dalam deklarasi “Risalah Amman”. Tidak ada muatan di dalamnya yang berbicara tentang sesatnya aliran sesat, tetapi terarah pada suatu pola pikir “kebersamaan” dengan kemasan “ bersama berpegang Quran dan Hadist” meskipun jauh dari klaim mereka.

Risalah “Amman” tak lebih dari sebuah akal akalan kelompok tertentu, memalingkan opini public , bersama untuk mengecam “Wahabi”. Karena intinya berisi tuntutan menghentikan “pentakfiran” terhadap sebuah kelompok yang memang takfiriyah seperti Syiah, ketika menuduh para sahabat nabi kafir, hal ini tidak di bahas oleh Risalah Amman .
Risalah “Amman” membutakan mata terhadap berbagai kesesatan yang ada, termasuk kelompok “thoriqah thoriqah” dari berbagai aliran, disamping memarginakan kelompok kelompok yang kuat memegang prinsip “sunah”. Justru di mata mereka mazhab adalah harga mati.
Di sisi lain Risalah Amman memicu semaraknya anti wahabi di belahan bumi Islam, fitnah fitnah berserakan di se antero dunia Islam, yang rata rata memunculkan makian terhadap “Wahabi”, di samping mendorong Syiah makin memojokkan wahabi. Karena dalam keputusan bersama para pentolan Islam yang banyak di dominasi para Profesor Islam memberikan hak kepada Syiah untuk mengembangkan agamanya.
Takfiriyah syiah berbangga ria merayakan lahirnya “RISALAH AMMAN”, artinya telah memberikan mandat kepada syiah untuk selamanya “mengutuk para sahabat Nabi”, hal itu terdapat pada butir Risalah Amman:”Siapa saja yang mengikuti dan menganut salah satu dari empat mazhab Ahlus Sunnah (Syafi’i, Hanafi, Maliki, Hanbali), dua mazhab Syiah (Ja’fari dan Zaydi), mazhab Ibadi dan mazhab Zhahiri adalah Muslim. Tidak diperbolehkan mengkafirkan salah seorang dari pengikut/penganut mazhab-mazhab yang disebut di atas. Darah, kehormatan dan harta benda salah seorang dari pengikut/penganut mazhab-mazhab yang disebut di atas tidak boleh dihalalkan. Kalimat yang terkandung dalam bait tersebut ternyata member angin segar kepada“Jakfariyah Imamiyah” untuk lebih meningkatkan kegiatan anti sahabat nabi. Bait yang memalukan dan memilukan umat Islam untuk turut bersama melakukan dosa dosa besar, dengan bersama terlibat dalam penistaan sahabat nabi.
Kelemahan Risalah “Amman” tidak pernah ada kalimat yang melarang umat menghina sahabat nabi, menghina istri nabi, sekaligus menghina nabi. Tentu itu merupakan bekal utama Takfiri Syiah merajalela memaki tokoh tokoh ahlussunah. Sebagai panutan dan imam “sunnah”, para sahabat nabi tidaklah pernah dianggap ada oleh mereka, bahkan tidak berhenti di hujat sebagai responsive syiah terhadap mandat Risalah “amman”
Di sisi lain para peserta Risalah “amman” bukanlah orang yang aqli Dhabit, mereka tidak mampu menelesuri rawi rawi agama Syiah sebagaimana ditempuh para ulama hadist untuk mengetahui seseorang. Tetapi para Profesor yang hadir dalam risalah “amman” pada tahun 2005 itu adalah orang orang yang tak banyak belajar dari tokoh tokoh Islam sebelumnya, yang sepakat mengkafirkan Takfiri Syiah.
Pada bait berikut bisa di baca “Lebih lanjut, tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang mengikuti akidah Asy’ari atau siapa saja yang mengamalkan tasawuf (sufisme). Demikian pula, tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang mengikuti pemikiran Salafi yang sejati. Sejalan dengan itu, tidak diperbolehkan mengkafirkan kelompok Muslim manapun yang percaya pada Allah, mengagungkan dan mensucikan-Nya, meyakini Rasulullah (saw) dan rukun-rukun iman, mengakui lima rukun Islam, serta tidak mengingkari ajaran-ajaran yang sudah pasti dan disepakati dalam agama Islam. Perhatikan kata kata tidak “diperbolehkan”mengandung makna pembenaran terhadap paham “Asy’ariyah dan Sufisme yang cendrung banyak pengikutnya di Indonesia. Berbagai aliran thoriqah di Indonesia yang ghuluw (berlebihan memuja orang Sholeh] merasa terhormat dengan keputusan Risalah Amman Tersebut
Juga bila diperhatikan kata kata berikut ini :” tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang mengikuti pemikiran Salafi yang sejati”. Adalah kata yang multi tafsir, karena tidak subtansial menyebut siapa mereka. Yang bisa melahirkan banyak tafsir dari semua kelompok yang mengklaim sebagai “salafi Sejati”. Merupakan salah satu bentuk pembodohan terhadap umat Islam di dunia. Tak heran kalau Syiah dengan :Risalah Amman makin memandang ajaran “sunni” dengan mata salah. Sebab tanpa sadar “risalah Amman” menjadi legalitas Syiah melancarkan misi sesatnya, menyesatkan umat Islam dari jalan Allah. Di sisi lain menempatkan peserta konferensi Amman sebagai kelompok legal yang bisa menentukan hukum dan vonis pada kelompok yang tidak menghendaki lahirnya risalah “Amman”
Coba perhatikan kalimat ini :” Ada jauh lebih banyak kesamaan dalam mazhab-mazhab Islam dibandingkan dengan perbedaan-perbedaan di antara mereka. Para pengikut/penganut kedelapan mazhab Islam yang telah disebutkan di atas semuanya sepakat dalam prinsip-prinsip utama Islam (Ushuluddin). Semua mazhab yang disebut di atas percaya pada satu Allah yang Mahaesa dan Makakuasa; percaya pada al-Qur’an sebagai wahyu Allah; dan bahwa Baginda Muhammad saw adalah Nabi dan Rasul untuk seluruh manusia. Ada pembenaran peserta konferensi bahwa perbedaan dengan Syiah adalah masalah Furu’iyah bukan masalah “ushuluddin”, yang memungkinkan Syiah makin senang menerima “risalah Amman” . Sedangkan dalam fakta dan data Syiah tidak pernah menerima AlQuran dan hadist Bukhari Muslim sebagai kitab mereka. Selebihnya syiah makin mengeluarkan celaan terhadap Bukhari Muslim. Tak terbilang berapa banyak pentolan Takfiri Syiah Jakfariyah Imamiyah melakukan takfir terhadap para tokoh tokoh “Sunni” sejak jaman sahabat.
Di bidang teologi, syiah juga dipastikan tidak pernah menyimpang dari retorika kaum paganis musyrikin dengan syirik syirik besar yang melenyapkan kemurnian ajaran Islam, kalau mereka sebagai Islam. Bila tidak, mereka telah melakukan makar terhadap ajaran tauhid
Yang menarik dari peserta konferesi Amman adalah, peserta konferensi yang didominasi para pengekor Syiah diantaranya.
Ayatullah al-‘Uzhma Sayyid Ali Husayni Khamenei, rahbar Iran.
Ayatullah al-‘Uzhma Sayyid Ali Husayni Sistani, marja’ Irak.
Ayatullah al-‘Uzhma Sayyid Muhammad Said al-Hakim, marja’ Irak.
Ayatullah al-‘Uzhma Syaikh Ishaq al-Fayyad, marja’ Irak.
Ayatullah al-‘Uzhma Syaikh Basyir an-Najan, marja’ Irak.
Ayatullah al-‘Uzhma Sayyid Hasan Ismail Sadr, marja’ Irak.
Ayatullah al-‘Uzhma Sayyid Fadhil Lankarani, marja’ Iran.
Ayatullah al-‘Uzhma Syaikh Muhammad Ali Taskhiri, Sekretaris Jenderal forum taqrib.
Ayatullah al-‘zhma Sayyid Muhammad Husein Fadhlallah, marja’ Libanon.
Ini juga marja para “sunni” yang hadir dalam konferensi “Amman”
Konferensi dan Risalah Amman Bertentangan dengan Keyakinan Empat Mazhab dalam Islam
1.Alqamah Ibnu Qais [62 H] menyatakan :
 لقد غلت هذه الشيعة في علي -رضي الله عنه- كما غلت النصارى في عيسى بن مريم
“Syiah sangat berlebihan terhadap Ali Radhiallahu’anhu sebagaimana Nashara berlebihan terhadap terhadap Isa bin Maryam”  [ Asunah Abdullah bin Ahmad 2: 548]. Ini suatu perkatan yang menunjukkan sikap Al-Qomah Ibnu qais sangat tidak menyukai gaya syiah yang memperlakukan Ali diluar batas kewajaran atau ghuluw.
2.Amir as-Sya’bi [105 H] juga menyatakan :
لو كانت الشيعة من الطير لكانوا رخماً
“Seandainya Syiah itu burung, adalah sejenis burung elang yang melengking tinggi suaranya” [Assunah Abdullah bin Ahmad dan al Khilal ]
Juga komentarnya : 
ما رأيت قوماً أحمق من الشيعة
“Aku tidak melihat suatu kaum yang paling bebal otaknya selain syiah” [Al Lallilkaa’i Syarah Sunah]
Kata beliau lagi :
نظرت في هذه الأهواء وكلمت أهلها فلم أر قوماً أقل عقولاً من الخشبية.
“Aku memperhatikan syiah (pengikut hawa nafsu ini)  dan telah berbicara dengan pakarnya ternyata tidak pernah aku melihat suatu kaum yang lebih kecil akalnya dari para pemain gambang (syiah )” [as-Sunnah Abdullah bin Ahmad ]
3. Thalha bin Musharrif [112 H.]
الرافضة لا تنكح نساؤهم، ولا تؤكل ذبائحهم، لأنهم أهل ردة
“Janganlah kalian nikah dengan wanita wanita rofidhoh, dan jangan makan sembelian mereka, karena mereka (syiah) adalah para Murtadin” [al Ibaanat Shugr 161 ]
4. Al Imam Abu Hanifah [150 H]
الجماعة أن تفضل أبا بكر وعمر وعلياً وعثمان ولا تنتقص أحداً من أصحاب رسول الله صلىالله عليه وسلم
“Ahlussunah Waljamaah beranggapan, mereka yang utama dikalangan sahabat, mereka adalah Abubakar, Ali dan Usman . Dan Ahlussunah tidak merendahkan seorangpun dari para sahabat Rasululullah shallallahu’alahi wasallam” [al intiqa’ fii fadhoili Tsalaatsah al Immatl Fuqaha’ hal 163 H]
5. Mis’ar bin Kuddam [155 H ] berkata :
أن مسعر بن كدام لقيه رجل من الرافضة فكلمه بشئ... فقال له مسعر: تنح عني فإنك شيطان
“Mis’ar bin Kuddam bertemu seorang syiah Rofidhoh, lalu syiah Rofidho tersebut membicarakan sesuatu dengannya. Lalu berkata Mis’ar :” enyahlah kau, karena kamu adalah syaiton” [ Al Lallilka’i Syarah sunah 5 ; 14 57 ]
6. Imam Malik bin Anas :
الذي يشتم أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم، ليس لهم سهم، أوقال نصيب في الإسلام
“ Mereka yang menghina sahabat nabi shallallahu’alaihi wasallam , mereka tak punya bagian apa apa dalam Islam” [al Ibaanat Shugro 162]

Allallilka’i meriwayatkan dari Imam Malik :” Siapa yang memaki sahabat nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam maka dia tidak memiliki hak untuk di bela, sebagaimana firman Allah : “(juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya. Mereka adalah kalangan sahabat rasulullah shallallahu’alaihi wasallam yang hijrah bersamanya, kemudian Firman Allah :” dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman “. Mereka adalah kaum Anshor, kemudian firman Allah yang berbunyi :” dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb Kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang. [a hashr 8-10 ]. Mereka adalah 3 kelompok, sedangkan siapa diantara mereka memaki sahabat rasulullah, maka mereka bukan dari tiga kelompok tersebut dan tidak ada dalam diri mereka kebenaran. [Syarah Ushul I’tiqad ahlussunah 1268-1269].
7. Al Qadhi Abu Yusuf [182]
لا أصلي خلف جهمي، ولا رافضي، ولا قدري
“Aku tidak mau shalat dibelakang seorang Jahmi, Rafidhi dan orang berpaham qadariyah” [Syarah Ushul I’tiqad Ahlussunah 4/733.]. Bayan :” pernyataan Abu Yusuf ini menggambarkan sikap pembelaannya terhadap ahlussunah ketika menghadapi paham paham yang merusak Islam. Terutama syiah memang menjadi perhatian tersendiri, karena syiah merupakan motor penggerak dari retorika akal yang dikembangkan kalangan mu’tazilah dan Qadariyah”.
8. Abdurrahman bin Mahdi [198 H.]
هما ملتان: الجهمية، والرافضة
“Dua sosok agama (baru), yaitu Jahmiyah dan Raafidhoh”. [‘Ammar at Tholiby hal. 125 ]
9. Al Imam Syafi’i  [204 H]
لم أر أحداً من أصحاب الأهواء،أكذب في الدعوى، ولا أشهد بالزور من الرافضة
“Aku belum pernah melihat pengekor hawa nafsu yang lebih dusta pengakuannya dan sumpah palsunya kecuali Syiah Rofidhoh” [ Ibaanatul Kubra Ibnu Batthoh 2/545]
10. Imam Ahmad bin Hambal [241H.] :
سألت أبا عبدالله عن من يشتم أبا بكر وعمر وعائشة؟ قال:  ما أراه على الإسلام
Abu Bakar Al Marudzi: Aku bertanya pada Imam Ahmad tentang orang orang yang mencela Abu Bakar, Umar dan Aisyah , beliau Menjawab:” Aku tidak melihatnya diatas Islam” [As-Sunah Oleh al Khallal 1; 1493]
Dalam pandangan mereka Syiah bukanlah Islam. Semua imam imam besar dari kalangan sunni sepakat, tentang murtadnya syiah dari Islam. Tidak tersisa sedikitpun iman dalam hati mereka, melainkan sebongkahh kebencian pada para sahabat sahabat nabi. Mereka bukanlah kelompok mazhab yang berbeda dengan mazhab mazhab dalam Islam, melainkan millah atau agama tersendiri yang didasarkan pada ilham ilham istidraj dari kalangan imam mereka. Tidak ada bagian sedikitpun dari Islam yang bisa di sematkan kedalam diri syiah, oleh sebab mereka menolak syariat Muhammad dan menggantinya dengan syariat buatan mereka. Allah mereka beda dengan Allah yangg disebutkan dalam Quran, meskipun dalam tipu muslihat mereka selalu menyebut Allah. Permusuhan mereka terhadap para sahabat rasulullah selain Ali adalah bukti bahwa mereka tidak pernah beragama sesuai dengan cara cara Islam melainkan dengan cara cara Syiah.
Imam Bukhari seorang ahlul hadist yang sangat terkenal karena himpuunan hadist hadist shhohinya, dan merupakan letaratur Islam kedua setelah Quran memperingatkan :
ما أبالي صليت خلف الجهمي والرافضي، أم صليت خلف اليهود والنصارى، ولا يسلم عليهم، ولا يعادون، ولا يناكحون ، ولا يشهدون، ولا تؤكل ذبائحهم
“Aku tak bisa membedakan shalat di belakang Jahmi, rafidzi atau shalat dibelakang Yahudi dan Nashrani (sama) , aku tidak memberikan salam kepada mereka, aku tidak bergaul dengan mereka tidak menikahi mereka, tidak menjadi saksi atas mereka dan tidak makan sembelihan mereka”. Ini menunjukkan sikap Imam Bukhari dijamannya saja tidak pernah mendekati syiah, karena syiah dalam pandangan beliau bukanlah Islam yang dikenal Imam Bukhari. Ironinya banyak muslim dijaman sekarang memandangg syiah adalah Islam. Tentu itu sebuah cara pandang salah seorang muslim dalam menatap dunia syiah.
Sejarah masa lalu, kalangan intelektual muslim yang terbilang dekat dengan zaman nabi saja telah menjaga diri dan memperingatkan kaumnya dari syiah, untuk tidak bergaul mesra dengan syiah, oleh sebab konsep ajaran syiah yg jauh berbeda dengan islam. Peringatan peringatan ulama sangat keras menjaga lingkungan dan umatnya, dengan mendirikan pagar pagar perintang, sehingga umat kala itu benar benar terlepas dari Syiah. Sedangkan abad ini syiah telah dipandang lazim, masuk dalam kategore mazhab, padahal lebih tepat, Syiah itu dimasukkan dalam kategore agama tersendiri yang berusaha menghancurkan Islam.
Didalam keterangan lain seorang ulama Ahmad bin Yunus [227 H ] berkata:
إنا لا نأكل ذبيحة رجل رافضي، فإنه عندي مرتد
“Kami tidak pernah makan sembelihan seorang Rofidhi, karena sesungguhnya orang itu di mataku telah murtad”
Berdasarkan fatwa ulama ulama yang lebih dekat dan mengerti tentang Syiah, maka risalah “amman” batal demiki hukum, karena bertentangn dengan fatwa fatwa empat mazhab yang di masukkan dalam Risalah Amman. Mereka bukan mujtahid yang bisa merobah ketentuan kesepakatan ulama ulama diawalnya. Justru para peserta konferensi Amman telah melakukan dosa besar terhadap umat Islam, sebab melakukan abortus terhadap aqidah Islam