Saturday, January 24, 2015

Tiga Muslim Mengguncang Pusat-Pusat Kekuasaan Dunia

Cherif Kouachi, Said Kouachi, dan Amedy Coulibaly dengan ruh Islam, ketiganya mampu mengguncang pusat-pusat kekuasaan dunia. Paris, Washington, dan  London. Tiga Muslim yang menyerang simbol ideologi kebebasan, yaitu Charlie Hebdo, benar-benar menghunjam ideologi Barat.
Cherif Kouachi, Said  Kouchi, dan  Amedy Coulibaly menjadi pahlawan bagi Muslim di seluruh dunia. Dengan ruh Islam yang tertanam di dada mereka, berani melakukan tindakan yang dikutuk oleh masyarakat Barat, membunuh para penista Nabi Muhammad Shallahu alaihi wassalam.
Di dalam Islam tidak ada hukuman terhadap  penista Nabi Shallahu alaihi wassalam, kecuali dibunuh.
Cherif Kouachi, Said Kouchi, dan  Amedy Coulibaly, berhasil mengubah sejarah kehidupan umat manusia. Ketiganya berhasil menggugah kesadaran secara kolektif seluruh umat manusia, terutama Muslim, bagaimana mengamalkan Islam dalam realitas kehidupan. Islam sebagai doktrin dan keyakinan, bukan  hanya bagi ‘kenikmatan’ akal semata.
Cherif Kouachi, Said Kouachi dan  Amedy Coulibaly telah menunjukkan kepada seluruh umat manusia, dan kepada Muslim tentang bagaimana Muslim dalam mencintai Allah, Rasul dan orang-orang Mukmin, serta mensikapi terhadap orang-orang yang kafir musyrik, dzalim, dan fasik.
Bagaimana mensikapi terhadap mereka yang sudah sangat berlebihan yaitu menghina dan menistakan Nabi Shallahu alaihi wassalam.
Cherif Kouachi, Said Kouachi, dan Amedy Coulibaly, ketiganya menghentakan kesadaran Muslim, dan di tengah terlelapnya mereka yang sudah jatuh kepada materialisme Barat.
Materialisme Barat yang bersumber dari paganisme, yaitu Yahudi dan Nasrani, menyebabkan Muslim kehilangan ‘izzah’ (kemuliaan), dan menjadi lemah dan hina. Muslim di seluruh dunia, sudah kehilangan ruh Islam, dan tersungkur di telapak kaki perabadan materialisme. Materialisme telah meracuni seluruh rongga kehidupan Muslim di seluruh dunia.
Cherif Kouachi, Said Kouachi, dan Amedy Coulibaly, seperti ‘ledakan’ meteor yang sangat dahsyat, dan membuat semua peradaban Barat yang sudah mapan porak-poranda.
Ketiganya dengan keyakinan Islamnya berbuat yang sangat dramatik, sbagai bentuk ‘jual-beli’ antara diri mereka dengan Rabb mereka. Cherif Kouachi, Said Kouachi, dan Amedy Coulibaly telah menyerahkan seluruh jiwa dan raganya kepada Dzat yang sangat mereka cintai dan rindukan yaitu Allah Rabbul Alamin dan rasul-Nya.
Cherif Kouachi, Said Kouachi, dan Amedy Coulibaly, selalu merindukan keagungan wajah Rabbnya. Rabbul Alamin menjadi tujuan hidupnya, dan mati syahid menjadi cita-cita tertinggi mereka.
Karena itu, kematian membela Allah, Rasul, dan oranng-orang Mukmin, sebagai cita-cita tertinggi mereka. Karena itu, mereka tidak pernah memikirkan resiko yang akan dihadapinya. Hanya satu tujuan mereka, bagaimana bisa bertemu dengan Rabb mereka dengan bahagia.
Cherif Kouachi, Said Kouachi dan Amedy Coulibaly, bukan hanya membuat pusat-pusat kekuasaan dunia, Washington,  Paris, dan London menjadi terhenyak, dan sekarang negara Uni Eropa dan Amerika, termasuk negara-negara Arab, sibuk melakukan  kerjasama dan koalisi menghadapi terorisme.
Cherif Kouachi, Said Kouachi dan Amedy Coulibaly, membangkitkan ruh dan dhamir Muslim di seluruh dunia. Ruh  dan dhamir Muslim di seluruh dunia hidup dan bangkit.
Sesudah terjadinya serangan terhadap media Charlie Hebdo di Paris. Muslim  di seluruh dunia bangkit kembali, dan meninggalkan mimpi-mimpi mereka. Menghadapi realitas kehidupan yang sangat absurd di tengah kehidupan mereka, yaitu budaya materialisme.
Di Turki, puluhan ribu Muslim mulai dari ibukota Turki Ankara, Istambul, sampai kota-kota privinsi di Turki, semua melakukan aksi mengutuk Charlie Hebdo.
Di Pakistan ribuan Muslim di Karachi dan Islamabad mereka melaksanakan aksi menentang penghinaan terhadap Nabi oleh Charlie Hebdo.
Di Yordania, Gaza, Tepi Barat, Aljazair, Maroko, bahkan di Niger, gereja-gereja di bakar, pasca serangan terhadap Charlie Hebdo.
Tentu, yang paling menarik, di ibukota Chechnya, Grozni, berlangsung aksi menentang kartun Nabi Shallahu alaihi wassalam oleh ribuan Muslim Chechnya. Aksi demo menentang  Charlie Hebdo itu, berlangsung di depan Masjid Agung Grozni. Hadir Presiden Chechnya Kadyrov.
Ribuan orang yang berkumpul itu, meneriakan takbir ‘Allahu Akbar’, berulangkali, sambil mengucapkan kalimah thayyibah ‘la ilaha ilLah’. Sangat luar biasa. Padahal, Grozni belum lama pernah diratakan dengan tanah oleh rezim Moskow. Tapi, Islam terus bangkit, dan tetap  hidup di Chechnya.
Barangkali hanya di Jakarta yang sepi. Tak  ada suara apapun. Padahal  indonesia adalah negara muslim terbesar di dunia. Jumlah pemeluk agama Islam di Indonesia sekitar 216 juta jiwa atau 88% dari penduduk Indonesia. Juga memiliki jumlah masjid terbanyak dan Negara asal jamaah haji terbesar di dunia. Sebanyak 250 juta penduduk Indonesia, sebagian besar Muslim, tapi semuanya terlelap. Mereka sudah kehilangan ruh Islamnya. Tak lagi merasakan denyut kehidupan saudaranya di luar negaranya. Muslim di Indonesia sudah sangat  terlelap, akibat ikut meneriakan ‘salam dua jari’, dan sekarang mereka menikmati, yaitu kesengsaraan dan kehinaan. Tanpa kemuliaan dan izzah Islam.
Setiap tahun Muslim di Indonesia memperingati Maulid Nabi Shallahu’ alaihi wassalam. Selalu mereka melakukannya, dan itu sebagai bentuk cinta mereka kepada Nabi Shallahu alaihi wasssalam. Muslim Indonesia tak pernah terbetik di dalam hati mereka kemarahan, ketika Nabi dihina dan dinistakan oleh orang-orang kafir musyrik. Ruh Islam mereka sudah hilang dari dhamir mereka. Tak ada ghirah kecemburuan terhadap agamanya (Islam).
Peringatan Maulid Nabi, tak dapat membangkitkan ruh Islam, dan ghirah mereka. Umumnya, peringatan atau perayaan Maulid Nabi di Indonesia, hanya diisi ceramah, dan isinya penuh dengan lawakan, dan terkadang ada ungkapan yang ‘jorok’.
Selesai perayaan berlangsung makan nasi kebuli, dan penceramahnya sambil merokok, kemudian pulang mendapatkan ‘amplop’ jutaan rupiah. Begitulah Muslim Indonesia. Maka menjadi hina dina, tanpa kemuliaan, dan hidup dibawah telapak kaki kafir musyrik, serta tidak ada kemarahan, bahkan menerima dengan ridha. Wallahu’alam.

KH Ali Mustafa Yaqub: Jangan Cuma Gembar-gembor Cinta Nabi, Tapi Malah Lecehkan Nabi

KIBLAT.NET, Jakarta – Imam Besar Masjid Istiqlal KH Ali Mutafa Ya’qub mengatakan bahwa penghinaan terhadap Nabi terjadi karena umat Islam mencintai Nabi hanya sebatas slogan. Menurutnya wujud kecintaan kepada Nabi adalah dengan mengamalkan ajaran Nabi.
“Ini harus diambil hikmahnya. Mungkin kita hanya slogan-slogan saja cinta kepada Nabi, tapi tidak mengikuti petunjuk Nabi,” kata KH Ali Mustafa Ya’qub kepada Kiblat.net, Sabtu (24/01).
“Jangan-jangan kita cuma gembar-gembor cinta Nabi, tapi kita sendiri justru melecehkan Nabi,” imbuhnya.
Ulama mantan santri Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang ini kemudian menyoroti fenomena perayaan Maulid Nabi Muhammad yang dibarengi dengan musik. Padahal hal itu justru merupakan bentuk pelecehan terhadap Nabi, sebagaimana ditulis dalam kitab pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asy’ari. “KH Hasyim Asy’ari punya kitab At Tanbihat Al Wajibat. Disitu dikatakan oleh beliau bahwa menyelenggarakan Maulid Nabi dibarengi dengan kemungkaran, dibarengi dengan malahi, musik dan sebagainya, itu sudah pelecehan kepada nabi sendiri,” terangnya.
“Dan orang NU sendiri tidak pernah baca buku seperti itu. Coba tanya orang NU, yang baca kitab itu hampir tidak ada,” kata jebolan Fakultas Syariah Unversitas Hasyim Asy’ari itu.
Imam Besar Masjid Istiqlal ini juga menghimbau umat Islam untuk melakukan introspeksi. Dia juga mengajak agar mencintai Nabi tak hanya sebatas pembicaraan. “Kalau mencintai Nabi ya kita mengikuti Nabi. Perilaku kita mengikuti Nabi, bukan perilaku setan,” tegasnya.

Ayo Bermaulid 'Ala Nabi ...!

وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ؟ قَالَ: «ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ، وَيَوْمٌ بُعِثْتُ - أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ditanya tentang puasa hari senin, maka beliau menjawab : "Itu adalag hari aku dilahirkan, hari aku diutus sebagai nabi, dan hari diturunkan wahyu kepadaku" (HR Muslim no 1162)

Cara maulid Nabi yaitu :

1) dengan berpuasa sebagai bentuk bersyukur kpd Allah.
2) dilakukan setiap pekan bukan tiap tahun
3) gemar membaca Sirah Nabawiyah dari sumber/ periwayatan yang shahih (QS. al-Ahzab :21, Yusuf : 111, Ali Imran : 31, red lamurkha)
4) gemar menghafal dan mentadaburkan Al-Qur’an ( red lamurkha)
Namun cara maulid ala Nabi diganti dgn cara model sekarang ;
1)dengan bersenang-senang dengan menyediakan banyak makanan, bahkan ada yg mengadakan pawai dengan membuat patung-patungan hewan makhluk bernyawa. Sehingga banyak mubadzir
2) dilakukan setiap tahun
3)terkadang dibarengi dengan kemungkaran-kemungkaran seperti:
- musik-musikan/membakar petasan
- ikhtilat (bercampurnya) lelaki dan wanita, dll 
Apakah kita ingin mengganti cara maulid nabi dengan cara yang buruk?
أَتَسْتَبْدِلُونَ الَّذِي هُوَ أَدْنَىٰ بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ
"Maukah kalian mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik?"


Buat Apa Maulid, Kalau Kecintaan pada Rasul Tidak Tumbuh?

KIBLAT.NET, Jakarta – Minimnya reaksi umat Islam Indonesia terhadap penistaan Nabi Muhammad SAW oleh Majalah Charlie Hebdo, dinilai Sekjen MIUMI sebagai tanda bahaya.
Menurutnya, bukti cinta kepada Rasulullah adalah dengan pembelaan terhadap syiar-syiar kesucian Nabi SAW. “Indonesia ini kan mayoritas ya. Mayoritas ini kadang merasa dirinya sudah berislam, padahal dirinya sendiri sedang terkungkung,” kata Sekjen MIUMI Ustadz Bachtiar Nasir kepada Kiblat.net, beberapa waktu lalu.
“Bahaya ketika orang Islam tidak peduli tentang penistaan kepada Nabinya SAW. Orang-orang Indonesia yang tidak peduli pada urusan ini, kemungkinan bukan orang Islam. Hanya simpatisan orang Islam yang sholat,” ungkap dai muda yang akrab disapa UBN ini.
Menurut Ustadz Bachtiar Nasir, bukti cinta kepada Rasulullah adalah dengan pembelaan terhadap syiar-syiar kesucian Nabi SAW. Jika kesucian Nabi dihinakan, umat Islam harus membelanya. Dia kemudian menyebutkan sejumlah penghinaan terhadap simbol-simbol syiar nabi. Mulai dari bendera hitam yang dinistakan, stempel Nabi Muhammad SAW yang diidentikkan dengan teroris, sampai kepada sosok nabinya sendiri yang dinistakan.
“Buat apa kita bermaulid kalau pada akhirnya ghirah kecintaan kepada Rasul itu tidak tumbuh,” tegasnya.


SIYASAH
Charlie Hebdo; 
Al-Qaidah yang Tuntas dan Iran yang Omdo

KIBLAT.NET — Kebengalan Charlie Hebdo memang membuat amarah umat Islam memuncak. Tak jera diganjar serangan yang menewaskan Pimred beserta 11 orang lainnya, majalah itu kembali memuat kartun yang menyindir junjungan umat, Nabi Muhammad SAW.
Akibatnya, jutaan umat Islam tumpah ke jalan-jalan di berbagai negara meluapkan amarahnya. Demonstrasi mengecam kebengalan Charlie Hebdo ibarat gelinding bola salju. Makin lama makin besar. Puncaknya di Chechnya, ketika ratusan ribu umat Islam tumpah di jalan-jalan utama ibukota Grozny.

                                                                   
                             

Di sisi lain, fenomena kemarahan umat Islam ini menarik untuk dicermati. Terjadi secara serempak dan kolosal, menembus sekat-sekat negara dan bangsa. Bahkan gelombang kemarahan ini membungkam suara-suara miring sebagian tokoh umat Islam sendiri yang sebelumnya memandang negatif aksi Kouachi bersaudara tersebut.

Tanpa menafikan realitas Islamopobhia yang meningkat di Eropa, gerakan massal umat Islam di seluruh dunia—sekali lagi—menarik dicermati. Jarang sekali umat Islam bisa melakukan respon serempak menanggapi satu isu. Tragedi Suriah yang menguras darah, harta dan segalanya dari umat Islam saja tidak segegap gempita kasus Charlie Hebdo ini. Lalu, siapa aktor cerdik yang bermain di sini?
                                 
                                          Juru bicara AQAP, Syaikh Nashir bin Ali Al-Ansi.
                        Juru bicara AQAP, Syaikh Nashir bin Ali Al-Ansi
Secara resmi, belum ada pihak yang mengaku terlibat selain Al-Qaidah. Juru bicara Al-Qaidah cabang Jazirah Arab (AQAP), Nashir bin Al-Ansi  menjelaskan bahwa operasi itu diarahkan dan didanai langsung oleh komando Al-Qaidah. Itu semua demi memenuhi perintah Allah dan menolong Rasulullah. Hal itu juga telah diperintahkan langsung oleh orang nomor satu Al-Qaidah, Syaikh Aiman Az-Zawahiri.

Klaim ini memang masuk akal. Maret 2013, Majalah Inspire milik AQAP memajang foto Stephane Charbonnier, Pimred Charlie Hebdo sebagai daftar pencarian orang; hidup atau mati! Tak sampai dua tahun kemudian, tunai sudah janji AQAP. Ketuntasan janji tersebut ditambah timing dan sasaran yang tepat membuat Al-Qaidah layak diacungi jempol.

Tepat dan Terukur
Pemilihan Charlie Hebdo sebagai target serangan adalah sebuah keputusan brilian. Secara legal hukum Islam, dosa-dosa Charlie Hebdo tidak dapat diampuni. Hukuman bagi penghina Nabi adalah eksekusi mati, tanpa istitabah (diminta bertobat terlebih dahulu).
Sementara dari sisi lokasi, keberadaan Charlie Hebdo di Prancis (Eropa)—salah satu aliansi vital Amerika dalam perang melawan Islam, sangat strategis. Serangan itu memang menewaskan “hanya” dua belas orang. Tetapi telah menciptakan efek ketakutan luar biasa bagi seluruh penduduk Barat.
Efek tersebut timbul karena karakteristik Barat yang lebih memilih perang “hemat” nyawa ketimbang “boros” nyawa yang banyak dipraktikkan negara-negara Timur seperti Iran dan Rusia. Abdullah bin Muhammad, dalam Strategi Dua Lengan (Jazera, 2013) halaman 205 memberikan ilustrasi menarik.
                                 
                                   strategi 2 lengan

“Di negara-negara Barat, teror yang terjadi di wilayah dalam negeri mereka akan sangat berpengaruh terhadap ekonomi, keamanan, politik dan seluruh sektor lainnya. Peristiwa percobaan peledakan pesawat terbang di Detroit, Amerika adalah bukti nyata. Meskipun peledakan tersebut gagal, namun telah memaksa Barat merogoh 40 milyar USD untuk memperkuat sistem keamanan transportasi udara.”
Serangan tersebut juga disebut terukur, karena hanya menjatuhkan “korban seperlunya.” Sebagaimana diketahui, jatuhnya korban yang tidak perlu menjadi celah pengkritik untuk mendeligitimasi sebuah amaliyat jihad. Adapun korban Muslim bernama Ahmad Merabet (42) memang sulit dihindari. Sebab, sebagai seorang polisi, Merabet memang bertugas mencegah serangan tersebut.
Adegan “memukau” juga diperankan dengan baik oleh Kouachi bersaudara ketika berhadapan dengan kaum Hawa, Sigolene Vinson. Saat wanita penulis itu pasrah di bawah todongan moncong senjata, sang penodong malah menegaskan, “Saya tak akan membunuhmu karena kamu seorang perempuan dan kami tidak membunuh perempuan.”

Miftah Shira’
Ketepatan dalam memilih target sampai kematangan perencanaan membuahkan aksi yang tuntas. Ketuntasan itu tidak hanya berhenti pada tewasnya otak pelecehan kepada Nabi SAW di majalah Charlie Hebdo, tetapi berlanjut kepada efek lanjutan pasca serangan.
Selain menanamkan ketakutan kepada siapapun yang mencoba mengikuti jejak Charlie Hebdo dalam mempermainkan Nabi Muhammad SAW, aksi tersebut memancing majalah satire itu untuk mengulangi kebodohannya, dengan kembali mencetak karikatur serupa. Akibatnya, jutaan umat Islam bereaksi lebih besar daripada aksi pertama yang bersimpati kepada Kouachi bersaudara.
Di sini, Al-Qaidah berhasil menempukan miftah shira’ (key point, pemantik konflik) yang sangat efektif, karena mampu menggerakkan jutaan umat Islam sedunia untuk turut berpartisipasi. Sebagai catatan, aksi jutaan umat sebagaimana disebut di atas baru sebatas aksi demonstrasi di jalanan. Jumlahnya akan semakin meledak bila aksi-aksi di dunia maya juga dimasukkan dalam statistik.
                                        visipol

 Abu Mush’ab As-Suri dalam Visi Politik Gerakan Jihad (Jazera, 2010) menekankan miftah shira’ sebagai elemen penting dalamDakwah Muqawamah Islamiyah ‘Alamiyah. Ia menyebutnya sebagai salah satu unsur pembentuk “Mobilisasi, Pemantik Konflik dan Iklim Jihad” (hal 60). Dilihat dari perspektif proyek Dakwah Muqawamah yang digagas oleh Abu Mush’ab As-Suri, serangan terhadap Charlie Hebdo ini telah berhasil membuahkanMuqawamah Sya’biyah, salah satu bentuk dari sekian macamMuqawamah.

Panggung Opini Dunia
Namun, keberhasilan Al-Qaidah dalam aksi tersebut tidak terhenti pada Muqawamah Sya’biyah semata. Dengan Charlie Hebdo, panggung opini dunia memberikan ruang seluas-luasnya bagi organisasi yang dipimpin oleh Syaikh Aiman Al-Dzawahiri itu untuk menjelaskan logika aksi-aksinya.
Panggung pun semakin semarak, ketika “musuh” pun turut mengapresiasi. Presiden Liga Katolik Amerika, Bill Donohue dalam sebuah artikel yang berjudul “Muslim Berhak untuk Marah”, mengecam “intoleransi” yang diusung oleh Charlie Hebdo. Apalagi setelah berulang kali menggambarkan secara buruk sosok yang sangat dimuliakan umat Islam itu. Tak hanya itu. Paus Fransiskus pun turut memaklumi aksi menuntut balas tersebut. “Itu normal. Anda tidak boleh memprovokasi. Anda tidak boleh memperolok keyakinan orang lain,” katanya.

Tuntas vs Omdo
Penghinaan terhadap simbol-simbol Islam dan bagaimana kerasnya umat Islam bereaksi ini, mengingatkan kita kepada kejadian-kejadian sebelumnya. Salah satu yang cukup fenomenal adalah buku The Satanic Verses, karya Salman Rushdie pada tahun 1989. Atas kebejatannya itu, pemimpin Syiah sekaligus Presiden Iran saat itu, Khomeini pernah mengeluarkan fatwa hukuman mati atas Salman Rushdie.
26 tahun berlalu, namun Salman Rushdie tetap hidup dengan aman. Tak ada langkah kongkit Teheran untuk menuntaskan sesumbarnya itu. Paling banter, Khordad Foundation, sebuah yayasan keagamaan di Iran menaikkan harga kepala Salman dari 500 USD menjadi 3,3 juta USD, atau setara Rp. 31 miliar.
                                 iranvsaqap
Padahal, sebagai salah satu pilar kekuatan dunia, prestasi Iran sudah terbukti menyangga Presiden Suriah Bashar Ashad dari dahsyatnya serangan oposisi. Pada saat bersamaan, dengan dukungan Iran, hari ini kelompok Houtsi berhasil melakukan kudeta militer di Yaman.
Di balik kekuatan besar yang belum sanggup menuntaskan janjinya, publik pun bisa menilai: mana yang sungguh-sungguh tuntas membela kehormatan Islam, dan mana yang cuma pencitraan dan omong besar tapi kosong (omdo).
Tak salah bila kemudian congkaknya Salman Rushdie menanggapi ancaman mati tersebut sebagai sekadar retorika belaka, bukan aksi nyata.
Penulis: Hamdan
Orang beriman share informasi yang benar

Syarif Baraja: 
Menghina Nabi Tidak Ada Hukumannya? Enak Aja!

KIBLAT.NET, Jakarta — Asap pasca serangan kantor majalah Charlie Hebdo mengepul ke mana-mana. Tak terkecuali di dunia maya. Selain kecaman dan hujatan, tidak sedikit pula yang memuji aksi yang diduga kuat hukuman atas penghinaan Charlie Hebdo kepada Nabi Muhammad SAW melalui karikaturnya. Pro-kontra itu sendiri bahkan terjadi sesama akun tokoh dan pendakwah Islam.
Sebut saja misalnya akun @ShamsiAli2. Pria kelahiran Sulawesi yang kini tersohor sebagai dai di Amerika, terlibat adu argument dengan @syarifbaraja, mubaligh muda dengan lebih dari 30 ribu follower. @ShamsiAli2 mengecam aksi yang menewaskan 12 orang, termasuk penanggungjawab karikatur penghina Nabi SAW. Namun, @syarifbaraja mengingatkan, “Mencela Nabi SAW tidak ada hukumannya? Enak aja.”
      syarifenak
Menanggapi hal tersebut, @ShamsiAli2 mengatakan, “Cinta Nabi tdk dgn membunuh. Cinta nabi dg dakwah, bkn benci.” Tak hanya itu, dai yang pernah jalan bareng George W. Bush dalam safari doa di bekas reruntuhan gedung WTC itu menantang @syarifbaraja: “  Tunjukkan kapan nabi membunuh yg menghinanya?”
Syarif pun menjawab dengan memberikan contoh pada kasus pembunuhan Ka’ab bin Asyraf, laki-laki yang pernah menghina dan menyakiti Nabi SAW. “Nabi SAW menyuruh sahabat membunuh Ka’ab bin Asyraf. Nabi SAW yang mengucapkan itu, menyuruh membunuh Ka’ab bin Asyraf.”  Syarif menambahkan, “Nabi SAW tidak mengiqishash pembunuh budak yang memaki Nabi SAW.”
                         cuplikan twitwar

Namun, tetap saja @ShamsiAli2 berkilah “Yg pasti pembunuhan krn alasan seperti ini condemned…” Diskusi yang sebenarnya cukup menarik ini pun harus berakhir karena Shami mem-block akun @syarifbaraja. “Yah baru diskusi begini aja sudah diblock. :D Katanya toleransi dan bisa lapang dada dalam bertukar pikiran,” kicau Syarif. “Sama umat lain bisa toleransi dan senyum, sama sesama muslim malah alergi diskusi. Payah,” tambahnya.
Para netizen yang menyimak pun memberikan komentar beragam.  Misalnya @yefz_solihin yang berkata, “Diskusi selesai krn ketika ditunjukan dalil lalu ngeyel kemana mana.” @PejuangFaqir juga nimbrung, “Getol merayakan maulid, tapi diam ketika nabi dihina?” Di timeline selanjutnya, @syarifbaraja menjelaskan sikap Nabi SAW terhadap penghinaan. Bisa disimak di http://chirpstory.com/li/36781.

Penulis: Hamdan


Assalamu’alaikum...
Hanya ingin sekedar menuangkan ide yang ada di pikiran, hehe. Selamat menyimak ^^
Jika kita sering memperhatikan berbagai peristiwa aktual yang terjadi di sekitar kita, mungkin kita akan tahu bahwa akhir – akhir ini dunia sedang digemparkan oleh peristiwa Charlie Hebdo. Charlie Hebdo adalah sebuah kantor redaksi majalah yang berpusat di Perancis. Nah, yang membuat Charlie Hebdo itu terkenal di seluruh dunia karena redaksi majalah tersebut biasa menghasilkan karya yang aneh -_- yang berbeda dari karya – karya sewajarnya, dan karya – karya mereka seringkali mengundang kemarahan umat Islam di dunia. Mereka biasa menghasilkan karya karikatur Nabi Muhammad dengan memvisualisasikan Nabi Muhammad sebagai tokoh kartun komik, dsb. Astaghfirullahaladzim. Saya sendiri sebagai seorang Muslim juga tentu tidak terima atas perlakuan Charlie Hebdo kepada Nabi Muhammad SAW. Begitu juga dengan semua umat Islam yang masih waras, tentu akan marah jika mengetahui bahwa Nabi atau Junjungan kita, Rasulullah SAW dihina sedemikian rupa.

Sebenarnya saya sendiri tidak mempunyai andil yang besar dalam peristiwa tersebut. Saya hanyalah seorang pengamat, yang hanya sedikit mengambil peran sebagai seorang pemerhati masalah – masalah seperti itu. Menyikapi dan memberi solusi tentunya lebih baik daripada hanya duduk dan diam bukan? Saya berusaha untuk tidak menjadikan diri ini sebagai orang yang apatis, sehingga lama kelamaan hati akan menjadi keras karena kurangnya kesadaran akan masalah yang sedang terjadi. Naudzubillaah, jangan sampai ya ^^ hehe. Oke baiklah, kembali ke topik. Charlie Hebdo baru saja mengalami aksi teror yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mengaku diri mereka sebagai orang Islam. Aksi teror tersebut tidak tangggung – tanggung, sampai mengakibatkan 12 orang karyawan kantor majalah tersebut tewas.

Tentu saja dunia langsung mengecam peristiwa yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan Islam tersebut. Berbagai aksi kecaman datang dari seluruh penjuru dunia, sehingga mengakibatkan banyak media langsung memberitakan peristiwa itu dengan versi bahasa mereka. Sebagian besar masyarakat dunia langsung mengutuk tindakan penyerangan tersebut. Termasuk juga di Indonesia. Tidak sedikit orang yang langsung mengutuk tanpa melewati proses “wait and see” terlebih dahulu.

Jujur, saya memposisikan diri saya sebagai orang yang mendukung aksi penyerangan terhadap kantor majalah Charlie Hebdo itu. Saya juga tidak habis pikir kenapa banyak umat Muslim di Indonesia (di mana mayoritas nya adalah Muslim) senang memvonis dan senang menghakimi suatu hal yang secara logika, peristiwa tersebut “benar” untuk dilakukan.  Haloo, apa yang salah dengan aksi penyerangan itu? Kenapa harus dikutuk secara berlebihan? Bukannya menjadi kewajiban setiap Muslim untuk selalu membela Nabi Muhammad ketika Beliau dihina? Lantas apa yang salah dengan peristiwa penyerangan itu?

Jika dibilang peristiwa penyerangan tsb sebagai aksi yang keji, di mana letak kekejiannya? Aksi penyerangan itu belum sepadan dengan hinaan Charlie Hebdo yang secara terang – terangan jelas menghina seorang Nabi Muhammad SAW. Penghinaan tersebut sangat melukai perasaan mayoritas Muslim di dunia. Dan memang bahwa membunuh orang yang menghina Nabi itu jelas hukumnya dan sudah tertuang dalam hadits Nabi. Seperti yang saya kutip dari media Islampos tentang hukum membunuh penghina Nabi seperti berikut ini.

Ka’ab bin Al-Asyraf menghina Nabi Muhammad SAW, Nabi SAW bersabda, “Siapa yang mau membunuh Ka’ab bin Al-Asyraf? Sesungguhnya dia telah menyakiti Allah dan RasulNya.” Muhammad bin Maslamah berdiri dan berkata: “Wahai Rasulullah, apakah engkau suka jika aku membunuhnya?” Nabi SAW menjawab: “Ya.” Singkat cerita, Ka’ab bin Al-Asyraf pun dibunuh oleh Muhammad bin Maslamah. (Muttafaq ‘Alaih dari Jabir).

Bahwa memang jelas hukumnya membunuh orang yang berani menghina Nabi SAW, bahkan Nabi pun tanpa pikir panjang langsung menyetujui permintaan Muhammad bin Maslamah untuk membunuh Ka’ab bin Al-Asyraf karena telah menyakiti Allah dan RasulNya.

Kalau dibilang aksi penyerangan itu sebagai sikap fanatisme yang berlebihan, ya memang saya setuju dengan pendapat itu. Bukannya sudah menjadi suatu kewajiban  kita untuk selalu fanatik kepada Rasulullah sebagai salah satu wujud cinta kita kepadanya? Aksi penyerangan tersebut juga tidak akan terjadi,jika penghinaan kepada Nabi oleh Charlie Hebdo tidak dilakukan. Seharusnya pemerintah Perancis juga harus adil dalam hal ini. Jika Charlie Hebdo berdalih bahwa setiap orang bebas mengeluarkan pendapat dan berekspresi, tidak sewajarnya mengeluarkan pendapat dengan cara menghina Nabi Muhammad, karena sangat menciderai perasaan umat Muslim. Kalau ada aksi, tentu ada reaksi. Dan memang Pemerintah Perancis bisa dikatakan kurang peduli dalam menyikapi masalah tersebut. Seharusnya Pemerintah Perancis memikirkan dampak yang akan terjadi jika kantor redaksi Charlie Hebdo tetap beroperasi. Jika penghinaan kepada Nabi dilakukan hanya sekali, atau dua kali saya pikir masih bisa ditoleransi. Namun, Charlie Hebdo telah melakukannya dari dahulu hingga sekarang, sampai karya mereka pun tersebar di seluruh dunia. Saya masih ingat, berita Charlie Hebdo ini sudah muncul dari dulu, sejak saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar hingga saat ini. Saya juga berpikir bahwa aksi penyerangan tersebut merupakan wujud ketegasan sekelompok umat Muslim dalam membela Nabi SAW. Dan kita sebagai umat Muslim, yang tinggal di negara yang juga masyoritas Muslim, juga harus berpikir secara logis dan jernih, bahwa ketegasan dalam membela Agama Allah itu wajib hukumnya. 

Jika kita memang cinta kepada Allah dan RasulNya, lantas hal apa yang bisa kita lakukan di saat ada orang lain yang menghina Allah dan Rasulullah? Apakah hanya dengan duduk dan diam? Tentu saja tidak. Kita harus tegas menyatakan sikap, bahwa menghina Allah dan Rasulullah itu suatu perbuatan yang buruk. Lalu jika ditanya, Rasulullah saja ketika dihina beliau membalasnya dengan kebaikan, lalu kenapa Charlie Hebdo sampai diserang sedemikian brutalnya? Oke, memang perlu kita ketahui bahwa Rasulullah SAW merupakan manusia yang sangat mulia, Beliau membalas kejahatan yang dilakukan oleh orang kafir dengan kebaikan. Iya. Beliau adalah seorang Nabi, yang dianugerahi oleh Allah kesabaran yang luar biasa. Sedangkan kita, hanya manusia biasa bung! Malaikat Jibrilpun, ketika melihat Rasulullah didzalimi oleh kaum kafir, malaikat Jibril ingin melempar mereka (orang kafir) dengan sebuah gunung. Namun karena Nabi adalah manusia yang paling luar biasa kesabarannya, Beliau melarang Jibril untuk melakukan hal tersebut. Tidak sepantasnya kita yang hanya manusia biasa, disamakan kadar kesabarannya dengan kesabaran seorang Nabi. Ingat. Charlie Hebdo bukan hanya sekali, dua kali, atau tiga kali, menghina Rasulullah SAW, namun berkali – kali. Dengan adanya penyerangan tersebut, juga menyadarkan dunia, bahwa Islam adalah agama yang tegas muaranya jika ada suatu hal keburukan yang menimpa terhadap diri Rasulullah. Sadarlah wahai kaum Muslim semua!
                                   
                                  
Lantas bagaimana dengan Islamophobia yang muncul pasca Peristiwa Charlie Hebdo?

Tidak bisa dipungkiri memang, dampak yang ditimbulkan setelah peristiwa Charlie Hebdo ini. Sikap Islamophobia perlahan mulai muncul pada sebagian masyarakat Eropa, bahkan masyarakat dunia. Lantas bagaimana sikap yang benar untuk menangkal Islamophobia yang perlahan mulai muncul?

Sikap yang bisa kita lakukan, jelas, menyuarakan bahwa Islam adalah agama yang sangat indah jika dilihat dari perspektif yang berbeda. Islam sangat banyak memiliki sisi positif. Saat ini memang banyak  orang yang belum mengerti yang memandang Islam kebanyakan dari sisi negatifnya. Kita bisa menjelaskan berbagai keindahan yang ditawarkan oleh Islam. Bahwa Islam adalah agama yang sangat menghargai toleransi, sangat mengatur keberlangsungan hidup para umatnya supaya tetap dalam jalan yang benar, Islam sangat jelas mengatur hak dan kewajiban umatnya, dari hal kecil (misal menjaga kebersihan) hingga hal yang besar sampai urusan politik dan tata negara pun jelas diatur oleh Islam dalam ayat Al Quran. Islam juga telah banyak melahirkan ilmuwan – ilmuwan yang menjadi cikal bakal ilmuwan Eropa saat ini. Bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia ini, tidak terlepas dari peran umat Islam. Ada Ibnu Sina, Muhammad Al Khawarizmi, Ibnu Nafis, Al Biruni, serta tokoh – tokoh Islam lain yang menjadi kunci peradaban dunia. Ingat Muhammad Al Fatih? Beliau adalah seorang pemimpin yang berhasil mengalahkan Bangsa Romawi yang pada masa itu, adalah bangsa yang sangat kuat dan sulit terkalahkan. Namun Muhammad Al Fatih mampu menunjukkan kejayaan Islam dan menjadikan Islam unggul dalam segala bidang kehidupan. 

Nah, sekarang pertanyaannya, akankah masa – masa kejayaan Islam tersebut bisa terulang kembali? Saya yakin tentu sangat bisa. Dan hal tersebut kuncinya ada pada diri umat Islam sendiri. Kita harus tegas membedakan mana hal yang benar, mana yang salah. Saya yakin, jika memang umat Islam ingin berusaha menjadikan dirinya sebagai umat Islam yang kaffah (menyeluruh), niscaya Islam akan kembali menorehkan kejayaannya di dunia ini. Dimulai dari diri saya tentunya, dan diri kita semua. Jika kita memang belum bisa memberikan kontribusi yang besar bagi peradaban Islam saat ini, bisa dimulai dengan melakukan hal – hal kecil yang mengandung maslahat bagi banyak orang. Belajar ilmu agama dengan benar serta mengamalkannya, dan tidak lupa untuk mendakwahkannya kepada orang lain, menjadi suatu hal kecil yang suatu saat akan berdampak besar bagi kemajuan Islam. Biidznillah, cahaya Islam lama kelamaan akan muncul kembali, untuk menerangi cahaya dunia yang saat ini mulai meredup oleh kebaikan ^^
Semoga Allah selalu melindungi dan menjaga kita semua dalam jalan istiqomah. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb........

Aneh, Saat Rasulullah Dihina Diam Saja Giliran Si Penghina Diserang Pemerintah Ikut Mengutuk

Jakarta (SI Online) – Aneh tapi nyata, itulah pemerintah Indonesia. Saat Nabi Muhammad Saw, yang merupakan Nabi dan panutan mayoritas masyarakat Indonesia dihinakan oleh majalah satir asal Perancis, Chalie Hebdo, pemerintah diam saja, tak bereaksi. Tapi kini giliran kantor majalah tersebut diserang oleh orang tak dikenal, yang menewaskan pemrednya, pemerintah ikut-ikutan mengeluarkan kutukan.
“Pemerintah Indonesia mengucapkan belasungkawa yang sebesar-besarnya kepada pemerintah dan rakyat Perancis, khususnya terhadap keluarga para korban,” tulis Kementerian Luar Negeri RI dalam keterangan pers yang dikutip Tribunnews.com, Rabu (07/01 malam.
Dalam keterangan sama, Pemerintah Indonesia menegaskan bahwa tindak kekerasan apapun tidak dapat dibenarkan. Karena itu, Indonesia mendukung upaya Pemerintah Perancis menangkap dan mengadili para pelaku.
Sementara itu, dari hasil koordinasi dengan KBRI Paris, dijelaskan tidak ada korban warga negara Indonesia dalam tragedi tersebut. Meski demikian, Pemerintah Indonesia mengimbau kepada segenap WNI yang berada di Perancis untuk dapat menghindari tempat-tempat keramaian, dan menghubungi perwakilan Indonesia (KBRI Paris dan KJRI Marseille) yang berada di wilayah masing-masing sekiranya membutuhkan bantuan.
Sebelumnya, kantor majalah satir Prancis, Charlie Hebdo diserang orang tidak dikenal dan dikabarkan telah menewaskan 12 orang. Menurut saksi mata para pelaku yang menggunakan sebo alias penutup wajah juga menggunakan senapan AK47, ada juga laporan mereka menggunakan granat roket yang digunakan dalam serangan itu.
“Ada tembakan keras dan setidaknya satu ledakan,” kata seorang saksi mata. Ketika polisi tiba ada tembak-menembak massa. Orang-orang berhasil melarikan diri dengan mobil, mencuri mobil,” ujarnya seperti dikutip Daily Mail, Rabu(07/01).
Majalah mingguan satir tersebut sebelumnya menimbulkan kontroversi karena antara lain menerbitkan karikatur menghina Nabi Muhammad dan menjadikan nabi sebagai “pemimpin redaksi” pada November 2011. Sehari sesudahnya, kantor majalah diserang dengan bom molotov.
Dalam tweet terbaru Charlie Hebdo mengeluarkan kartun Abu Bakr al-Baghdadi, pemimpin Islamic State.
red: shodiq ramadhan, Kamis, 08/01/2015 06:25:30 | Dibaca : 2912
***   
{يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ } [التوبة: 73]
Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah jahannam. Dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya. [QS. At-Taubah: 73]
{بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا (138) الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا} [النساء: 138، 139]
Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih
(yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah [QS. An-Nisaa’: 138-139]
Baca juga :

Mengkritisi Fatwa Asy-Syaikh Shaalih Al-Fauzaan terkait Penghinaan kepada Nabi (?)