Monday, November 24, 2014

Kedustaan Syiah Terhadap Allah, Malaikat, Para Nabi dan Rasul


1) Salah seorang imam Syiah, Al-Majlisiy berkata: “Bab Mereka (Para Imam Syi’ah) Lebih Berilmu dariPara Nabi ‘alaihimussalam”[1]. Kemudian imam Syi’ah tersebut membawakan beberapa riwayat dusta:

Riwayat pertama:  

Abu Abdillah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Demi Tuhan Ka’bah ini –tiga kali- , seandainya aku berada di antara Musa dan Khidhir, sungguh aku akan memberitahukan pada mereka bahwa aku lebih berilmu dari mereka, aku akan menceritakan berita yang tidak mereka ketahui”[2]

Riwayat kedua:

Abu Abdillah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Demi Allah, tidaklah Adamdiciptakan Allah dengan tangan-Nya, tidak pula ditiupkan ruhnya, kecuali dengan kekuasaan Ali. Tidaklah Allah berbicara kepada Musa kecuali dengan kekuasaan Ali”[3]

Riwayat ketiga:

Amirul Mukminin radhiyallahu ‘anhu berkata: “Sesungguhnya Allah menunjukkan kekuasaanku kepada penduduk langit dan bumi, orang yang mengakui akan mengakuinya dan orang yang mengingkari akan mengingkarinya. Yunus mengingkarinya, sehingga ia dipenjarakan oleh Allah dalam perut ikan hingga ia mengakui kekuasaanku”[4]

Riwayat keempat:

Ketika Ayub ‘alaihissalam ragu terhadap kekuasaan Ali, Allah berfirman kepadanya: “Demi kemuliaanku, sungguh Aku akan memberikan siksaan padamu dengan azabku hingga engkau bertaubat kepada-Ku dengan taat kepada Amirul Mukminin”[5]


2) Al-Majlisiy berkata: “Bab Dikabulkannya Doa Para Nabi Disebabkan Oleh Tawassul dan Syafa’at Mereka (Para Imam Syi’ah)”. Ia kembali membawakan beberapa riwayat dusta:

Riwayat pertama:

Ar-Ridha ‘alaihissalam berkata: “Ketika Nuh hampir tenggelam, ia berdoa kepada Allah dengan hak kami (para imam Syi’ah), maka Allah menyelamatkannya dari tenggelam. Ketika Ibrahim dilemparkan dalam api, ia berdoa kepada Allah dengan hak kami (para imam Syi’ah), maka Allah jadikan api itu dingin dan menjadi sebab keselamatan. Sungguh ketika Musaingin membelah lautan menjadi jalan, ia berdoa kepada Allah dengan hak kami, maka Allah jadikan laut itu kering. Sungguh ketika orang-orang Yahudi akan membunuh Isa, ia berdoa kepada Allah dengan hak kami, maka Allah menyelematkannya dan mengangkat Isa kepada-Nya”[6]  

3) Al-Majlisiy berkata: “Bab Mereka (Para Imam Syi’ah) Mampu Untuk Menghidupkan Orang Mati…”, kemudian ia membawakan empat riwayat hadits.[7]

4) Al-Kulainiy berkata: “Para Imam (Syi’ah) ‘alaihimussalam Mengetahui Kapan Mereka Mati dan Mereka Tidak Mati Kecuali Atas Pilihan Mereka Sendiri”. Kemudian ia membawakan lima riwayat hadits.[8]

5) Salah seorang imam Syi’ah menulis di kitabnya: “Bab Seandainya Bukan Karena Amirul Mukminin, Niscaya Jibril Tidak Mengenal Tuhannya, Tidak Pula Mengenal Namanya Sendiri”[9]

6) Abdul Husain Al-Aminiy An-Najafiy berkata:  “Para Imam (Syi’ah) ‘alaihimussalam adalah anak-anak Allah dari keturunan Ali”[10]. Maha suci Allah dari perkaatan mereka yang keji.

Lalu apa bedanya Syi'ah dengan Kristen dan Yahudi? Bukankah orang-orang Kristen menyatakan bahwa Isa anak Allah, demikian pula orang-orang Yahudi menyatakan Uzair anak Allah!! Allah telah mengkafirkan mereka dengan sebab perkataan tersebut. Allah ta'ala berfirman:
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللّهِ وَقَالَتْ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُم بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِؤُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ. اتَّخَذُواْ أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَاباً مِّن دُونِ اللّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُواْ إِلاَّ لِيَعْبُدُواْ إِلَـهاً وَاحِداً لاَّ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Kaum Yahudi berkata, ‘Uzair adalah anak Allah.’ Itulah pernyataan mereka dengan lisan mereka yang menyerupai perkataan orang-orang kafir sebelumnya. Allah melaknat mereka. Oleh karena itu, kemana mereka itu dipalingkan? Mereka telah menjadikan pendeta dan ulama mereka sebagai sesembahan selain Allah, begitu pula terhadap Isa bin Maryam. Padahal mereka tidaklah diperintah kecuali suapaya hanya menyembah Tuhan Yang Esa, tidak ada tuhan kecuali Dia, Tuhan Yang Mahasuci dari perbuatan syirik mereka.” [QS. At-Taubah: 30-31]

7) Al-Kulainiy berkata: “Bab Para Imam (Syi’ah) ‘alaihimussalam Memiliki Seluruh Kitab Yang Diturunkan Allah dan Mereka Mengetahui Kitab-kitab Tersebut Dengan Berbagai Ragam Bahasa”. Lalu ia membawakan riwayat 
berikut:

Buraid bertanya kepada Abu Abdillah ‘alaihissalam: “Apakah engkau memilikiTaurat, Injil dan kitab-kitab para nabi?.” Ia menjawab: “Kitab-kitab itu berada di sisiku sebagai harta warisan dari para nabi. Kami membacanya sebagaimana para nabi membacanya, kami menyampaikannya sebagaimana para nabi menyampaikannya…”[11]

8) Al-Kulainiy berkata: “Bab Para Imam (Syi’ah) Mengetahui Seluruh Ilmu yang Diberikan Kepada Para Malaikat, Para Nabi dan Rasul”[12]

9) Seorang Imam Syi’ah Kontemporer, Al-Khumainiy berkata: “Sesungguhnya diantara pokok madzhab kami (Syi’ah) bahwa para imam kami memiliki kedudukan yang tidak dapat dicapai oleh malaikat yang didekatkan, tidak pula dapat dicapai oleh nabi yang diutus”.[13]

Sungguh tepat penilaian Al-Imam Asy-Syafi'i tentang mereka, beliaurahimahullah berkata:
لم أر أحدا أشهد بالزور من الرافضة

“Aku belum pernah melihat seorang yang lebih dusta dari (Syi'ah) Rafidhah" [As-Sunan Al-Kubra, 29/10]

Kedustaan mana lagi yang lebih besar dari apa yang mereka katakan? Apakah Anda masih ragu tentang kekafiran Syi’ah?

Sumber: Mukhtashar Su’al wa Jawab hal. 323-329

Ditulis oleh Abul-Harits di Madinah, 29 Muharram 1436
http://abul-harits.blogspot.com/2014/11/kedustaan-syiah-terhadap-allah-malaikat.html


[1] Bihaar Al-Anwaar, 26/196 karya Al-Majlisiy dan Ushuul Al-Kaafiy, 1/260-261 karya Al-Kulainiy
[2] idem
[3] BIhaar Al-Anwaar (26/294) dan (40/95)
[4] Bihaar Al-Anwaar (14/391) dan (26/282), Basha’ir Ad-Darajaat Al-Kubraa 
hal. 75
[5] Bihaar Al-Anwaar, 26/267, Kitab As-Saliim hal. 858, Al-Ikhtishaash hal. 250, Basha’ir Ad-Darajaat Al-Kubraa hal. 25-26, Kanzul Fawa’id hal. 264-265
[6] Bihaar Al-Anwaar (11/69) dan (26/325), Wasa’il Asy-Syi’ah (7/103), Al-Qashash hal. 105
[7] Bihaar Al-Anwaar (27/29-31), ‘Uyuun Al-Mu’jizaat hal. 17-32
[8] Ushuul Al-Kaafiy, 1/258-260
[9] Syarh Az-Ziyadah Al-Jami’ah Al-Kabirah, 2/371
[10] Al-Ghadiir, 1/214-216
[11] Ushuul Al-Kaafiy, 1/227
[12] Ushul Al-Kaafiy, 1/255
[13] Wilayatul Faqiih hal. 52, kitab ini telah dicetak pada tahun 1389


Thursday, November 6, 2014

Apakah Rasulullah SAW Sosok Pemimpin Gagal?


Bismillahirrahmaanirrahiim.
*) Baru-baru ini seorang pemimpin kaum paganis, yang biasa menjadikan Ali RA dan keturunannya sebagai sesembahan, menulis disertasi yang isinya mengkritik Rasulullah SAW sebagai pemimpin yang gagal. Dia nyatakan pendapatnya itu dalam sebuah diskusi bertajuk: “Revolusi Mental: Dari Ali Hingga Jokowi”.
*) Tapi sebenarnya, apa disertasi ini sudah selesai? Sudah bisa dilihat wujudnya sebagai sebuah disertasi? Nah, itu perlu ditanyakan juga. Karena sosok JR itu berkali-kali melakukan manipulasi ilmiah, tanpa sadar dan rasa malu sedikit pun. Seperti contoh, bertahun-tahun dia menyatakan diri sebagai “Profesor” padahal tidak ada institusi akademik resmi di negara kita yang member anugerah profesor kepadanya. Hal seperti ini kan cukup sebagai alasan bahwa yang bersangkutan sudah tidak layak berbicara dalam forum kejujuran dan ilmu.
*) Kami masih ingat, sekitar tahun 1991 ketika JR mengeluarkan buku provokatif, “Islam Aktual”. Waktu itu kami baru masuk sebuah fakultas di Universitas Brawijaya Malang. Senat mahasiswa di sana secara berani mengundang JR untuk berorasi dan diskusi ilmiah (dua sesi). Saat diskusi ilmiah dihadirkan tokoh ustadz dari Persis Bangil sebagai pembanding. Sang ustadz –dengan izin Allah- berhasil membongkar berbagai kekeliruan atau pemalsuan JR terkait riwayat-riwayat yang dia muat dalam bukunya. Ada kalanya dia menyembunyikan teks, ada kalanya memotong teks, ada kalanya menyebut riwayat palsu/lemah, dan sebagainya. Sampai puncaknya, JR mengaku: “Memang, saya bukan seorang ahli hadits.”
*) Bahkan wahai JR, menurut kami, Anda itu bukan ahli ilmu agama apapun. Anda hanyalah “ahli komunikasi” dan orang yang kenyang dengan skandal ilmiah. Keahlian agama apa yang diandalkan dari Anda? Fiqih, Tauhid, Tafsir, Sastra, Sirah, Fikrah Islami, atau apa? Bahkan komunikasi yang Anda lakukan pun sebagian besar berisi propaganda, untuk memasarkan akidah Syiah; bukan komunikasi untuk menjalin kerjasama, saling menghormati, bantu-membantu, atau menyayangi sesama insan.
*) Apa pembaca masih ingat ketika JR mengatakan kata-kata seperti ini: “Apa perlu kami pindahkan perang di Irak ke Indonesia ini?” Atau kata-kata, bahwa dia sudah rindu ingin mengalirkan darah untuk mencapai syahid bersama Imam Husein. Coba tanyakan ke para guru besar komunikasi di seluruh Indonesia, apakah kata-kata seperti itu termasuk gaya komunikasi beradab?
*) Kembali ke soal kritik JR ke Rasulullah SAW. Katanya, dia mengutip pendapat Arnold Toynbee ketika berbicara tentang kepemimpinan Rasulullah SAW. Toynbee antara lain mengatakan: “Ajaib, Muhammad adalah seorang yang cerdas dan seorang manajer yang brilian. Ternyata, dia tidak berhasil mengorganisasi masyarakat sesudahnya, karena dia tidak meninggalkan siapa pemimpin masyarakat sesudahnya. Dia pergi begitu saja, tanpa meninggalkan siapa yang dia amanati untuk memimpin masyarakat.” (Sumber:Syiahindonesia.com).
*) Jujur, kami malas membahas pemikiran orang ini, part to part. Sudah terlalu banyak reputasi negatif menyertai orang ini. Andaikan kita pandang pendapat dia layak sebagai sebuah topik diskusi; dia tak pantas masuk area penghargaan itu. Pengelabuan-pengelabuan ilmiah yang dia lakukan sudah terlalu banyak. Buku-buku yang dia tulis tak lepas dari distorsi dan penyesatan yang diulang terus-menerus. Nas’alullah al ‘afiyah minal fitnah wa ahliha.
*) Kalau kita tanyakan: “Wahai JR, apa tujuanmu menulis kritik semacam itu? Apa dirimu merasa lebih hebat dari Rasulullah SAW?” JR dan kawan-kawannya sudah gerilya memasarkan akidah Syiah Imamiyah sejak tahun 80-an. Kalau dihitung tahun, sampai kini sudah 30-an tahun mereka berjuang. Hasilnya apa? Apakah akidah Syiah Imamiyah berhasil menguasai Nusantara? Bandingkan dengan Rasulullah SAW. Tuntas beliau memimpin 23 tahun, di Makkah dan Madinah. Sebelum wafat, beliau sudah berhasil membebaskan Madinah, Makkah, dan kota-kota di sekitarnya. Beliau berhasil memukul mundur pasukan Romawi, berhasil menggulung kaum Yahudi, berhasil membersihkan ancaman kaum musyrikin (paganis), serta meletakkan fondasi peradaban Islam yang kokoh. Tidak lama setelah Nabi SAW wafat, hanya sekitar 10 tahun kemudian, Islam telah menguasai Jazirah Arab, Persia, Mesir, Syam, Asia Tengah, dan wilayah sekitarnya. Bandingkan dengan kepemimpinan JR di komunitas Syiah Imamiyah!
*) Mungkin orang berkata: “Bukankah penaklukan-penaklukan Islam terjadi setelah Nabi Muhammad wafat? Bukan di zaman beliau sendiri.” Kami jawab: “Bagaimana Khalifah sesudah Nabi SAW bisa menaklukkan negeri-negeri, jika tidak memiliki fondasi kuat yang telah ditinggalkan beliau? Lagi pula, para Khalifah itu kan kader-kader beliau sendiri yang dididik dengan tangan, sentuhan hati, dan keteladanan beliau. Justru ciri keagungan Kenabian Rasulullah SAW, beliau sepenuhnya bertugas MENYEMPURNAKAN RISALAH, bukan menaklukkan wilayah-wilayah. Nabi SAW berbeda dengan Sulaiman atau Dzulqarnain yang semasa hidupnya banyak menaklukkan kaum-kaum. Bila akhirnya beliau menaklukkan Makkah, karena kota tersebut sudah dijanjikan Allah akan jatuh ke tangan kaum Muslimin dan kota itu amat sangat penting artinya bagi masa depan kaum Muslimin.”
*) Bagaimana dengan kritik JR, bahwa kepemimpinan Nabi SAW gagal? Ya intinya, kata-kata ini dan semisalnya, adalah kata-kata yang hendak MELAWAN FIRMAN ALLAH. Allah SWT sudah menegaskan: “Laqad kaana lakum fi Rasulillahi uswatun hasanah, li man kaana yarjullaha wal yaumal akhira wa dzakarallaha katsira” (sungguh telah ada pada diri Rasulullah SAW itu suri teladan yang baik, bagi siapa yang mengharap perjuampaan dengan Allah dan Hari Akhirat, sedangkan dia banyak berdzikir mengingati Allah; Al Ahzab: 21).
*) Bagi orang beriman, Rasulullah SAW adalah sosok teladan ideal, paripurna, tiada cacat dan kelemahan. Termasuk dalam kepemimpinan beliau. Kalau ada orang yang meragukan itu, bahkan mengkritik dan mencela kemampuannya. Berarti yang bersangkutan bukan termasuk kaum yang “yarjullaha wal yaumal akhira”. Orang semacam apa itu? Ya tafsirkan saja sendiri.
*) Selanjutnya, kita bicara tentang poin inti pemikiran JR atau Toynbee, sebagaimana disebutkan di atas. Mari kita uji, benarkah tuduhan mereka bahwa Nabi SAW gagal mengorganisir masyarakat? Nas’alullah al ilma wal irsyad war rahmah.
# Apakah gara-gara tidak menunjuk pemimpin pengganti, seorang pemimpin disebut gagal? Ini adalah logika yang aneh, bahkan menjurus koplak. Mengapa? Anda lihat sendiri bagaimana Presiden Amerika, Perdana Menteri Jepang, atau Kanselir Jerman; apakah ketika mereka lengser, mereka lalu menunjuk seseorang untuk menggantikan dirinya? Apakah ketika mereka tidak menunjuk pemimpin pengganti, lalu dianggap kepemimpinan mereka sudah gagal?
## Di Korea Utara, pemimpin republik komunis Kim Il Tsung sebelum lengser dari jabatan, dia telah mempersiapkan putranya sebagai pengganti, Kim Jong Il. Setelah Kim Il Tsung mangkat, dia diganti putranya. Aneh sekali, negara republik tapi tatacara seperti kerajaan. Apa cara semacam itu yang diingkan oleh JR, Toynbee, dan kawan-kawan?
## Mengangkat pemimpin pengganti sebenarnya boleh saja, sebagaimana kebiasaan di negara-negara kerajaan. Tapi atas legalitas apa hal itu dilakukan oleh Nabi SAW? Apakah beliau ingin mewariskan tahta kepada anak-keturunannya, sedangkan sistem politik yang beliau tinggalkan bukanlah kerajaan? Andaikan beliau secara tegas menunjuk seseorang sebagai penggantinya; berarti hal itu akan menjadi SYARIAT yang diikuti oleh pemimpin-pemimpin setelah beliau. Tunjuk-menunjuk ini bisa berakibat konflik, jika mental masyarakat yang ada di sana tidak siap menerima titah penunjukan. Bukankah sudah sering terjadi, ketika seorang raja menunjuk pemimpin pengganti, hal itu tidak diterima oleh para pejabat di sekitarnya, lalu menimbulkan konflik.
## Jalan terbaik untuk suksesi kepemimpinan adalah MUSYAWARAH di antara manusia-manusia pilihan yang ada di sebuah negara. Inilah yang kerap disebut sebagai konsep Majelis Syura; atau ada juga yang menyebut musyarawah di antara dewan Ahlul Halli wal Aqdi. Dan hal itu pula yang ingin ditinggalkan oleh Nabi SAW kepada Ummatnya, yaitu musyawarah dalam segala urusan; apalagi menyangkut masa depan kepemimpinan. Dan faktanya, beliau berhasil meninggalkan akhlak musyawarah ini sehingga kemudian terpilih pemimpin terbaik penggantinya, Khalifah Abu Bakar RA.
## Nabi SAW telah menempuh jalan terbaik untuk memilih penggantinya. Beliau tidak “main tunjuk hidung”, tapi dengan memberi isyarat. Isyarat itu kemudian menjadi bahan bagi para Shahabat RA untuk memilih pengganti yang paling tepat. Isyarat beliau berikan ketika menunjuk Abu Bakar RA sebagai imam shalat jamaah menggantikan posisi beliau. Hasil akhir kepemimpinan tetap diputuskan dengan musyawarah; tapi Nabi SAW sudah mengarahkan agar nanti kaum Muslimin sangat memperhatikan kandidat yang beliau rekomendasikan. Bukankah ini adalah kebijakan politik yang luar biasa? Tidak memaksa Ummat, tapi juga tidak melepaskan mereka 100 %? Apakah nalar berpikir JR atau Toynbee sudah sejauh itu? Kalau sehari-hari yang dipikir “siapa nih giliran yang akan gue mut’ah”; ya tak akan sampai kepada kesimpulan seperti itu.
# Kalau Anda (pembaca) seorang manajer, atau seorang pemimpin, atau seorang komandan, atau seorang ayah, dan sebagainya; lalu Anda menjalankan kepemimpinan sekian lama. Apa indikasi kepemimpinan Anda dianggap berhasil? Setujukah Anda jika aspek KEMANDIRIAN adalah identifikasi bagus untuk melihat kualitas kepemimpinan Anda? Maksudnya begini friends, kalau Anda telah memimpin, lalu melihat orang-orang yang Anda pimpin ternyata sudah mandiri, dewasa, bisa inisiatif sendiri; itu tandanya kepemimpinan Anda sudah sukses. Jadi Anda berhasil memberdayakan orang-orang yang Anda pimpin. Bukan semodel kata-kata ini: “Gue lapor ustadz dulu. Saya nunggu titah, Pak Kyai. Kami menantikan arahan Bapak XXX, pemimpin kami, guru kami, yang kami cintai.” Kemandirian bawahan/pengikut merupakan bukti keberhasilan sang pemimpin. Dan Nabi SAW sudah membuktikan hal itu. Beliau meninggalkan Ummat dalam keadaan dewasa, kritis, mandiri. Ini merupakan bukti keberhasilan kepemimpinan Nabi SAW, bukan kegagalan.
Terus apa lagi ya, sebentar dipikir-pikir dulu… Setahu kami saat Khomeini wafat, dia juga tidak mengangkat pemimpin pengganti. Ali Khameini baru diputuskan kemudian menjadi pengganti Khomeini, setelah dia wafat. Termasuk presiden Iran saat lengser juga tidak menunjuk seseorang pengganti. Apa ada presiden Iran menunjuk presiden pengganti?
*) Sedkit kami singgung soal tuduhan JR bahwa Ummul Mukminin Aisyah RA sebagai sosok pencemburu, pembuat makar, penghina Nabi, dan seterusnya. Haduh, orang ini ya, kelakuan sangat berlebihan. Berulang-ulang JR ini bikin skandal ilmiah, sudah banyak dibantah dan dibongkar; masih saja terus memproduksi hal-hal semacam itu. Kok tidak malu ya? Anda itu punya kehormatan apa tidak sih, Pak JR? Sebagai manusia wajar, mbok ada rasa malu gitu lho. (Saking malunya diskusi tentang orang ini, kami sampai enggan menulis namanya. Malu boss menulis nama dia).
*) Sudahlah kami tak usah berpanjang-panjang komentar soal penghinaan atau tuduhan JR kepada Ummul Mukminin RA. Begini saja JR, ini sebuah test mudah buat kamu. Ummul Mukminin Aisyah RA itu hafal ratusan atau mungkin ribuan hadits Nabi SAW. Sekarang kamu wahai JR, coba ambil buku riwayat hadits versi Syiah Imamiyah yang paling favorit bagi kamu. Terus kamu ambil 20 teks riwayat dari buku itu. Jangan ambil riwayat dari Ahlus Sunnah, tapi dari rujukan Syiah saja. Setelah itu kamu hafalkan 20 riwayat hadits Syiah itu baik-baik. Selanjutnya kamu di-test kemampuan hafalanmu. Apakah kamu bisa menghafal 20 riwayat itu persis seperti tertera dalam buku kamu? Itu sajalah. Kalau kamu mampu lakukan itu, hafalanmu baru 20 riwayat. Sedangkan Ummul Mukminin RA ratusan, hingga ribuan riwayat. Tapi kalau kamu gagal hafal, sampai ada salah sedikit saja, tidak sesuai teks; berarti kamu ini termasuk tipe orang BIG MOUTH; kemampuan cethek tapi hendak mengkritik manusia-manusia agung. Oh ya, metode TEST HAFALAN ini bisa dipakai untuk membantah para penganut Syiah Imamiyah yang sok mengkritik para Shahabat Nabi dan isteri-isteri beliau RA. Kalau mereka mencela ini dan itu, coba tantang untuk test hafalan riwayat. Test hafalan ayat Al Qur’an juga boleh. Kalau mereka merasa lebih pintar dari Shahabat coba tanya, seberapa banyak mereka hafal hadits atau ayat Al Qur’an!
*) Mungkin kaum Syiah Imamiyah itu ingin membantah balik: “Kalau begitu Anda kaum Sunni juga harus ditest tentang riwayat-riwayat Sunni!” Jawab kita sederhana: “Kan kami tidak menghina para Shahabat RA. Kami tidak merasa lebih baik dari mereka, apalagi sampai mengkritik mereka. Tidak, kami bukan seperti itu. Test tersebut kan berlaku bagi orang-orang sok suci yang hendak mengkritik manusia-manusia besar. Buktikan kalau para pengeritik itu lebih pandai dari yang dia kritik!”
*) Demikian, semoga yang sedikit ini bermanfaat. Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, wa shallallah ‘ala Rasulillah Muhammad wa ‘ala azwajihi wa dzurriyatihi, wa ashabihil kiram ajma’in; wa ‘alaihim barakah wa salamah wa ‘afiyah. Matur nuwun.
https://abisyakir.wordpress.com/2014/11/05/apakah-rasulullah-saw-sosok-pemimpin-gagal/



Wednesday, November 5, 2014

Bukti : Pernyataan Ulama Syi’ah Bahwa Al-Qur’an Kaum Muslimin Tidak Otentik (From Shiah’s TV Channel)

Diposkan oleh Abu Al-Jauzaa' : di 13.31 
Label: Syi'ah

Ini adalah pernyataan dari Ayatullah (Dr.) Al-Qazwiiniy, salah seorang ulama besar Syi’ah yang sangat disegani saat ini, bahwasannya Al-Qur’an yang ada di tangan kaum muslimin tidak otentik. Menurutnya, firman Allah ta’ala :
إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ
“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing)” [QS. Aali 'Imraan : 33].
Menurutnya, yang benar adalah :

إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ وَآلَ مُحَمَّدٍِ عَلَى الْعَالَمِينَ
““Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim, keluarga Imran, dan keluarga Muhammad melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing)”.
Tambahan kalimat yang berwarna merah ini dihilangkan oleh para shahabatradliyallaahu ‘anhum – (dan ini adalah kedustaan yang sangat nyata !!).
Itulah yang dikatakan oleh Al-Qazwiiniy yang ia nisbatkan (secara dusta) kepada Ja'far Ash-Shaadiq rahimahullah, semoga Allah memberikan hidayah kepadanya. Dan inilah rekaman video yang memuat perkataannya itu :

Allah ta’ala berfirman :
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” [QS. Al-Hijr : 9].
Jika Anda tidak waspada, maka Anda akan digiring oleh pemahaman-pemahaman mereka, yang akhirnya (jika Anda membiarkan diri Anda larut dengan syubuhaat Syi’ah Raafidlah) - Anda akan mendustakan agama Islam dan membenarkan agama Syi’ah. Dan Syi’ah Raafidlah bukan Islam. Agama Syi’ah bukanlah agama yang dianut oleh Ahlul-Bait.
Wallaahul-musta’aan.
[abul-jauzaa’ – ngaglik, sleman, yogyakarta - 1432].

[http://abul-jauzaa.blogspot.com/2011/06/bukti-pernyataan-ulama-syiah-bahwa-al.html]

Sekali Lagi,.... Faathimah vs Abu Bakr (?)

Diposkan oleh Abu Al-Jauzaa' : di 23.17 
Label: HaditsSyi'ah
Permasalahan konflik Abu Bakr dan Faathimahradliyallaahu ‘anhumaa menjadi salah satu isu terpenting dari kalangan Syi’ah Raafidlah untuk menjajakan dagangan ‘aqidah. Sebenarnya, di blog ini telah menyinggung permasalahan tersebut pada artikel berjudul : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam Tidak MewariskanTanah Fadak kepada Faathimah. Namun kali ini, tema itu akan diulang dengan penekanan dan pembahasan berbeda, walau benang merah keduanya sama. Hadits yang akan dibicarakan adalah :

حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ صَالِحٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ أَخْبَرَنِي عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ أَنَّ عَائِشَةَ أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَخْبَرَتْهُ أَنَّ فَاطِمَةَ عَلَيْهَا السَّلَام ابْنَةَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَأَلَتْ أَبَا بَكْرٍ الصِّدِّيقَ بَعْدَ وَفَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَقْسِمَ لَهَا مِيرَاثَهَا مِمَّا تَرَكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِمَّا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَيْهِ فَقَالَ لَهَا أَبُو بَكْرٍ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا نُورَثُ مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌفَغَضِبَتْ فَاطِمَةُ بِنْتُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَهَجَرَتْ أَبَا بَكْرٍ فَلَمْ تَزَلْ مُهَاجِرَتَهُ حَتَّى تُوُفِّيَتْ وَعَاشَتْ بَعْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ قَالَتْ وَكَانَتْ فَاطِمَةُ تَسْأَلُ أَبَا بَكْرٍ نَصِيبَهَا مِمَّا تَرَكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ خَيْبَرَ وَفَدَكٍ وَصَدَقَتَهُ بِالْمَدِينَةِ فَأَبَى أَبُو بَكْرٍ عَلَيْهَا ذَلِكَ وَقَالَ لَسْتُ تَارِكًا شَيْئًا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْمَلُ بِهِ إِلَّا عَمِلْتُ بِهِ فَإِنِّي أَخْشَى إِنْ تَرَكْتُ شَيْئًا مِنْ أَمْرِهِ أَنْ أَزِيغَ فَأَمَّا صَدَقَتُهُ بِالْمَدِينَةِ فَدَفَعَهَا عُمَرُ إِلَى عَلِيٍّ وَعَبَّاسٍ وَأَمَّا خَيْبَرُ وَفَدَكٌ فَأَمْسَكَهَا عُمَرُ وَقَالَ هُمَا صَدَقَةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَتَا لِحُقُوقِهِ الَّتِي تَعْرُوهُ وَنَوَائِبِهِ وَأَمْرُهُمَا إِلَى مَنْ وَلِيَ الْأَمْرَ قَالَ فَهُمَا عَلَى ذَلِكَ إِلَى الْيَوْمِ
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul-‘Aziiz bin ‘Abdillah : Telah menceritakan kepada kami Ibraahiim bin Sa’d, dari Shaalih, dari Ibnu Syihaab, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku ‘Urwah bin Az-Zubair : Bahwasannya ‘Aaisyah ummul-mukminiin radliyallaahu ‘anhaa telah mengkhabarkannya : Faathimah ‘alaihis-salaam putri Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah meminta kepada Abu Bakr Ash-Shiddiq setelah wafatnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam agar membagi untuknya bagian harta warisan yang ditinggalkan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dari harta fa'i yang Allah karuniakan kepada beliau. Abu Bakr berkata kepadanya : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda :‘Kami tidak mewariskan dan apa yang kami tinggalkan semuanya sebagai shadaqah’. Faathimah bintu Rasulullahshallallaahu ‘alaihi wa sallam pun marah dan kemudian meng-hajr Abu Bakr. Ia terus dalam keadaan seperti itu hingga wafat. Dan ia hidup selama enam bulan sepeninggal Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. 'Aisyah radliyallaahu ‘anhaa berkata : "Fathimah pernah meminta Abu Bakr bagian dari harta yang ditinggalkan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam berupa tanah di Khaibar dan di Fadak (nama tempat, dekat Madinah) dan shadaqah beliau di Madinah namun Abu Bakr mengabaikannya dan berkata : "Aku tidak akan meninggalkan sedikitpun sesuatu yang pernah dikerjakan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melainkan akan aku kerjakan. Sungguh aku takut menjadi sesat jika meninggalkan apa yang diperintahkan beliau. Adapun shadaqah beliau di Madinah telah diberikan oleh 'Umar kepada 'Ali dan 'Abbas, sementara tanah di Khaibar dan Fadak telah dipertahankan oleh 'Umar dan mengatakannya bahwa keduanya adalah shadaqah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang hak-haknya akan diberikan kepada yang mengurus dan mendiaminya sedangkan urusannya berada di bawah keputusan pemimpin". Perawi berkata : "Dan keadaannya tetap seperti itu hingga hari ini" [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 3092-3093].
Di sini akan dibahas seputar lafadh yang dicetak tebal (bold) dalam riwayat di atas. Lafadh tersebut dibawakan semuanya berasal dari Ibnu Syihaab Az-Zuhriy, dari ‘Urwah bin Az-Zubair, dari ‘Aaisyah radliyallaahu ‘anhaa; yang terdiri dari beberapa jalan, yaitu :
1.     Riwayat Syu’aib bin Abi Hamzah, dari Az-Zuhriy.
Syu’aib bin Abi Hamzah Diinaar Al-Qurasyiy, Abu Bisyr Al-Himshiy; seorang yangtsiqah lagi ‘aabid, dan menurut Ibnu Ma’iin : ‘Termasuk orang yang paling tsabt dalam hadits Az-Zuhriy’. Termasuk thabaqah ke-7, wafat tahun 162 H atau setelahnya. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 437 no. 2813].
Diriwayatkan oleh Ibnu Hibbaan[1] 11/152-154 no. 4823 (dari ‘Utsmaan bin Sa’iid), Al-Baihaqiy dalam Al-Kubraa[2] 6/300 no. 12733 dan dalam Ad-Dalaail[3] 7/279 (dari Abul-Yamaan), dan Ath-Thabaraaniy[4] dalam Asy-Syaamiyyiin 4/198-199 no. 3097 (dari Abul-Yamaan)  – dengan menyebut lafadh kemarahan Faathimah :
قَالَتْ عَائِشَةُ: فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " لا نُورَثُ، مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ "، إِنَّمَا كَانَ يَأْكُلُ آلُ مُحَمَّدٍ مِنْ هَذَا الْمَالِ يَعْنِي مَالَ اللَّهِ لَيْسَ لَهُمْ أَنْ يَزِيدُوا عَلَى الْمَأْكَلِ، وَإِنِّي وَاللَّهِ لا أُغَيِّرُ صَدَقَاتِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ حَالِهَا الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهَا فِي عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلأَعْمَلَنَّ فِيهَا بِمَا عَمِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيهَا، فَأَبَى أَبُو بَكْرٍ أَنْ يَدْفَعَ إِلَى فَاطِمَةَ مِنْهَا شَيْئًا، فَوَجَدَتْ فَاطِمَةَ عَلَى أَبِي بَكْرٍ فِي ذَلِكَ، فَهَجَرَتْهُ، فَلَمْ تُكَلِّمْهُ حَتَّى مَاتَتْ، وَعَاشَتْ بَعْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ......
...... ‘Aaisyah berkata : Lalu Abu Bakr berkata : “Sesungguhnya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda : ‘Kami tidak diwarisi dan semua yang kami tinggalkan adalah shadaqah’. Dan hanyalah keluarga Muhammad makan dari harta ini – yaitu harta Allah yang tidak ada tambahan bagi mereka selain dari yang dimakan. Dan sesungguhnya aku, demi Allah, tidak akan mengubah shadaqah-shadaqah Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dari keadaan semua yang ada di jaman Nabi shallallaahu ‘alahi wa sallam. Dan sungguh aku memperlakukan shadaqah tersebut seperti yang dilakukan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam padanya”. Maka Abu Bakr enggan memberikan harta peninggalan tersebut sedikitpun pada Faathimah. Faathimah pun marah kepada Abu Bakr tentang hal itu, lalu ia pun meng-hajr-nya dan tidak mengajaknya bicara hingga wafat. Dan Faathimah hidup setelah wafatnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam selama enam bulan....” [lafadh milik Ath-Thabaraaniy].
Sanad riwayat ini shahih.
Abul-Yamaan namanya adalah : Al-Hakam bin Naafi’ Al-Bahraaniy Al-Himshiy; seorang yang tsiqah lagi tsabat. Termasuk thabaqah ke-10, dan wafat tahun 221 H/222 H dalam usia 83 tahun. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 264 no. 1472]
‘Utsmaan bin Sa’iid bin Katsiir bin Diinaar Al-Qurasyiy, Abu ‘Amru Al-Himshiy; seorang yang tsiqah. Termasuk thabaqah ke-9, dan wafat tahun 209 H. Dipakai oleh Abu Daawud, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 663 no. 4504].
Al-Bukhaariy dalam Al-Ausath 1/114 no. 93 membawakan riwayat yang menyebutkan lafadh masa hidup Faathimah setelah wafatnya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam selama enam bulan bukan bagian dari lafadh perkataan ‘Aaisyah :
حَدَّثَنَا محمد قال: حَدَّثَنَا أبو اليمان قال: أخبرنا شعيب، عن الزهري قال: أخبرني عروة بْن الزبير، عن عائشة....فذكر الحديث، وقال: وعاشت فاطمة بعد النبي صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ ستة أشهر ودفنها علي.
Telah menceritakan kepada kami Muhammad, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Abul-Yamaan, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Syu’aib, dari Az-Zuhriy, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepadaku ‘Urwah bin Az-Zubair, dari ‘Aaisyah,... lalu ia menyebutkan hadits. Dan perawi (laki-laki) berkata :“Dan Faathimah hidup sepeninggal Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam selama enam bulan, dan kemudian wafat, dikuburkan oleh ‘Aliy” [selesai].
Dari sini dapat diketahui bahwa lafadh wa ‘aasyat Faathimah ba’da An-Nabiy... dst. dari jalur Syu’aib bin Abi Hamzah dari Az-Zuhriy, merupakan idraaj (sisipan) dari perawi sebelum ‘Aaisyah.
2.     Riwayat Shaalih bin Kaisaan, dari Az-Zuhriy.
Shaalih bin Kaisaan Al-Madaniy Ad-Dausiy, Abu Muhammad/Al-Haarits; seorang yang tsiqahtsabat, lagi faqiih. Termasuk thabaqah ke-4, wafat setelah tahun 130 H atau setelah tahun 140 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 447 no. 2900].
Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy[5] no. 3092-3093, Ibnu Sa’d[6] dalam Ath-Thabaqaat 8/256-257, dan Al-Baihaqiy[7] dalam Al-Kubraa 6/300-301 no. 12734; semuanya dari jalan Ibraahiim bin Sa’d, dari Shaalih, dari Az-Zuhriy – dengan menyebutkan lafadh kemarahan Faathimah :
أَنَّ عَائِشَةَ أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، أَخْبَرَتْهُ أَنَّ فَاطِمَةَ عَلَيْهَا السَّلَام ابْنَةَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ سَأَلَتْ أَبَا بَكْرٍ الصِّدِّيقَ بَعْدَ وَفَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَقْسِمَ لَهَا مِيرَاثَهَا مِمَّا تَرَكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ مِمَّا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَيْهِ، فَقَالَ لَهَا أَبُو بَكْرٍ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَا نُورَثُ مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ فَغَضِبَتْ فَاطِمَةُ بِنْتُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ فَهَجَرَتْ أَبَا بَكْرٍ، فَلَمْ تَزَلْ مُهَاجِرَتَهُ حَتَّى تُوُفِّيَتْ وَعَاشَتْ بَعْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ،.......
“.....Bahwasannya ‘Aaisyah Ummul-Mukminiin radliyallaahu ‘anhaa telah mengkhabarkan kepadanya (‘Urwah) bahwa Faathimah ‘alaihas-salaam puteri Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah meminta kepada Abu Bakr setelah wafatnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam untuk membagi untuknya harta warisan yang ditinggalkan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dari harta fai’. Maka Abu Bakr berkata kepadanya : “Sesungguhnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda : ‘Kami tidak diwarisi dan semua yang kami tinggalkan adalah shadaqah”. Faathimah bintu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pun marah dan kemudian meng-hajr Abu Bakr. Ia terus dalam keadaan seperti itu hingga wafat. Dan ia hidup selama enam bulan sepeninggal Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.....” [lafadh milik Al-Bukhaariy].
Ibraahiim bin Sa’d bin Ibraahiim bin ‘Abdirrahmaan bin ‘Auf Al-Qurasyiy Az-Zuhriy, Abu Ishaaq Al-Madaniy; seorang yang tsiqah lagi hujjah. Termasuk thabaqah ke-8, lahir tahun 108 H, dan wafat tahun 182 H/183 H/184 H/185 H). Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 108 no. 179].
Diriwayatkan juga oleh Muslim[8] no. 1758 (54), Ahmad[9] dalam Al-Musnad 1/6 no. 25 (dari Ibraahiim bin Sa’d), dan Abu ‘Awaanah[10] dalam Al-Mustakhraj 4/250 no. 6677; semuanya dari jalan Ibraahiim bin Sa’d, dari Shaalih, dari Az-Zuhriy – yang menyebutkan lafadh masa hidup Faathimah setelah wafatnya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam selama enam bulan bukan bagian dari lafadh ‘Aaisyah :
أَنَّ عَائِشَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ أَخْبَرَتْهُ: أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ سَأَلَتْ أَبَا بَكْرٍ بَعْدَ وَفَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَقْسِمَ لَهَا مِيرَاثَهَا مِمَّا تَرَكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ مِمَّا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَيْهِ، فَقَالَ لَهَا أَبُو بَكْرٍ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَا نُورَثُ مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ  قَالَ: وَعَاشَتْ بَعْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ،......
Bahwasannya ‘Aaisyah istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah mengkhabarkan kepadanya (‘Urwah) : Bahwa Faathimah bintu Rasulillah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah meminta kepada Abu Bakr setelah wafatnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam untuk membagi untuknya harta warisan yang ditinggalkan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dari harta fai’. Maka Abu Bakr berkata kepadanya : “Sesungguhnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda : ‘Kami tidak diwarisi dan semua yang kami tinggalkan adalah shadaqah”.Perawi (laki-laki) berkata : “Dan ia (Faathimah) hidup selama enam bulan sepeninggal Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.....” [lafadh milik Muslim].
Dari sini dapat diketahui bahwa lafadh wa ‘aasyat Faathimah ba’da An-Nabiy... dst. dari jalur Shaalih bin Kaisaan dari Az-Zuhriy, merupakan idraaj (sisipan) dari perawi sebelum ‘Aaisyah.
3.     Riwayat ‘Uqail bin Khaalid, dari Az-Zuhriy.
‘Uqail bin Khaalid bin ‘Uqail Al-Ailiy, Abu Khaalid Al-Umawiy; seorang yang tsiqah lagi tsabat. Termasuk thabaqah ke-6, wafat tahun 144 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 687 no. 4699].
Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy[11] no. 4240-4241, Ahmad[12] 1/9-10 no. 55, Ath-Thahawiy[13] dalam Syarh Musykiilil-Aatsaar no. 143, dan Ibnu Hibbaan[14]14/573-574 no. 6607; semuanya dari Al-Laits bin Sa’d – dengan menyebutkan lafadh kemarahan Faathimah :
عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّ فَاطِمَةَ عَلَيْهَا السَّلَام بِنْتَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ أَرْسَلَتْ إِلَى أَبِي بَكْرٍ تَسْأَلُهُ مِيرَاثَهَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ مِمَّا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَيْهِ بِالْمَدِينَةِ، وَفَدَكٍ وَمَا بَقِيَ مِنْ خُمُسِ خَيْبَرَ، فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " لَا نُورَثُ مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ، إِنَّمَا يَأْكُلُ آلُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ فِي هَذَا الْمَالِ، وَإِنِّي وَاللَّهِ لَا أُغَيِّرُ شَيْئًا مِنْ صَدَقَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ عَنْ حَالِهَا الَّتِي كَانَ عَلَيْهَا فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَلَأَعْمَلَنَّ فِيهَا بِمَا عَمِلَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ فَأَبَى أَبُو بَكْرٍ أَنْ يَدْفَعَ إِلَى فَاطِمَةَ مِنْهَا شَيْئًا، فَوَجَدَتْ فَاطِمَةُ عَلَى أَبِي بَكْرٍ فِي ذَلِكَ فَهَجَرَتْهُ، فَلَمْ تُكَلِّمْهُ حَتَّى تُوُفِّيَتْ، وَعَاشَتْ بَعْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ........
Dari ‘Aaisyah : Bahwasannya Faathimah ‘alaihas-salaam bintu Rasulillah shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengutus utusan kepada Abu Bakr untuk meminta kepadanya bagian harta warisan dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dari harta fai’ di Madinah, Fadak, dan sisa harta khumus Khaibar. Maka Abu Bakr berkata : “Sesungguhnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda : ‘Kami tidak diwarisi dan semua yang kami tinggalkan adalah shadaqah’. Hanyalah keluarga Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam makan dari harta ini. Dan sesungguhnya aku – demi Allah – tidak akan mengubah sedikitpun shadaqah Rasulullahshallallaahu ‘alaihi wa sallam dari keadaan yang ada di jaman Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Dan sungguh aku akan memperlakukan shadaqah tersebut sesuai dengan apa yang dilakukan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam padanya”. Maka Abu Bakr pun enggan memberikan harta peninggalan tersebut sedikitpun kepada Faathimah. Faathimah pun marah kepada Abu Bakr dan meng-hajr-nya. Ia tidak berbicara kepada Abu Bakr hingga wafat. Dan ia hidup selama enam bulan setelah wafatnya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.....” [lafadh milik Al-Bukhaariy].
Diriwayatkan juga oleh Muslim[15] no. 1759 (52) : Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Raafi’ : Telah mengkhabarkan kepada kami Hujain : Telah menceritakan kepada kami Laits, dari ‘Uqail, dari Ibnu Syihaab – yang menyebutkan lafadh Faathimah yang meng-hajr Abu Bakr radliyallaahu ‘anhumaahingga wafat bukan bagian dari lafadh ‘Aaisyah :
......فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَا نُورَثُ مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ "، إِنَّمَا يَأْكُلُ آلُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي هَذَا الْمَالِ، وَإِنِّي وَاللَّهِ لَا أُغَيِّرُ شَيْئًا مِنْ صَدَقَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ حَالِهَا، الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهَا فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَأَعْمَلَنَّ فِيهَا بِمَا عَمِلَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَبَى أَبُو بَكْرٍ أَنْ يَدْفَعَ إِلَى فَاطِمَةَ شَيْئًا، فَوَجَدَتْ فَاطِمَةُ عَلَى أَبِي بَكْرٍ فِي ذَلِكَ، قَالَ:فَهَجَرَتْهُ فَلَمْ تُكَلِّمْهُ حَتَّى تُوُفِّيَتْ وَعَاشَتْ بَعْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ......
Maka Abu Bakr berkata : “Sesungguhnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallampernah bersabda : ‘Kami tidak diwarisi dan semua yang kami tinggalkan adalah shadaqah’. Hanyalah keluarga Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam makan dari harta ini. Dan sesungguhnya aku – demi Allah – tidak akan mengubah sedikitpun shadaqah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dari keadaan yang ada di jaman Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Dan sungguh aku akan memperlakukan shadaqah tersebut sesuai dengan apa yang dilakukan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam padanya”. Maka Abu Bakr pun enggan memberikan harta peninggalan tersebut sedikitpun kepada Faathimah. Faathimah pun marah kepada Abu Bakr karenanya. Perawi (laki-laki) berkata : “Ia meng-hajr Abu Bakr dan tidak berbicara kepadanya hingga wafat. Dan ia hidup selama enam bulan setelah wafatnya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.....” [selesai].
Hujain bin Al-Mutsannaa Al-Yamaamiy; seorang yang tsiqah. Termasuk thabaqahke-9, dan wafat tahun 205 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, dan An-Nasaa’iy [Taqriibut-Tahdziib, hal. 226 no. 1158].
Muhammad bin Raafi’ bin Abi Zaid Saabuur Al-Qusyairiy, Abu ‘Abdillah An-Naisaabuuriy Az-Zaahid; seorang yang tsiqah lagi ‘aabid. Termasuk thabaqah ke-11, dan wafat tahun 245 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, dan An-Nasaa’iy [Taqriibut-Tahdziib, hal. 844 no. 5913].
Dari sini dapat diketahui bahwa lafadh hajr Faathimah terhadap Abu Bakr hingga wafat dari jalur ‘Uqail bin Khaalid dari Az-Zuhriy, merupakan idraaj (sisipan) dari perawi sebelum ‘Aaisyah.
4.     Riwayat Ma’mar bin Raasyid, dari Az-Zuhriy.
Ma’mar bin Raasyid Al-Azdiy, Abu ‘Urwah Al-Bashriy; seorang yang tsiqahtsabat, lagi faadlil. Termasuk thabaqah ke-7, wafat tahun 154 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 961 no. 6857].
Ada beberapa jalan, yaitu dari :
a.      Hisyaam bin Yuusuf.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy[16] no. 6725-6726 dari jalan ‘Abdullah bin Muhammad : Telah menceritakan kepada kami Hisyaam : Telah mengkhabarkan kepada kami Ma’mar, dari Az-Zuhriy – yang menyebutkan lafadh Faathimah yang meng-hajr Abu Bakr radliyallaahu ‘anhumaa hingga wafat bukan bagian dari lafadh ‘Aaisyah :
.....فَقَالَ لَهُمَا أَبُو بَكْرٍ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " لَا نُورَثُ مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ، إِنَّمَا يَأْكُلُ آلُ مُحَمَّدٍ مِنْ هَذَا الْمَالِ، قَالَ أَبُو بَكْرٍ: وَاللَّهِ لَا أَدَعُ أَمْرًا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُهُ فِيهِ إِلَّا صَنَعْتُهُ، قَالَ: فَهَجَرَتْهُ فَاطِمَةُ فَلَمْ تُكَلِّمْهُ حَتَّى مَاتَتْ "
..... Maka Abu Bakr berkata kepada keduanya : “Aku mendengar Rasulullahshallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Kami tidak diwarisi dan semua yang kami tinggalkan adalah shadaqah’. Dan hanyalah keluarga Muhammad makan dari harta ini”. Perawi (laki-laki) berkata : “Lalu Faathimah meng­hajr Abu Bakr dan tidak berbicara dengannya hingga wafat” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 6725].
‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdullah bin Ja’far Al-Ju’fiy, Abu Ja’far Al-Bukhaariy – terkenal dengan nama Al-Musnadiy; seorang yang tsiqah lagihaafidh. Termasuk thabaqah ke-10, dan wafat tahun 229 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy dan At-Tirmidziy [Taqriibut-Tahdziib, hal. 542 no. 3610].
Hisyaam bin Yuusuf Ash-Shan’aaniy, Abu ‘Abdirrahmaan Al-Abnaawiy Al-Qaadliy; seorang yang tsiqah. Termasuk thabaqah ke-9, dan wafat tahun 197 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. no. 1023 no. 7359].
b.      ‘Abdurrazzaaq bin Hammaam Ash-Shan’aaniy.
Abdurrazzaaq bin Hammaam bin Naafi’ Al-Humairiy Al-Yamaaniy, Abu Bakr Ash-Shan’aaniy; seorang tsiqah, haafidh, penulis terkenal, namun kemudian mengalami kebutaan sehingga berubah hapalannya di akhir usianya. Termasukthabaqah ke-9, lahir tahun 126, dan wafat tahun 211 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, At-Tirmidziy, dan An-Nasaa’iy [Taqriibut-Tahdziib, hal. 607 no. 4092].
Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaaq[17] dalam Al-Mushannaf 5/472-474 no. 9774, dan dari jalannya Muslim[18] no. 1759 (53) (dari Ishaaq bin Ibraahiim, Muhammad bin Raafi’, dan ‘Abd bin Humaid), Ath-Thabariy[19] dalam At-Taariikh no. 935 (dari Abu Shaalih Adl-Dliraariy), Abu ‘Awaanah[20] dalam Al-Mustakhraj no. 6679 (dari Adz-Dzuhliy, Muhammad bin ‘Aliy Ash-Shan’aniy, dan Ad-Dabariy), dan Al-Baihaqiy[21] dalam Al-Kubraa 6/300 no. 12732 (dari Ahmad bin Manshuur) – yang menyebutkan lafadh Faathimah marah dan meng-hajr Abu Bakr radliyallaahu ‘anhumaa hingga wafat bukan bagian dari lafadh ‘Aaisyah :
......فَقَالَ لَهُمَا أَبُو بَكْرٍ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: لا نُورَثُ، مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ،إِنَّمَا يَأْكُلُ آلُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ هَذَا الْمَالِ، وَإِنِّي وَاللَّهِ لا أَدَعُ أَمْرًا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُهُ، إِلا صَنَعْتُهُ، قَالَ: فَهَجَرَتْهُ فَاطِمَةُ، فَلَمْ تُكَلِّمْهُ فِي ذَلِكَ حَتَّى مَاتَتْ........
..... Maka Abu Bakr berkata kepada keduanya : “Aku mendengar Rasulullahshallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Kami tidak diwarisi dan semua yang kami tinggalkan adalah shadaqah’. Dan hanyalah keluarga Muhammadshallallaahu ‘alaihi wa sallam makan dari harta ini. Dan sesungguhnya, demi Allah, aku tidak akan meninggalkan perkara yang aku lihat melakukannya, kecuali aku akan melakukannya juga”.  Perawi (laki-laki) berkata : “Lalu Faathimah meng-­hajr Abu Bakr dan tidak berbicara dengannya hingga wafat....” [lafadh milik ‘Abdurrazzaaq].
Dan dalam lafadh Al-Baihaqiy disebutkan :
قَالَ: فَغَضِبَتْ فَاطِمَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا وَهَجَرَتْهُ، فَلَمْ تُكَلِّمْهُ حَتَّى مَاتَتْ......
Perawi (laki-laki) berkata : Faathimah radliyallaahu ‘anhaa pun marah dan meng-hajr Abu Bakr, serta tidak berbicara kepadanya hingga wafat....”.
Ishaaq bin Ibraahiim bin Makhlad bin Ibraahiim bin Mathar Al-Handhaliy, Abu Muhammad/Ya’quub – terkenal dengan nama Ibnu Rahawaih Al-Marwaziy; seorang yang tsiqah, haafidh, lagi mujtahid. Termasuk thabaqah ke-10, lahir tahun 166 H, dan wafat tahun 238 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 126 no. 334].
Muhammad bin Raafi’, telah disebutkan keterangannya di atas.
‘Abd bin Humaid bin Nashr Al-Kassiy – terkenal dengan nama Al-Kasysyiy, Abu Muhammad; seorang yang tsiqah lagi haafidh. Termasuk thabaqah ke-11, dan wafat tahun 249 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy secara mu’allaq, Muslim, dan At-Tirmidziy [Taqriibut-Tahdziib, hal. 634 no. 4294].
Muhammad bin Ismaa’iil bin Abi Dliraar, Abu Shaalih Ar-Raaziy; seorang yangshaduuq. Termasuk thabaqah ke-11. Dipakai oleh Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 826 no. 5771].
Muhammad bin ‘Aliy bin Sufyaan; seorang yang majhuul al-haal [Taariikh Al-Islaam, 6/615].
Ishaaq bin Ibraahiim Ad-Dabariy; seorang yang shaduuq, hanya saja beberapa ulama mengkritik riwayatnya yang berasal dari ‘Abdurrazzaaq [Lisaanul-Miizaan, 2/36-38 no. 995].
Muhammad bin Yahyaa bin ‘Abdillah bin Khaalid bin Faaris bin Dzuaib Adz-Dzuhliy, Abu ‘Abdillah An-Naisaabuuriy; seorang yang tsiqahhaafidh, lagi jaliil. Termasuk thabaqah ke-11, lahir tahun 172 H, dan wafat tahun 258 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah[Taqriibut-Tahdziib, hal. 907 no. 6427].
Ahmad bin Manshuur bin Sayyaar bin Al-Mubaarak Al-Baghdaadiy Ar-Ramaadiy, Abu Bakr; seorang yang tsiqah lagi haafidh. Termasuk thabaqah ke-11, lahir tahun 182, dan wafat tahun 265. Dipakai oleh Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 100 no. 114].
Ketujuh orang tersebut di atas dalam periwayatan dari ‘Abdurrazzaaq yang menyebutkan lafadh ‘qaala : fahjarathu Faathimah’, diselesihi oleh Abu Bakr bin Zanjawaih yang menyebutkan lafadh qaalat : fahajarathu Faathimah’, sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Mawaraziy[22] dalam Musnad Abi Bakr no. 38 - dengan menyebut lafadh kemarahan Faathimah (dari ‘Aaisyah).
Muhammad bin ‘Abdil-Malik bin Zanjawaih Al-Baghdaadiy, Abu Bakr Al-Ghazzaal; seorang yang tsiqah. Termasuk thabaqah ke-11, dan wafat tahun 258 H. Dipakai oleh Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 873 no. 6137].
Riwayatnya dengan menggunakan lafadh qaalat adalah syaadz karena menyelisihi jama’ah yang meriwayatkan dari ‘Abdurrazzaaq, yang di antara mereka ada yang lebih tsiqah dari Ibnu Zanjawaih. Wallaahu a’lam.
Kesimpulan : Yang mahfuudh dari jalan ‘Abdurrazzaaq dari Ma’mar adalah yang menyebutkan dengan lafadh qaala.
c.      Muhammad bin Tsaur.
Diriwayatkan oleh Ibnu Syabbah[23] dalam Taariikh Al-Madiinah 1/122-123 : Telah menceritakan kepada kami Ishaaq bin Idriis, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Tsaur, dari Ma’mar, dari Az-Zuhriy - dengan menyebut lafadh kemarahan Faathimah (dari Az-Zuhriy) :
......فقال لَهُمَا أَبُو بَكْرٍ، رضي الله عنه: إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يقول: " لا نُورَثُ، مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ، إِنَّمَا يَأْكُلُ آلُ مُحَمَّدٍ مِنْ هَذَا الْمَالِ، وَإِنِّي وَاللَّهِ لا أُغَيِّرُ أَمْرًا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُهُ إِلا صَنَعْتُهُ. قال: فَهَجَرَتْهُ فَاطِمَةُ، رضي الله عنها، فَلَمْ تُكَلِّمْهُ فِي ذَلِكَ الْمَالِ حَتَّى مَاتَتْ "
..... Maka Abu Bakr radliyallaahu ‘anhu berkata kepada keduanya : “Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallambersabda : ‘Kami tidak diwarisi dan semua yang kami tinggalkan adalah shadaqah’. Dan hanyalah keluarga Muhammad makan dari harta ini. Dan sesungguhnya, demi Allah, aku tidak akan mengubah perkara yang aku lihat melakukannya, kecuali aku akan melakukannya juga”.  Perawi (laki-laki) berkata : “Lalu Faathimah radliyallaahu ‘anhaa meng­-hajr Abu Bakr dan tidak berbicara dengannya tentang hal itu hingga wafat....”.
Sanad riwayat ini sangat lemah dikarenakan Ishaaq bin Idriis.
Ishaaq bin Idriis  Al-Iswaariy Al-Bashriy, Abu Ya’quub. Tentangnya, Abu Zur’ah berkata : “Waahin”. Ibnul-Madiiniy meninggalkannya. Al-Bukhaariy berkata : “Manusia meninggalkannya”. Ad-Daaruquthniy berkata : “Munkarul-hadiits”. Yahyaa bin Ma’iin berkata : “Pendusta, memalsukan hadits”. Abu Haatim berkata : “Dla’iiful-hadiits”.  Dalam riwayat lain, ia berkata : “Tidak boleh ditulis haditsnya”. Ibnu Hibbaan berkata : Ia telah mencuri hadits” [Lisaanul-Miizaan, 2/41 no. 998].
Adapun Muhammad bin Tsaur Ash-Shan’aaniy, Abu ‘Abdillah Al-‘Aabid; seorang yang tsiqah. Termasuk thabaqah ke-9, dan wafat tahun 190 H. Dipakai oleh Abu Daawud, dan An-Nasaa’iy [Taqriibut-Tahdziib, hal. 831 no. 5812].
d.      Muhammad bin ‘Umar Al-Waaqidiy.
Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’d[24] dalam Ath-Thabaqaat 2/406-407 : Telah mengkhabarkan kepada kami Muhammad bin ‘Umar : Telah menceritakan kepadaku Ma’mar, dari Az-Zuhriy – dengan menyebutkan lafadh kemarahan Faathimah bagian dari keseluruhan lafadh ‘Aaisyah.
Sanad riwayat ini sangat lemah karena Muhammad bin ‘Umar.
Muhammad bin ‘Umar bin Waaqid Al-Waaqidiy Al-Aslamiy, Abu ‘Abdillah Al-Madaniy Al-Qaadliy; seorang yang matruk. Termasuk thabaqah ke-9, lahir tahun 130 H, dan wafat tahun 207 di Baghdaad. Dipakai oleh Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 882 no. 6215].
Kesimpulan dari jalan Ma’mar dari Az-Zuhriy ini adalah : lafadh kemarahan danhajr (pendiaman) Faathimah terhadap Abu Bakr hingga wafat merupakan idraaj(sisipan) dari perawi sebelum ‘Aaisyah.
5.     Riwayat Al-Waliid bin Muhammad dari Az-Zuhriy.
Diriwayatkan oleh Ibnu Syabbah[25] dalam Taariikh Al-Madiinah no. 548 : Telah menceritakan kepada kami Suwaid bin Sa’iid dan Al-Hasan bin ‘Utsmaan, mereka berdua berkata : Telah menceritakan kepada kami Al-Waliid bin Muhammad, dari Az-Zuhriy -  dengan menyebutkan lafadh kemarahan Faathimah bagian dari keseluruhan lafadh ‘Aaisyah.
Sanad riwayat ini sangat lemah karena Al-Waliid bin Muhammad.
Al-Waliid bin Muhammad Al-Mauqiriy, Abu Bisyr Al-Balqaawiy; seorang yangmatruuk. Termasuk thabaqah ke-8, dan wafat tahun 182 H. Dipakai oleh At-Tirmidziy dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 1041 no. 7503].
Jika kita coba sederhanakan jalan periwayatan hadits Az-Zuhriy, dari ‘Urwah, dari ‘Aaisyah yang menceritakan tentang kisah marahnya Faathimah, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.     Riwayat Syu’aib bin Abi Hamzah, dari Az-Zuhriy.
Sanadnya shahih.
Faathimah marah saat mendengar penjelasan Abu Bakr dan meng-hajr-nya hingga wafat, namun lafadh bahwa ia (Faathimah) hidup selama enam bulan setelah wafatnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah lemah, merupakan idraajdari perkataan perawi sebelum ‘Aaisyah radliyallaahu ‘anhum.
2.     Riwayat Shaalih bin Kaisaan, dari Az-Zuhriy.
Sanadnya shahih.
Faathimah marah saat mendengar penjelasan Abu Bakr dan meng-hajr-nya hingga wafat, namun lafadh bahwa ia (Faathimah) hidup selama enam bulan setelah wafatnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah lemah, merupakan idraajdari perkataan perawi sebelum ‘Aaisyah radliyallaahu ‘anhum.
3.     Riwayat ‘Uqail bin Khaalid, dari Az-Zuhriy.
Sanadnya shahih.
Faathimah marah saat mendengar penjelasan Abu Bakr, namun lafadh bahwa ia meng-hajr dan tidak mengajak bicara hingga Abu Bakr hingga wafat enam bulan pasca Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam wafat adalah lemah, merupakanidraaj dari perawi sebelum ‘Aaisyah radliyallaahu ‘anhum.
4.     Riwayat Ma’mar dari Az-Zuhriy.
Sanadnya shahih.
Lafadh Faathimah marah saat mendengar penjelasan Abu Bakr, lalu meng-hajr dan tidak mengajak bicara Abu Bakr hingga wafat (enam bulan pasca Rasulullahshallallaahu ‘alaihi wa sallam wafat) adalah lemah, merupakan idraaj dari perawi sebelum ‘Aaisyah radliyallaahu ‘anhum.
5.     Riwayat Al-Waliid bin Muhammad dari Az-Zuhriy.
Sanadnya sangat lemah, tidak perlu dibahas lebih lanjut.
Walhasil, dengan penggabungan/penjamakan semua riwayat menghasilkan kesimpulan bahwa  lafadh Faathimah marah dan meng-hajr Abu Bakr hingga wafat dari jalur Az-Zuhriy di atas adalah lemah, dengan sebab idraaj dari Az-Zuhriy.
Yang menguatkan hal itu adalah dalam riwayat Al-Baihaqiy disebutkan :
قَالَ مَعْمَرٌ: قُلْتُ لِلزُّهْرِيِّ: كَمْ مَكَثَتْ فَاطِمَةُ بَعْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَالَ: سِتَّةَ أَشْهُرٍ، فقَالَ رَجُلٌ لِلزُّهْرِيِّ: فَلَمْ يُبَايِعْهُ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ حَتَّى مَاتَتْ فَاطِمَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا؟، قَالَ: وَلا أَحَدٌ مِنْ بَنِي هَاشِمٍ
Ma’mar berkata : Aku bertanya kepada Az-Zuhriy : “Berapa lama Faathimah hidup sepeninggal Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam ?”. Az-Zuhriy berkata : “Enam bulan”. Seorang laki-laki berkata kepada Az-Zuhriy : “Apakah ‘Aliy radliyallaahu ‘anhu tidak berbaiat kepadanya (Abu Bakr) hingga Faathimah radliyallaahu ‘anhaa wafat ?”. Az-Zuhriy berkata : “Tidak seorang pun dari Baani Haasyim yang berbaiat...”.
Kemudian Al-Baihaqiy rahimahullah mengomentarinya :
وَقَوْلُ الزُّهْرِيِّ فِي قُعُودِ عَلِيٍّ، عَنْ بَيْعَةِ أَبِي بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ حَتَّى تُوُفِّيَتْ فَاطِمَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا مُنْقَطِعٌ
“Dan perkataan Az-Zuhriy tentang penundaan baiat ‘Aliy terhadap Abu Bakrradliyallaahu ‘anhu hingga wafatnya Faathimah radliyallaahu ‘anhaa adalah munqathi’(terputus, yang merupakan perkataan dari Az-Zuhriy)” [Al-Kubraa, 6/300].
Ini menunjukkan bahwa perkataan Az-Zuhriy bercampur dalam hadits yang ia bawakan. Jika Al-Baihaqiy rahimahullah menghukumi lafadh tersebut munqathi’, maka begitu juga dengan lafadh yang semisal tentang marahnya Faathimah dan pemboikotannya terhadap Abu Bakr hingga wafat dihukumi pula munqathi’ karena berasal dari perkataan Az-Zuhriy. Idraaj Az-Zuhriy tersebut selengkapnya adalah :
فَغَضِبَتْ فَاطِمَةُ بِنْتُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَهَجَرَتْ أَبَا بَكْرٍ فَلَمْ تَزَلْ مُهَاجِرَتَهُ حَتَّى تُوُفِّيَتْ وَعَاشَتْ بَعْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ
“Faathimah bintu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pun marah lalu meng-hajr Abu Bakr. Ia terus meng-hajr-nya hingga wafat. Faathimah hidup selama enam bulan setelah wafatnya Rasululullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam” [selesai].
Para ulama telah memberikan penjelasan perihal idraaj Az-Zuhriy rahimahullah dalam beberapa hadits yang ia bawakan.
Ibnu Rajab rahimahullah berkata :
فإن الزهري كان كثيرا ما يروي الحديث، ثم يدرج فيه أشياء بعضها مراسيل، وبعضها من رأيه وكلامه
“Sesungguhnya Az-Zuhriy banyak meriwayatkan hadits, kemudian ia menyisipkan padanya (perkataannya), sebagiannya riwayat mursal, dan sebagiannya merupakan pendapatnya dan perkataannya” [Fathul-Baariy, 8/12].
Ibnu Hajar rahimahullah berkata :
.....لما عرف من عادته أنه كان يدخل كثيرا من التفسير في أثناء الحديث كما بينته في مقدمة كتابي في المدرج
“Dimana telah diketahui termasuk dari kebiasaannya (Az-Zuhriy) memasukkan penafsirannya di tengah-tengah hadits, sebagaimana telah aku jelaskan dalammuqaddimah kitabku dalam bahasan mudraj” [Fathul-Baariy, 12/139].
Wallaahu a’lam.
Ada riwayat lain :
حَدَّثَنَا بِذَلِكَ عَلِيُّ بْنُ عِيسَى، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ عَطَاءٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ فَاطِمَةَ جَاءَتْ أَبَا بَكْرٍ، وَعُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، تَسْأَلُ مِيرَاثَهَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ فَقَالَا: سَمِعْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " إِنِّي لَا أُورَثُ "، قَالَتْ: وَاللَّهِ لَا أُكَلِّمُكُمَا أَبَدًا، فَمَاتَتْ وَلَا تُكَلِّمُهُمَا، قَالَ عَلِيُّ بْنُ عِيسَى: مَعْنَى لَا أُكَلِّمُكُمَا تَعْنِي: فِي هَذَا الْمِيرَاثِ أَبَدًا أَنْتُمَا صَادِقَانِ
Telah menceritakan kepada kami ‘Aliy bin ‘Iisaa, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul-Wahhaab bin ‘Athaa’ : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Amru, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah : “Bahwasannya Faathimah pernah mendatangi Abu Bakr dan ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa untuk meminta harta warisan dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Mereka berdua berkata : ‘Kami pernah mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Kami tidak diwarisi’. Faathimah berkata : ‘Demi Allah, aku tidak akan berbicara kepada kalian berdua selamanya’. Ia pun wafat dan tidak pernah berbicara pada mereka berdua”. ‘Aliy bin ‘Iisaa berkata : “Makna perkataan laa ukallimukumaa’ (aku tidak akan berbicara kepada kalian berdua) adalah : (tidak akan berbicara) dalam permasalahan warisan ini selamanya, dan kalian berdua benar” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 1609].
Dhahir sanad riwayat ini hasan.
‘Aliy bin ‘Iisaa bin Yaziid Al-Baghdaadiy Al-Karaajikiy; seorang yang shaduuq, hasanul-hadits. Termasuk thabaqah ke-11, dan wafat tahun 247 H. Dipakai oleh At-Tirmidziy [Taqriibut-Tahdziib, hal. 702 no. 4814 dan Tahriirut-Taqriib 3/51 no. 4780].
‘Abdul-Wahhaab bin ‘Athaa’ Al-Khaffaaf, Abu Nashr Al-‘Ijliy; seorang yang shaduuq, namun kadang keliru. Termasuk thabaqah ke-9, wafat tahun 204 H atau 209 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy dalam Khalqu Af’aalil-‘Ibaad, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 633 no. 4290].
Muhammad bin ‘Amru bin ‘Alqamah bin Waqqaash Al-Laitsiy Abu ‘Abdillah/Abul-Hasan Al-Madaniy; seorang yang shaduuq, namun mempunyai beberapa keraguan (w. 144/145 H). Dipakai Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 884 no. 6228]. Basyar ‘Awwaad dan Al-Arna’uth : shaduuq [Tahriirut-Taqriib, 3/299 no. 6188].
Abu Salamah bin ‘Abdirrahmaan bin ‘Auf Al-Qurasyiy Az-Zuhriy; seorang yangtsiqah lagi banyak haditsnya. Termasuk thabaqah ke-3, dan wafat tahun 94 H dalam usia 72 tahun. Dipakai Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 1155 no. 8203].
Akan, riwayat tersebut ma’lul, dengan alasan :
a.     Diriwayatkan juga oleh Ahmad[26] 1/13 no. 79 & 2/353 (dari dirinya sendiri), Al-Marwaziy[27] dalam Musnad Abi Bakr no. 54 (dari Abu Khaitsamah), Al-Bazzaar[28] dalam Al-Bahr no. 26 (dari Ibraahiim bin Ziyaad), Abu Bakr An-Nashiibiy[29] dalam Al-Fawaaid no. 9 (dari Al-Haarits bin Abi Usaamah), dan Al-Baihaqiy[30] dalam Al-Kubraa 6/302 no. 12740 (dari ‘Abbaas Ad-Duuriy); semuanya dari ‘Abdul-Wahhaab bin ‘Athaa’ tanpa lafadh pemboikotan Faathimah untuk tidak berbicara pada Abu Bakr dan ‘Umar radliyallaahu ‘anhum hingga meningga dunia.
b.     Diriwayatkan juga oleh Ahmad[31] 1/10 no. 60 (dari ‘Affaan) dan Al-Baihaqiy[32]dalam Al-Kubraa 6/302 no. 12742 (dari ‘Abdul-Waahid bin Ghiyaats) secara mursaldari Abu Salamah tanpa menyebutkan Abu Hurairah, yang kemudian disambung[33] dalam riwayat At-Tirmidziy[34] dalam As-Sunan no. 1608 & dalamAsy-Syamaail no. 401 (dari Abul-Waliid), Ibnul-A’rabiy[35] dalam Mu’jam-nya no. 1303 (dari Abul-Waliid), Ath-Thuusiy[36] dalam Al-Mukhtashar no. 1356 (dari ‘Utsmaan bin Sa’iid), Hammaad bin Ishaaq[37] dalam Tirkatun-Nabiy no. 53 (dari Abul-Waliid), dan Al-Baihaqiy[38] dalam Al-Kubraa 6/302 no. 12741 (dari Abul-Waliid); semuanya dari jalan Hammaad bin Salamah, dari Muhammad bin ‘Amru, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu tanpa lafadh pemboikotan Faathimah untuk tidak berbicara pada Abu Bakr dan ‘Umar radliyallaahu ‘anhumhingga wafat. Berikut lafadhnya :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: جَاءَتْ فَاطِمَةُ إِلَى أَبِي بَكْرٍ، فَقَالَتْ: مَنْ يَرِثُكَ؟ قَالَ: أَهْلِي وَوَلَدِي قَالَتْ: فَمَا لِي لَا أَرِثُ أَبِي؟ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " لَا نُورَثُ، وَلَكِنِّي أَعُولُ مَنْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُولُهُ، وَأُنْفِقُ عَلَى مَنْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُنْفِقُ عَلَيْهِ "
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Faathimah datang kepada Abu Hurairah dan berkata : “Siapakah yang mewarisimu ?”. Abu Bakr menjawab : “Keluargaku dan anakku”. Faathimah berkata : “Lantas mengapa aku tidak mewarisi ayahku ?”. Abu Bakr berkata : Aku pernah mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Kami tidak diwarisi’. Akan tetapi aku memenuhi kebutuhan orang yang Rasulullahshallallaahu ‘alaihi wa sallam penuhi kebutuhannya, dan aku memberikan nafkah orang yang diberikan nafkah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam” [lafadh milik At-Tirmidziy, dan ia menghukumi : ‘hasan shahih ghariib’].
Hammaad bin Salamah lebih tsiqah daripada ‘Abdul-Wahhaab bin ‘Athaa’. Hammaad bin Salamah bin Diinaar Al-Bashriy, Abu Salamah; seorang yang tsiqah, lagi ‘aabid, orang yang paling tsabt dalam periwayatan hadits Tsaabit (Al-Bunaaniy). Berubah hapalannya di akhir usianya. Termasuk thabaqah ke-8, wafat tahun 167 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy secara muallaq, Muslim, Abu Daawud, Ar-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 268-269 no. 1507]. Di antara jalur periwayatan darinya adalah melalui ‘Affaan bin Muslim yang merupakan salah seorang yang paling tsabt periwayatannya dari Hammaad [Syarh ‘Ilal At-Tirmidziy, 2/707].
Oleh karena itu, tambahan lafadh ‘Aliy bin ‘Iisaa tentang kemarahan Faathimah mengandung keraguan (wahm). ‘Aliy bin ‘Iisaa sendiri bukan perawi tsiqaat, namun hanyalah berpredikat shaduuq, hasan haditsnya, dan tergolongan thabaqah ke-11.
Seandainya kita menganggap Faathimah memang marah kepada Abu Bakrradliyallaahu ‘anhumaa, maka :
1.     Kemarahan itu hanyalah sementara dan bersifat manusiawi karena kecewa atas permintaannya ditolak Abu Bakr radliyallaahu ‘anhu. Namun kemudian ia menerima penjelasan Abu Bakr radliyallaahu ‘anhumaa sebagai bentuk taslim-nya atas sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana ditunjukkan oleh riwayat :
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي شَيْبَةَ، وَسَمِعْتُهُ مِنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي شَيْبَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ، عَنِ الْوَلِيدِ بْنِ جُمَيْعٍ، عَنْ أَبِي الطُّفَيْلِ، قَالَ: لَمَّا قُبِضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرْسَلَتْ فَاطِمَةُ إِلَى أَبِي بَكْرٍ: أَنْتَ وَرِثْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمْ أَهْلُهُ؟ قَالَ: فَقَالَ: لَا، بَلْ أَهْلُهُ، قَالَتْ: فَأَيْنَ سَهْمُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِذَا أَطْعَمَ نَبِيًّا طُعْمَةً، ثُمَّ قَبَضَهُ جَعَلَهُ لِلَّذِي يَقُومُ مِنْ بَعْدِهِ "، فَرَأَيْتُ أَنْ أَرُدَّهُ عَلَى الْمُسْلِمِينَ، قَالَتْ: فَأَنْتَ، وَمَا سَمِعْتَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْلَمُ
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah : Dan aku mendengarnya dari ‘Abdullah bin Abi Syaibah, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudlail, dari Al-Waliid bin Jumai’, dari Abu Thufail, ia berkata : Ketika Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam wafat, Faathimah mengutus utusan kepada Abu Bakr untuk menanyakan : “Engkau mewarisi Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ataukah yang mewarisi itu keluarganya ?”. Abu Bakr berkata : “Tidak, bahkan yang mewarisi itu keluarganya”. Faathimah berkata : “Lalu, manakah bagian harta Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ?”. Abu Bakr berkata : “Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla apabila memberikan makan kepada seorang Nabi satu makanan kemudian ia wafat, maka Allah jadikan itu bagi orang yang menggantikan beliau setelahnya (baca : khalifah, untuk kepentingan kaum muslimin secara umum)’. Maka aku berpandangan untuk mengembalikannya kepada kaum muslimin”. Faathimah berkata : “Engkau dan apa yang engkau dengar dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam lebih mengetahui” [Diriwayatkan oleh Ahmad, 1/14; sanadnya hasan].
Itulah sikap Sayyidah Faathimah bintu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallamterhadap sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, yang jauh berbeda dengan orang yang menanamkan kecintaan palsu kepadanya (yang malah berusaha mendustakan hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam).
Yang lebih penting dari semua itu, kemarahan siapapun tidaklah boleh didahulukan dari sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, karena beliau lah yang paling tahu tentang agama yang dibawanya. Allah ta’ala berfirman :
بِالْبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِ ۗ وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
“Keterangan-keterangan (mukjizat) dan Kitab-Kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur-an, agar kamu menerangkan kepada ummat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan” [QS. An-Nahl: 44]
وَمَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ إِلا لِتُبَيِّنَ لَهُمُ الَّذِي اخْتَلَفُوا فِيهِ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
“Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman” [QS. An-Nahl : 64].
مَّن يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ ۖ وَمَن تَوَلَّىٰ فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا
Barangsiapa mentaati Rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu (Muhammad) untuk menjadi pemelihara bagi mereka” [QS. An-Nisaa': 80]
Catatan Penting :
Sebagian orang Raafidlah yang berusaha menolak hadits Abu Bakr (sebagaimana memang dikenal dari tabiat mereka) dan menganggapnya aneh. Pada saat pertama Abu Bakr ditanya tentang masalah siapakah yang mewarisi Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, maka ia jawab : ‘keluarganya’. Namun setelah ditanya bagian harta Nabishallallaahu ‘alaihi wa sallam yang diminta Faathimah, Abu Bakr malah menjawabnya dengan hadits bahwa harta beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak diwarisi. Orang Raafidlah mengatakan itu untuk mengesankan bahwa ada unsur kesengajaan dari Abu Bakr radliyallaahu ‘anhu agar Faathimah tidak mendapatkan bagian yang seharusnya menjadi haknya. Atau minimal, ada ajakan untuk meragukan keshahihan riwayat yang dibawakan Abu Bakr.
Kita katakan : Riwayat itu shahih sehingga tidak perlu mencari-cari jalan untuk meragukan dan melemahkannya, sehingga yang diperlukan di sini adalah konstruksi pemahamannya. Orang Raafidlah memang terbiasa menjalankan logika sakit untuk membangun dan membela keyakinannya. Mengapa ketika ia mengkritik Abu Bakr ia tidak mengkritik Faathimah ? (o iya lupa, haram hukumnya mengkritik Faathimah, karena ia harus benar apapun keadaannya, dan lawannya harus salah apapun keadaannya). Kritikannya terhadap Abu Bakr secara tidak langsung merendahkan IQ Faathimah yang tidak bisa menangkap unsur manipulasi hadits yang dilakukan Abu Bakr, yang kemudian baru ditangkap oleh orang Raafidlah itu ratusan tahun setelah wafatnya. Sungguh menjijikkan ! Bodoh sekali Faathimah itu menurut logika orang Raafidlah itu. Namun jauh sekali dari sangkaan orang Raafidlah itu. Jawaban pertama yang dikatakan Abu Bakr itu terkait hukum umum bahwa jika ada seorang meninggal, maka hartanya diwarisi oleh anak dan keluarganya. Itulah yang nampak pada dialog dalam riwayat Abu Hurairah. Adapun jawaban kedua diberikan setelah Abu Bakr benar-benar paham akan maksud Faathimah radliyallaahu ‘anhaa yang akan meminta bagian harta warisan beliaushallallaahu ‘alaihi wa sallam dari harta fai’ di Fadak dan Khaibar.
2.     Sikap meng-hajr dan tidak berbicara kepada Abu Bakr radliyallaahu ‘anhu itu bukan berhenti bicara total, akan tetapi berhenti membicarakan permasalahan warisan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana dijelaskan oleh ‘Aliy bin ‘Iisaa dalam lafadh At-Tirmidziy no. 1609 di atas. Itu pulalah yang ditunjukkan oleh riwayat Az-Zuhriy :
قَالَ: فَهَجَرَتْهُ فَاطِمَةُ فَلَمْ تُكَلِّمُهُ فِي ذَلِكَ حَتَّى مَاتَتْ
Perawi (laki-laki) berkata : "Maka Faathimah meng-hajr Abu Bakr, lalu ia tidak berbicara kepada Abu Bakr DALAM MASALAH ITU hingga ia wafat".
Catatan : Salah satu dari makna al-hajr adalah at-tark (meninggalkan), sehingga maknanya adalah : Faathimah meninggalkan Abu Bakr untuk tidak membicarakan masalah warisan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam hingga ia wafat. Wallaahu a’lam.
Dan yang lebih menguatkan lagi bahwa ‘Aliy, Faathimah, dan keluarganya tidak bermusuhan dengan Abu Bakr radliyallaahu ‘anhum adalah sebagaimana dalam riwayat :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ، حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ سَعِيدٍ، عَنِ ابْنِ أَبِي مُلَيْكَةَ، أَخْبَرَنِي عُقْبَةُ بْنُ الْحَارِثِ، قَالَ: خَرَجْتُ مَعَ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ مِنْ صَلَاةِ الْعَصْرِ بَعْدَ وَفَاةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِلَيَالٍ، وَعَلِيٌّ عَلَيْهِ السَّلَام يَمْشِي إِلَى جَنْبِهِ، فَمَرَّ بِحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ يَلْعَبُ مَعَ غِلْمَانٍ، فَاحْتَمَلَهُ عَلَى رَقَبَتِهِ، وَهُوَ يَقُولُ: وَبِأَبِي شَبَهُ النَّبِيِّ لَيْسَ شَبِيهًا بِعَلِيِّ. قَالَ: وَعَلِيٌّ يَضْحَكُ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abdillah bin Az-Zubair : Telah menceritakan kepada kami ‘Umar bin Sa’iid, dari Ibnu Abi Mulaikah : Telah mengkhabarkan kepadaku ‘Uqbah bin Al-Haarits, ia berkata : “Aku pernah keluar bersama Abu Bakr Ash-Shiddiiq selepas shalat ‘Ashar beberapa hari setelah wafatnya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan ‘Aliy ‘alaihis-salaam berjalan di sampingnya. Lalu ia melewati Al-Hasan bin ‘Aliy yang sedang bermain dengan anak-anak. Lalu Abu Bakr menggendongnya di atas pundaknya dan berkata : “Ayahku sebagai tebusannya, ia mirip dengan Nabi, namun tidak mirip dengan ‘Aliy”. Mendengarnya, ‘Aliy pun tertawa [Diriwayatkan oleh Ahmad, 1/8; shahih].
Inilah persaudaraan yang terjalin di kalangan shahabat radliyallaahu ‘anhum.
Abu Bakr radliyallaahu ‘anhu Tidak Berdusta
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah menegaskan sifat ash-shidq (jujur) pada dirinya yang berlawanan dengan sifat dusta. Dan ia digelari dengan ash-shiddiiq yang berarti orang yang sangat jujur.
حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، حَدَّثَنَا يَحْيَى، عَنْ سَعِيدٍ، عَنْ قَتَادَةَ، أَنَّ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ حَدَّثَهُمْ، أَنّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَعِدَ أُحُدًا وَأَبُو بَكْرٍ، وَعُمَرُ، وَعُثْمَانُ فَرَجَفَ بِهِمْ، فَقَالَ: " اثْبُتْ أُحُدُ فَإِنَّمَا عَلَيْكَ نَبِيٌّ وَصِدِّيقٌ وَشَهِيدَانِ "
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyaar : Telah menceritakan kepada kami Yahyaa, dari Sa’iid, dari Qataadah : Bahwasannya Anas bin Maalikradliyallaahu ‘anhu pernah menceritakan kepada mereka : Bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah mendaki Uhud bersama Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Utsmaan. Tiba-tiba Uhud bergetar. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tenanglah Uhud, karena di atas hanyalah ada seorang Nabi, seorang shiddiiq, dan dua orang syahiid” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 3675].
حَدَّثنا سُفْيَانُ، قَالَ: حَدَّثنا دَاوُدُ بْنُ أَبِي هِنْدَ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ مَسْرُوقٍ، عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّهَا قَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ ! يَوْمَ تُبَدَّلُ الأَرْضُ غَيْرَ الأَرْضِ فَأَيْنَ النَّاسُ يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ: " عَلَى الصِّرَاطِ يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ "
Telah menceritakan kepada kami Sufyaan (bin ‘Uyainah), ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Daawud bin Abi Hind, dari Asy-Sya’biy, dari Masruuq, dari ‘Aaisyah, ia berkata : “Wahai Rasulullah, tentang ayat : ‘(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit’ (QS. Ibraahiim : 48). Dimanakah manusia ketika itu ?”. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “Di atas shiraath wahai anak perempuan Ash-Shiddiiq (Abu Bakr)” [Diriwayatkan oleh Al-Humaidiy no. 276; shahih].
‘Aliy bin Abi Thaalib sendiri jika datang khabar yang disampaikan Abu Bakr, maka ia membenarkannya tanpa memintanya untuk bersumpah.
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، عَنْ عُثْمَانَ بْنِ الْمُغِيرَةِ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ رَبِيعَةَ، عَنْ  أَسْمَاءَ  بْنِ  الْحَكَمِ الْفَزَارِيِّ، قَال: سَمِعْتُ عَلِيًّا، يَقُولُ: إِنِّي كُنْتُ رَجُلًا إِذَا سَمِعْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ حَدِيثًا نَفَعَنِي اللَّهُ مِنْهُ بِمَا شَاءَ أَنْ يَنْفَعَنِي بِهِ، وَإِذَا حَدَّثَنِي رَجُلٌ مِنْ أَصْحَابِهِ اسْتَحْلَفْتُهُ، فَإِذَا حَلَفَ لِي صَدَّقْتُهُ، وَإِنَّهُ حَدَّثَنِي أَبُو بَكْرٍ وَصَدَقَ أَبُو بَكْرٍ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " مَا مِنْ رَجُلٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا ثُمَّ يَقُومُ فَيَتَطَهَّرُ ثُمَّ يُصَلِّي ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللَّهَ إِلَّا غَفَرَ اللَّهُ لَهُ، ثُمَّ قَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ "
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah : Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Awaanah, dari ‘Utsmaan bin Al-Mughiirah, dari ‘Aliy bin Rabii’ah, dari Asmaa’ bin Al-Hakam Al-Fazaariy, ia berkata : Aku mendengar ‘Aliy berkata : “Sesungguhnya aku adalah seorang laki-laki yang apabila mendengar satu hadits dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, maka Allah memberikan kepadaku manfaatnya darinya sesuai dengan kehendaknya. Dan apabila ada seorang laki-laki dari kalangan shahabat Nabishallallaahu ‘alaihi wa sallam menceritakan hadits kepadaku, aku minta kepadanya untuk bersumpah (bahwa yang ia sampaikan itu benar dari beliau). Jika ia bersumpah kepadaku, maka aku membenarkannya. Dan sesungguhnya telah menceritakan kepadaku Abu Bakr dan benarlah (apa yang dikatakan) Abu Bakr, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Tidaklah ada seorang laki-laki yang melakukan satu perbuatan dosa, kemudian ia berdiri untuk berwudlu dan shalat, lalu meminta ampun kepada Allah, kecuali Allah akan mengampuninya’. Kemudian beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat : ‘Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui’ (QS. Aali ‘Imraan : 135)” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 406].
Sanadnya hasan, yang insya Allah pembahasannya akan disampaikan pada artikel mendatang.
Kembali pada hadits Abu Bakr radliyallaahu ‘anhu di atas. Ia tidak menyendiri dalam periwayatan, tapi juga dibenarkan oleh para shahabat yang lain radliyallaahu ‘anhum.
أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مَنْصُورٍ الْمَكِّيُّ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ مَالِكِ بْنِ أَوْسِ بْنِ الْحَدَثَانِ، قَالَ: قَالَ عُمَرُ لِعَبْدِ الرَّحْمَنِ، وَسَعْدٍ، وَعُثْمَانَ وَطَلْحَةَ، وَالزُّبَيْرِ: أَنْشُدُكُمْ بِاللَّهِ الَّذِي قَامَتْ لَهُ السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ، سَمِعْتُمُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " إِنَّا مَعْشَرَ الأَنْبِيَاءِ لا نُورَثُ، مَا تَرَكْنَا فَهُوَ صَدَقَةٌ "؟، قَالُوا: اللَّهُمَّ نَعَمْ
Telah mengkhabarkan kepada kami Muhammad bin Manshuur Al-Makkiy, dari Sufyaan, dari ‘Amru bin Diinaar, dari Az-Zuhriy, dari Maalik bin Aus bin Al-Hadatsaan, ia berkata : ‘Umar pernah berkata kepada Sa’d (bin Abi Waqqaash), ‘Utsmaan (bin ‘Affaan), Thalhah (bin ‘Ubaidillah), dan Az-Zubair (bin ‘Awwaam) : “Aku akan bertanya kepada kalian dengan bersumpah dengan menyebut nama Allah yang menguasai langit dan bumi, apakah kalian pernah mendengar Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘sesungguhnya kami para nabi tidaklah diwarisi (hartanya), dan semua yang kami tinggalkan adalah shadaqah’ ?”. Mereka berkata : “Ya Allah, benar (kami pernah mendengarnya)” [Diriwayatkan oleh An-Nasaa’iy dalam Al-Kubraa no. 6725; shahih].
أَخْبَرَنَا بِشْرُ بْنُ عُمَرَ الزَّهْرَانِيُّ، نا مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ عَائِشَةَ: أَنَّ أَزْوَاجَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ حِينَ تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ أَرَدْنَ أَنْ يَبْعَثْنَ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ إِلَى أَبِي بَكْرٍ يَسْأَلْنَهُ مِيرَاثَهُنَّ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ عَائِشَةُ لَهُنَّ: أَلا تَتَّقِينَ اللَّهَ؟ أَلَيْسَ قَدْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ: " لا نُورَثُ، مَا تَرَكْنَاهُ صَدَقَةً، فَرَضِينَ بِقَوْلِهَا وَتَرَكْنَ ذَلِكَ "
Telah mengkhabarkan kepada kami Bisyr bin ‘Umar Az-Zahraaniy : Telah mengkhabarkan kepada kami Maalik bin Anad, dari Az-Zuhriy, dari ‘Urwah bin Az-Zubair, dari ‘Aaisyah : Bahwasannya istri-istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pada waktu wafatnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah mengutus ‘Utsmaan bin ‘Affaan kepada Abu Bakr untuk meminta kepadanya bagian warisan dari Rasulullahshallallaahu ‘alaihi wa sallam. Lalu ‘Aaisyah berkata kepada mereka : “Tidakkah kalian bertaqwa kepada Allah ?. Bukankah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda : ‘Kami tidak diwarisi, dan semua yang kami tinggalkan adalah shadaqah’ ?”. Maka mereka pun ridla dengan perkataan ‘Aaisyah dan meninggalkan tuntutan atas warisan tersebut [Diriwayatkan oleh Ishaaq bin Rahawaih dalam Musnad-nya no. 868; shahih].
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَقْتَسِمُ وَرَثَتِي دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا مَا تَرَكْتُ بَعْدَ نَفَقَةِ نِسَائِي وَمَئُونَةِ عَامِلِي فَهُوَ صَدَقَةٌ
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yuusuf : Telah mengkhabarkan kepada kami Maalik, dari Abuz-Zinaad, dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah radliyalaahu ‘anhu : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Warisanku tidaklah dibagi-bagi baik berupa dinar maupun dirham. Apa yang aku tinggalkan selain berupa nafkah buat istri-istriku dan para pekerjaku, semuanya adalah sebagai shadaqah" [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 2776].
حَدَّثَنَا أَبُو كَامِلٍ، وَالنَّضْرُ بْنُ طَاهِرٍ، قَالا: أَخْبَرَنَا الْفُضَيْلُ بْنُ سُلَيْمَانَ، قَالَ: أَخْبَرَنَا أَبُو مَالِكٍ، عَنْ رِبْعِيٍّ، عَنْ حُذَيْفَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " لا نُوَرَّثُ مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ "
Telah menceritakan kepada kami Abu Kaamil dan An-Nadlr bin Thaahir, mereka berdua berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Al-Fudlail bin Sulaimaan, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Abu Maalik, dari Rib’iy, dari Hudzaifah radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Kami tidak diwarisi, dan semua yang kami tinggalkan adalah shadaqah” [Diriwayatkan oleh Al-Bazzaar dalam Al-Bahr 7/262-263 no. 2843].
Sanadnya lemah karena Al-Fudlail bin Sulaimaan, namun ia dikuatkan oleh hadits sebelumnya.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam Tidak Meninggalkan Harta untuk Diwariskan Ketika Meninggal
Sub-bab ini adalah menguatkan sub-bab sebelumnya, yaitu beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak meninggalkan harta kekayaan untuk diwariskan kepada ahli warisnya. Tidak kepada istr-istrinya (termasuk ‘Aaisyah), tidak pula kepada anak-anaknya (termasuk Faathimah).
حَدَّثَنَا شَيْبَانُ، عَنْ عَاصِمِ بْنِ بَهْدَلَةَ، عَنْ زِرِّ بْنِ حُبَيْشٍ، أَنَّ رَجُلا سَأَلَ عَائِشَةَ عَنْ مِيرَاثِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ: لا، وَاللَّهِ مَا تَرَكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دِينَارًا وَلا دِرْهَمًا وَلا شَاةً وَلا بَعِيرًا وَلا عَبْدًا وَلا أَمَةً "
Telah menceritakan kepada kami Syaibaan, dari ‘Aashim bin Bahdalah, dari Zirr bin Hubaisy : Bahwasannya ada seorang laki-laki bertanya kepada ‘Aaisyah tentang harta warisan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Maka ‘Aaisyah menjawab : “Tidak ada. Demi Allah, tidaklah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan dinar, dirham, onta, kambing, budak laki-laki, dan budak wanita” [Diriwayatkan oleh Ath-Thayaalisiy no. 1670].
Sanadnya hasan. Ziir mempunyai mutaba’ah dari Masruuq – sehingga menjadikan riwayat ini shahih.
Apa yang dikatakan ‘Aaisyah yang notabene sebagai istri beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam dipersaksikan oleh sejumlah shahabat radliyallaahu ‘anhum. Di antaranya sebagaimana terdapat dalam riwayat :
حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عَبَّاسٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ عَمْرِو بْنِ الْحَارِثِ، قَالَ: مَا تَرَكَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا سِلَاحَهُ، وَبَغْلَةً بَيْضَاءَ، وَأَرْضًا بِخَيْبَرَ جَعَلَهَا صَدَقَةً "
Telah menceritakan kepada kami ‘Amru bin ‘Abbaas : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahmaan, dari Sufyaan, dari Abu Ishaaq, dari ‘Amru bin Al-Haarits, ia berkata : “Tidaklah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan sesuatu kecuali senjata, bighal beliau yang berwarna putih, dan sebidang tanah di Khaibar yang beliau jadikan sebagai shadaqah” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 2912].
أَخْبَرَنَا عَفَّانُ بْنُ مُسْلِمٍ، قَالَ: أَخْبَرَنَا ثَابِتٌ أَبُو زَيْدٍ، قَالَ: أَخْبَرَنَا هِلالُ بْنُ خَبَّابٍ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: " مَاتَ رَسُولُ اللَّهِ وَمَا تَرَكَ دِينَارًا، وَلا دِرْهَمًا، وَلا عَبْدًا، وَلا أَمَةً، وَلا وَلِيدَةً، وَتَرَكَ دِرْعَهُ رَهْنًا عِنْدَ يَهُوَدِيٍّ بِثَلاثِينَ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ "
Telah mengkhabarkan kepada kami ‘Affaan bin Muslim, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Tsaabit Abu Zaid, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Hilaal bin Khabbaab, dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbaas, ia berkata : “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam meninggal tanpa meninggalkan dinar, dirham, budak laki-laki, dan budak wanita. Dan beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallammeninggalkan baju besinya tergadai pada seorang Yahudi dengan tigapuluh shaa’gandum” [Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’d dalam Ath-Thabaqaat, 2/407].
Sanadnya lemah karena ikhtilaath Hilaal bin Khabbaab dan tidak diketahui apakah Tsaabit mendengar riwayatnya sebelum atau setelah ikhtilath-nya. Tsaabit mempunyaimutaba’ah dari ‘Abbaad bin ‘Awwaam [Tahdziibul-Aatsaar no. 12, Taariikh Al-Madiinahno. 576, Akhlaaqun-Nabiy li-Abisy-Syaikh 1/221, dan  Hilyatul-Auliyaa’, no. 4990]. Hilaal mempunyai mutaba’ah dari Hushain bin ‘Abdirrahmaan [Al-Mu’jamul-Kabiir 11/268-269 dan Hilyatul-Auliyaa’ no. 11901].
Lantas, bagaimana dengan beberapa riwayat yang menyatakan kain atau baju Nabi dan sejumlah barang beliau ada di tangan sebagian istri-istri beliau ?.
Bahkan lebih besar dari sekedar baju, ‘Aaisyah dan istri-istri beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang lain masih menempati rumah beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam !
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda :
لَا يَقْتَسِمُ وَرَثَتِي دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا مَا تَرَكْتُ بَعْدَ نَفَقَةِ نِسَائِي وَمَئُونَةِ عَامِلِي فَهُوَ صَدَقَةٌ
Warisanku tidaklah dibagi-bagi baik berupa dinar maupun dirham. Apa yang aku tinggalkan selain berupa nafkah buat istri-istriku dan para pekerjaku, semuanya adalah sebagai shadaqah" [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 2776].
حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ مَرْزُوقٍ، أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ، عَنْ أَبِي الْبَخْتَرِيِّ، قَالَ: سَمِعْت حَدِيثًا مِن رَجُلٍ فَأَعْجَبَنِي، فَقُلْتُ: اكْتُبْهُ لِي فَأَتَى بِهِ مَكْتُوبًا مُذَبَّرًا، دَخَلَ الْعَبَّاسُ، وَعَلِيٌّ عَلَى عُمَرَ، وَعِنْدَهُ طَلْحَةُ وَالزُّبَيْرُ، وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ، وَسَعْدٌ، وَهُمَا يَخْتَصِمَانِ فَقَالَ عُمَرُ: لِطَلْحَةَ، وَ الزُّبَيْرِ، وَعَبْدِ الرَّحْمَنِ، وَسَعْدٍ: أَلَمْ تَعْلَمُوا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " كُلُّ مَالِ النَّبِيِّ صَدَقَةٌ إِلَّا مَا أَطْعَمَهُ أَهْلَهُ وَكَسَاهُمْ إِنَّا لَا نُورَثُ؟ " قَالُوا: بَلَى قَالَ: فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُنْفِقُ مِنْ مَالِهِ عَلَى أَهْلِهِ وَيَتَصَدَّقُ بِفَضْلِهِ ثُمَّ تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَلِيَهَا أَبُو بَكْرٍ سَنَتَيْنِ فَكَانَ يَصْنَعُ الَّذِي كَانَ يَصْنَعُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Telah menceritakan kepada kami ‘Amru bin Marzuuq : Telah mengkhabarkan kepada kami Syu’bah, dari ‘Amru bin Murrah, dari Abul-Bakhtariy, ia berkata : Aku pernah mendengar sebuah hadits dari seorang laki-laki, lalu hadits tersebut menarik bagiku. Kemudian aku katakan : “Tuliskanlah untukku (hadits itu)”. Lalu ia datang dengan membawanya dalam keadaan tertulis dan mudah dibaca : Al-‘Abbaas dan ‘Aliy datang menemui ‘Umar dan di sisinya terdapat Thalhah, Az-Zubair, Abdurrahmaan, dan Sa'd; dimana keduanya (Al-‘Abbaas dan ‘Aliy) sedang berselisih. Lalu ‘Umar berkata kepada Thalhah, Az-Zubair, ‘Abdurrahmaan, dan Sa'd : “Tidakkah kalian mengetahui bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda : ‘Seluruh harta Nabi adalah shadaqah, selain makanan yang dimakan keluargannya dan pakaian yang diberikan kepada mereka. Sesungguhnya kami tidak diwarisi’ ?”. Mereka berkata : “Ya, (kami pernah mendengarnya)”. ‘Umar berkata : “Dahulu Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam memberi nafkah keluarganya dari hartanya dan bershadaqah dengan kelebihannya. Kemudian Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam wafat, dan kemudian Abu Bakr menjabat khalifah selama dua tahun, dan ia melakukan apa dilakukan Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam” [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 2975].
Sanadnya adalah lemah, karena ada perawi mubham yang menyampaikan hadits kepada Abul-Bakhtariy. Akan tetapi ia dikuatkan oleh hadits Abu Hurairah sebelumnya dan hadits panjang dari ‘Umar bin Al-Khaththaab yang akan disebutkan di bawah.
Pakaian dan tempat tinggal adalah peninggalan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallamyang diberikan kepada istri-istri beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Adalah sangat tidak masuk akal jika kemudian setelah beliau wafat, istri-istri beliau diusir dari rumah dan pakaian atau kain yang dapat mereka pergunakan untuk menutup diri (aurat) diambil oleh Abu Bakr radliyallaahu ‘anhu. Adapun nafkah makan dan kebutuhan lainnya yang sifatnya rutin dari istri-istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak ada lagi yang menanggung, sehingga Khalifah pengganti beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam lah yang menanggungnya, yang diambilkan dari peninggalan harta fai’ Nabi (khumus), yang di antaranya adalah tanah Khaibar dan Fadak.
Perhatikan riwayat panjang berikut :
حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي مَالِكُ بْنُ أَوْسِ بْنِ الْحَدَثَانِ النَّصْرِيُّ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ دَعَاهُ إِذْ جَاءَهُ حَاجِبُهُ يَرْفَا فَقَالَ هَلْ لَكَ فِي عُثْمَانَ وَعَبْدِ الرَّحْمَنِ وَالزُّبَيْرِ وَسَعْدٍ يَسْتَأْذِنُونَ فَقَالَ نَعَمْ فَأَدْخِلْهُمْ فَلَبِثَ قَلِيلًا ثُمَّ جَاءَ فَقَالَ هَلْ لَكَ فِي عَبَّاسٍ وَعَلِيٍّ يَسْتَأْذِنَانِ قَالَ نَعَمْ فَلَمَّا دَخَلَا قَالَ عَبَّاسٌ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ اقْضِ بَيْنِي وَبَيْنَ هَذَا وَهُمَا يَخْتَصِمَانِ فِي الَّذِي أَفَاءَ اللَّهُ عَلَى رَسُولِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ بَنِي النَّضِيرِ فَاسْتَبَّ عَلِيٌّ وَعَبَّاسٌ فَقَالَ الرَّهْطُ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ اقْضِ بَيْنَهُمَا وَأَرِحْ أَحَدَهُمَا مِنْ الْآخَرِ فَقَالَ عُمَرُ اتَّئِدُوا أَنْشُدُكُمْ بِاللَّهِ الَّذِي بِإِذْنِهِ تَقُومُ السَّمَاءُ وَالْأَرْضُ هَلْ تَعْلَمُونَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا نُورَثُ مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ يُرِيدُ بِذَلِكَ نَفْسَهُ قَالُوا قَدْ قَالَ ذَلِكَ فَأَقْبَلَ عُمَرُ عَلَى عَبَّاسٍ وَعَلِيٍّ فَقَالَ أَنْشُدُكُمَا بِاللَّهِ هَلْ تَعْلَمَانِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ قَالَ ذَلِكَ قَالَا نَعَمْ قَالَ فَإِنِّي أُحَدِّثُكُمْ عَنْ هَذَا الْأَمْرِ إِنَّ اللَّهَ سُبْحَانَهُ كَانَ خَصَّ رَسُولَهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي هَذَا الْفَيْءِ بِشَيْءٍ لَمْ يُعْطِهِ أَحَدًا غَيْرَهُ فَقَالَ جَلَّ ذِكْرُهُ { وَمَا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَى رَسُولِهِ مِنْهُمْ فَمَا أَوْجَفْتُمْ عَلَيْهِ مِنْ خَيْلٍ وَلَا رِكَابٍ إِلَى قَوْلِهِ قَدِيرٌ } فَكَانَتْ هَذِهِ خَالِصَةً لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ وَاللَّهِ مَا احْتَازَهَا دُونَكُمْ وَلَا اسْتَأْثَرَهَا عَلَيْكُمْ لَقَدْ أَعْطَاكُمُوهَا وَقَسَمَهَا فِيكُمْ حَتَّى بَقِيَ هَذَا الْمَالُ مِنْهَا فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُنْفِقُ عَلَى أَهْلِهِ نَفَقَةَ سَنَتِهِمْ مِنْ هَذَا الْمَالِ ثُمَّ يَأْخُذُ مَا بَقِيَ فَيَجْعَلُهُ مَجْعَلَ مَالِ اللَّهِ فَعَمِلَ ذَلِكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَيَاتَهُ ثُمَّ تُوُفِّيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ فَأَنَا وَلِيُّ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَبَضَهُ أَبُو بَكْرٍ فَعَمِلَ فِيهِ بِمَا عَمِلَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنْتُمْ حِينَئِذٍ فَأَقْبَلَ عَلَى عَلِيٍّ وَعَبَّاسٍ وَقَالَ تَذْكُرَانِ أَنَّ أَبَا بَكْرٍ فِيهِ كَمَا تَقُولَانِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّهُ فِيهِ لَصَادِقٌ بَارٌّ رَاشِدٌ تَابِعٌ لِلْحَقِّ ثُمَّ تَوَفَّى اللَّهُ أَبَا بَكْرٍ فَقُلْتُ أَنَا وَلِيُّ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ فَقَبَضْتُهُ سَنَتَيْنِ مِنْ إِمَارَتِي أَعْمَلُ فِيهِ بِمَا عَمِلَ فِيهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبُو بَكْرٍ وَاللَّهُ يَعْلَمُ أَنِّي فِيهِ صَادِقٌ بَارٌّ رَاشِدٌ تَابِعٌ لِلْحَقِّ ثُمَّ جِئْتُمَانِي كِلَاكُمَا وَكَلِمَتُكُمَا وَاحِدَةٌ وَأَمْرُكُمَا جَمِيعٌ فَجِئْتَنِي يَعْنِي عَبَّاسًا فَقُلْتُ لَكُمَا إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا نُورَثُ مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ فَلَمَّا بَدَا لِي أَنْ أَدْفَعَهُ إِلَيْكُمَا قُلْتُ إِنْ شِئْتُمَا دَفَعْتُهُ إِلَيْكُمَا عَلَى أَنَّ عَلَيْكُمَا عَهْدَ اللَّهِ وَمِيثَاقَهُ لَتَعْمَلَانِ فِيهِ بِمَا عَمِلَ فِيهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبُو بَكْرٍ وَمَا عَمِلْتُ فِيهِ مُنْذُ وَلِيتُ وَإِلَّا فَلَا تُكَلِّمَانِي فَقُلْتُمَا ادْفَعْهُ إِلَيْنَا بِذَلِكَ فَدَفَعْتُهُ إِلَيْكُمَا أَفَتَلْتَمِسَانِ مِنِّي قَضَاءً غَيْرَ ذَلِكَ فَوَاللَّهِ الَّذِي بِإِذْنِهِ تَقُومُ السَّمَاءُ وَالْأَرْضُ لَا أَقْضِي فِيهِ بِقَضَاءٍ غَيْرِ ذَلِكَ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ فَإِنْ عَجَزْتُمَا عَنْهُ فَادْفَعَا إِلَيَّ فَأَنَا أَكْفِيكُمَاهُ قَالَ فَحَدَّثْتُ هَذَا الْحَدِيثَ عُرْوَةَ بْنَ الزُّبَيْرِ فَقَالَ صَدَقَ مَالِكُ بْنُ أَوْسٍ أَنَا سَمِعْتُ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَقُولُ أَرْسَلَ أَزْوَاجُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عُثْمَانَ إِلَى أَبِي بَكْرٍ يَسْأَلْنَهُ ثُمُنَهُنَّ مِمَّا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَى رَسُولِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكُنْتُ أَنَا أَرُدُّهُنَّ فَقُلْتُ لَهُنَّ أَلَا تَتَّقِينَ اللَّهَ أَلَمْ تَعْلَمْنَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ لَا نُورَثُ مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ يُرِيدُ بِذَلِكَ نَفْسَهُ إِنَّمَا يَأْكُلُ آلُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي هَذَا الْمَالِ فَانْتَهَى أَزْوَاجُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى مَا أَخْبَرَتْهُنَّ قَالَ فَكَانَتْ هَذِهِ الصَّدَقَةُ بِيَدِ عَلِيٍّ مَنَعَهَا عَلِيٌّ عَبَّاسًا فَغَلَبَهُ عَلَيْهَا ثُمَّ كَانَ بِيَدِ حَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ ثُمَّ بِيَدِ حُسَيْنِ بْنِ عَلِيٍّ ثُمَّ بِيَدِ عَلِيِّ بْنِ حُسَيْنٍ وَحَسَنِ بْنِ حَسَنٍ كِلَاهُمَا كَانَا يَتَدَاوَلَانِهَا ثُمَّ بِيَدِ زَيْدِ بْنِ حَسَنٍ وَهِيَ صَدَقَةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقًّا
Telah menceritakan kepada kami Abul-Yaman : Telah mengkhabarkan kepada kami Syu'aib dari Az-Zuhriy, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepadaku Malik bin Aus bin Al-Hadatsaan An-Nashriy : Bahwasannya ‘Umar bin Al-Khaththaab radliyallaahu ‘anhupernah memanggilnya, Setelah itu penjaga pintunya, Yarfa, datang melapor : "Apakah engkau mengijinkan ‘Utsmaan, ‘Abdurrahman, Az-Zubair, dan Sa'd untuk masuk ?". Umar menjawab : "Ya." Kemudian penjaga pintu menyuruh mereka masuk. Tidak lama kemudian penjaga pintu datang lagi dan berkata : “Apakah engkau mengijinkan ‘Abbaas dan ‘Aliy untuk masuk?". ‘Umar menjawab : "Ya". Ketika keduanya telah masuk, ‘Abbaas berkata : "Wahai Amirul-Mukminiin, putuskanlah antara kami dengan orang ini". Ketika itu mereka tengah berselisih masalah harta yang Allah karuniakan kepada Rasul-Nya shallallaahu 'alaihi wa sallam, yakni berupa harta milik Bani Nadliir sehingga keduanya saling mencela. Sebagian kelompok berkata : "Wahai Amirul-Mukminin, buatlah keputusan untuk keduanya, dan legakanlah salah seorang di antara keduanya". 'Umar pun berkata : "Tenanglah kalian! Dan aku minta kepada kalian, demi Allah yang dengan ijin-Nya langit dan bumi tegak, apakah kalian mengetahui bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda : ‘Kami tidak mewariskan dan apa yang kami tinggalkan semuanya sebagai shadaqah’ ?. Mereka (‘Utsmaan, ‘Abdurrahman, Az-Zubair, dan Sa'd) menjawab : "Ya, beliau telah bersabda demikian". Maka 'Umar kembali menghadap dan berbicara kepada 'Aliy dan 'Abbaas : "Aku minta kepada kalian berdua, demi Allah, apakah kalian berdua mengetahui bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam telah bersabda seperti itu ?". Keduanya (‘Aliy dan ‘Abbaas) menjawab : "Ya, beliau telah bersabda seperti itu". ‘Umar kemudian melanjutkan : "Untuk itu aku akan menyampaikan kepada kalian tentang masalah ini. Sesungguhnya Allah telah mengkhususkan Rasul-Nya shallallaahu 'alaihi wa sallam dalam masalah fa'i ini sebagai sesuatu yang tidak Dia berikan kepada siapapun selain beliau". - Lalu ‘Umar membaca firman Allah : 'Dan apa saja yang dikaruniakan Allah berupa fa'i (rampasan perang) kepada Rasul-Nya dari (harta benda) mereka… - hingga firmanNya - dan Allah Maha berkuasa atas segala sesuatu' (QS. Al-Hasyr : 6) - . “Ayat ini merupakan pengkhususan untuk Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam. Demi Allah, tidaklah beliau mengumpulkannya dengan tidak memperhatikan kalian dan juga tidak untuk lebih mementingkan diri kalian. Sungguh, beliau telah memberikannya kepada kalian dan menyebarkannya di tengah-tengah kalian (kaum Muslimin) hingga sekarang masih ada yang tersisa dari harta tersebut. Dan Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam telah memberi nafkah belanja kepada keluarga beliau sebagai nafkah tahunan mereka dari harta fa'i ini, lalu sisanya beliau ambil dan dijadikannya sebagai harta Allah. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah menerapkan semua ini samasa hidup beliau. Kemudian Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam wafat. Lalu Abu Bakr berkata : 'Akulah wali Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam'. Maka Abu Bakr pun mewenangi harta itu, kemudian ia mengelolanya seperti apa yang dilaksanakan oleh Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam. Saat itu kalian juga ada". Kemudian ‘Umar menghadap ke arah ‘Aliy dan ‘Abbaas. ‘Umar melanjutkan : "Kalian berdua juga ingat bahwa dalam mengelola harta itu sebagaimana yang kalian berdua katakan - sungguh Allah juga Maha Mengetahui - bahwa ia (Abu Bakr) adalah orang yang jujur, bijak, lurus dan pengikut kebenaran. Kemudian Allah mewafatkan Abu Bakr. Lalu aku berkata : 'Aku adalah pengganti Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam dan Abu Bakr',  dan aku berwenang untuk mengelola harta tersebut hingga dua tahun dari kepemimpinanku. Aku mengelolanya sebagaimana yang dikelola Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam dan Abu Bakr. Dan Allah juga mengetahui bila aku adalah orang yang jujur, bijak, lurus, dan pengikut kebenaran. Lalu kenapa kalian datang kepadaku dan berbicara kepadaku padahal ucapan kalian satu dan maksud urusan kalian juga satu. Engkau, wahai 'Abbaas ! engkau datang kepadaku lalu aku katakan kepada kalian berdua : 'Sesungguhnya Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda : ‘Kami tidak mewariskan dan apa yang kami tinggalkan semuanya sebagai shadaqah’. Setelah jelas bagiku bahwa aku harus memberikannya kepada kalian berdua, maka aku akan katakan : Jika memang kalian menghendakinya, aku akan berikan kepada kalian berdua. Namun kalian berdua harus ingat akan janji Allah dan ketentuan-Nya, yaitu kalian harus mengelola sebagaimana yang pernah dikelola Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Abu Bakr lakukan, dan juga apa yang telah aku lakukan sejak aku memegang kekuasaan ini. Jika tidak, maka kalian jangan mengatakan sesuatu kepadaku. Jika kalian berdua mengatakan : ‘Berikanlah kepada kami’, maka dengan ketentuan seperti itu, aku akan berikan kepada kalian berdua. Apakah kalian berdua hendak merubah ketentuan selain dari itu ?. Demi Allah, yang dengan ijin-Nya langit dan bumi bisa tegak, aku tidak akan memutuskan dengan keputusan selain itu sampai tiba hari Kiamat. Seandainya kalian berdua tidak sanggup atasnya, maka serahkanlah kepadaku karena sungguh aku akan mencukupkan kalian berdua dengannya (harta itu)".
Perawi berkata : "Lalu aku sampaikan hadits ini kepada 'Urwah bin Az Zubair. Ia berkata : ‘Malik bin Aus benar. Aku juga pernah mendengar 'Aisyah radliyallaahu ‘anhaa, isteri Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam, berkata : ‘Para isteri Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam pernah mengutus ‘Utsmaan menemui Abu Bakr untuk meminta seperdelapan dari harta yang telah Allah karuniakan kepada Rasul-Nya shallallaahu 'alaihi wa sallam. Lalu aku (‘Aaisyah) menolak mereka. Aku katakan kepada mereka : "Apakah kalian tidak takut kepada Allah ? Apakah kalian tidak mengetahui bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda : ‘Kami tidak mewariskan dan apa yang kami tinggalkan semuanya sebagai shadaqah’ - yang beliau maksud dengan (kami) adalah diri beliau sendiri -. Sesungguhnya keluarga Muhammad makan dari harta ini". Maka para isteri Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam berhenti pada apa yang telah disampaikan oleh Aisyah kepada mereka". Urwah berkata : "Maka harta shadaqah ini ada di tangan Aliy, sementara Aliy mencegah Abbaas dari harta tersebut, dan dapat mengalahkannya. Kemudian beralih ditangan Al-Hasan bin ‘Aliy, kemudian berpindah ke tangan Al-Husain bin ‘Aliy, kemudian berpindah ke tangan ‘Aliy bin Al-Husain, kemudian Al-Hasan bin Al-Hasan. Keduanya saling bergantian. Kemudian berpindah ke tangan Zaid bin Hasan. Dan sesungguhnya itu merupakan shadaqah Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam" [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 4033-4034].
Dalam riwayat ini ada beberapa faedah yang terkait dengan bahasan, di antaranya :
1.     ‘Aliy bin Abi Thaalib mengakui eksistensi hadits yang disampaikan Abu Bakrradliyallaahu ‘anhumaa, bahwasannya harta bagian khumus beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak diwariskan kepada keluarga dan anak-anaknya. Tidak sekedar mengakui eksistensinya, namun juga membenarkannya.
2.     Abu Bakr memperlakukan harta tersebut sesuai dengan yang dilakukan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Begitu juga dengan ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa.
3.     Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menafkahi keluarganya dengan harta fai’tersebut.
4.     Abu Bakr dan ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa menanggung nafkah keluarga Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dengan harta fai’ tersebut.
5.     ‘Umar radliyallaahu ‘anhu memberikan akhirnya kewenangan kepada Al-‘Abbaas dan ‘Aliy dengan syarat ia memperlakukannya sebagaimana yang diperlakukan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakr radliyallaahu ‘anhuterhadapnya; yaitu : memberikan nafkah kepada keluarga Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan menggunakannya untuk kepentingan kaum muslimin. Hal yang sama ketika harta itu berpindah ke tangan 'Aliy radliyallaahu 'anhu.
Ahlul-Bait Sepakat dengan Abu Bakr radliyallaahu ‘anhu
Sebagian kesepakatan ‘Aliy dan Faathimah radliyallaahu ‘anhumaa telah disebutkan di atas. Berikut adalah tambahannya :
Ahlul-Bait sepakat bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam wafat dalam keadaan tidak meninggalkan harta untuk diwariskan kepada ahli warisnya.
حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنْ مِسْعَرٍ، عَنْ عَدِيِّ بْنِ ثَابِتٍ، قَالَ: سَمِعْتُ  عَلِيَّ  بْنَ  الْحُسَيْنِ ، يَقُولُ: " مَا تَرَكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دِينَارًا وَلا دِرْهَمًا، وَلا عَبْدًا، وَلا أَمَةً "
Telah menceritakan kepada kami Wakii’, dari Mis’ar, dari ‘Adiy bin Tsaabit, ia berkata : Aku mendengar ‘Aliy bin Al-Husain berkata : “Tidaklah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan dinar, dirham, budak laki-laki, dan budak wanita (ketika wafat)” [Diriwayatkan oleh Hanaad dalam Az-Zuhd no. 734].
Sanad riwayat ini shahih (hingga ‘Aliy bin Al-Husain rahimahullah), semua perawinyatsiqaat.
Keterangan perawinya adalah sebagai berikut :
a.     Wakii’ bin Al-Jarraah bin Maliih Ar-Ruaasiy, Abu Sufyaan Al-Kuufiy; seorang yangtsiqahhaafidh, lagi ‘aabid. Termasuk thabaqah ke-9, wafat tahun 196/197 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 1037 no. 7464].
b.     Mis’ar bin Kidaam bin Dhahiir bin ‘Ubaidah bin Al-Haarits bin Hilaal bin ‘Aamir bin Sha’sha’ah Al-Hilaaliy Al-‘Aamiriy, Abu Salamah Al-Kuufiy; seorang yang tsiqah lagitsabat. Termasuk thabaqah ke-7, dan wafat tahun 153 H/155 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 936 no. 6649].
c.      ‘Adiy bin Tsaabit Al-Anshaariy Al-Kuufiy; seorang yang tsiqah, dituduh melakukantasyayyu’. Termasuk thabaqah ke-4, dan wafat tahun 116 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 671 no. 4571].
d.     ‘Aliy bin Al-Husain bin ‘Aliy bin Abi Thaalib Al-Qurasyiy Al-Haasyimiy Abul-Husain/Abul-Hasan/Abu Muhammad Al-Madaniy, dikenal dengan nama : Zainul-‘Aabidiin; seorang yang tsiqah lagi tsabat. Termasuk thabaqah ke-3, dan wafat tahun 93 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 693 no. 4749].
Seandainya khumus dari harta fai’ itu memang termasuk harta warisan yang ditinggalkan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, tentu akan ia tidak akan lupa menyebutnya.
Bahkan Ahlul-Bait sepakat dengan cara pengaturan khumus harta fai’ yang dilakukan Abu Bakr dan ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa.[39]
وَحَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَاقَ، قَالَ: سَأَلْتُ أَبَا جَعْفَرٍ مُحَمَّدَ بْنَ عَلِيٍّ، فَقُلْتُ: عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ حَيْثُ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ النَّاسِ مَا وَلِيَ، كَيْفَ صَنَعَ فِي سَهْمِ ذِي الْقُرْبَى؟ قَالَ: " سَلَكَ بِهِ سَبِيلَ أَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ "، قُلْتُ: وَكَيْفَ وَأَنْتُمْ تَقُولُونَ مَا تَقُولُونَ؟ فَقَالَ: " مَا كَانَ أَهْلُهُ يَصْدُرُونَ إِلا عَنْ رَأْيِهِ "، قُلْتُ: فَمَا مَنَعَهُ؟ قَالَ: " كَرِهَ وَاللَّهِ أَنْ يُدْعَى عَلَيْهِ خِلافَ أَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ "
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Al-Mubaarak, dari Muhammad bin Ishaaq, ia berkata : Aku pernah bertanya kepada Abu Ja’far Muhammad bin ‘Aliy. Aku berkata : “‘Aliy ketika mengurus urusan orang-orang (saat memimpin di negeri ‘Iraaq), bagaimanakah yang ia lakukan dalam bagian kerabat dekat (pada harta khumus) ?”. Ia (Abu Ja’far) menjawab : “Ia mengikuti cara Abu Bakr dan ‘Umar”. Aku berkata : “Bagaimana bisa engkau mengatakan apa yang engkau katakan tadi ?”. Ia berkata : “Sesungguhnya – demi Allah, tidaklah keluarganya menyandarkan sesuatu kecuali pada pendapatnya (‘Aliy)”. Aku berkata : “Lantas, apakah yang menghalanginya ?”. Ia menjawab : “Demi Allah, ia tidak suka disebut telah menyelisihi Abu Bakr dan ‘Umar” [Diriwayatkan oleh Al-Qaasim bin Sallaam dalam Al-Amwaal no. 848].
Sanad riwayat ini hasan. Berikut keterangan para perawinya :
a.     ‘Abdullah bin Al-Mubaarak bin Waadlih Al-Handhaliy At-Tamiimiy, Abu ‘Abdirrahmaan Al-Marwaziy; seorang yang tsiqahtsabatfaqiih, lagi ‘aalim. Termasuk thabaqah ke-8, lahir tahun 118 H, dan wafat tahun 181 H. Dipakai Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 540 no. 3595].
b.     Muhammad bin Ishaaq bin Yasaar Al-Madaniy, Abu Bakr/Abu ‘Abdilah Al-Qurasyiy; seorang yang shaduuq, namun sering melakukan tadliis. Termasuk thabaqah ke-5, dan wafat tahun 150 H atau setelahnya. Dipakai oleh Al-Bukhaariy secara mu’allaq,Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 825 no. 5762].
c.      Muhammad bin ‘Aliy bin Al-Husain bin ‘Aliy bin Abi Thaalib Al-Qurasyiy Al-Haasyimiy Al-Madaniy, Abu Ja’far Al-Baaqir; seorang yang tsiqah lagi mempunyai keutamaan. Termasuk thabaqah ke-4, dan wafat tahun 114 H/115 H/116 H/117 H/118 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 879 no. 6191].
KESIMPULAN
Tidak ada permusuhan antara Abu Bakr, ‘Umar, ‘Aliy, ataupun Faathimah radliyallaahu ‘anhum. Mereka semua bersaudara dalam naungan Islam. Seandainya ada perselisihan, maka itu ada perselisihan yang biasa terjadi di kalangan manusia, sehingga tidak perlu dibesar-besarkan. Allah ta’ala memerintahkan kita untuk mendoakan kebaikan kepada mereka semua, karena dengan perantaraan mereka lah Islam sampai kepada kita.
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang" [QS. Al-Hasyr : 10].
Syi’ah telah berupaya dengan sangat keras menciptakan beberapa sandiwara permusuhan antara keluarga ‘Aliy bin Abi Thaalib dengan para shahabat radliyallaahu ‘anhum, karena agama mereka – dari akar sejarahnya – memang lahir dari sandiwara permusuhan dan kebencian ini. Mereka tidak ridla – sebagaimana kita ridla – jika ‘Aliy bin Abi Thaalib dan keluarganya mempunyai hubungan baik dengan para shahabat. Seandainya memang terjadi perselisihan yang terjadi di antara mereka, maka perselisihan itu akan dikemas menjadi ‘seolah-olah’ besar sebagaimana perselisihan antara kaum muslimin dengan Yahudi dan Nashrani.
Semoga ada manfaatnya.
[abul-jauzaa’ – wonokarto, wonogiri, 21072012].


[1]      Riwayatnya adalah :
أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ الْفَضْلِ الْكَلاعِيُّ بِحِمْصَ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عُثْمَانَ بْنِ سَعِيدٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبِي، عَنْشُعَيْبِ بْنِ أَبِي حَمْزَةَ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، قَالَ: حَدَّثَنِي عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ، أَنَّ عَائِشَةَ أَخْبَرَتْهُ، أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرْسَلَتْ إِلَى أَبِي بَكْرٍ تَسْأَلُهُ مِيرَاثَهَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَى رَسُولِهِ، وَفَاطِمَةُ رِضْوَانُ اللَّهِ عَلَيْهَا حِينَئِذٍ تَطْلُبُ صَدَقَةَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الَّتِي بِالْمَدِينَةِ وَفَدَكَ وَمَا بَقِيَ مِنْ خُمْسِ خَيْبَرَ، قَالَتْ عَائِشَةُ: فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " لا نُوَرَّثُ مَا تَرَكْنَاهُ صَدَقَةٌ، إِنَّمَا يَأْكُلُ آلُ مُحَمَّدٍ مِنْ هَذَا الْمَالِ، لَيْسَ لَهُمْ أَنْ يَزِيدُوا عَلَى الْمَأْكَلِ "، وَإِنِّي وَاللَّهِ لا أُغَيِّرُ شَيْئًا مِنْ صَدَقَاتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ حَالِهَا الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهَا فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلأَعْمَلَنَّ فِيهَا بِمَا عَمِلَ فِيهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَبَى أَبُو بَكْرٍ أَنْ يَدْفَعَ إِلَى فَاطِمَةَ مِنْهَا شَيْئًا، فَوَجَدَتْ فَاطِمَةُ عَلَى أَبِي بَكْرٍ مِنْ ذَلِكَ، فَهَجَرَتْهُ، فَلَمْ تُكَلِّمْهُ حَتَّى حَتَّى تُوُفِّيَتْ، وَعَاشَتْ بَعْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ......
[2]      Riwayatnya adalah :
أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ، أَخْبَرَنِي أَبُو النَّضْرِ مُحَمَّدُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْفَقِيهُ، ثنا عُثْمَانُ بْنُ سَعِيدٍ الدَّارِمِيُّ، قَالَ: قُلْتُ لأَبِي الْيَمَانِ: أَخْبَرَكَ شُعَيْبُ بْنُ أَبِي حَمْزَةَ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، قَالَ: حَدَّثَنِي عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ، أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَخْبَرَتْهُ، أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ أَرْسَلَتْ إِلَى أَبِي بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ تَسْأَلُهُ مِيرَاثَهَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ مِمَّا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَى رَسُولِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَفَاطِمَةُ حِينَئِذٍ تَطْلُبُ صَدَقَةَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ الَّتِي بِالْمَدِينَةِ وَفَدَكٍ وَمَا بَقِيَ مِنْ خُمُسِ خَيْبَرَ، قالتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا: فقَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " لا نُورَثُ، مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ، إِنَّمَا يَأْكُلُ آلُ مُحَمَّدٍ مِنْ هَذَا الْمَالِ، يَعْنِي: مَالَ اللَّهِ، لَيْسَ لَهُمْ أَنْ يَزِيدُوا عَلَى الْمَأْكَلِ "، وَإِنِّي وَاللَّهِ لا أُغَيِّرُ صَدَقَاتِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ عَنْ حَالِهَا الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِ فِي عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَلأَعْمَلَنَّ فِيهَا بِمَا عَمِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ فِيهَا فَأَبَى أَبُو بَكْرٍ أَنْ يَدْفَعَ إِلَى فَاطِمَةَ مِنْهَا شَيْئًا، فَوَجَدَتْ فَاطِمَةُ عَلَى أَبِي بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا مِنْ ذَلِكَ،......
[3]      Riwayatnya adalah :
أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ، قَالَ: أَخْبَرَنَا أَبُو النَّضْرِ مُحَمَّدُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْفَقِيهُ، قَالَ: حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ سَعِيدٍ الدَّارِمِيُّ، قَالَ: قُلْتُ لأَبِي الْيَمَانِ: أَخْبَرَكَ شُعَيْبُ بْنُ أَبِي حَمْزَةَ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، قَالَ: حَدَّثَنِي عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ، أَنَّ عَائِشَةَ أَخْبَرَتْهُ، أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ أَرْسَلَتْ إِلَى أَبِي بَكْرٍ تَسْأَلُهُ مِيرَاثَهَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ مِمَّا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَى رَسُولِهِ، وَفَاطِمَةُ حِينَئِذٍ تَطْلُبُ صَدَقَةَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ الَّتِي بِالْمَدِينَةِ وَفَدَكَ، وَمَا بَقِيَ مِنْ خُمُسِ خَيْبَرَ، قَالَتْ عَائِشَةُ: فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " لا نُورَثُ، مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ " إِنَّمَا يَأْكُلُ آلُ مُحَمَّدٍ مِنْ هَذَا الْمَالِ ! يَعْنِي مَالَ اللَّهِ لَيْسَ لَهُمْ أَنْ يَزِيدُوا عَلَى الْمَأْكَلِ، وَإِنِّي وَاللَّهِ لا أُغَيِّرُ صَدَقَاتِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ عَنْ حَالِهَا الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِ فِي عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَلأَعْمَلَنَّ فِيهَا بِمَا عَمِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ فِيهَا، فَأَبَى أَبُو بَكْرٍ أَنْ يَدْفَعَ إِلَى فَاطِمَةَ مِنْهَا شَيْئًا، فَوَجَدْتُ فَاطِمَةُ عَلَى أَبِي بَكْرٍ مِنْ ذَلِكَ،.......
[4]      Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعَةَ، ثَنَا أَبُو الْيَمَانِ، قَالَ: أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، حَدَّثَنِي عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ، أَنَّ عَائِشَةَ أَخْبَرَتْهُ، أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرْسَلَتْ إِلَى أَبِي بَكْرٍ تَسْأَلُهُ مِيرَاثَهَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِمَّا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَى رَسُولِهِ، وَفَاطِمَةُ حِينَئِذٍ تَطْلُبُ صَدَقَةَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الَّتِي بِالْمَدِينَةِ وَمَا بَقِيَ مِنْ خُمُسِ خَيْبَرَ، قَالَتْ عَائِشَةُ: فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " لا نُورَثُ، مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ "، إِنَّمَا كَانَ يَأْكُلُ آلُ مُحَمَّدٍ مِنْ هَذَا الْمَالِ يَعْنِي مَالَ اللَّهِ لَيْسَ لَهُمْ أَنْ يَزِيدُوا عَلَى الْمَأْكَلِ، وَإِنِّي وَاللَّهِ لا أُغَيِّرُ صَدَقَاتِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ حَالِهَا الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهَا فِي عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلأَعْمَلَنَّ فِيهَا بِمَا عَمِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيهَا، فَأَبَى أَبُو بَكْرٍ أَنْ يَدْفَعَ إِلَى فَاطِمَةَ مِنْهَا شَيْئًا، فَوَجَدَتْ فَاطِمَةَ عَلَى أَبِي بَكْرٍ فِي ذَلِكَ، فَهَجَرَتْهُ، فَلَمْ تُكَلِّمْهُ حَتَّى مَاتَتْ، وَعَاشَتْ بَعْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ......
[5]      Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ صَالِحٍ، عَنْ ابْنِ شِهَابٍ، قَالَ: أَخْبَرَنِي عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ، أَنَّ عَائِشَةَ أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، أَخْبَرَتْهُ أَنَّ فَاطِمَةَ عَلَيْهَا السَّلَام ابْنَةَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ: " سَأَلَتْ أَبَا بَكْرٍ الصِّدِّيقَ بَعْدَ وَفَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَقْسِمَ لَهَا مِيرَاثَهَا مِمَّا تَرَكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ مِمَّا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَيْهِ، فَقَالَ: لَهَا أَبُو بَكْرٍ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَا نُورَثُ مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌفَغَضِبَتْ فَاطِمَةُ بِنْتُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ فَهَجَرَتْ أَبَا بَكْرٍ، فَلَمْ تَزَلْ مُهَاجِرَتَهُ حَتَّى تُوُفِّيَتْ وَعَاشَتْ بَعْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ،.......
[6]      Riwayatnya adalah :
أَخْبَرَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ سَعْدٍ الزُّهْرِيُّ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ صَالِحِ بْنِ كَيْسَانَ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، قَالَ: أَخْبَرَنِي عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ، أَنَّ عَائِشَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ أَخْبَرَتْهُ، أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ رَسُولِ اللَّهِ سَأَلَتْ أَبَا بَكْرٍ بَعْدَ وَفَاةِ رَسُولِ اللَّهِ أَنْ يَقْسِمَ لَهَا مِيرَاثَهَا مِمَّا تَرَكَ رَسُولُ اللَّهِ، مِمَّا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَيْهِ، فَقَالَ لَهَا أَبُو بَكْرٍ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " لا نُوَّرَثُ مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ  فَغَضِبَتْ فَاطِمَةُ، وَعَاشَتْ بَعْدَ وَفَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ
[7]      Riwayatnya adalah :
أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ، أنا أَبُو سَهْلٍ أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ زِيَادٍ الْقَطَّانُ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ السُّلَمِيُّ، ثنا عَبْدُ الْعَزِيزِ الأُوَيْسِيُّ، حَدَّثَنِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ صَالِحٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، قَالَ: أَخْبَرَنِي عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ، أَنَّ عَائِشَةَ أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَخْبَرَتْهُ، أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ سَأَلَتْ أَبَا بَكْرٍ بَعْدَ وَفَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَقْسِمَ لَهَا مِيرَاثَهَا مِمَّا تَرَكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ مِمَّا أَفَاءَ اللَّهُ، فقَالَ لَهَا أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " لا نُورَثُ، مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ " فَغَضِبَتْ فَاطِمَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، فَهَجَرَتْ أَبَا بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، فَلَمْ تَزَلْ مُهَاجِرَةً لَهُ حَتَّى تُوُفِّيَتْ، وَعَاشَتْ بَعْدَ وَفَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ.....
[8]      Riwayatnya adalah :
وحَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ، حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا أَبِي. ح وحَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ، وَالْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْحُلْوَانِيُّ، قَالَا: حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ وَهُوَ ابْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا أَبِي، عَنْ صَالِحٍ، عَنْ ابْنِ شِهَابٍ، أَخْبَرَنِي عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ: " أَنَّ عَائِشَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ أَخْبَرَتْهُ: أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ سَأَلَتْ أَبَا بَكْرٍ بَعْدَ وَفَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَقْسِمَ لَهَا مِيرَاثَهَا مِمَّا تَرَكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ مِمَّا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَيْهِ، فَقَالَ لَهَا أَبُو بَكْرٍ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَا نُورَثُ مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ  قَالَ: وَعَاشَتْ بَعْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ،......
[9]      Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبِي، عَنْ صَالِحٍ، قَالَ ابْنُ شِهَابٍ: أَخْبَرَنِي عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ، أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ أَخْبَرَتْهُ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ سَأَلَتْ أَبَا بَكْرٍ بَعْدَ وَفَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَقْسِمَ لَهَا مِيرَاثَهَا، مِمَّا تَرَكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ مِمَّا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَيْهِ، فَقَالَ لَهَا أَبُو بَكْرٍ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " لَا نُورَثُ، مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ  فَغَضِبَتْ فَاطِمَةُ، عَلَيْهَا السَّلَام، فَهَجَرَتْ أَبَا بَكْرٍ، فَلَمْ تَزَلْ مُهَاجِرَتَهُ حَتَّى تُوُفِّيَتْ، قَالَ: وَعَاشَتْ بَعْدَ وَفَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ....
[10]     Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ الْوَاسِطِيُّ، وَأَبُو دَاوُدَ الْحَرَّانِيُّ، قَالا: ثنا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ سَعْدٍ، قثنا أَبِي، عَنْ صَالِحٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ. ح وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ، وَأَبُو إِسْمَاعِيلَ التِّرْمِذِيُّ، قَالا: ثنا عَبْدُ الْعَزِيزِ الأُوَيْسِيُّ، قثنا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ صَالِحٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ، عَنْ عَائِشَةَ، زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ أَخْبَرَتْهُ: أَنَّ فَاطِمَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا بِنْتَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ سَأَلَتَ أَبَا بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بَعْدَ وَفَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَقْسِمَ لَهَا مِيرَاثَهَا مِمَّا تَرَكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ مِمَّا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَيْهِ، فَقَالَ لَهَا أَبُو بَكْرٍ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " لا نُوَرَّثُ، مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ  قَالَ: وَعَاشَتْ بَعْدَ وَفَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ،......
[11]     Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، عَنْ عُقَيْلٍ، عَنْ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّ فَاطِمَةَ عَلَيْهَا السَّلَام بِنْتَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ أَرْسَلَتْ إِلَى أَبِي بَكْرٍ تَسْأَلُهُ مِيرَاثَهَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ مِمَّا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَيْهِ بِالْمَدِينَةِ، وَفَدَكٍ وَمَا بَقِيَ مِنْ خُمُسِ خَيْبَرَ، فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " لَا نُورَثُ مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ، إِنَّمَا يَأْكُلُ آلُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ فِي هَذَا الْمَالِ "، وَإِنِّي وَاللَّهِ لَا أُغَيِّرُ شَيْئًا مِنْ صَدَقَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ عَنْ حَالِهَا الَّتِي كَانَ عَلَيْهَا فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَلَأَعْمَلَنَّ فِيهَا بِمَا عَمِلَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ فَأَبَى أَبُو بَكْرٍ أَنْ يَدْفَعَ إِلَى فَاطِمَةَ مِنْهَا شَيْئًا، فَوَجَدَتْ فَاطِمَةُ عَلَى أَبِي بَكْرٍ فِي ذَلِكَ فَهَجَرَتْهُ، فَلَمْ تُكَلِّمْهُ حَتَّى تُوُفِّيَتْ، وَعَاشَتْ بَعْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ........
[12]     Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا لَيْثٌ، حَدَّثَنِي عُقَيْلٌ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ أَنَّهَا أَخْبَرَتْهُ: أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ أَرْسَلَتْ إِلَى أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ، تَسْأَلُهُ مِيرَاثَهَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ مِمَّا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَيْهِ بِالْمَدِينَةِ، وَفَدَكَ، وَمَا بَقِيَ مِنْ خُمُسِ خَيْبَرَ، فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " لَا نُورَثُ، مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ، إِنَّمَا يَأْكُلُ آلُ مُحَمَّدٍ فِي هَذَا الْمَالِ "، وَإِنِّي وَاللَّهِ لَا أُغَيِّرُ شَيْئًا مِنْ صَدَقَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ عَنْ حَالِهَا الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهَا فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَلَأَعْمَلَنَّ فِيهَا بِمَا عَمِلَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ أَبُو بَكْرٍ أَنْ يَدْفَعَ إِلَى فَاطِمَةَ مِنْهَا شَيْئًا،فَوَجَدَتْ فَاطِمَةُ عَلَى أَبِي بَكْرٍ فِي ذَلِكَ،......
[13]     Riwayatnya adalah :
فَوَجَدْنَا أَحْمَدَ بْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ وَهْبٍ، قَدْ حَدَّثَنَا قَالَ: حَدَّثَنَا عَمِّي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ، وَحَدَّثَنَا إبْرَاهِيمُ بْنُ أَبِي دَاوُدَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ صَالِحٍ، ثُمَّ اجْتَمَعَا فَقَالَ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا: حَدَّثَنِي اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ عُقَيْلٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّهَا أَخْبَرَتْهُ، أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ رَسُولِ اللَّهِ عَلَيْهِ السَّلامُ أَرْسَلَتَ إلَى أَبِي بَكْرٍ تَسْأَلُهُ مِيرَاثَهَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ بِالْمَدِينَةِ وَفَدَكَ وَمَا بَقِيَ مِنْ خُمُسِ خَيْبَرَ، فَقَالَ لَهَا أَبُو بَكْرٍ: إنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " لا نُوْرَثُ، مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ " إنَّمَا كَانَ يَأْكُلُ آلُ مُحَمَّدٍ فِي هَذَا الْمَالِ، وَإِنِّي وَاللَّهِ لا أُغَيِّرُ شَيْئًا مِنْ صَدَقَةِ رَسُولِ اللَّهِ عَلَيْهِ السَّلامُ عَنْ حَالِهَا الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهَا فِي حَيَاةِ رَسُولِ اللَّهِ عَلَيْهِ السَّلامُ، وَلأَعْمَلَنَّ فِيهَا بِمَا عَمِلَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ أَبُو بَكْرٍ أَنْ يَدْفَعَ إلَى فَاطِمَةَ مِنْهَا شَيْئًا، فَوَجَدَتْ فَاطِمَةُ عَلَى أَبِي بَكْرٍ فِي ذَلِكَ، فَهَجَرَتْهُ فَلَمْ تُكَلِّمْهُ حَتَّى تُوُفِّيَتْ، وَعَاشَتْ بَعْدَ رَسُولِ اللَّهِ عَلَيْهِ السَّلامُ سِتَّةَ أَشْهُرٍ.......
[14]     Riwayatnya adalah :
أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ قُتَيْبَةَ، حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ مَوْهِبٍ، حَدَّثَنِي اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ عَقِيلِ بْنِ خَالِدٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّهَا أَخْبَرَتْهُ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرْسَلَتْ إِلَى أَبِي بَكْرٍ تَسْأَلُهُ مِيرَاثَهَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِمَّا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَيْهِ بِالْمَدِينَةِ، وَفَدَكَ، وَمَا بَقِيَ مِنْ خُمُسِ خَيْبَرَ، فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " إِنَّا لا نُورَثُ، مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ، إِنَّمَا يَأْكُلُ آلُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي هَذَا الْمَالِ "، وَإِنِّي وَاللَّهِ لا أُغَيِّرُ شَيْئًا مِنْ صَدَقَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ حَالِهَا الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهَا فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلأَعْمَلَنَّ فِيهَا بِمَا عَمِلَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَبَى أَبُو بَكْرٍ أَنْ يَدْفَعَ إِلَى فَاطِمَةَ مِنْهَا شَيْئًا، فَوَجَدَتْ فَاطِمَةُ عَلَى أَبِي بَكْرٍ فِي ذَلِكَ، وَهَجَرَتْهُ، فَلَمْ تُكَلِّمْهُ حَتَّى تُوُفِّيَتْ بَعْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ بِسِتَّةِ أَشْهُرٍ.....
[15]     Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ، أَخْبَرَنَا حُجَيْنٌ، حَدَّثَنَا لَيْثٌ، عَنْ عُقَيْلٍ، عَنْ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّهَا أَخْبَرَتْهُ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرْسَلَتْ إِلَى أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ تَسْأَلُهُ مِيرَاثَهَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِمَّا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَيْهِ بِالْمَدِينَةِ، وَفَدَكٍ وَمَا بَقِيَ مِنْ خُمْسِ خَيْبَرَ، فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَا نُورَثُ مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ "، إِنَّمَا يَأْكُلُ آلُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي هَذَا الْمَالِ، وَإِنِّي وَاللَّهِ لَا أُغَيِّرُ شَيْئًا مِنْ صَدَقَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ حَالِهَا، الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهَا فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَأَعْمَلَنَّ فِيهَا بِمَا عَمِلَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَبَى أَبُو بَكْرٍ أَنْ يَدْفَعَ إِلَى فَاطِمَةَ شَيْئًا، فَوَجَدَتْ فَاطِمَةُ عَلَى أَبِي بَكْرٍ فِي ذَلِكَ، قَالَ: فَهَجَرَتْهُ فَلَمْ تُكَلِّمْهُ حَتَّى تُوُفِّيَتْ وَعَاشَتْ بَعْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ......
[16]     Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا هِشَامٌ، أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ، عَنْ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ فَاطِمَةَ، وَالْعَبَّاسَ عَلَيْهِمَا السَّلَام أَتَيَا أَبَا بَكْرٍ يَلْتَمِسَانِ مِيرَاثَهُمَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُمَا حِينَئِذٍ يَطْلُبَانِ أَرْضَيْهِمَا مِنْ فَدَكَ، وَسَهْمَهُمَا مِنْ خَيْبَرَ، فَقَالَ لَهُمَا أَبُو بَكْرٍ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " لَا نُورَثُ مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ، إِنَّمَا يَأْكُلُ آلُ مُحَمَّدٍ مِنْ هَذَا الْمَالِ، قَالَ أَبُو بَكْرٍ: وَاللَّهِ لَا أَدَعُ أَمْرًا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُهُ فِيهِ إِلَّا صَنَعْتُهُ، قَالَ: فَهَجَرَتْهُ فَاطِمَةُ فَلَمْ تُكَلِّمْهُ حَتَّى مَاتَتْ "
[17]     Riwayatnya adalah :
عَنْ مَعْمَرٍ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ، " أَنَّ فَاطِمَةَ، وَالْعَبَّاسَ، أَتَيَا أَبَا بَكْرٍ يَلْتَمِسَانِ مِيرَاثَهُمَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُمَا حِينَئِذٍ يَطْلُبَانِ أَرْضَهُ مِنْ فَدَكَ، وَسَهْمَهُ مِنْ خَيْبَرٍ فَقَالَ لَهُمَا أَبُو بَكْرٍ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: لا نُورَثُ، مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ، إِنَّمَا يَأْكُلُ آلُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ هَذَا الْمَالِ، وَإِنِّي وَاللَّهِ لا أَدَعُ أَمْرًا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُهُ، إِلا صَنَعْتُهُ، قَالَ: فَهَجَرَتْهُ فَاطِمَةُ، فَلَمْ تُكَلِّمْهُ فِي ذَلِكَ حَتَّى مَاتَتْ........
[18]     Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، وَمُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ، وَعَبْدُ بْنُ حميد، قَالَ ابْنُ رَافِعٍ حَدَّثَنَا وقَالَ الْآخَرَانِ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ، عَنْ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ " أَنَّ فَاطِمَةَ، وَالْعَبَّاسَ أَتَيَا أَبَا بَكْرٍ يَلْتَمِسَانِ مِيرَاثَهُمَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَهُمَا حِينَئِذٍ يَطْلُبَانِ أَرْضَهُ مِنْ فَدَكٍ وَسَهْمَهُ مِنْ خَيْبَرَ، فَقَالَ لَهُمَا أَبُو بَكْرٍ: إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَسَاقَ الْحَدِيثَ بِمِثْلِ مَعْنَى حَدِيثِ عُقَيْلٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ غَيْرَ أَنَّهُ قَالَ: ثُمَّ قَامَ عَلِيٌّ فَعَظَّمَ مِنْ حَقِّ أَبِي بَكْرٍ، وَذَكَرَ فَضِيلَتَهُ وَسَابِقَتَهُ ثُمَّ مَضَى إِلَى أَبِي بَكْرٍ، فَبَايَعَهُ فَأَقْبَلَ النَّاسُ إِلَى عَلِيٍّ، فَقَالُوا: أَصَبْتَ وَأَحْسَنْتَ، فَكَانَ النَّاسُ قَرِيبًا إِلَى عَلِيٍّ حِينَ قَارَبَ الْأَمْرَ الْمَعْرُوفَ
[19]     Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا أَبُو صَالِحٍ الضِّرَارِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ بْنُ هَمَّامٍ، عَنْ مَعْمَرٍ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّ فَاطِمَةَ وَالْعَبَّاسَ أَتَيَا أَبَا بَكْرٍ يَطْلُبَانِ مِيرَاثَهُمَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُمَا حِينَئِذٍ يَطْلُبَانِ أَرْضَهُ مِنْ فَدَكٍ، وَسَهْمَهُ مِنْ خَيْبَرَ، فَقَالَ لَهُمَا أَبُو بَكْرٍ: أَمَا إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " لا نُوَرَّثُ، مَا تَرَكْنَا فَهُوَ صَدَقَةٌ " إِنَّمَا يَأْكُلُ آلُ مُحَمَّدٍ فِي هَذَا الْمَالِ "، وَإِنِّي وَاللَّهِ لا أَدَعُ أَمْرًا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُهُ إِلا صَنَعْتُهُ. قَالَ: فَهَجَرَتْهُ فَاطِمَةُ فَلَمْ تُكَلِّمْهُ فِي ذَلِكَ حَتَّى مَاتَتْ.......
[20]     Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى، قثنا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيٍّ الصَّنْعَانِيُّ، قَالَ: أنبأ عَبْدُ الرَّزَّاقِ، قَالَ: أنبأ مَعْمَرٌ. ح وَحَدَّثَنَا الدَّبَرِيُّ، عَنْ عَبْدِ الرَّزَّاقِ، عَنْ مَعْمَرٍ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، أَنَّ فَاطِمَةَ وَالْعَبَّاسَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَتَيَا أَبَا بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، يَلْتَمِسَانِ مِيرَاثَهُمَا، مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُمَا حِينَئِذٍ يَطْلُبَانِ أَرْضَهُ مِنْ فَدَكَ، وَسَهْمَهُ مِنْ خَيْبَرَ، فَقَالَ لَهُمَا أَبُو بَكْرٍ: إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " لا نُوَرَّثُ، مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ، إِنَّمَا يَأْكُلُ آلُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ هَذَا الْمَالِ "، وَإِنِّي وَاللَّهِ لا أَدَعُ أَمْرًا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُهُ فِيهِ إِلا صَنَعْتُهُ، قَالَ: فَهَجَرَتْهُ فَاطِمَةُ فَلَمْ تُكَلِّمُهُ فِي ذَلِكَ حَتَّى مَاتَتْ........
[21]     Riwayatnya adalah :
أَخْبَرَنَا أَبُو مُحَمَّدٍ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَحْيَى بْنِ عَبْدِ الْجَبَّارِ بِبَغْدَادَ، أنا إِسْمَاعِيلُ بْنُ مُحَمَّدٍ الصَّفَّارُ، ثنا أَحْمَدُ بْنُ مَنْصُورٍ، ثنا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أنا مَعْمَرٌ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، أَنَّ فَاطِمَةَ، وَالْعَبَّاسَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، أَتَيَا أَبَا بَكْرٍ يَلْتَمِسَانِ مِيرَاثَهُمَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُمَا حِينَئِذٍ يَطْلُبَانِ أَرْضَهُ مِنْ فَدَكٍ، وَسَهْمَهُ مِنْ خَيْبَرَ، فقَالَ لَهُمَا أَبُو بَكْرٍ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " لا نُورَثُ، مَا تَرَكْنَاهُ صَدَقَةٌ، إِنَّمَا يَأْكُلُ آلُ مُحَمَّدٍ مِنْ هَذَا الْمَالِ "، وَاللَّهِ إِنِّي لا أَدَعُ أَمْرًا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُهُ بَعْدُ إِلا صَنَعْتُهُ، قَالَ: فَغَضِبَتْ فَاطِمَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا وَهَجَرَتْهُ، فَلَمْ تُكَلِّمْهُ حَتَّى مَاتَتْ......
[22]     Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ زَنْجَوَيْهِ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، قَالَ: أَرَنَا مَعْمَرٌ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّ فَاطِمَةَ، وَالْعَبَّاسَ، أَتَيَا أَبَا بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَلْتَمِسَانِ مِيرَاثَهُمَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُمَا حِينَئِذٍ يَطْلُبَانِ أَرْضَهُ مِنْ فَدَكٍ وَسَهْمَهُ مِنْ خَيْبَرَ، فَقَالَ لَهُمَا أَبُو بَكْرٍ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " لا نُورَثُ، مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ، إِنَّمَا يَأْكُلُ آلُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي هَذَا الْمَالِ "، وَإِنِّي وَاللَّهِ لا ادْعُ أَمْرًا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُهُ فِيهِ إِلا صَنَعْتُهُ، قَالَتْ: فَهَجَرَتْهُ فَاطِمَةُ، فَلَمْ تُكَلِّمْهُ فِي ذَلِكَ حَتَّى مَاتَتْ،......
[23]     Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِدْرِيسَ، قال: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ ثَوْرٍ، عَنْ مَعْمَرٍ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ، رضي الله عنها، أَنَّ فَاطِمَةَ، وَالْعَبَّاسَ، رضي الله عنهما، أَتَيَا أَبَا بَكْرٍ، رضي الله عنه، يَلْتَمِسَانِ مِيرَاثَهُمَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُمَا حِينَئِذٍ يَطْلُبَانِ أَرْضَهُ مِنْ فَدَكٍ، وَسَهْمَهُ مِنْ خَيْبَرَ، فقال لَهُمَا أَبُو بَكْرٍ، رضي الله عنه: إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يقول: " لا نُورَثُ، مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ، إِنَّمَا يَأْكُلُ آلُ مُحَمَّدٍ مِنْ هَذَا الْمَالِ "، وَإِنِّي وَاللَّهِ لا أُغَيِّرُ أَمْرًا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُهُ إِلا صَنَعْتُهُ. قال: فَهَجَرَتْهُ فَاطِمَةُ، رضي الله عنها، فَلَمْ تُكَلِّمْهُ فِي ذَلِكَ الْمَالِ حَتَّى مَاتَتْ "
[24]     Riwayatnya adalah :
أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُمَرَ، حَدَّثَنِي مَعْمَرٌ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: إِنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ رَسُولِ اللَّهِ أَرْسَلَتْ إِلَى أَبِي بَكْرٍ تَسْأَلُهُ مِيرَاثَهَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَى رَسُولِهِ، وَفَاطِمَةُ حِينَئِذٍ تَطْلُبُ صَدَقَةَ النَّبِيِّ الَّتِي بِالْمَدِينَةِ وَفَدَكَ وَمَا بَقِيَ مِنْ خُمْسِ خَيْبَرَ، فَقَالُ أَبُو بَكْرٍ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: " لا نُورَثُ، مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ "، إِنَّمَا يَأْكُلُ آلُ مُحَمَّدٍ فِي هَذَا الْمَالِ، وَإِنِّي وَاللَّهِ لا أُغَيِّرُ شَيْئًا مِنْ صَدَقَاتِ رَسُولِ اللَّهِ عَنْ حَالِهَا الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهَا فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلأَعْمَلَنَّ فِيهَا بِمَا عَمِلَ فِيهَا رَسُولُ اللَّهِ، فَأَبَى أَبُو بَكْرٍ أَنْ يَدْفَعَ إِلَى فَاطِمَةَ مِنْهَا شَيْئًا،فَوَجَدَتْ فَاطِمَةُ عَلَيْهَا السَّلامُ عَلَى أَبِي بَكْرٍ فَهَجَرَتْهُ فَلَمْ تُكَلِّمْهُ حَتَّى تُوُفِّيَتْ، وَعَاشَتْ بَعْدَ رَسُولِ اللَّهِ سِتَّةَ أَشْهُرٍ......
[25]     Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا سُوَيْدُ بْنُ سَعِيدٍ، وَالْحَسَنُ بْنُ عُثْمَانَ، قالا: حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُحَمَّدٍ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ، رضي الله عنها، أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ رَسُولِ اللَّهِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرْسَلَتْ إِلَى أَبِي بَكْرٍ، رضي الله عنه، تَسْأَلُهُ مِيرَاثَهَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِمَّا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَى رَسُولِهِ، وَفَاطِمَةُ حِينَئِذٍ تَطْلُبُ صَدَقَةَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الَّتِي بِالْمَدِينَةِ وَفَدَكٍ وَمَا بَقِيَ مِنْ خُمُسِ خَيْبَرَ. فقال أَبُو بَكْرٍ، رضي الله عنه: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال: "لا نُورَثُ، مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ، إِنَّمَا يَأْكُلُ آلُ مُحَمَّدٍ مِنْ هَذَا الْمَالِ "، وَإِنِّي لا أُغَيِّرُ شَيْئًا مِنْ صَدَقَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ حَالِهَا الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهَا فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلأَعْمَلَنَّ فِيهَا بِمَا عَمِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَبَى أَبُو بَكْرٍ، رضي الله عنه، أَنْ يَدْفَعَ إِلَى فَاطِمَةَ، رضي الله عنها، مِنْهَا شَيْئًا، فَوَجَدَتْ فَاطِمَةُ عَلَى أَبِي بَكْرٍ، رضي الله عنه، فِي ذَلِكَ، فَهَجَرَتْهُ فَلَمْ تُكَلِّمْهُ حَتَّى تُوُفِّيَتْ، وَعَاشَتْ بَعْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ......
[26]     Riwayatnya adalah :
1/13 :
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ عَطَاءٍ، قَالَ: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: أَنَّ فَاطِمَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا جَاءَتْ أَبَا بَكْرٍ، وَعُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، تطلب ميراثها من رسول اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَا: إِنَّا سَمِعْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " إِنِّي لَا أُورَثُ "
2/353 :
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ الْخَفَّافُ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: أَنَّ فَاطِمَةَ جَاءَتْ أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ تطلب ميراثها من رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَا لَهَا: إنا سَمِعْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " إِنِّي لَا أُوَرَّثُ "
[27]     Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا أَبُو خَيْثَمَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ عَطَاءٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: " لَمَّا قُبِضَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرْسَلَتْ فَاطِمَةُ إِلَى أَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا تَطْلُبُ مِيرَاثَهَا مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ، وَعُمَرُ: إِنَّا سَمِعْنَا النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: إِنِّي لا أُوَرِّثُ "
[28]     Riwayatnya adalah :
وَحَدَّثَنَاهُ إِبْرَاهِيمُ بْنُ زِيَادٍ قَالَ: نا عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ عَطَاءٍ، قَالَ: نا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ أَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ رَحْمَةُ اللَّهِ عَلَيْهِمَا نَحْوَهُ.
[29]     Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا الْحَارِثُ، ثنا عَبْدُ الْوَهَّابِ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ فَاطِمَةَ جَاءَتْ أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ تَطْلُبُ مِيرَاثَهَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالا: إِنَّا سَمِعْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " لا نُوَرَّثُ "
[30]     Riwayatnya adalah :
أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ الأَصْبَهَانِيُّ، أنا أَبُو سَعِيدِ بْنُ الأَعْرَابِيِّ، ثنا عَبَّاسُ بْنُ مُحَمَّدٍ الدُّورِيُّ، ثنا عَبْدُ الْوَهَّابِ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: جَاءَتْ فَاطِمَةُ إِلَى أَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ تَطْلُبُ مِيرَاثَهَا، فَقالا: سَمِعْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " لا نُورَثُ، مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ "
[31]     Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، أَنَّ فَاطِمَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ لِأَبِي بَكْرٍ: مَنْ يَرِثُكَ إِذَا مِتَّ؟ قَالَ: وَلَدِي، وَأَهْلِي، قَالَتْ: فَمَا لَنَا لَا نَرِثُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " إِنَّ النَّبِيَّ لَا يُورَثُ "، وَلَكِنِّي أَعُولُ مَنْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُولُ، وَأُنْفِقُ عَلَى مَنْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُنْفِقُ
Sanad riwayat ini mursal (tanpa menyebut Abu Hurairah), namun disambung oleh riwayat sebelum dan setelahnya.
[32]     Riwayatnya adalah :
وَأَخْبَرَنَا أَبُو الْحَسَنِ الْمُقْرِئُ، أنا الْحَسَنُ، ثنا يُوسُفُ، ثنا عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ غِيَاثٍ، ثنا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، أَنَّ فَاطِمَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، فَذَكَرَ الْحَدِيثَ بِنَحْوِهِ، وَلَمْ يَذْكُرْ أَبَا هُرَيْرَةَ
[33]     Riwayat mursal itu disambungkan oleh riwayat maushul karena terdapat qarinah yang menunjukkan itu. Abu Salamah merupakan salah satu ashhaab Abu Hurairah yang paling banyak atau paling tsabt periwayatannya darinya – setelah Ibnul-Musayyib – sebagaimana dikatakan oleh Ibnul-Madiiniy. Dan riwayat maushul dari Hammaad bin Salamah dikuatkan oleh ‘Abdul-Wahhaab bin ‘Athaa’ sebagaimana disebutkan sebelumnya.
[34]     Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: جَاءَتْ فَاطِمَةُ إِلَى أَبِي بَكْرٍ، فَقَالَتْ: مَنْ يَرِثُكَ؟ قَالَ: أَهْلِي وَوَلَدِي قَالَتْ: فَمَا لِي لَا أَرِثُ أَبِي؟ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " لَا نُورَثُ، وَلَكِنِّي أَعُولُ مَنْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُولُهُ، وَأُنْفِقُ عَلَى مَنْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُنْفِقُ عَلَيْهِ "
[35]     Riwayatnya adalah :
نا جَعْفَرٌ الطَّيَالِسِيُّ، نا أَبُو الْوَلِيدِ، نا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " لا نُورَثُ، مَا تَرَكْنَا صَدَقَةً
[36]     Riwayatnya adalah :
وَرَوَى حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: جَاءَتْ فَاطِمَةُ إِلَى أَبِي بَكْرٍ، فَقَالَتْ: مَنْ يَرِثُكَ؟ فَقَالَ: أَهْلِي وَوَلَدِي. قَالَتْ: فَمَا لِي لا أَرِثُ أَبِي. فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " لا نُورَثُ ". وَلَكِنِّي أَعُولُ مَنْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُولُهُ، وَأُنْفِقُ عَلَى مَنْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُنْفِقُ عَلَيْهِ. نا بِذَلِكَ عُثْمَانُ بْنُ سَعِيدٍ الدَّارِمِيُّ، قَالَ: نا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ، قَالَ: نا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ فَاطِمَةَ. الْحَدِيثَ بِطُولِهِ. وَفِي الْبَابِ: عَنْ عُمَرَ، وَطَلْحَةَ، وَالزُّبَيْرِ، وَعَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ، وَسَعْدٍ، وَعَائِشَةَ، وَأَبِي هُرَيْرَةَ. وَحَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ " غَرِيبٌ " مِنْ هَذَا الْوَجْهِ. إِنَّمَا أَسْنَدَهُحَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ. وَقَدْ رُوِيَ هَذَا الْحَدِيثُ مِنْ غَيْرِ وَجْهٍ عَنْ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ. يُقَالُ: حَدِيثُ مَالِكٍ حَدِيثٌ " حَسَنٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ ".
[37]     Riwayatnya adalah :
ثنا هِشَامٌ أَبُو الْوَلِيدِ، قَالَ: ثنا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: جَاءَتْ فَاطِمَةُ إِلَى أَبِي بَكْرٍ عَلَيْهِمَا السَّلامُ، فَقَالَتْ: مَنْ يَرِثُكَ؟ فَقَالَ: وَلَدِي وَأَهْلِي، قَالَتْ: فَلا يَرِثُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ابْنَتُهُ؟ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " إِنَّا لا نُورَثُ، مَا تَرَكْنَا فَهُوَ صَدَقَةٌ "، فَمَنْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُولُهُ فَأَنَا أَعُولُهُ، وَمَنْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُنْفِقُ عَلَيْهِ فَأَنَا أُنْفِقُ عَلَيْهِ
[38]     Riwayatnya adalah :
وَأَخْبَرَنَا أَبُو الْحَسَنِ عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ الْمُقْرِئُ، أنا الْحَسَنُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَاقَ، ثنا يُوسُفُ بْنُ يَعْقُوبَ الْقَاضِي، ثنا أَبُو الْوَلِيدِ الطَّيَالِسِيُّ، ثنا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ فَاطِمَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا جَاءَتْ إِلَى أَبِي بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، فَقالتْ: مَنْ يَرِثُكَ؟ قَالَ: أَهْلِي وَوَلَدِي، قالتْ: فَمَا لِي لا أَرِثُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " إِنَّا لا نُورَثُ "، وَلَكِنِّي أَعُولُ مَنْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُولُهُ، وَأُنْفِقُ عَلَى مَنْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُنْفِقُ عَلَيْهِ
[39]     Di sisi lain, salaf berselisih pendapat sepeninggal beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallamtentang bagian Nabi dan kerabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam khumus, sebagaimana riwayat :
حَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ قَيْسِ بْنِ مُسْلِمٍ، قَالَ: سَأَلْتُ الْحَسَنَ بْنَ مُحَمَّدٍ، عَنْ قَوْلِهِ: "وَاعْلَمُوا أَنَّمَا غَنِمْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَأَنَّ لِلَّهِ خُمُسَهُ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِي الْقُرْبَى، فَقَالَ: هَذَا مِفْتَاحُ كَلامٍ، لِلَّهِ الدُّنْيَا وَالآخِرَةُ ، ثُمَّ اخْتَلَفَ النَّاسُ فِي هَذَيْنِ السَّهْمَيْنِ بَعْدَ وَفَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ قَائِلُونَ: سَهْمُ الْقَرَابَةِ: لِقَرَابَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ: قَائِلُونَ: لِقَرَابَةِ الْخَلِيفَةِ، وَقَالَ قَائِلُونَ: سَهْمُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ لِلْخَلِيفَةِ مِنْ بَعْدِهِ، قَالَ: فَأَجْمَعَ رَأْيُهُمْ عَلَى أَنْ يَجْعَلُوا هَذَيْنِ السَّهْمَيْنِ فِي الْخَيْلِ وَالْعُدَّةِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، قَالَ: فَكَانَا عَلَى ذَلِكَ خِلافَةَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ
Telah menceritakan kepadaku ‘Abdurrahman bin Mahdiy, dari Sufyaan, dari Qais bin Muslim, ia berkata : Aku pernah bertanya kepada Al-Hasan bin Muhammad tentang firman-Nya : ‘Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul’ (QS. Al-Anfaal : 41), maka ia menjawab : “Ini merupakan kunci perkataan, kepunyaan Allah lah dunia dan akhirat. Kemudian orang-orang berselisih pendapat setelah wafatnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam tentang dua bagian ini. Beberapa orang berkata : ‘Bagian kekerabatan adalah untuk kerabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam’. Sebagian lain mengatakan : ‘Untuk kerabat khaliifah”. Dan beberapa orang mengatakan : ‘Bagian Nabi adalah untuk khalifah setelah beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam’”. Al-Hasan melanjutkan : “Namun pendapat mereka bersatu untuk menjadikan dua bagian ini bagi kuda dan perlengkapan jihad di jalan Allah. Kedua hal itu berlaku di jaman kekhilafahan Abu Bakr dan ‘Umar” [Diriwayatkan oleh Al-Qaasil bin Sallaam dalam Al-Amwaal no. 847; sanadnya shahih].