Sunday, April 19, 2015

NU - Syi'ah

Kiyai Mustafa Ya`kub: Tentang Syiah, Said Aqil dan PBNU Menentang AD/ART NU
14 Maret 2015

Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-33 bakal digelar pada 1 hingga 5 Agustus 2015 di Jombang. Uniknya, kini para kiai justeru dilanda kegelisahan teologis karena jam’iyah NU ditengarai diserang paham luar. Ada tiga paham yang ditengarai gencar menyerbu warga NU dewasa ini. Yaitu Syiah, Wahabi dan Islam Liberal (Islib). Para kiai NU pun resah. Karena pondasi NU: aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) yang merupakan warisan hakiki pendiri NU Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari, terancam pudar. Apalagi, menurut Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta Prof Dr. Mustofa Ali Ya’qub, Syiah ternyata jauh lebih bahaya daripada komunisme. Benarkah? Apa buktinya? Berbeda dengan Muktamar–muktamar Nahdlatul Ulama (NU) sebelumnya yang fokus kepada isu nasional, keagamaan, program strategis dan pengembangan jamiyah serta sumber daya manusia (SDM), kali ini perhelatan akbar kaum pesantren ini justeru disibukkan dengan prolem aqidah. Banyak sekali penetrasi paham luar menyerbu jamiyah NU yang pengikutnya diperkirakan mencapai 135 juta lebih ini.Karena itu wajar jika perjalanan NU selama empat tahun ini terkesan tertatih-tatih. Padahal, jika tak ada perubahan, enam bulan lagi warga NU bakal punya gawe besar yaitu Muktamar NU ke-33. Rencananya, Muktamar kali ini digelar awal Agustus 2015 di Jombang, Jawa Timur. Sayangnya, dibalik gegap gempita menyambut Muktamar 5 tahunan itu ternyata kini muncul kegelisahan teologis yang luar biasa di kalangan kiai. Kegelisahan para kiai itu dipicu oleh penetrasi paham keagamaan diluar Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) ke dalam NU. Yang paling dahsyat adalah serbuan Syiah, Wahabi Salafi dan Islam Liberal (Islib). Hampir semua Rais Syuriah, Ketua Tanfidziah PCNU dan PWNU – baik di Jawa maupun di luar Jawa – kini ramai menggunjing serbuan Syiah, Wahabi Salafi dan Islib itu ke dalam organisasi beraqidah Aswaja yang bertahun-tahun jadi benteng Negara Indonesia ini. “Kita sudah kecolongan,” kata Habib Yassir, Rais Syuriah PCNU Manado Sulawesi Utara kepada bangsaonline tentang penetrasi Syiah ke dalam NU.Tapi saat itu kegelisahan dan penentangan terhadap tiga paham itu hanya terbatas kepada beberapa kiai dan PCNU. Kini kegelisahan teologis dan penentangan itu sangat masif terutama setelah pemutaran video pidato Ketua Umum PBNU Prof Dr KH Said Aqiel Siraj dalam seminar internasional bertema Aswaja di Asrama Haji Sukolilo Surabaya (23-26/12/2014). Seminar itu digelar Aswaja Center pimpinan KH Abdurrahman Navis, LC MHi (Wakil Ketua Tanfidziah PWNU Jawa Timur) dan dikuti para ketua PWNU se-Indonesia.
Pemutaran video itu sebenarnya diluar dugaan dan kesengajaan. Saat itu tiba-tiba ada peserta tanya soal isu penetrasi Syiah yang disebut-sebut masuk ke dalam jami’iyah NU. Nah, ketika Ustadz Idrus Romli presentasi materi Aswaja itu lalu memutar video yang berisi pidato Kang Said – panggilan Kiai Said Aqiel Siraj – yang menyampaikan orasi di depan para penganut Syiah. Di depan jamaah Syiah itu Kang Said mendoakan agar warga NU diberi hidayah sehingga mau menerima ajaran Syiah. Kang Said minta warga Syiah memaklumi kalau kini warga NU menolak Syiah. Sebab, kata Kang Said, warga NU masih bodoh. Karena itu Kang Said minta penganut Syiah sabar menghadapi sikap penolakan warga NU. Kang Said juga minta agar ritual-ritual Syiah terus digalakkan bahkan dikembangkan lebih besar dan masif.
Nah, sikap Kang Said yang menganggap warga NU bodoh karena tak mau menerima Syiah inilah yang memicu gejolak di NU. Para kiai menganggap Kang Said bukan sekedar mengimplementasikan sikap tatsamuh dan moderasi yang merupakan watak asli NU tapi seolah bertindak sebagai penganut Syiah dan pemimpin Syiah yang membodohkan kiai-kiai NU.
Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta Prof Dr Ali Musthafa Ya’qub tak habis pikir terhadap pidato Kang Said. . ”Pernyataan Kiai Said sungguh tidak pantas dilakukan sebagai pemimpin NU.Pernyataan tersebut jelas-jelas bertentangan dengan pemikiran Rais Akbar KH Hasyim Asy’ari dan juga bertentangan dengan AD/ART NU itu sendiri,” kata Kiai Ali Musthafa Ya’qub dalam diskusi terbatas yang digelar PCNU Jember .
Menurut Kiai Ali Musthafa Ya’qub, Syiah adalah paham yang sangat berbahaya terhadap Aswaja. ”Syi’ah memiliki paham bahwa membunuh orang selain Syi’ah itu ibadah. Ini sangat berbahaya sekali kalau disebarkan di Indonesia yang mayoritas umat Islam-nya berpaham ahlussunna waljama’ah yang bersebarangan dengan paham syi’ah. Akan banyak friksi-friksi dan konflik yang berkecamuk di tengah masyarakat. Bahkan ini akan mengancam NKRI karena menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa,” papar tokoh NU ini. ”Bagi saya paham syi’ah itu lebih berbahaya dari pada paham komunis, ini kalau dilihat dari perspektif ajaran dan dampak yang ditimbulkan di tengah masyarakat,” ujar ulama jebolan King Saud University Saudi Arabia yang dikenal sebagai ahli hadits ini.
Ia lantas menunjukkan sejumlah fakta tentang bahaya Syiah di beberapa negara di banding komunis, terutama di Iran dan Rusia (dulu Uni soviet). ”Di Iran, masjid–masjid kaum Ahlussunnah wal Jama’ah sudah dimusnahkan semua,dan bahkan imam-imam dan tokoh-tokoh sunni sudah dibantai semua. Bandingkan dengan Rusia, masjid-masjid Sunni dan imam-imam serta tokoh-tokoh sunni alhamdulillah masih dilindungi oleh negara Rusia,” paparnya.
Berdasarkan fakta itulah, maka Kiai Musthofa Ya’qub memohon kepada jajaran NU agar menyelamatkan NU dan warganya dari masuknya ajaran Syi’ah dan Islam liberal ke dalam tubuh NU. Ia mendesak jajaran NU agar jangan menjadikan orang-orang Syi’ah dan Islam liberal sebagai pengurus NU.
Indikasi bahwa Syi’ah sudah mulai menyusup di tubuh NU, menurut dia, adalah kasus pidato Kang Said yang hadir pada acara kaum Syi’ah. Dalam acara yang diadakan kelompok Syi’ah itu, menurut dia, Kang Said telah membodoh-bodohkan orang NU.
Karena itu ia berharap dalam Muktamar NU yang akan dilangsungkan di Jombang Jawa Timur pada tanggal 1 hingga 5 Agustus tahun 2015, ada perubahan yang lebih baik di tubuh NU yang dalam lima tahun terakhir ini berjalan stagnan. Pihaknya juga menghimbau, agar pengurus NU dari berbagai tingkatan dapat memilih pemimpin NU yang mempunyai komitmen tinggi untuk memperjuangkan misi Hadaratussyaikh Hasyim Asy’ari.

Said Agil Sebut ISIS Kelompok Radikal Islam Paling Kejam, Gus Ahyat Ahmad: Milisi Syiah Juga Kejam

Ketua Umun Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Agil menganggap bahwa kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) sangat kejam.
“Mereka lebih kejam daripada kelompok radikal manapun,” kata Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siradj seusai menghadiri Launching Sukses Muktamar ke-33 NU di halaman kantor Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur, Sabtu (14/3/2015).
Menurut Said, jika sekitar 514 warga Indonesia yang diduga bergabung dengan ISIS kembali ke Indonesia, mereka akan lebih sadis jika dibandingkan dengan teroris Bom Bali. “Itu akan menjadi ‘penyakit’ yang sangat berbahaya jika pulang ke Jawa Timur atau ke daerah lainnya,” ujar Said.
NU, kata Said, sangat menentang radikalisme maupun terorisme. Oleh karena itu, NU akan selalu mengajak masyarakat Indonesia yang beragama Islam untuk menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang ramah dan antikekerasan. Selain itu, Said mengimbau kepada semua pihak menjadikan aksi terorisme sebagai musuh bersama yang harus dihalangkan.
Menanggapi pernyataan Said Agil, Ustadz Achyat Ahmad dari pesantren Sidogiri menyatakan bahwa milisi Syiah juga kejam.
Melalui akun twitternya @AchyatAhmad, Penulis Buku aktif yang banyak mengupas Syiah dan Liberalisasi mendukung pernyataan dari seorang Jenderal AS yang menyatakan bahwa “Milisi syiah Irak sama barbarnya dengan IS dan orang Islam Irak Terjepit diantara 2 kelompok barbar.

Muktamar NU ke-33 akan digelar di Jombang pada 1 hingga 5 Agustus 2015 mendatang. Panitia Muktamar NU mulai menggelar beberapa acara sebagai kegiatan pra Muktamar, diantaranya diskusi. Kemarin (Selasa (7/4), Komisi Bahtsul Masail Qonuniyah yang bertugas membahas perundang-undangan, mengadakan Focus Group Discussion (FGD). Antara lain menyangkut masalah RUU Perlindungan Umat Beragama, perkawinan dan haji. Hadir sebagai narasumber Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Masykuri Abdillah dan Dirjen Bimas, Islam Machasin.
Tema mengenai perlindungan umat beragama termasuk masalah yang mengundang pro kontra. Prof Masykuri menjelaskan, masalah yang banyak diperdebatkan adalah mengenai menodaan agama dan penafsiran diluar mainstream aliran utama. Dari sinilah akhirnya mengemuka persoalan yang menyangkut aliran Syiah, Ahmadiyah, sekolah non Muslim yang tidak mengajarkan agama Islam bagi siswa muslim, dan lainnya. Persoalan perkawinan yang dibahas mencakup kawin siri dan isbath nikah.
Yang menarik, ketika membahas masalah Syiah. Seperti dilaporkan NU Online, para peserta dan narasumber umumnya berpendapat, banyak persamaan antara sunni dan syiah. Di Arab Saudi pun juga terdapat pengikut Syiah. Yang menjadi persoalan adalah ketika pengikut syiah mencela para sahabat nabi yang sangat dihormati oleh kelompok sunni. Maka jika hal ini terjadi, bisa masuk ranah penistaan terhadap agama.
Sikap ini tentu berbeda dengan PWNU dan PCNU yang umumnya menganggap Syiah mengancam paham Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja). Sebelumnya diberitakan, Rais Syuriah PCNU Nganjuk KH Ahmad Baghowi mengaku bingung karena sikap PBNU yang cenderung pro Syiah.
“Sepengetahuan saya MUI memutuskan bahwa Syiah adalah ajaran terlarang. Tapi saya lihat di tayangan TV PBNU menyatakan bahwa Syiah adalah saudara ktia dan tak ada perbedaan dengan kita. Dan itu atas nama PBNU. Saya kan bingung,” katanya.
Rais Syuriah PCNU Jember KH Muhyidin Abdusshomad mengatakan kini banyak sekali agen-agen Syiah yang bergerak di kantong-kantong NU. Kiai Muhyiddin mencontohkan kasus Syiah di Sampang. “Di Sampang itu hanya dalam waktu singkat, Syiah sudah hampir menguasai separuh Sampang,” kata Kiai Muhyiddin yang banyak menulis buku tentang Aswaja.
Menurut dia, ketika Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari mendirikan NU pada tahun 1926, itu adalah antisipasi dan menjaga serangan paham luar terhadap paham Aswaja. Padahal, waktu itu, Syiah masih berada dalam lingkup Persia. Begitu juga Wahabi saat itu masih ada di Saudi Arabia.
“Sekarang Syiah dan Wahabi sudah berada di sekeliling kita,” kata Kiai Muhyiddin mengingatkan tentang ekspansi dua paham tersebut ke Indonesia terutama kedalam NU. Karena itu ia mempertanyakan rasa kepedulian para kiai terhadap paham Aswaja jika kini tak tergugah semangatnya untuk bangkit melawan gerakan Syiah dan Wahabi yang kini gencar masuk ke NU.
Mengenai pendirian rumah ibadah, Masykuri menjelaskan sebenarnya, Indonesia paling mudah pendirian rumah ibadah dibandingkan dengan negara-negara lain, termasuk Eropa dan Amerika Serikat. Mengutip data BPS tahun 2010 ia mengungkapkan bahwa kelompok minoritas di Indonesia berjumlah 12.69 persen, tetapi persentase rumah ibadahnya mencapai 23.5 persen.
Jumlah gereja Kristen dan Katolik di Indonesia mencapai 61.756, terbesar ketiga setelah AS dan Brasil. Sementara rasio jumlah gereja dengan pemeluk Kristen di Indonesia tertinggi di dunia, yakni 1:327 dibandingkan dengan AS (sekitar 1:745), Inggris (sekitar 1:850) dan Italia (sekitar 1:2047).
Masykuri yang menjadi sekretaris Wantimpres era SBY ini menjelaskan, ia seringkali menerima perwakilan gereja dari Barat yang mengeluhkan pendirian rumah ibadah di Indonesia, tetapi setelah ia menyampaikan data-data tersebut diatas, banyak diantara mereka yang terkejut, ternyata informasi yang mereka terima selama ini hanya satu pihak.
Masykuri yang lulusan doktor dari Jeman ini menjelaskan, negara-negara Eropa yang selama ini dipersepsikan sangat bebas, ternyata memiliki regulasi yang ketat dalam pengaturan kehidupan beragama termasuk pendirian rumah ibadah.
Ia menunjukkan data, di Italia, dengan jumlah muslim 1.583.000 sampai saat ini hanya diizinkan berdiri 3 masjid (1:527.666), Inggris, dengan jumlah Muslim sekitar 2.869.000 jumlah masjid sekitar 1400 (1:2.049), Jerman dengan jumlah Muslim 4.119. 000 jumlah masjid sekitar 2.500 (1:1.647) , sedangkan di Amerika Serikat, dengan jumlah Muslim 2.350.000 jumlah masjid sekitar 2.100 (1:119). Bahkan di Slovakia dan Slovania sampai sekarang umat Islam belum diizinkan mendirikan masjid.
Diskusi yang berkembang adalah, NU selama ini telah berjuang membantu minoritas, tetapi disisi lain, perlindungan terhadap dirinya sendiri kurang. Salah satu contohnya adalah sulitnya siswa Muslim yang belajar di sekolah non Muslim untuk mendapatkan pendidikan agama Islam, padahal amanah UU Pendidikan menetapkan bahwa peserta didik harus mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan keyakinannya.
Prof Machasin menambahkan soal nikah siri yang sekarang ini masih banyak yang terjadi. Terdapat dua motif, pertama adalah karena tradisi. Pernikahan dirayakan tetapi tidak dicatatkan di KUA sementara motif kedua karena sengaja ingin menyembunyikan pernikahannya. Mereka yang menikah siri karena tradisi dicarikan solusi melalui isbath nikah.
Kasus yang diungkapkan diantaranya mengenai banyaknya TKW di luar negari yang meminta isbath nikah dengan pasangan baru mereka di luar negari karena dianggapnya suami yang masih tinggal di Indonesia sudah tidak menunaikan tanggung jawabnya selama lebih dari tiga bulan karena mereka telah meninggalkan Indonesia antara satu sampai dua tahun sebelum mengajukan pernikahan dengan pasangan baru.
Menurutnya, hal ini barangkat dari penggunaan tafsir fikih klasik yang menyatakan, seorang istri yang ditinggalkan suaminya lebih dari tiga bulan dengan tidak diberi nafkah lahir dan batin sudah dianggap cerai. Dalam konteks kekinian, baik menikah atau cerai, harus disertai dengan akta cerai sebagai bukti berakhirnya hubungan pernikahan. Ia menyampaikan perlunya negara turun tangan untuk kemaslahatan umat. (tim/bangsaonline)

Tokoh NU Bogor : Seperti Ahmadiyah, Syiah Juga Menodai Agama

Dewan penasehat Nahdatul Ulama (NU) Kota Bogor, KH Dudi Zuhdi Mas’ud berpendapat bahwa kasus penyerangan kelompok Syiah ke pemukiman Az Zikra beberapa waktu lalu ada hikmahnya.

“Kasus Az Zikra hikmahnya membuat melek para ulama, termasuk Majelis Ulama Indonesia (MUI),” ujar Kyai Zuhdi kepada Suara Islam Online, Ahad (15/3/2015).
Menurut penasehat MUI Kota Bogor ini, soal Sunni Syiah adalah masalah klasik yang sudah lama, “Namun akhir-akhir ini Indonesia sebagai negeri muslim terbesar yang mayoritas Ahlusunnah wal Jamaah bermazhab Imam Syafi’i dianggap potensial sebagai sasaran oleh Syiah,” ungkapnya. Karenanya, ia berharap pemerintah bisa segera mengeluarkan aturan yang tegas terhadap kelompok Syiah ini. “Pemerintah jangan tinggal diam, jangan menunggu korban lebih banyak lagi. Sesegera mungkin mengambil keputusan agar Syiah itu dianggap melakukan penodaan agama seperti Ahmadiyah sehingga bisa lebih mudah dihapus dan diajak bertobat kembali ke Ahlusunnah,” jelas Kyai Zuhdi.
Dijelaskannya, Ahlussunnah bukan hanya Syafi’i saja tetapi Hanafi, Maliki, Hambali, itu juga Ahlusunnah. “Kita jangan terlena dengan perbedaan pendapat diantara Ahlusunnah, sedangkan dihadapan kita ada Syiah yang sangat berbahaya,” katanya.
“Ahlusunnah harus bersatu, jangan suka memblowup masalah yang kecil ( furu’ ),” tambahnya.
Selain itu, ia menyatakan setuju jika muncul adanya fatwa sesat dari MUI terhadap Syiah, “mudah-mudahan dalam waktu dekat,” harapnya.

SEJAK TAHUN 2005, KIRA -KIRA Sudah BERAPA Santri NU Yang DI “SYIAH” KAN ??!
95 % pemeluk Syi’ah, sebelumnya adalah warga nahdhliyin (NU), dan  itu semua hanya karena fulus (duit) belaka berdasarkan data yang dimiliki oleh Ketua PWNU Jawa Timur KH.Habib Ahmad bin Zain Al Kaff dan  para santrinya.
Berkedok pemberian beasiswa untuk S2, proses syiah-isasi Santri, Sarjana dan kaum pelajar NU sebenarnya sudah berlangsung lama, setidaknya dari tahun 2005.  Dan kini, program beasiswa itu masih berjalan. Menurut Anda, kira-kira, berapa yang sudah disyiahkan Said Aqil Siradj?
Jakarta, NU Online – Biro Urusan Kerjasama Beasiswa PBNU untuk Timur Tengah yang dipimpin oleh KH Said Aqil Siradj kali menerima pendaftaran beasiswa program S2 di Iran yang akan diambil sebanyak 5 orang.
“Surat harus sudah sampai di PBNU maksimal tanggal 24 April dan kemudian akan dilakukan test secepatnya karena pada bulan Juli sudah kuliah di Iran,” tandas Dawam Sukardi yang mengurusi masalah pengiriman beasiswa ini.
Jurusan yang dapat diambil adalah filsafat dan agama. Dalam hal ini penjurusan ditentukan oleh nilai test yang diperoleh. Test akan dilakukan sendiri oleh atase kebudayaan Iran yang ada di Indonesia.
Jika group pertama ini berhasil dan sesuai dengan kriteria yang mereka inginkan maka pada tahun depan pihak Iran berjanji untuk menambah peserta menjadi 15 orang mahasiswa. Terdapat beberapa universitas seperti Universitas Qum dan model pendidikan Islam model pesantren yang bahkan lebih bagus kualitasnya.
Peluang beasiswa ini terbuka bagi laki-laki dan perempuan. Namun demikian, Dawam mengungkapkan bahwa karena Iran merupakan Negara Syiah, maka sebaiknya Laki-laki saja yang pergi ke sana.
Tentang kekhawatiran para kader NU tersebut menjadi Syiah Dawam mengakuinya “Ada kekhawatiran dari beberapa kyai yang memberitahukan lewat SMS tentang hal tersebut, tetapi PBNU setelah melalui pertimbangan yang mendalam memiliki keyakinan hal tersebut tak akan terjadi.”
Dalam hal ini, mereka akan memberikan beasiswa penuh, yaitu mulai biaya kuliah termasuk living cost, tetapi nampaknya karena jumlah yang diberikan terbatas, mungkin untuk kebutuhan tertentu mungkin mahasiswa yang bersangkutan harus menyediakan sendiri.
Persyaratan yang dibutuhkan adalah foto coyp ijazah, akte kelahiran, transkrip nilai SKKB, Curriculum Vitae, rekomendasi dari PCNU dan foto warna 4 X 6 sebanyak 5 lembar.
Permohonan beasiswa dapat dikirimkan ke Biro Urusan Kerjasama Beasiswa PBNU untuk Timur Tengah Gedung PBNU Lt IV Jln. Kramat Raya No. 164 Jakarta Pusat 10430 (mkf)

NU Garis Lurus, Katakan Benar Walaupun Pahit


Kami NU Garis Lurus Mencintai Ulama yang mempunyai ghirah terhadap kejayaan islam. Bukan ulama yang justru menyesatkan dengan kata-kata manis.
1. Ustad Idrus Ramli Aktivis Aswaja PWNU Jatim mengatakan Pemikiran Gusdur Sesat Menyesatkan Sehingga Membuat Gusdurian Geram Karena Perkataan Ustad Idrus Ramli.
2. KH. Muhammad Najih (Santri Abuya Sayyid Muhammad Alawi Almaliki Mekkah) Dengan Terbitan Buku “MEMBONGKAR KEDOK LIBERAL DALAM TUBUH NU” Mengatakan Said Aqil & Gusmus Cenderung Membela Syiah dan Liberal. Bahkan Beliau Siap Mempertanggung Jawabkan Tulisan Dalam Buku Tersebut Terhadap Siapa Saja Baik Said Aqil atau Gusmus.
3. KH. Luthfi Bashori (Malang) Sangat Aktif Dalam Memerangi Pemikiran Liberal Sampai Membuat Gerah Beberapa Tokoh NU.
4. Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Mengatakan Bahwa Orang Yang Ceramah Di Gereja Otaknya Tidak Waras. Seperti Yang Dilakukan Nuril Arifin. Bahkan Habib Menganalogikan Jika Nanti Apakah Kalian Terima Jika Pendeta dan Pastur Memberi Ceramah Diatas Mimbar Masjid!!! Otak Yang Cermah Digereja Sudah Dicampur Uget-Uget.
5. KH. Ahmad Nawawi Abdul Djalil, Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri Menanggapi Beasiswa Yang Ditenggarai Oleh Pengurus NU Untuk Memberikan Beasiswa Gratis Ke Iran Dengan Menjajakan Paham Syiah
“JANGAN KAMI DISURUH BELAJAR SYIAH KE IRAN, TAPI KALIAN YANG HARUS BELAJAR AHLUS SUNNAH. SILAHKAN PERGI KE SIDOGIRI, KAMI AKAN AJARI KALIAN SUNNI SYAFI’I.
6. Habib Abdullah bin Ahmad Al-Kaff Sangat Keras Terhadap Syiah. Membuat Beberapa Pengurus NU Geram Karena Proyek Penyesatan Umat Terhalangi Oleh Dakwahnya.
7. Gus Sholah Yang Menangis Sedih Jika Sampai Terjadi Suap Pada Muktamar NU Ke 33 Di Jawa Timur.
8. KH. Muhammad Kamal Yusuf Rois Syuriah Pengurus Wilayah NU Jakarta Yang Tegas Menolak Pemimpin NON Muslim di DKI Jakarta.
9. Ustadz Achyat Ahmad (PP. Sidogiri & Penulis Buku Membungkam Kicauan Liberal) Menanggapi Pemikiran Gusmus Tentang MUI Bahwa Tentang Gusmus Hasil pemikiran kumpulan beberapa ulama tentu lebih baik tenimbang pemikiran seorang ‘ulama’ saja.Beliau juga membayangkan bagaimana kian sedihnya Gus Najih (KH. Muhammad Najih Maimun red) mengetahui tentang berita ini.
10. Dan Ulama Lainnya Yang Tetap Istiqomah Terhadap AhlulSunnah Wal Jamaah.

KATAKAN KEBENARAN WALAU TERASA PAHIT
ﻗﻠﺖ : ﺯﺩﻧﻲ . ﻗﺎﻝ : ” ﻗﻞ ﺍﻟﺤﻖ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻣﺮﺍ
Abudzar berkata : “Tambahkanlah wasiyatnya wahai rasululloh ” Rasululloh bersabda : ” katakanlah yang benar walaupun kebenaran itu pahit “. (HR. Ahmad, At T abrani, Ibnu Hibban dan Al Hakim ),Al

Hakim berkata : “Sanadnya Shohih”
( ﻗﻠﺖ : ﺯﺩﻧﻲ ﻗﺎﻝ : ﻗﻞ ﺍﻟﺤﻖ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ) ﺃﻱ : ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻗﻮﻝ
ﺍﻟﺤﻖ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻨﻔﺲ ﺃﻭ ﻋﻨﺪ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺒﺎﻃﻞ ﺍﻟﻤﺘﻠﻬﻴﻦ ﺑﺎﻟﺤﻠﻮﻳﺎﺕ
ﺍﻟﻨﻔﺴﺎﻧﻴﺔ ( ﻣﺮﺍ ) ﺃﻱ : ﺻﻌﺐ ﺍﻟﻤﺬﺍﻕ ﻭﺷﺪﻳﺪ ﺍﻟﻤﺸﺎﻕ ﻭﺃﻧﺸﺪ :

ﻟﻦ ﺗﺒﻠﻎ ﺍﻟﻤﺠﺪ ﺣﺘﻰ ﺗﻠﻌﻖ ﺍﻟﺼﺒﺮﺍ

ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻄﻴﺒﻲ : ﺷﺒﻪ ﺍﻷﻣﺮ ﺑﺎﻟﻤﻌﺮﻭﻑ ﻭﺍﻟﻨﻬﻲ ﻋﻦ ﺍﻟﻤﻨﻜﺮ ﻓﻲ ﻣﻦ
ﻳﺄﺑﺎﻫﻤﺎ ﺑﺎﻟﺼﺒﺮ ، ﻓﺈﻧﻪ ﻣﺮ ﺍﻟﻤﺬﺍﻕ ﻟﻜﻦ ﻋﺎﻗﺒﺘﻪ ﻣﺤﻤﻮﺩﺓ .
Maksudnya: “katakanlah yang benar walaupun perkataan yang benar itu sulit dan sangat berat bagi diri sendiri atau bagi orang orang yang ahli kebatilan yang bersenang-senang dengan manisnya nafsu.
Sebagaimana syair :
” Engkau tidak akan mencapai kemuliaan hingga engkau merasakan kesabaran ”
At-thiby berkata : Serupa dengan amar ma’ruf nahyi mungkar dengan kesabaran, kepada orang yang tidak menyukai keduanya , Karena sesungguhnya itu pahit rasanya tetapi akibatnya terpuji.


NU Garis Lurus Meluruskan
Oleh Muhammad Saad
Kehadiran NU Garis Lurus yang dipunggawai oleh Ustadz Luthfi Bashori Alwi, putra dari Ulama sepuh NU JawaTimur KH. Bashori Alwi menjadi trending topic di Sosial Media. Hal ini terjadi karena keberadaan NU Garis Lurus telah menjadi kerikil tajam bagi oknum-oknum NU yang terserang virus SEPILIS (Sekulerisme – Pluralisme dan Liberalisme) dan Faham Syiah. Mereka (Kaum Sepilis dan Syiah) meradang, sebab kesesatan dua faham yang menjadi benalu di tubuh NU ini dibongkar oleh NU Garis Lurus.
Bukti kemarahan salah satu dari mereka yang berfaham liberal adalah sebuah tulisan di web resmi www.nu.or.id dengan judul “Meluruskan “NU GarisLurus”. Dalam tulisan itu, M. Alim Khoiri menulis: “‘Kerikil’ terbaru NU saat ini adalah munculnya fenomena “NU GarisLurus”. Ini mengesankan bahwa ternyata ada juga NU yang tidak lurus. Mirisnya, kelompok yang mengatas namakan “NU Garis Lurus” ini tak segan – segan mencaci kelompok NU lain yang tak sependapat dengan mereka. Tokoh-tokoh besar NU macam Gus Dur, Profesor Quraish Shihab dan Kang Said, artikel ini tak lepas dari serangan mereka. (M. Alim Khoiri , “Meluruskan “NU GarisLurus” – NU Onlinewww.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail.)
Penulis artikel ini juga mengatakan bahwa NU Garis Lurus adalah kelompok yang mengatas namakan NU untuk menandingi keberadaan faham – faham yang dianggap sesat. M Alim menulis “Gerakan ini, boleh jadi merupakan semacam bentuk tandingan atau perlawanan terhadap faham – faham pemikiran yang mereka anggap sesat macam pluralisme, sekularisme, liberalism atau faham “Syi’ahisme”. Menurut mereka, faham – faham tersebut tak boleh ada dalam NU, tokoh-tokoh NU yang dianggap memiliki prinsip – prinsip ‘terlarang’ itu tak layak dan tak boleh ada dalam NU”.
Dari dua pernayataan di atas, M. Alim seorang Nahdhiyin yang tampak berpemikiran liberal, sangat kelihatan emosional dan tidak ilmiah dalam merespon NU Garis Lurus. Pertama, keberadaan NU Garis Lurus mengandaikan NU struktural tidak lurus. Kedua, NU Garis Lurus adalah tandingan bagi faham – faham yang dianggap sesat yang berada di dalam tubuh NU.
Point pertama, Benarkah keberadaan NU Garis Lurus menganggap NU tidak lurus. Jika yang dimaksud adalah NU yang dicita-citakan oleh KH. Hasyim Asyari, yaitu NU yang tegas kepada aliran – aliran sesat, sebagaimana hal itu tertorehkan ketegasan beliau dalam kitab Risalah Ahlusunnah wal – Jamaah. Dimana di dalam kitab tersebut beliau mengkritik kelompok yang suka mengkafirkan, penganut Syiah Imamiyah, penganut aliran kebatinan dan pengikut aliran tasawwuf menyimpang dengan konsep manunggaling kawulo gusti (KH. Hasyim Asya’ri,”Risalah ahlusunnah wal Jamaah”, (Jombang: Maktabah al-Turats al-Islamy), hal. 09). Maka NU garis lurus tidak akan ada keberadaanya.
Namun pada kenyataanya, tubuh NU mulai sakit, penyakit dari oknum – oknumnya mulai menggerogoti (“As`ad: Indonesia Sedang Alami Liberalisasi”, http://www.nu.or.id/). Bahkan kepemimpinan NU dipegang oleh oknum yang ternjangkit virus paham Syiah sekaligus Liberal. Hal inilah yang kemudian membangkitakan ulama – ulama NU yang masih murni aqidahnya termasuk Ustadz Luthfi Bashori mengobati NU dan membersihkan dari faham – faham yang merusak.
NU Garis Lurus sendiri menurut Ustadz Luthfi Bashori adalah untuk membedakan dengan NU yang terjangkit faham muhaddamah. Ustadz Luthfi menyatakan “Sedangkan kata GARIS LURUS adalah untuk membedakan dari warga NU (bahkan sebagian tokoh NU), yang sudah keluar dari ajaran aqidah KH. Hasyim Asy’ari sebagai pendiri NU (Luthfi Bashori Alwi, “Panduan Aswaja Garis Lurus”, hal. 1-3).
Poin kedua, keberadaan NU Garis Lurus bukan untuk menandingi faham – faham yang dianggap sesat yang menjadi benalu di tubuh NU. Justru keberadaan NU Garis Lurus sebagaimana penulis sebutkan tadi, ialah, untuk meneruskan misi KH. Hasyim Asy’ari membersihkan faham – faham yang diyakini kesesatannya.
Faham – faham semisal SEPILIS dan Syiah, dalam pandangan Islam bukan faham yang diduga kesesatannya sebagaimana yang ditulis oleh M. Ali “Eksistensi Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme benar-benar telah mendekonstruksi Aqidah dan Syariah Islam serta mendegradasi akhlaq kaum muslimin. Jika sekulerisme bertujuan menghilangkan peran agama dalam kehidupan masyarakat, pluralisme ingin menyamakan semua agama memiliki kebenaran, maka liberalisme adalah memayungi kedua paham tersebut.
Dr. Hamid Fahmi Zarkasyi Peneliti INSISTS mengatakan: “bahwa liberalisasi dalam dunia Islam ditandai dengan, pertama, gugatan terhadap Al-Qur’an. Kedua, pembelaan aliran sesat. Ketiga, mendahulukan akal manusia daripada Tuhan. Keempat, mendukung relativisme yang berujung pada pluralisme agama. Kelima, mempromosikan skeptisisme.” (Hamid Fahmi Zarkasyi dalam buku Misykat, (sub judul “Evil of Liberalisme”, hal. 152).
Belum lagi Syiah dengan konsep Imamahnya telah melahirkan konsep takfir kepada para Shahabat mulia Rasulullah Saw. Konsep Imamah yang berujung pada takfir Shahabat ini, berlanjut kepada pengkafiran kepada Aswaja. Sebab pembelaan Aswaja kepada keadilan para Shahabat. Hal ini yang kemudian menimbulkan chaos antar kelompok di level bawah, bahkan sampai pembantaian.
Jika hal demikian ini oleh M. Ali hanya dianggap sebuah dugaan bahwa aliran – aliran SEPILIS dan Syiah adalah sesat, maka alangkah naifnya (untuk tidak mengatakan bodoh). Ini membuktikan bahwa M. Ali menulis tanpa menggunakan referensi, bahkan cenderung menulis dengan emosional semata.
Ketika Ustadz Luthfi dikonfirmasi tentang oknum NU yang geram dengan keberadaan NU Garis Lurus, beliau menanggapi dengan santai. Murid dari Prof. Dr. Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki ini mengatakan bahwa beliau sudah terbiasa dengan hal tersebut semenjak beliau berdakwah membeberkan kesesatan aqidah non Aswaja, terlebih dalam tubuh NU yang telah terkontaminasi paham SEPILIS (Sekulerisme, Pluralisme dan Liberalisme).
Mereka sebenarnya secara amaliah dalam beribadah adalah sama dengan Nahdhiyin lainnya. Namun mereka SEPILIS dalam berwacana dan berpikir. Hal ini yang bermasalah.
Sebab pemikiran demikian adalah dekotomis, dimana akal dan hatinya berbeda dalam beraktifitas. Doktrin demikian lahir dari aliran filsafat dualisme. Orang yang demikian adalah orang yang liberal tanpa sadar, menurut Dr. Adian Husaini, mereka adalah golongan bingung. (Golbing) (Adian Husaini, “Islam Ragu-ragu” versi Rektor UIN Yogya – Hidayatullah.com).
Islam adalah agama tauhid. Islam bukan saja doktrin, tapi Islam adalah world view. Karena Islam ajaran tauhid, maka cara pandang (worldview) seorang muslim adalah tauhid. Hati, alam pikiran dan amaliyah seorang muslim selalu integral. Meminjam istilah Dr. Hamid Fahmi Zarkasyi, “Seorang muslim, jika hatinya ke Makkah, maka akalnya ke Madinah, bukan ke Amerika” (Orasi Ilmiah Dr. Hamid Fahmi Zarkasyi, Sinergi Membangun Peradaban Islam. http://kholilihasib.com). Wallahua’alam Bishawwab.
Penulisa adalah Alumni PP. Aqdaamul Ulama, Pandaan – Pasuruan dan Anggota Pejuang Aswaja Garis Lurus.




Cuplikan Aqidah Busuk Syiah : Pantas Syiah Menghina Para Sahabat, Allah Saja Dihina

Menurut ustadz Abu Usamah, syiah adalah aliran yang sesat dan berbahaya. Selain karena aqidahnya yang busuk dan banyak menyimpang, syi’ah pun berani menghina Allah ta’ala.
“Sangat busuk sekali Aqidah Syi’ah itu. Mereka meyakini bahwa Allah memiliki Aqidah bada’ yang berarti dan megimani bahwa Allah tidak mengetahui sedikitpun tentang sesuatu yang akan terjadi kecuali bila sudah terjadi” tegas Qari’ bersuara merdu itu.
Sedangkan Aqidah Ahlussunnah sangat bertentangan dengan Aqidah sesat itu. Ahlussunnah sangatlah yakin bahwa Allah memiliki ilmu tentang sesuatu yang belum terjadi dan apa ayng akan terjadi selanjutnya.
Aqidah Ahlussunnah sangat mengagungkan Allah, sedang syi’ah sangat keji. Pantas saja mereka tidak menghargai para sahabat bahkan melaknat orang yang menemai perjuangan Rasulullah semasa hidupnya. Allah saja tidak dihormati apalagi para sahabat!”. Tuturnya.
Beliau mengisahkan tentang seorang tentara yang melihat langsung kekacauan syariat yang dibawa oleh syiah. “ saya pernah didatangi oleh seorang tentara yang pernah ditugaskan menjadi pasukan perdamaian di Libanon. Beliau mengisahkan bahwa mereka baru tahu kesesatan syiah dan melihat sendiri kesesatannya. Beliau menuturkan bahwa dia melihat orang syiah yang sholat berjamaah. Suatu ketika datanglah pedagang yang menjajakan dagangannya, seketika jamaah yang belum selesai sholatnya menuju pedagang dan kembali ke jamaahnya setelah berbelanja.” Tuturnya kembali.
Ustadz Abu Usamah juga menjelaskan bahwa target syiah selanjutnya adalah mensyiahkan negara Indonesia. Dalam sela sela kajiannya ustadz Abu Usamah menantang dedengkot Syiah dalam hafalan Quran .
“Gak ada dedengkot Syiah yang hafal Al-Quran. Saya tantang, apakah mereka ada yang hafal AlQuran? Saya yakin bocah-bocah Ahlussunnah lebih banyak yang hafal Quran dibanding mereka” tutupnya.

Membantah Syi’ah: Masalah Pengingkaran terhadap Qadar
بِسْمِ اللهِ الرَّ حْمٰنِ الرَّ حِيْمِ
Di antaranya ucapan mereka,
“Sesungguhnya Allah tidak mentakdirkan apapun juga di masa azali dan bahwa Allah tidak pernah dan tidak akan menginginkan kejelekan.”[176]
Padahal, Imam Muslim meriwayatkan bahwa firman Allah subhanahu wa ta’ala,
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”(Qomar: 49) turun ketika orang-orang musyrik mendebat dalam masalah itu.[177]
Sebagian tokoh ulama mengatakan bahwa telah diriwayatkan banyak hadits yang diriwayatkan melalui lebih dari seratus orang sahabat dalam masalah penetapan takdir dan yang berkaitan dengannya.[178]  Telah datang pula dari beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Setiap umat mempunyai golongan majusi, dan majusinya umat ini adalah orang-orang yang mengatakan bahwa tidak ada takdir.”[179]
Jika kamu telah mengetahui hal tersebut, maka ketahuilah bahwa Allah telah mengetahui segala sesuatu sebelum keberadaannya baik secara global maupun terperinci, menyeluruh maupun parsial. Dia mengetahui segala yang terkait dengannya, menetapkan takdir bagi segala sesuatu di zaman azali, sehingga semuanya tidak akan bertambah maupun berkurang, tidak pula maju ataupun mundur dan bahwasanya tidak akan didapati sesuatu melainkan dengan kehendak dan keinginan Allah. Allah Maha Tahu atas segala sesuatu. Apa yang Allah takdirkan maka akan ada, apa yang dikehendaki maka akan terjadi dan apa yang maka tidak dikehendaki tidak akan terjadi. Hal seperti itu tetap dengan sepintas pikiran maupun dalil yang mutawatir dan diketahui secara yakin, sehingga siapa saja yang mengingkari sesuatu yang langsung ditunjukkan oleh akal dan mengingkari nash yang mutawatir ini, jika ia tidak menjadi kafir maka tidak kurang untuk menjadi orang yang fasik.
________________________________
176 Al-Kafi (1/155-160) (1/209) cet. Darul Adhwa’.
177 HR. Muslim no. 2656 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Datang kaum musyrikin Quraisy mendebat Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam tentang takdir, maka turunlah ayat,“(Ingatlah) pada hari mereka diseret ke neraka atas muka mereka. (Dikatakan kepada mereka), ‘Rasakanlah sentuhan api neraka’ Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran’(Al-Qomar: 48-49)
178 Guru kami, Muqbil rahimahullah, mempunyai kitab yang sangat berharga, yaitu Al-Jami’ Ash-Shahih fil Qodar di mana padanya beliau membantah orang-orang Rafidhah dan selainnya dari kalangan ahli bid’ah dan hawa nafsu yang mengingkari takdir.
179 HR. Abu Dawud no. 4692 dari Hudzaifah, Ahmad no. 5584 dari Ibnu Umar, dan Al-Baihaqi jilid 1 hal. 203 dari Hudzaifah. Tetapi, dalam sanadnya terdapat Umar bin Abdillah maula Gufrah dan diadhaif sebagaimana dalam At-Taqrib. Di dalamnya juga terdapat rawi yang tidak dikenal, dan hadits tersebut disebutkan oleh Ibnul Jauzi dalam Al-Ilal Al-Mutanahiyah no. 227 dan beliau mengatakan bahwa hadits ini tidak shahih.
Juga datang dalam riwayat Abu Dawud no. 4691, Al-Hakim no. 286, dan Al-Baihaqi (10/203) dari jalan Abu Hazim dari Ibnu Umar dengan lafazh: Orang-orang Qodariyyah adalah majusi umat ini. Tetapi, sanadnya terputus, di mana Abu Hazim Salamah bin Dinar tidak mendengar dari Ibnu Umar sebagaimana dalam Tuhfatul Asyrafhadits no. 7088 pada biografi rawi ini dan sebagaimana dalamTahdzibut Tahdzib.
[Dari: Risalatun fir Raddi ‘alal Rafidhah; Penulis: Asy-Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab; Ta’liq & Tahqiq: Abu Bakr Abdur Razzaq bin Shalih bin Ali An-Nahmi; Judul Indonesia: Bantahan & Peringatan atas Agama Syiah Rafidhah; Penerjemah: Abu Hudzaifah Yahya; Penerbit: Penerbit Al-Ilmu]

MENIMBANG SYI’AH (Bagian ke-11)
BY SIGABAH BENCANA AQIDAH · 20 APRIL 2015
Syiah dan Rukun Iman: Qadha’ dan Qadar
Keyakinan Syiah tentang 5 rukun iman telah selesai dibahas pada beberapa dua edisi sebelumnya. Pada edisi ini hendak ditampilkan keyakinan Syiah tentang rukun iman terakhir (Qadha’ dan Qadar). Tentang Qadha’ dan Qadar, Syiah—seperti pada rukun Iman yang lain—juga punya pandangan yang jauh berbeda dengan umat Islam.
Jika kita kembali menelaah literatur-literatur salaf yang mengupas tentang aliran-aliran teologi dalam Islam berikut pemikirannya, maka akan kita dapatkan bahwa jajaran ulama Syiah periode awal sepakat menetapkan eksistensi Qadar. Pendapat bahwa perbuatan makhluk tidak terkait dengan takdir Allah SWT. Muncul pada saat pemikiran teologis Syiah mulai bergesekan dengan pemikiran Mu’tazilah, tepatnya pada abad keempat hijriah.
Agaknya, periode itulah yang dijadikan patokan oleh para ahli untuk menentukan awal pengingkaran Syiah terhadap Qadar.[1]  Buku-buku teologi Islam mencatat, bahwa maraknya pengingkaran QadarAllah SWT. Di kalangan Syiah ini diperkirakan terjadi sejak munculnya Muhammad bin an-Nu’man al-Mufid bersama para pengikutnya.
Pandangan Syiah terhadap Qadha’ dan Qadar ini antara lain diuraikan oleh Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari. Dalam Maqalat al-Islamiyin,[2] beliau menegaskan bahwa dalam menyikapi Af’al al-Ibad (pekerjaan-pekerjaan hamba), pandangan Syiah Rafidhahterbagi menjadi tiga kategori:
Meyakini bahwa semua perbuatan makhluk diciptakan oleh Allah SWT.
Tidak mempercayai bahwa perbuatan makhluk adalah ciptaan Allah SWT.
Bersikap netral. Kelompok ini mengatakan tidak ada pemaksaan pada setiap perbuatan makhluk—pendapat ini sama dengan pendapat sekte Jahmiyah. Namun seorang hamba juga tidak boleh menyerah pada nasib—yang ini lebih dekat pada pendapat sekte Mu’tazilah (Qadariyah).
Tentu saja klasifikasi terhadap kerangka pemikiran Syiah yang dibuat oleh al-Asy’ari ini berlandasan pada data-data otentik dari Syi’ah, berikut data empiris berdasarkan penelitian dan pengalaman beliau. Hal itu terbukti, bahwa ketika menjelaskan akidahnya mengenai qadar, Ibnu Babawaih al-Qummi agaknya menunjuk pada salah satu klasifikasi yang dibuat al-Asy’ari tadi. Dengan tanpa ketegasan teoritis, Ibnu Babawaih dalam Aqaid ash-Shaduqmenyatakan sebagai berikut:
إِعْتِقَادُنَا فِي أَفْعَالِ العِبَادِ أَنَّهَا مَخْلُوْقَةٌ خَلْقَ تَقْدِيْرٍ لَا خَلْقَ تَكْوِيْنٍ, وَ مَعْنَى ذَلِكَ أَنَّهُ لَمْ يَزَلِ اللهُ عَالِماً بِمَقَادِرِهَا.
“Keyakinan kami mengenai perbuatan makhluk ialah: bahwa perbuatan itu diciptakan dengan penciptaan takdir, bukan penciptaan pembentukan. Artinya adalah bahwa Allah SWT. Senantiasa mengetahui takdirnya makhluq.”[3]
Namun, ketidak-lugasan penyampaian Ibnu Babawaih tersebut memberikan indikasi bahwa Allah SWT. hanya mengetahui segala perbuatan makhluk saja, tidak memberi arti Allah SWT. bisa berkehendak apa saja pada setiap makhluknya, sesuai dengan artiqadar yang sesungguhnya.
Kemudian, ulama Syiah yang lain memberikan penjelasan akan keyakinan Syiah Itsna Asyariyah yang sesungguhnya terhadapqadar Allah SWT., seperti yang dikemukakan al-Mufid dalam penegasannya berikut:
الصَحِيْحُ عَنْ آلِ مُحَمَّدٍ صلّى الله عليه و سلّم أَنَّ أَفْعَالَ العِبَادِ غَيْرُ مَخْلُوْقَةٍ لله,َ وَ الَّذِيْ ذَكَرَهُ أَبُوْ جَعْفَرٍ قَدْ جَاءَ بِهِ حَدِيْثٌ غَيْرُ مَعْمُوْلٍ بِهِ, وَ لَا مَرْضِيِّ الْإِسْنَادِ, وَ الأَخْبَارُ الصَّحِيْحَةُ بِخِلَافِهِ.
“Yang benar dari keluarga Muhammad SAW. Ialah: bahwa sesungguhnya perbuatan makhluk itu tidak diciptakan oleh Allah SWT. Sementara apa yang disampaikan Abu Ja’far adalah hadits-hadits yang tidak bisa dipakai. Selain sanadnya tidak baik, hadits-hadits yangshahih juga bertentangan dengannya.”[4]
Senada dengan penegasan diatas, adalah jawaban dari pertanyaan yang pernah diajukan kepada Abu al-Hasan ar-Ridha AS (diklaim pihak Syiah sebagai Imam ke-8). bahwa ketika beliau ditanyakan oleh seseorang mengenai keyakinannya tentang qadar Allah SWT; apakah qadar itu diciptakan Allah SWT. Atau tidak? Lalu beliau menjawab:
لَوْ كَانَ خَالِقًا لَهَا لَمَا تَبَرَّأَ مِنْهَا وَ قَدْ قَالَ سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى أَنَّ اللهَ بَرِيْءٌ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ وَ رَسُوْلُهُ, وَ لَمْ يُرِدْ البَرَاءَةَ مِنْ خَلْقِ ذَوَاتِهِمْ وَ إِنَّمَا تَبَرَّأَ مِنْ شِرْكِهِمْ وَ قَبَائِحِهِمْ.
“Andaikan Allah SWT. Yang menciptakan perbuatan makhluk, tentu Dia tidak akan melepaskan diri darinya, sementara Dia telah berfirman: “Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya terbebas diri dari orang-orang musyrik.” Allah SWT. Tidak bermaksud melepaskan diri dari menciptakan mereka, namun melepaskan diri dari kesyirikan dan kejelekan mereka.”[5]
Lebih tegas lagi, al-Hurr al-Amili (w. 1104 H), salah seorang ulama Syiah terkemuka, mengupas kajian seputar qadar dalam bab spesifik dengan judul “Sesungguhnya Allah SWT. menciptakan segala sesuatu selain perbuatan makhluk.” Dalam kitabnya al-Fushul al-Muhimmah fi Ushul al-Aimmah, dia mengatakan bahwa Syiah Imamiyah dan Mu’tazilah meyakini bahwa semua perbuatan makhluk timbul dari dirinya sendiri, merekalah yang menciptakan perbuatan-perbuatan itu.[6]
Ulama Syiah yang lain, Muhammad Shadiq ath-Thabathaba’I, juga memberikan ketegasan yang sama: “Syiah Imamiyah dan Mu’tazilah berkeyakinan bahwa semua perbuatan dan gerak-gerik makhluk itu terjadi dengan kekuatan dan keinginan mereka sendiri. Merekalah yang menjadikan pekerjaan-pekerjaan itu. Sedangkan ayat-ayat yang menerangkan bahwa Allah SWT. yang menciptakan segala sesuatu, itu adakalanya sudah di takhsis (dikhususkan maksud dan tujuannya) dengan selain perbuatan makhluk, atau ditakwil bahwa Allah SWT. Yang menciptakan segala sesuatu dengan tanpa perantara, atau dengan perantara makhluk-Nya.”[7]
Dari beberapa penegasan ulama-ulama Syiah ini, jelaslah kiranya, bagaimana sebenarnya kepercayaan mereka berkenaan denganqadar Allah SWT. bahwa akidah mereka dalam hal ini sebetulnya tidak ada bedanya dengan sekte Mu’tazilah – yang menyimpang.
Namun, sebagaimana disinggung di atas, tampaknya keyakinanqadar ala Mu’tazilah ini dianut oleh orang-orang Syiah pasca abad ketiga hijriah, sebagaimana disampaikan oleh Ibnu Taimiyah. Sedangkan Syiah yang hidup pada abad-abad sebelumnya malah memiliki keyakinan yang berseberangan. Hal ini didasarkan pada riwayat-riwayat yang disampaikan langsung oleh A’immah Ahlul Bait, al-Kulaini antara lain meriwayatkan hadits sebagai berikut:
قَالَ أَبُو جَعْفَر وَأَبُو عَبْدِ اللهِ: إِنَّ اللهَ أَرَحْمُ بِخَلْقِهِ مِنْ أَنْ يُجْبِرَ خَلْقَهُ عَلَى الذُّنُوبِ ثُمَّ يُعَذِّبَهُمْ عَلَيْهَا وَاللهُ أَعزُّ مِنْ أَنْ يُرِيْدَ أَمْرًا فَلَا يَكُوْنُ، قَالَ: فَسُئِلَا عَلَيْهِمَا السَّلَامُ هَلْ بَيْنَ الْجَبْرِ وَالْقَدَرِ مَنْزِلَةٌ ثَالِثَةٌ؟ قَالَا: نَعَمْ أَوْسَعُ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْاَرْضِ.
Abu Ja’far dan Abu Abdillah berkata: “sesungguhnya Allah SWT. Tidak akan memaksa hamba-Nya untuk mengerjakan perbuatan dosa lalu menghukumnya, sebab betapa besar kasih sayang-Nya. Dan Allah SWT. Tidak mungkin menginginkan sesuatu lalu tidak terjadi, karena Dia sangat berkuasa. Rawi berkata: Lalu keduanya ditanyakan: “apakah antara pemaksaan dan takdir ada tempat ketiga? Beliau menjawab: “Ya, (tempat itu) lebih luas dari ruangan yang ada di antara langit dan bumi.[8]
Kedua Imam ini menegaskan bahwa pendapat mereka tentangqadar adalah tidak membenarkan al-Jabr dan at-Tafwidh (fatalisme). Mereka memegang maqam ketiga yang lebih netral, tidak mengikuti madzhab Mu’tazilah. Lebih tegas lagi, Abu Abdillah AS (Diklaim Syiah sebagai Imam ke-6). Mengatakan: “Kamu bertanya tentang perkataan orang-orang Qadariyah (kelompok yang meniadakanqadar pada Allah SWT.), (apa yang mereka katakan) bukanlah agamaku dan bukan pula agama leluhurku, tak kutemukan seorang pun dari keluargaku berpendapat seperti itu.”[9] Abu Abdillah AS. Melanjutkan: “Celakalah Qadariyah (free will), apakah mereka tidak membaca firman Allah ‘Kecuali istri Luth, kami tetapkan dia temasuk orang-orang yang dihukum.’ Celaka mereka, kalau bukan Allah yang menaqdirkannya, lalu siapa?”
Al-Qummi meriwayatkan dalam kitab tafsirnya: “. . .Orang-orang Qadariyah yang menafikan takdir, yang mengira bahwa mereka bisa berbuat baik atau sebaliknya, kapan pun mereka mau, adalah orang-orang Majusi dari umat Muhammad SAW. Padahal musuh-musuh Allah SWT. Itu mengingkari Masyi’ah dan Takdir.”[10]
Yang perlu menjadi catatan disini adalah, kendati Syiah generasi awal menetapkan eksistensi takdir Allah SWT., akan tetapi pendapat yang umum dipegang oleh mayoritas umat Syiah masa kini adalah pendapat generasi kemudian yang menafikan takdir, yang diadopsi dari teologi Mu’tazilah. Sementara status dari teologi Mu’tazilah (Syiah) yang menafikan takdir sama halnya dengan teologi Jabariyah yang hanya menetapkan takdir. Kedua teologi ini hanya menggunakan sebagian dalil dan meninggalkan dalil yang lain. Sementara yang mengambil jalan tengah adalah teologi yang menggunakan nash-nash dan argumentasi secara sempurna, yang sesuai dengan Kitabullah. Ayat-ayat al-Qur’an telah menegaskan bahwa makhluk memiliki kemauan, kemampuan dan perbuatan, namun semuanya bergantung pada kehendak Allah SWT.[11] Inilah akidah yang dipedomani oleh umat Islam Ahlussunnah wal Jama’ah. Allah SWT. Berfirman:
وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا
“Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Insan [76]: 30).
Paparan data dan fakta tentang keyakinan Syiah terhadap 6 rukun iman—yang telah disampaikan pada beberapa edisi yang lalu dan sekarang—menunjukkan betapa Syiah telah menyimpang dari ajaran Islam, sehingga tidak mudah untuk dikatakan bahwa penganut Syiah sebagai orang Islam.

By Apad Ruslan, diadaptasi dari buku Mungkinkah SUNNAH-SYIAH DALAM UKHUWAH? Jawaban Atas Buku Dr. Quraish Shihab (Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan, Mungkinkah?)
[1]Ibn Taimiyah, Minhaj as-Sunnah, juz 2 hlm. 29.
[2]Al-Asy’ari, Maqalat al-Islamiyyin, juz 1 hlm. 114-115.
[3]Ibnu Babawaih al-Qummi, Aqaid ash-Shaduq, hlm. 78.
[4]Al-Mufid, Syarh Aqa’id ash-Shaduq, hlm. 12.
[5]Ibid, hlm. 13.
[6]Al-Hurr al-Amili, al-Fushul al-Muhimmah fi Ushul al-Aimmah, hlm. 80-81.
[7]Muhammad Shadiq ath-Thabathaba’I, Majalis al-Muwahhidin fi Bayani Ushul ad-Din, hlm. 21 dan al-Qazwini, Qala’id al-Kharaid, hlm. 60.
[8]Al-Kulaini, al-Kafi, juz 1 hlm. 159.
[9]Al-Majlisi, Bihar al-Anwar, juz 5 hlm. 56.
[10]Al-Qummi, Tafsir Al-Qummi, juz 1 hlm. 226-227 dan al-Majlisi,Bihar al-Anwar, juz 5 hlm. 9.
[11]Al-Qifari, Ushul Madzhab asy-Syi’ah, juz 2 hlm. 774-785.