Friday, May 29, 2015

10 Tahun Aisyah Bersama Rasul

padang pasir pohon matahari
Jumat 10 Syaaban 1436 / 29 Mei 2015 20:01
SEORANG  gadis kecil periang berumur sembilan tahun sedang gembira bermain-main dengan teman-temannya. Rambutnya awut awutan dan mukanya kotor karena debu. Tiba-tiba beberapa orang yang sudah agak tua muncul dari sebuah rumah di dekat situ dan datang ke tempat anak-anak tadi bermain-main. Mereka lalu membawa anak gadis itu pulang, memberinya pakaian yang rapi, dan malam itu juga, gadis itu dinikahkan dengan laki-laki paling agung di antara manusia, Nabi ummat Islam. Suatu penghormatan paling unik yang pernah diterima seorang wanita. Aisyah adalah salah seorang putri tersayang Sayidina Abu Bakar ra, sahabat Nabi yang setia, yang kemudian menggantikan Nabi sebagai Khalifah Islam yang pertama.
Aisyah r.ha. lahir di Mekkah 614 Masehi, delapan tahun sebelum permulaan zaman Hijrah. Orangtuanya sudah memeluk agama Islam. Sejak mulai kecil anak gadis itu telah dididik sesuai dengan tradisi paling mulia – agama Islam – dan dengan sempurna dipersiapkan dan diberinya hak penuh untuk kemudian menduduki tempat yang mulia. Ia menjadi istri Nabi selama sepuluh tahun. Masih muda sewaktu dinikahkan dengan Nabi, tetapi ia memiliki kemampuan sangat baik sehingga dapat menyesuaikan diri dengan tugas barunya. Kehadirannya membuktikan bahwa ia seorang yang cerdas dan setia, dan sebagai istri, sangat mencintai tokoh dermawan paling besar bagi umat manusia.
Di seluruh dunia, ia diakui sebagai pembawa riwayat paling otentik bagi ajaran Islam seperti apa yang telah disunahkan oleh suaminya. Ia di anugerahi ingatan yang sangat tajam, dan mampu mengingat segala pertanyaan yang diajukan para tamu wanita kepada Nabi, serta juga mengingat segenap jawaban yang diberikan oleh Nabi. Diingatnya secara sempurna semua yang disampaikan Nabi kepada para delegasi dan jemaah di masjid. Karena kamar Aisyah itu bersebelahan dengan masjid, dengan cermat dan tekun ia mendengarkan dakwah, ta’lim, dan mudzakarah Nabi dengan para sahabat dan orang-orang lain. Ia mengajukan juga pertanyaan-pertanyaan kepada Nabi tentang soal-soal yang sulit dan rumit sehubungan dengan ajaran agama Islam. Hal-hal inilah yang menyebabkan ia menjadi ilmuwan dan periwayat yang paling besar dan paling otentik bagi sunnah Nabi dan ajaran Islam.
Aisyah tidak ditakdirkan hidup bersama-sama dengan Nabi untuk waktu yang lama. Pernikahannya itu berlangsung hanya sepuluh tahun saja. Tahun 11 Hijrah, 632 Masehi, Nabi wafat dan dimakamkan di kamar yang dihuni Aisyah. Nabi digantikan oleh seorang sahabat yang setia, Abu Bakar ra, sebagai khalifah islam yang pertama. Aisyah terus menduduki urutan pertama, dan setelah Fathima rha. meninggai dunia di tahun 11 Hijrah, Aisyah dianggap sebagai wanita yang paling penting di dunia Islam. Tetapi ayahnya, Abu Bakar, tidak berumur panjang. Ia meninggal dunia dua setengah tahun setelah wafat Nabi. Selama kekuasaan Umar al-Faruq, khalifah yang kedua, Aisyah menduduki posisi sebagai ibu utama di seluruh daerah-daerah Islam yang secara cepat makin meluas. Orang datang untuk meminta nasihat-nasihatnya yang bijaksana tentang segala hal yang penting. Umar terbunuh dan kemudian Khalifah Usman.
Dua peristiwa kesyahidan tersebut telah mengguncangkan sendi-sendi Islam, dan menjurus kepada perpecahan yang tragis di kalangan umat Islam. Keadaan itu sangat merugikan agama yang sedang menyebar luas dan berkembang dengan cepat, yang pada waktu itu telah menjalar sampai ke batas pegunungan Atlas di sebelah Barat, dan ke puncak-puncak Hindu Kush di sebelah Timur. Aisyah tidak dapat tinggal diam sebagai penonton dalam menghadapi oknum-oknum pemecah-belah itu. Dengan sepenuh hati ia membela mereka yang menuntut balas atas kesyahidan khalifah yang ketiga.
Di dalam Perang Unta, suatu pertempuran melawan Ali, khalifah yang keempat, pasukan Aisyah kalah dan ia terus mundur ke Madinah di bawah perlindungan pengawal yang diberikan oleh putra khalifah sendiri. Beberapa orang sejarawan yang menaruh minat terhadap peristiwa itu, baik yang Muslim maupun yang bukan, memberikan kritik kepada Aisyah dalam pertempuran melawan Ali. Tetapi tidak seorang pun yang meragukan kesungguhan hati dan keyakinan Aisyah untuk menuntut balas bagi darah Usman.
Aisyah menyaksikan berbagai perubahan yang dialami oleh Islam selama tiga puluh tahun kekuasaan khalifah yang saleh. Ia meninggal dunia tahun 678 Masehi. Ketika itu kekuasaan berada di tangan Muawiyah. Penguasa ini amat takut kepada Aisyah dengan kritik-kritiknya yang pedas berkenaan dengan negara Islam yang secara politis sedang berubah itu. Ibu Utama agama Islam ini terkenal dengan bermacam ragam sifatnya kesalehannya, umurnya, kebijaksanaannya, kesederhanaannya, kemurahan hatinya, dan kesungguhan hatinya untuk menjaga kemurnian riwayat sunnah Nabi. Kesederhanaan dan kesopanannya segera menjadi obor penyuluh bagi wanita Islam sejak waktu itu juga. Ia menghuni ruangan yang berukuran kurang dari 12 X 12 kaki bersama-sama dengan Nabi. Ruangan itu beratap rendah, terbuat dari batang dan daun kurma, diplester dengan lumpur. Pintunya cuma satu, itu pun tanpa daun pintu, dan hanya ditutup dengan secarik kain yang digantungkan di atasnya.
Selama masa hidup Nabi, jarang Aisyah tidak kekurangan makan. Pada malam hari ketika Nabi mengembuskan napasnya yang tera khir, Aisyah tidak mempunyai minyak Waktu Khalifah Umar berkuasa, istri dan beberapa sahabat Nabi mendapatkan tunjangan yang cukup besar tiap bulannya. Aisyah jarang menahan uang atau pemberian yang diterimanya sampai keesokan harinya, karena semuanya itu segera dibagikan kepada orang-orang yang membutuhkannya. Pada suatu hari di bulan Ramadhan, waktu Abdullah ibn Zubair menyerahkan sekantung uang sejumlah satu lakh dirham, Aisyah membagikan uang itu sebelum waktu berbuka puasa.
Aisyah pada zamannya terkenal sebagai orator. Pengabdiannya kepada masyarakat, dan usahanya untuk mengembangkan pengetahuan orang tentang sunnah dan fiqh, tidak ada tandingannya di dalam catatan sejarah Islam. Jika orang menemukan persoalan mengenai sunnah dan fiqh yang sukar untuk dipecahkan, soal itu akhirnya dibawa kepada Aisyah, dan kata-kata Aisyah menjadi keputusan terakhir. Kecuali Ali, Abdullah ibn Abbas dengan Abdullah ibn Umar, Aisyah juga termasuk kelompok intelektual di tahun-tahun pertama Islam.
Ibu Agung Agama Islam ini mengembuskan napas yang terakhir 17 Ramadhan, 58 Hijriah (13 Juli, 678 Masehi). Kematiannya menimbulkan rasa duka terutama di Madinah dan di seluruh dunia Islam. Aisyah rha. bersama Khadijah rha. dan Fathima az-Zahra r.ha. dianggap sebagai wanita yang paling menonjol di kalangan wanita Islam. Kebanyakan para ulama menempatkan Fathimah rha. di tangga teratas, diikuti oleh Khadijah rha, dengan Aisyah rha sebagai yang terakhir.
Tapi ulama ibn Hazim malah menempatkan Aisyah rha. nomor dua sesudah Nabi Muhammad SAW, di atas semua istri, sahabat, dan rekan-rekannya. Menurut Allama ibn Taimiya, Fatimahlah yang berada di tempat teratas, karena ia anak tersayang Nabi, Khadijah itu agung karena dialah orang pertama yang memeluk agama Islam. Tetapi, tidak seorang pun yang menandingi Aisyah mengenai peranannya dalam menyebarluaskan ajaran Nabi. [dunia islam]



Khamene’i Bersekongkol dalam ledakkan Masjid Sunni Di Iran Juga Perusak negeri Yaman !

Kolumnis dan juga pemimpin redaksi surat kabar “The Mesir” Gamal Sultan mengatakan bahwa Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei bersekongkol untuk meledakkan masjid Sunni di Iran.
Sebuah ledakan yang terjadi di masjid ahlu sunah di daerah Qatif Qudayh, meninggalkan puluhan korban tewas dan luka-luka.
Kantor berita Fars (media resmi Negara Iran) menyatakan bahwa Iran Mossad bertanggungjawab atas ledakkan masjid Sunni tersebut.
Dalam sebuah akun tweet Twitternya, Gamal Sultan Mengomentari berita yang diterbitkan oleh Kantor berita Fars dengan mengatakan: “Khamenei bersekongkol dan berencana untuk meledakkan masjid ahlu sunnah.”
Sebelum ledakan terakhir yang terjadi di Arab Saudi, pejabat Iran mengeluarkan sejumlah ancaman dalam menanggapi Kerajaan Arab Saudi yang berperang melawan Syi’ah Hautsi yang didukung oleh Teheran di Yaman.
Iran Akan Tambah Jumlah Milisi Syiah Hizbullah Dan “Qods Force” di Yaman [ Syiah Laknatullah]

Surat kabar khusus mengenai isu-isu keamanan nasional Amerika Serikat, Free Beacon, menyatakan bahwa pemerintah Teheran berencana mengirimkan lebih banyak pasukan Garda Revolusi Iran dan milisi Syiah ke Yaman, untuk membantu kelompok pemberontak mengontrol negara tersebut.
Seperti dilansir Free Beacon dari laporan yang baru-baru ini dirilis intelijen AS menyebut bahwa Iran berencana mengirimkan pasukan khusus “Qods Force” dan kelompok Syiah Hizbullah Lebanon, untuk pergi ke Yaman membantu pemberontak Syiah Houthi menghadapi koalisi regional Arab.
Dalam laporan tersebut, intelijen AS memperkirakan jumlah pejuang Iran dan Syiah Irak yang saat ini membantu pemberontak Syiah Houthi di Yaman mencapai lima ribu orang.
Hal senada juga pernah dilontarkan Brigadir Qaana Ismail, wakil komandan “Qods Force”, yang mengakui adanya pasukan Garda Revolusi Iran di Yaman, untuk melatih pemberontak Syiah Houthi.
Menurut data resmi yang diterbitkan WHO, tercatat lebih dari 2 ribu orang tewas dan 6 ribu lainnya sejak memanasnya konflik politik di Yaman pada akhir Januari lalu. (Alarabiya/Ram)




Di Irak "Labbayka ya Allah " ( Ahlus Sunnah/Muslim ) VS "Labbayka ya Hussein" ( Syiah )

Menhan AS Ashton Carter : Irak Akan Jatuh ke Kubangan Perang Sunni-Syi'ah

Departemen Pertahanan telah mengkritik nama sandi yang diberikan operasi militer merebut kembali provinsi Anbar dari Daulah Islam (IS), kata  juru bicara Kolonel Steven Warren,  Jum'at, 29/5/2015.
"Kunci kemenangan Irak bila bersatu, dan menghindari dari dari perpecahan sektarian," kata Warren. Nampaknya Irak akan terjerumus ke dalam konflik antara Sunni-Syi'ah yang semakin dalam. Irak sudah jatuh ke tangan Syi'ah dan dibawah telapak rezim Syi'ah. Nampak dalam operasi militer mengambil alih kembali Anbar, di mana Irak menggunakan sepenuhnya  milisi Syi'ah.
Semengara itu, operasi membebaskan Anbar dengna nama sandi , "Labbayka ya Hussein" (Kami siap berjuang demi anda, Hussein"), mengacu pada cucu Nabi Muhammad, salah satu imam yang paling dihormati dikalangan Syi'ah.
Menteri Pertahanan AS Ashton Carter mengkritik pasukan Irak atas kekalahan mereka di Ramadi, mengatakan mereka tidak memiliki kemauan  melawan pejuang ISIS, yang menyebabkan kejatuhan kota Ramadi.
Pernyataan Carter yang banyak dikritik oleh para pejabat Irak, termasuk Perdana Menteri Haider Al-Abadi.
Warren mengatakan pasukan Irak, bukan jumlahnya yang  sedikit saat melawan  pejuang ISIS, tetapi mereka memilih  menarik diri. "Dalam hal ini Ramadi, memperlihatkan moral yang sangat rendah dari tentara Irak, dan ada masalah dengan struktur komando," katanya kepada wartawan, Selasa.
"Beberapa faktor yang mengakibatkan jatuhnya Ramadi sudah tidak adanya keinginan berperang melawan ISIS dari pasukan Irak, dan  taktik ISIS  yang sangat canggih dengan menggunakan senjata yang terbatas. Ini kekalahan yang memalukan," Warren menambahkan, menggunakan akronim lain untuk ISIS .
Warren menggambarkan langkah itu sebagai sebuah "proses menyatukan" kekuatan pasukan Irak dan milisi Syi'ah yang sudah sangat tidak efektif, karena sudah tidak adanya saling percaya diantara mereka, dan akhirnya kana menghancurkan pasukan Irak, dan ini hanya menghancurkannya.

Menlu UEA: Pemerintah Damaskus Dan Baghdad Penyebab Lahirnya Teroris


Menteri Luar Negeri UEA, Abdullah bin Zayed Al Nahyan, menegaskan bahwa untuk menghilangkan aksi terorisme tidak akan dapat dilakukan kecuali mengatasi penyebab yang menjadi akar masalah ditempat tersebut, mengacu kepada pemerintah Damaskus dan Baghdad yang dinilai sebagai penyebab konflik sekterian di dua negara tersebut.
Pernyataan ini dilontarkan Menlu Abdullah bin Zayed Al Nahyan dalam konferensi pers bersama di ibukota Moskow pada Kamis (28/05) malam, setelah sebelumnya bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov.
“Kegagalan untuk mengatasi penyebab lahirnya terorisme akan menyebabkan lahirnya organisasi teroris baru, bahkan jika kita dapat menghilangkan Negara Islam, Al Qaeda, ataupun lainnya,” ujar Menlu Abdullah bin Zayed Al Nahyan.
Menurutnya, penindasan dan sikap diskriminatif pemerintah Damaskus dan Baghdad terhadap rakyat mereka menjadi sebab terjadinya perang sekterian yang kini melanda kedua negara tersebut.
Sementara itu menanggapi kemungkinan kerjasama pemerintah Uni Emirat Arab dengan pemerintah Suriah dalam menghadapi terorisme, Menlu Abdullah bin Zayed Al Nahyan menekankan bahwa mustahil untuk berkerjasama dengan pemerintah yang telah menzholimi rakyatnya.

Memahami Sepak Terjang Amerika di Kawasan Timur Tengah


Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama menggambarkan jatuhnya wilayah Iraq yang sangat strategis ke tangan Daulah Islam/Islamic State (IS) sebagai kemunduran taktis, dan dia bertekad akan terus berperang melawan kelompok jihad itu.
“Saya tidak berpikir kita kehilangan,” kata Obama dalam sebuah wawancara dengan majalah berita Atlantic, sehari setelah kota Ramadi yang berada di Provinsi Anbar Iraq jatuh ke tangan IS, pada Kamis (21/5/2015).
“Tidak diragukan lagi ada kemunduran taktis, meskipun sebelumnya Ramadi sudah rentan dalam waktu yang sangat lama,” tambahnya.
Sejak bulan Agustus 2014 atas perintah Obama, koalisi salibis internasional pimpinan AS telah melakukan lebih dari 6.000 serangan udara di Iraq dan Suriah, dengan tujuan meminimalkan kekuatan IS, dan menolak kembali pasukan tempur ke Iraq, setelah perang brutal selama invasi militer yang bertujuan menggulingkan Saddam Hussein.
Tapi kekalahan di Ramadi telah menjadi pertanyaan serius terkait strategi AS dan kredibilitas pemerintah Syi’ah Shofawi Iraq. Obama menyalahkan rezim Syi’ah Shofawi, dan kurangnya pelatihan dan penguatan pasukan keamanan Iraq sendiri. “Mereka memiliki kelemahan yang dasarnya selama satu tahun tanpa bala yang cukup”, tambahnya.
“Tapi itu indikasi bahwa pelatihan pasukan keamanan Iraq yang menjadi, benteng, sistem perintah-dan-kontrol tidak berlangsung cukup cepat di Anbar, di bagian wilayah Sunni negara”, tegasnya. Ramadi adalah jantung kelompok Sunni Iraq, dan wilayah sangat dekat dengan ibukota Baghdad.
Bahkan, serangan kekuatan udara AS yang berkelanjutan ternyata diragukan banyak pengamat, dan mereka skeptis tentara Syi’ah Shofawi Iraq dapat memenangkan perang melawan IS yang sangat terlatih dan moralitas yang sangat tinggi.
Kedua, Washington dan Baghdad mulai menggunakan paramiliter dari milisi Syi’ah ‘Sya’ab’ yang langsung mendapatkan bantuan dari Negara Syi’ah Iran. Dengan berbagai jenis senjata, dan bahkan Amerika sudah mengirimkan 1.000 rudal anti tank.
Amerika telah mendorong pemerintah pusat Iraq melakukan pendekatan kepada suku-suku Sunni di provinsi Anbar Ramadi, meskipun pemerintah Syi’ah Iraq yang dipimpin PM Syi’ah Iraq Haidar al-Abadi enggan untuk melakukan pendekatan kepada kelompok Sunni.
Sekarang kelompok suku-suku Sunni di Iraq lebih memilih bergabung dengan Daulah Islam, dibandingkan harus bergabung pemerintahan Syi’ah Iraq yang didukung Iran dan milisi Syi’ah yang sudah menghancurkan mereka, di mana pemerintahan Syi’ah Iraq telah berkomplot dengan Amerika dan Iran, menghancurkan Iraq.
Amerika menghancurkan secara total golongan Sunni di Iraq, dan mendudukan rezim Syi’ah di Iraq yang dipimpin oleh Nuri al-Maliki dan digantikan al-Abadi. Jatuhnya Saddam Husien hanyalah skenario menghancurkan Sunni Iraq, yang menjadi ancaman Zionis-Israel.
Sekarang Amerika Serikat berkomplot dengan Iran, dan mendukung pembangunan nuklir Iran, yang menjadi ancaman negara-negara Arab Teluk. Iran dan Syi’ah ingin menguasai dan mendominasi seluruh kawasan Timur Tengah, dan melakukan Syi’ahisasi.
Kemudian, sesudah Arab Saudi menyerang Syi’ah Houthi Yaman, sekarang Amerika menggiring negara Arab Teluk ke Camp David, agar mereka tidak meninggalkan Amerika. Taktik Amerika Serikat itu, hanya sebuah tipuan yang bertujuan ingin tetap melemahkan negara-negara Arab dan tetap bergantung kepada Amerika yang menjadi kaki tangan Zionis. Wallahu a’lam.. [Muhajir/DINews]

Hasil poling jajak pendapat tentang kemenangan daulah Islamiyah


Foto Nanda Ayu.

Hasil poling jajak pendapat yg disiarkan TV Al Jazeera secara live :
Apakah anda mendukung kemenangan IS di Suriah dan Iraq ? 81% / 43.375 orang mengatakan ya !

Penghinaan Syi’ah Terhadap Al-Hasan bin ‘Ali

lagi lagi…..

Penghinaan demi penghinaan, pelecehan demi pelecehan terus mereka lontarkan kepada Rasulullah dan para shahabatnya, termasuk didalamnya Ahlul bait tercinta seperti Fathimah dan lainnya. Kali ini, giliran Al-Hasan bin Ali yang dijuluki Rasulullah sebagai pemimpin pemuda ahlil jannah yang mendapatkan ‘jatah’. Salah seorang ulama’ terkenal mereka bernama Al-Kisysyi dalam kitabnya Rijalul Kisysyi hal.103 berceloteh:
“Sesungguhnya Al-Hasan bin ‘Ali telah menghinakan kaum mukminin, karena ia mau memba’iat Mu’awiyah.”

Subhanallah, Al-Hasan disebut seorang yang membuat hina kaum mukminin hanya karena alasan mau membai’at shahabat Mu’awiyah radhiallahu ‘anhum wa ardhahum.
Kalau mereka sadar, justru disitulah letak keistimewaan Al-Hasan, dan disitu pulalah letak benarnya berita yang disebutkan Rasulullah dalam sabdanya: “Anakku ini adalah pemimpin, Semoga Allah mendamaikan melalui dia (Al-Hasan) dua kelompok besar muslimin .” Maksudnya adalah Ali dan Pasukannya beserta Mu’awiyah dan pasukannya.
Terbukti dengan sikap beliau ini kaum muslimin yang ketika itu dalam keadaan menyedihkan menjadi satu diatas satu pemimpin, tidak ada lagi pertumpahan darah dan saling membenci antara mereka. Sehingga tahun itu disebut ‘amul jama’ah (tahun persatuan).
Maka dari sini kita tahu kebathilan ucapan Al-Kisysyi, salah seorang ulama’ syi’ah tersebut. Karena justru dengan perbuatan Al-Hasan bin ‘Ali radhiallahu ‘anhu umat islam menjadi jaya dan mulia kembali.
Saudaraku, saya menyebutkan hal ini semata-mata -insya Allah- karena menginginkan kebaikan untuk kaum muslimin yang belum atau tidak memahami hakekat sebenarnya ajaran syi’ah.
Terserahlah saya mau dibilang apa, namun yang saya sebutkan diatas adalah bersumber dari kitab-kitab ulama syi’ah sendiri. wallahu a’lam


Syiah Mengaku Syiah Menusuk Hasan

Syiah Mengaku Syiah Menusuk Hasan

Media Propaganda Syiah Rafidhah al-Majusi mengakui bahwa Syiah Kufah Irak Menjarah dan Menusuk Paha Hasan Radhiyallahu ‘anhu. 

Setelah syahadah Imam Ali as, pengikut Syiah di Kufah membaiat Imam Hasan as, anak Imam Ali as dan memilihnya sebagai khalifah, pengganti ayahnya. Imam Hasan as mengirim 12 ribu pasukan yang dipimpin oleh Qais bin Saad untuk memerangi Muawiyah dan beliau sendiri pergi ke kota Madain.

Sebelum terjadi perang terhembus isu kematian Qais bin Saad yang membuat pasukan Imam Hasan as tidak solid lagi. Sebagian pada waktu itu sampai berani menjarah bendera Imam Hasan dan yang lain menusuk paha beliau dengan pisau. Kondisi ini sangat tidak menguntungkan Imam Hasan as dan melanjutkan perang tidak ada gunanya dengan pasukan yang rendah semangatnya.

Oleh karenanya, Imam Hasan as menulis surat kepada Muawiyah yang berujung pada perundingan. Pada tanggal 26 Rabiul Awal perundingan terjadi yang hasilnya Imam Hasan as harus mengundurkan diri dari kursi kekhalifahan dengan syarat, pasca pemerintahan Muawiyah, ia tidak berhak menunjuk anaknya sebagai penggantinya. Syarat lainnya adalah Muawiyah tidak menjelek-jelekkan Imam Ali as.

Sekalipun batin Imam Hasan as tidak menerima hasil perundingan itu, kondisi yang ada memaksanya menerima itu. Akhirnya setelah lewat lima setengah bulan dari pengunduran dirinya dari kursi kekhalifahan, Imam Hasan as dan keluarganya pergi ke Madinah.

 Syiah di Kufah membaiat Imam Hasan as, pasukan Imam Hasan as tidak solid lagi. Sebagian pada waktu itu sampai berani menjarah bendera Imam Hasan dan yang lain menusuk paha beliau dengan pisau.

12 Tanggapan

kok ga di tulis sumbernya ustadz, dari kitab mana,yg buat siapa terus yang menshahihkan siapa aja.
yang lengkap dong ustadz, biar yang baca juga tau darimana asal kata-kata itu.
—haulasyiah—
Alhamdulillah sudah kami sertakan sumber rujukannya
kita tunggu komentar pak haji selanjutnya….
Semoga pak haji dibersihkan hatinya oleh Allah serta dibukakan hatinya dari melihat cahaya kebenaran dan diberi kekuatan untuk meninggalkan/menolak ajaran agama syi’ahnya yang sudah jelas-jelas bertolak belakang dengan ajaran agama islam yg mulia.
la iya bang..!!!
kalau sya pikir2 tulisan gini kan bisa buat kericuhan. nanti yg syiah balah perkataan abang, lalu abng balas lagi, syiah balas lagi, abang balas lagi dan seterusnya.
kan enakan “lakumdinukum waliyadin”

Kalau memang harus seperti yang saudara taubatlah sebutkan, tidak perlu susah-susah Rasulullah membantah argumen kafir musyrikin -walaupun saya tidak menyerupakan semua syi’ah dengan musyrikin-, karena toh nanti mereka akan balas membantah…..
“persatuan harus dijalan yg benar” kata abang
memang menurut abang ini benar ya?
jdi bingung juga mau milih yg mna ya…?

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda ketika menjelaskan jalan yang benar: “Hum man kana ‘ala mitsli ma ana ‘alaihil yaum wa ash-habi”
tapi ana g setuju ama prkataan abang yg menulis “kekufuran syiah”
kan katana rasul g boleh saling mengafirkan antar kaum muslimin, trs abang mau ngomong kan “syiah” bkn kaum muslimin..!!
Benar Rasulullah melarang mengkafirkan sesama muslim (Al-Bukhari dan Muslim, dari Ibnu ‘Umar). Tetapi dienul islam tidak melarang mengkafirkan kelompok yang memang berhak untuk dikafirkan karena telah melakukan pembatal-pembatal keislaman, seperti Syi’ah Rafidhah dan semisalnya, ghulat shufiyyah, Qodariyah Nufah, Jahmiyatul Ula.
tapi kan dia mengucapkan 2 syahadat ^_^
tolong dijawab yg jelas ya, dan jawabnya dgan tenang walaupun ana ngritiknya agak g enak.
Dari sinilah pentingnya kita menuntut ilmu syar’i (tholabul ilmi syar’i) yang murni. Didalam islam, hukum asal seseorang yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat adalah muslim, tidak boleh kita mengeluarkan dia dari islam kecuali jika ia melakukan sesuatu yang membatalkan keislaman, permasalahan ini sudah banyak dijelaskan di kitab-kitab Ahlus Sunnah. ini pertama
Kedua: Islam membedakan antara perbuatan dengan pelaku, dengan penjelasan bahwa semua perbuatan jelek tetap ia dikatakan jelek, tidak bisa menjadi baik. Adapun pelaku, tidak semua orang yang melakukan kejelekan itu adalah jelek. Contohnya: tidak semua orang yang berzina adalah fasiq, karena bisa jadi ia melakukannya karena dipaksa dalam keadaan bathinnya mengingkari perbuatan tersebut. Dalil untuk permasalahan ini adalah kisah ‘Ammar bin Yasir yang mengucapkan perkataan kufur karena tidak sadar.
Dari sini kita dapat ketahui bahwa seorang yang mengucapkan dua kalimat syahadat dan melakukan sholat bisa keluar dari islam apabila ia melakukan pembatalnya tanpa ada udzur yang diperbolehkan dalam islam.
Maka kesimpulannya, kaum syi’ah yang telah mengucapkan dua syahadat tetap diatas islam kecuali ia memiliki keyakinan atau melakukan pembatal-pembatalnya. diantara keyakinan syi’ah yang membatalkan keislaman telah kami sebutkan di blog ini. wallahu a’lam
NB: Adapun Syi’ah Rafidhoh, Imamiyah, Ja’fariyah, kami tidak meragukan kekafiran mereka.
ooo begitu ya…!!!
tapi bang! maap ya..!! ana ini lumayan sring lah baca buku syiah. tapi semua yg ana baca g sama sperti abang tulis in sekarang. kenapa ya?dan ana telusuri tu buku yg ana baca, hadis2nya ana liat memang ada di buku hadis kita (al-bukhori)
sperti hadis “man kuntu maula faaliyyun maula” dan hadis safinah dan hadis ghodir khum dan bnyk lagi. tolong dijawab ya?ana ini hanya ingin mencari kbenaran saja!!!

—haulasyiah—
Wah saudara taubatlah, itu namanya taqiyyah. Kalau dalam kitab-kitab yang tersebar di keumuman masyarakat yang bukan syi’ah mana mungkin mereka menyebutkan perkara diatas. Tapi itu semua ada di kitab-kitab induk mereka. dan kami, alhamdulillah, sudah mencantumkan sumber rujukan. Tinggal di kroscek aja……
Adapun mereka mencantumkan hadits-hadits bukhori, itu juga keanehan. Padahal disatu sisi mereka menjelek-jelekan Al-Bukhari tapi disatu sisi mereka menggunakannya….. dan yang mereka ambil kan yang sesusai nafsu mereka, kalau hadits-hadits yang jelas-jelas menyerang mereka, seribu alasan mereka kemukakan untuk melemahkannya. wallahul musta’an

loh bang maap ya!! ana agak lancang ngomongnya.

tapi bang yg ana prmasalahkan itu adlh.hadis yg di nukil bukhori itu sendiri tentang keutamaan sayyidina ALi “man kuntu maula faaliyyun maula” kan kitab kita AL-Bukhori yg tershokhi stelah AL-QUR’AN, masak itu hadis dho’if. dan bukan cuma itu hadisnya, banyak lagi hadis yg membicarakan
kepemimpinan ALi.(maap bang agak lancang) ana ngomong gini karena sering baca buku mereka bang, dan maggul bang.

—haulasyiah—
baiklah saudara taubatlah, sebelum melangkah lebih jauh… di bagian mana Al-Bukhori meriwayatkan hadits tersebut? maaf. yang kami tanyakan dalam shahih Al-Bukhori….
Kalau saudara menemukannya, Insya Allah akan kami jelaskan maknanya. Tetapi jika tidak, seorang yang ‘arif seharusnya bisa menjadikannya sebagai pelajaran, bahwa begitulah syi’ah selalu berdusta atas nama para ulama. Kalau untuk hadits ini saja kita tertipu bagaimana dengan puluhan atau ratusan hadits yang disebutkan syi’ah dalam buku-buku mereka.

~~ini bang di shokhi bukhori jilid 6, hal3 cetakan tahun 1312 bab peperangan tabuk
~~sohih muslim jilid 7, hal 120 bab keutamaan imam ali. iini bang yang saya tau, saya baca ini di buku “kalimatuttoyyibah”
—Haulasyiah—
Saudara Taubatlah, lafazh hadits yang anda sebutkan tidak ada didalam Al-Bukhori dan Muslim. Apabila di buku tersebut disebutkan riwayat Al-Bukhari dan Muslim maka itu adalah dusta. Inilah faedahnya mengapa para ulama’ sunnah melarang membaca buku-buku sesat. Karena seorang yang menginginkan kebenaran tetapi tidak memiliki ilmu tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. wallahu a’lam

Setahu kamu hadits tersebut diriwayatkan Tirmidzi (Bab Manaqib Ali), Ibnu Majah (Bab Fadhli ‘Ali) tanpa tambahan “Allahumma walin man walahu wa ‘adin man ‘adahu”. dan diperselisihkan keabsahannya. Al-Imam Al-Bukhari, Ibrohim Al-Harbi, dan sekelompok pakar hadits mendho’ifkannya sebagaimana dijelaskan Az-Zaila’i dalam kitabnya Nasbur Royah. wallahu a’lam
kalo g percaya liat dulu, jgn asal ngomong
Assalamualikum
ALQURAN 5:91
Sesungguhnya Setan hendak menimbulkan kebencian dan permusuhan di antara kamu (di antara ummat Islam)
Buku2 tentang madhab Ahlul Bait (Syi’ah) yang ditulis langsung oleh Ulama Syiah telah banyak diterjamahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Penerbit Mizan di Bandung dan Penerbit Letera Hati di Jakarta.
Kita dapat melihat sendiri bahwa Redaksi Haula Syiah adalah para pengikut Setan yang terkutuk.
Setan rajin menyebarkan kebohongan2 di antara manusia untuk menyesatkan manusia dari jalan ALLAH
Redaksi Haula Syiah rajin menyebar kebohongan2 tentang madhab Ahlul Bait (Syi’ah) untuk menyebarkan permusuhan dan kebencian di antara ummat Islam.
PERINGATAN
Redaksi Haula Syaih adalah penghiant agama Islam yang nyata dan penghianat Rasulullah yang nyata; karena sesungguhnya Redaksi Haula Syiah adalah para pengikut Setan yang terkutuk.
udah seringkali saya katakan di setiap kesempatan sekali gus mengingatkan kepada seluruh ummat islam ,jangnlah kita suka menyudutkan sesama kita dibawah naungan satu bendera laa ilaa hai.,,,,,,,,, muhammadur……….dengan kata2 kotor tdk terpuji sprti sesat,kafir dll,krn nb kita muhammad tdk mengajarkan ummatnya separti itu,tp nb mhmd mengajarkan kpd kita untuk ber akhlak baik dan mulia,sbb itu hormati hak pndapt orang lain yg berbeda dgn kita,tentunya selama tdk menyimpang dari al-Qoran dan sunnah
—-Haulasyiah—
Sebelumnya terima kasih kepada saudara hf’.rahman atas niat bagusnya. Tetapi kami juga mengingatkan bahwa niat yang bagus dan mulia haruslah dibangun diatas ilmu. Karena ilmu adalah syarat mutlak diterimanya sebuah amalan.
Sedikit menjelaskan bahwa memperingatkan umat dari kemunkaran adalah wajib dan lebih utama dengan kalimat yang tegas apabila dibutuhkan. Hal ini dicontohkan Rasulullah dalam hadits-haditsnya yang sangat banyak.
Sebagai contoh adalah ucapan beliau tentang Khowarij “Mereka adalah anjing-anjing neraka.” dalam hadits lain: “Mereka keluar dari agama seperti keluarnya anak panah dari buruannya.”
Tentang Qodariyah beliau bersabda: “Mereka adalah majusinya umat ini.”
Kepada salah seorang shahabatnya beliau bersabda dengan nada tinggi: “Sesungguhnya pada dirimu masih ada sifat jahiliyah”
Dan ini semua tidak mengurangi sikap hikmah beliau, karena beliau ucapkan itu tepat pada waktunya. Wallahu a’lam

cukup bagu sekali tulisan blog ini, membahas tuntas tentang Syiah, dimana kebanyakan orang masih tertutupi oleh akidah taqiyyah.
sbg alternatif bacaan saya di hakekat.com.
jazakallah….
kepada Bpk Haji Muhammad Abdullah ana ingin mengingatkan berbicaralah dengan ilmu!!anda hanya melihat salah satu sisi dari syi’ah api tidak lihat dari sisi yang lain…sesungguhnya smw ajaran syi’ah bertentangan dgn Islam. Al-Quran dan Hadist diubah2..mereka mengubahnya sesuai dengan nafsu mereka…Smg Allah memberi taufik kpd Bapak
U redaksi Smangat teruZzz…kepada semua yang mencerca blog ini berbicaralah kalian dengan ilmu!!

 

Meluruskan Pemahaman Tentang Shahabat Mu’awiyah Radhiallahu ‘Anhu

BERKATA IBNUL QOYYIM: “SEMUA ‘HADITS’ YANG MENCELANYA (MU’AWIYAH) ADALAH DUSTA”
Ketahuilah bahwa hadits-hadits yang mengandung celaan terhadap Mu’awiyah radhiallahu ‘anhu bisa jadi itu shahih akan tetapi bermakna pujian (sebagaimana yang telah kami jelaskan pada edisi yang lalu) atau dha’if.
Berkata Abul ‘Abbas Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Majmu’ Fatawa (4/431) ketika menjawab sebuah pertanyaan: “Abu Musa Al Asy’ari, Amr bin Ash dan Mu’awiyah bin Abi Sufyan adalah shahabat rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, mereka memiliki keutamaan- keutamaan dan kebaikan, apa yang sering dinukilkan tentang kejelekan mereka adalah dusta, dan yang benar dari penukilan itu, karena mereka adalah ahlul ijtihad. Maka seorang mujtahid jika benar mendapatkan dua pahala, jika salah mendapatkan satu pahala dan kelasahannya diampuni”.
Ibnul Qoyyim juga telah menyebutkan dalam kitabnya “Al-Manarul Munif” (94) bahwa tidak shahih satu haditspun yang mencela Mu’awiyah radhiallahu ‘anhu.
Begitu banyak ayat-ayat dan hadits-hadits tentang keutamaan mereka para shahabat radhiallahu ‘anhum, ayat atau hadits tersebut terbagi menjadi dua:
PERTAMA: Keutamaan para shahabat radhiallahu ‘anhum secara umum, tidak diragukan lagi bahwa Mu’awiyah juga masuk kedalamnya.

Bahkan Ibnu ‘Abbas sendiri mengakui bahwa Mu’awiyah adalah shahabat nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana yang diriwayatkan Al-Bukhari dalam kitab shahihnya (3764) melalui jalan Utsman bin Aswad dari Ibnu Abi Mulaikah, dia berkata: “Mu’awiyah melakukan shalat witir satu raka’at setelah shalat isya’. Ketika itu ada maula (bekas budak) Ibnu ‘Abbas. Maka dia mendatangi Ibnu Abbas (dan melaporkan perbuatan Mu’awiyah). Ibnu ‘Abbas menjawab: “Biarkan dia, karena dia adalah shahabat rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.”.
Al-Bukhari juga meriwayatkan dalam shahihnya (3766) melalui jalan Humran bin Aban dari Mu’awiyah radhiallahu ‘anhu: “Sesungguhnya kalian melakukan shalat tersebut. Sungguh kami telah menemani nabi shalallahu ‘alaihi wasallam dan kami tidak pernah melihat beliau melakukannya bahkan beliau melarangnya yakni shalat dua raka’at setelah shalat ashr.”
Demikian pula Imam Muslim dalam shahihnya (4037), Mu’awiyah berkata:“Ketahuilah, apa kepentingan mereka menyebutkan hadits-hadits dari rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Sungguh kami hidup bersama beliau dan menemaninyadan kami tidak pernah mendengar beliau mengatakan demikian….”
Al-Khallal dalam kitab As-Sunnah (2/432) (no.653) dari Mahna, dia berkata: “Aku bertanya kepada Ahmad bin Hanbal tentang Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Maka beliau menjawab: “Dia seorang shahabat”. Aku bertanya lagi: “dari mana dia?” “Dari Makkah tinggal di Syam”. Jawab beliau. Dan sanadnya shahih
KEDUA: Hadits-hadits dan atsar-atsar tentang keutamaan sebagian shahabat radhiallahu ‘anhum terkhusus Mu’awiyah radhiallahu ‘anhu. 

Telah diriwayatkan sejumlah hadits-hadits shahih demikian pula perkataan salaf tentang keutamaan Mu’awiyah, lebih rincinya Insya Allah akan kami sebutkan pada edisi-edisi mendatang.
DIRIWAYATKAN DARI ISHAQ BIN RAHAWIH RAHIMAHULLAH:

“Tidak sah satu hadits pun tentang keutamaan Mu’awiyah”.
Riwayat ini dikeluarkan Ibnul Jauzi dalam kitabnya “Al-Maudhu’at” (2/263) (832) dia berkata: telah menceritakan kepada kami Zahir bin Thahir, telah menceritakan kami Ahmad bin Husain Al-Baihaqi, memberikan hadits kepada kami Abu Abdillah Muhammad bin Abdullah Al-Hakim, dia berkata: Aku mendengar Abul ‘Abbas Muhammad bin Ya’qub bin Yusuf berkata: Aku mendengar ayahku berkata: Aku mendengar Ishaq bin Ibrahim Al-Hanzhali berkata: “Tidak sah satu hadits pun dari nabi shalallahu ‘alaihi wasallam tentang keutamaan Mu’awiyah”.

Riwayat ini juga disebutkan Suyuthi dalam kitabnya “Al-Lail Mashnu’ah” (1/388), Ibnu Arraq Al-Kinani dalam “Tanzihusy Syari’ah” (2/7), Asy-Syaukani dalam “Al-Fawaidul Majmu’ah” (407).

Kita katakan bahwa riwayat ini tidak shahih, karena di dalam sanadnya terdapat rowi yang bernama Ya’qub bin Yusuf Al-Asham ayahnya Muhammad bin Ya’qub bin Yusuf dia Majhul (tidak diketahui keadaannya). Maka jika suatu riwayat atau hadits yang didalam sanadnya terdapat rowi majhul, baik majhul ‘ain atau majhul hal haditsnya tidak dapat diterima terlebih dijadikan sebagai sandaran.
Seandainya riwayat ini shahih –walaupun jelas tidak shahih-. Maka kita katakan bahwa disana juga banyak ulama’-ulama’ besar yang menshahihkan sebagian hadits tentang keutamaan Mu’awiyah. Maka tidak boleh kita mengambil satu pendapat yang masih dibicarakan keshahihannya dan meninggalkan pendapat yang kuat baik sanad ataupun jumlah, diantara mereka adalah:

1. Imam Al-Ajuri memberikan suatu judul dalam kitabnya “Asy-Syari’ah”: Bab hadits-hadits yang diriwayatkan dari nabi shalallahu ‘alaihi wasallam tentang keutamaan-keutamaan Abu Abdirrahman Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiallahu ‘anhuma.
2. Imam Adz-Dzahabi dalam kitabnya “Siyar A’lam An-Nubala” menyebutkan hadits-hadits tentang keutamaan Mu’awiyah kemudian mengatakan setelahnya: “Dan hadits-hadits ini saling mendekati”.
3. Imam Ibnu Katsir dalam kitabnya “Al-Bidayah wan Nihayah” mengatakan setelah menyebutkan beberapa hadits tentang keutamaan Mu’awiyah: “Dan kami cukupkan terhadap apa yang telah kami sebutkan berupa hadits-hadits shahih, hasan dan mustajadat dari hadits-hadits palsu dan munkar”.
4. Al-Hafizh Ibnu Asakir dalam kitabnya “Tarikh Dimasyq”
5. Ibnu Hajar Al-Haitsami dalam kitabnya “Tathirul Janan”.
6. dan…dan…masih banyak lagi

Seandainya kita katakan lagi bahwa semua ulama’ sepakat tidak ada satu hadits pun yang menyebutkan keutamaan Mu’awiyah. Maka kita jawab:

Pertama: ini tidak terus dijadikan alasan untuk mencela beliau radhiallahu ‘anhu.
Kedua: Para ulama sepakat bahwa Mu’awiyah masuk kedalam dalil-dalil umum tentang keutamaan para shahabat radhiallahu ‘anhum. Berbeda dengan orang-orang syi’ah dan yang sepaham dengan mereka yang menghabiskan puluhan halaman hanya untuk menjelek-jelekkan, mencela beliau radhiallahu ‘anhu, menguatkan hadits tentang kejelekannya dan mendha’ifkan hadits yang memujinya serta mengeluarkannya dari golongan shahabat nabi. Nasalullah as-salamah.

Dan telah kita ketahui bahwa semua riwayat yang menyebutkan tentang kejelekan Mu’awiyah tidak ada yang shahih, seandainya pun ada maka maknanya adalah do’a baginya, sebagaimana telah kami bahas pada edisi yang lalu. Dan juga telah kita sebutkan diatas bahwa beliau adalah shahabat nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Walillahil hamd.
Maka sekali lagi, yang dimaksud para ulama’ bahwa tidak ada satu hadits pun tentang keutamaan Mu’awiyah–jika memang shahih- adalah hadits-hadits khusus tentang beliau, adapun hadits-hadits umum demikian pula ayat Al-Qur’an maka tidak ada yang meragukkan terlebih mengingkarinya.
Sebagai contoh: Ibnu Abdil Barr, telah dinukilkan darinya –terlepas shahih atau tidak- bahwa ia termasuk ulama yang berpendapat tidak ada satu hadits pun yang shahih tentang keutamaan Mu’awiyah, bersamaan dengan itu beliau juga menukilkan kesepakatan Ahlussunnah wal Jama’ah bahwa semua shahabat radhiallahu ‘anhum adalah adil sebagaimana disebutkan dalam kitabnya “Al-Isti’ab fi Ma’rifatil Ashab” (23), beliau mengatakan:

“Dan maklum bahwa yang ingin menghukumi hadits beliau shalallahu ‘alaihi wasallam harus mengetahui nama (perowi), nasab dan ‘adalahnya (keadilan) demikian pula mengatahui keadaannya. Adapun para shahabat, kami telah mencukupkan pembahasan tentang keadaan mereka, dengan kesepakatan Ahlul Haq dari ulama’ muslimin, Ahlussunnah wal Jama’ah bawa semua shahabat adalah ‘udul (adil), maka wajib untuk mencukupkan diri mengetahui nama-nama mereka saja, dan menelusuri biografi mereka dan keadaan mereka, agar dijadikan teladan. Mereka adalah manusia terbaik yang menempuh jalannya beliau shalallahu ‘alaihi wasallam dan manusia terbaik yang mencontoh beliau shalallahu ‘alaihi wasallam.
Demikian pula Ibnul Qoyyim dalam kitabnya “Al-Manarul Munif” (94) setelah menyebutkan riwayat Ibnu Rahawih diatas, beliau mengatakan: “Aku katakan: “Maksud Ibnu Rahawih dan ulama’ yang mengatakan tidak ada satu hadits pun yang menyebutkan keutaman Mu’awiyah adalah keutamaan-keutamaan yang khusus tentang beliau adapun secara umum tentang keutamaan para shahabat dan keutamaan Quraisy (maka banyak sekali), dan Mu’awiyah masuk kedalamnya.”
Berkata Al-‘Allamah Al-Mu’allimi dalam “Anwarul Kasyifah” (92): “Ini semua tidak meniadakan hadits-hadits shahih yang umum (tentang keutamaan para shahabat) termasuk didalamnya Mu’awiyah atau selainnya. Dan tidak mengharuskan bahwa setiap yang diriwayatkan tentang keutamaannya secara khusus dipastikan sebagai hadits palsu.”
Berkata Asy-Syaikh Bakr Abu Zaid dalam kitabnya: “Kitabut Tahdits bima Qila la Yashihu fiihi Hadits” (hal.142): “Catatan penting: Jangan hilang darimu kata ini “yang menyebutkan keutamaannya secara khusus”. Ibnul Qoyyim telah berkata dalam kitabnya “Al-Manarul Munif” (94) tentang mu’awiyah: “Semua hadits yang mencela beliau adalah dusta”.

Maksud beliau bahwa jika memang tidak ada satu hadits pun tentang keutamaannya secara khusus maka disana terdapat riwayat-riwayat umum keutamaan para shahabat dan Mu’awiyah termasuk di dalamnya. Dan jangan dijadikan ini sebagai celaan terhadap beliau.
Inilah para shahabat nabi tanpa terkecuali, seandainya tidak ada dalil khusus yang memuji mereka, maka mereka telah masuk dalam dalil-dalil umum. Mereka bukan pendusta ataupun pengkhianat sebagaimana yang dituduhkan oleh musuh-musuh islam. Karena jika kita menuduh mereka berdusta maka secara tidak langsung juga kita telah menuduh rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam sebagai pendusta dan pengkhianat, karena rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengatakan: “Seseorang itu akan bersama agama/akhlak temannya”. Jika beliau shalallahu ‘alaihi wasallam menjadikan ‘para pengkhianat’ itu sebagai teman maka beliau juga pengkhianat. Na’udzubillahi min dzalik.

Kami sebutkan ini, karena akhir-akhir ini sedang ramai pembicaraan tentang shahabat rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang satu ini. berbagai celaan dan hinaan datang dari beberapa pihak yang mengaku sebagai ‘pembela ahlul bait’, baik dari golongan syi’ah atapun yang sepaham dengan mereka. Semoga apa yang kami sebutkan ini dapat membuka mata hati bagi setiap pencari kebenaran. Allahumma sallim sallim
Tak lupa pula kami jelaskan, mungkin sebagian pembaca bertanya-tanya mengapa kami tidak menyebutkan atau sangat sedikit menyebutkan keutamaan ahlul bait? Yang dengan itu kami dituduh sebagai ahlu nashab atau nawashib.

Kami katakan: Bahwa Ahlussunnah sangat cinta kepada Ahlu baitin nabi, akan tetapi kecintaan mereka didasari ilmu, tidak ada unsur ifrath atau tafrith. Kecintaan mereka kepada Ahlul bait tidak terus meniadakan kecintaan kepada para shahabat yang lainnya. Kecintaan mereka kepada Ahlul bait tidak terus membuat hadits-hadits palsu tentang mereka.
Hadits-hadits tentang keutamaan mereka bertebaran di kitab-kitab Ahlussunnah, seperti: Shahih Bukhari, Shahih Muslim dan selain keduanya.
oleh karena itu bagi siapasaja yang ingin mengetahui hakekat sebenarnya aqidah ahlussunnah tentang Ahlul bait bisa membuka kitab-kitab tersebut. Dan kami lebih memfokuskan diri untuk memuat artikel-artikel tentang shahabat atau para ulama’ yang akhir-akhir ini banyak dibicarakan kekurangannya. Wallahu ‘alam


PENUTUP
Kita tutup tulisan ini dengan perkataan Imam Al-Barbahari dalam kitabnya “Syarhus Sunnah” (106)
“JIKA ENGKAU MENDENGAR SESEORANG MENCELA ATSAR ATAU MENOLAK ATSAR, ATAU MENGINGINKAN SELAIN ATSAR. MAKA RAGUKANLAH KEISLAMANNYA, DAN JANGAN KAMU RAGU KALAU DIA PENGIKUT HAWA NAFSU, AHLUL BID’AH”.

1. KAJIAN TUNTAS HADITS:
“Ya Allah, jadikanlah dia (Mu’awiyah) seorang yang bisa memberikan petunjuk dan seorang yang diberi petunjuk dan berikanlah hidayah (kepada manusia) melaluinya.”
Diriwayatkan Al-Bukhari dalam “At-Tarikhul Kabir” (5/240), At-Tirmidzi dalam “Al-Jami'” (3843), Ibnu Sa’d dalam “Ath-Thabaqat” (7/417), Ath-Thabarani dalam “Musnad Asy-Syamiyyin” (2198), Ibnu Abi ‘Ashim dalam “Al-Ahad wal Matsani” (3129), Al-Ajuri dalam “Asy-Syari’ah” (1914, 1915), Al-Khatib dalam “Tarikh Baghdad” (1/207) semuanya melalui jalan Abu Mushir dari Sa’id bin Abdul ‘Aziz dari Rabi’ah bin Yazid dari Abdurrahman bin Abi Umairah.
– Ahmad dalam “Al-Musnad” (17929), Abu Nu’aim dalam “Hilyah” (8/358) keduanya melalui jalur Al-Walid bin Muslim dari Sa’id bin Abdul Aziz….. (seterusnya sama dengan diatas).
– Al-Bukhari dalam “At-Tarikhul Kabir” (5/240), Abu Nu’aim dalam “Akhbar Ashbahan” (1/180), Ibnu Abi ‘Ashim dalam “Al-Ahad wal Matsani” (3129) semuanya melalui jalurMarwan bin Muhammad Ath-Thathari dari Sa’id bin Abdul ‘Aziz… (seterusnya sama dengan diatas).
– Ath-Thabarani dalam “Al-Mu’jamul Ausath” (656), “Musnad Asy-Syamiyyin” (606), Al-Khallal dalam “As-Sunnah” (1/451) no.699, semuanya melalui jalur Al-Walid bin Muslimdari Sa’id bin Abdul ‘Aziz dari Yunuus bin Maisarah bin Halbas dari Abdurrahman bin Abi Umairah.
– At-Tirmidzi dalam “Al-Jami'” (3843) dan Abu Nu’aim, keduanya melalui jalur Amr bin Waqid dari Yunuus bin Maisarah dari Abu Idris Al-Khaulani dari Umair bin Sa’d.
Berkata Abu ‘Isa (Tirmidzi): “hadits ini gharib dan Amr bin Waqid dilemahkan”.

JAWABAN ATAS PENYAKIT-PENYAKIT HADITS

Penyakit pertama:
Abdurrahman bin Abi Umairah tidak sah hadits-haditsnya dan dia bukan shahabat, keadaannya sama dengan Majhul. Berkata Ibnu Abdil Barr: “Haditsny mudhtarrib (goncang), bukan shahabat dan dia berasal dari Syam.”.

Jawab:
Pendapat tersebut tidaklah benar, ditinjau dari dua sisi:
PERTAMA: Di sebagian riwayat hadits ini disebutkan dengan jelas bahwa Abdurrahman bin Abi Umairah mendengar langsung dari rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, ini menunjukkan bahwa dia adalah seorang shahabat. Diantaranya adalah riwayat:
– Al-Bukhari dalam “At-Tarikhul Kabir” (5/240), berkata Al-Bukhari: “tergolong Asy-Syamiyyin (perowi yang berasal dari negeri Syam). Berkata Abu Mushir, berkata Abdullah bin Marwan dari Sa’id dari Rabi’ah dia mendengar langsung Abdurrahman, dia mendengar langsung nabi shalallahu ‘alaihi wasallam.

– Al-Ajuri dalam “Asy-Syari’ah” (1915) dari riwayat Abu Mushir dari Sa’id bin Abdul Aziz… (sama dengan diatas).
– Ibnu Asakir dalam “Tarikhu Dimasyq” (59/83) dari riwayat Muhammad bin Sulaiman Al-Harrani dari Sa’id bin Abdul Aziz … (sama dengan diatas)
Maka tidak ada dalih untuk mengingkari bahwa dia adalah seorang shahabat setelah jelas bahwa dia pernah mendengar langsung dari nabi shalallahu ‘alaihi wasallam.
Berkata Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam “Al-Ishabah” (4/342):”Jika memang hadits ini, yang disebutkan Ibnu Abdil Barr tampak satu penyakit, yaitu inqitha’ (sanadnya terputus), maka bagaimana dengan hadits-hadits yang lainnya yang dengan jelas bahwa dia (Abdurrahman bin Abi ‘Umairah) mendengar langsung dari nabi shalallahu ‘alaihi wasallam??! Adakah yang lebih shahih yang menunjukkan suhbahnya lebih dari ini (mendengarnya langsung dari nabi).”

Makna suhbah adalah: tergolong shahabat nabi shalallahu ‘alaihi wasallam.
KEDUA: Para ulama berpendapat bahwa Abdurrahman bin Abi ‘Umairah adalah shahabat nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, dan tidak diketahui yang mengingkarinya kecuali Ibnu ‘Abdil Barr.

Diantara para ulama yang menetapkan suhbahnya adalah:
– Imam Ahmad rahimahullah. Karena beliau meriwayatkan hadits ini dalam kitab Musnadnya (17929) dari jalur Abdurrahman bin Abi ‘Umairah. Ini menunjukkan bahwa beliau memasukkan Abdurrahman bin Abi ‘Umairah kedalam jajaran shahabat nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, jika tidak mana mungkin beliau meriwayatkan hadits ini dalam kitab MUSNADNYA, karena Musnad adalah kumpulan hadits-hadits marfu’ muttashil (marfu’ dan bersambung) sampai ke Nabi shalallahu ‘alaihi wasallambukan hadits Mursal atau yang lainnya.

– Al-Bukhari dalam “At-tarikhul Kabir” (5/240) beliau berkata tentangnya: “tergolong Asy-Syamiyyin (perowi yang berasal dari negeri Syam). Berkata Abu Mushir, berkata Abdullah bin Marwan dari Sa’id dari Rabi’ah dia mendengar langsung Abdurrahman, dia mendengar langsung nabi shalallahu ‘alaihi wasallam.
– Sa’id bin Abdul ‘Aziz At-Tanukhi salah seorang perowi hadits ini, sebagaimana dalam “Jami’ At-Tirmidzi” (3842), Ibnu Asakir “Tarikh Dimasyq” (35/230) dari jalur Sa’id bin Abdul Aziz dari Rabi’ah bin Yazid dari Abdurrahman bin Abi ‘Umairah dan dia adalah shahabat nabi shalallahu ‘alaihi wasallam.
– Ibnu Sa’d dalam “At-Tabaqat” (7/417), dia berkata tentangnya: “Al-Muzani dan dia termasuk shahabat rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang tinggal di Syam.”.
– Al-Mizzi dalam “Tahdzibul Kamal” (17/321) beliau berkata tentangnya: “Abdurrahman bin Abi ‘Umairah Al-Muzani, ada yang mengatakan Al-Azdi Al-Barqi ini adalah kekeliruan karena dia adalah Muzani bukan Azdi, dia saudara Muhammad bin Abi ‘Umairah. Dia seorang shahabat tinggal di Himsh dan pernah meriwayatkan langsung dari nabi shalallahu ‘alaihi wasallam.
– Ibnu Asakir dalam “Tarikh Dimasyq” (35/229): “Abdurrahman bin Abi ‘Umairah Al-Muzani ada mengatakan Al-Azdi saudara Muhammad bin Abi ‘Umairah dan dia adalah seorang shahabat.
– Ibnu Hajar dalam “Al-Ishabah” (4/342): “dan hadits-hadits ini walaupun tidak terlepas sanadnya dari pembicaraan akan tetapi dengan semua jalur jalurnya menjadi sah, dan Abdurrahman adalah seorang shahabat.
– Abu Hatim Ar-Razi, Ibnu Sakan, Ibnul Barqi, Ibnu Hibban, Abdush Shamad bin Sa’id dan Abul Hasan bin Sami’ semuanya memasukkannya kedalam jajaran para shahabat nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana yang disebutkan Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam “Al-Ishabah” (4/342): “berkata Abu Hatim: dia seorang shahabat, dan disebutkan pula oleh Al-Bukhari, dan Ibnu Sa’d, Ibnul Barqi, Ibnu Hibban, Abdush Shamad bin Sa’id, Abul Hasan bin Sami’ mereka semua memasukkannya kedalam jajaran para shahabat.”
– Dan selain mereka masih banyak lagi.
Inilah jawaban pertama dari syubuhat kaum syi’ah dan yang sepaham dengan mereka, yang selalu gerah jika ada hadits yang menyebutkan keutamaan shahabat nabi shalallahu ‘alaihi wasallam.

2. KAJIAN TUNTAS HADITS:

“Ya Allah, jadikanlah dia (Mu’awiyah) seorang yang bisa memberikan petunjuk dan seorang yang diberi petunjuk dan berikanlah hidayah (kepada manusia) melaluinya.”
Penyakit kedua

Berkata Ibnu Jakfari: Hadis kedua yang juga disebutkan at-Turmudzi pada sanadnya terdapat periwayat bernama Amr ibn Wâqid ad Dimasyqi, ia matrûkul hadîts (hadisnya dibuang).
Penyebutan status seperti di atas hanya benar disematkan untuk seorang periwayat yang banyak meriwayatkan hadis-hadis ngawur yang tidak benar di kalangan para ahli hadis.

Jawab: Terlebih dahulu kita lihat komentar para ulama’ tentang Amr bin Waqid.

Berkata Dahim: “Para masyayikh kami tidak pernah meriwayatkan darinya”, dia juga Berkata: “Tidak diragukan lagi kalau dia berdusta”
Berkata Abdullah bin Ahmad: “Muhammad bin Mubarak Ash-Shuri tidak pernah meriwayatkan darinya sampai meninggal”
Berkata Marwan Ah-Thathari: “Amr bin Waqid Pendusta”
Berkata Abu Hatim: “Lemah, munkarul hadits”
Berkata Bukhari dan Tirmidzi: “Munkarul hadits”
Berkata Nasa’I, Daraquthni dan Barqani: “matrukul hadits”
semuanya disebutkan Ibnu Hajar dalam “Tahdzibut Tahdzib” ketika menyebutkan biografi Amr bin Waqid.

Perlu diketahui bahwa diantara cara yang biasa ditempuh ahlul hadits (pakar hadits) sebelum menghukumi sebuah hadits adalah jam’ul asanid (mengumpulkan seluruh sanad-sanad) dari berbagai sumber yang bisa dijadikan rujukan. Akan tetapi berbeda dengan “Ahlul hadits” yang satu ini. Di dalam blog yang dikelolahnya dengan gaya yang cukup meyakinkan dia melemahkan hadits ini hanya dengan melihat sanad yang diriwayatkan Tirmidzi dan bersandar dengan perkataan Al-Mubarakfuri, tanpa mengindahkan sanad-sanad lainnya dan komentar para ulama’ yang lebih berilmu dan lebih banyak jumlahnya sebagaimana yang telah kami sebutkan dalam edisi yang lalu.
Dalam kesempatan ini kami akan menyebutkan beberapa sanad hadits ini yang dengan itu baru kita dapat mengetahui apakah hadits ini sesuai dengan yang disebutkan Ibnu Jakfari ataukah tidak:
Sanad pertama, diriwayatkan Tirmidzi dalam sunannya:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا أَبُو مُسْهِرٍ عَبْدُ الْأَعْلَى بْنُ مُسْهِرٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ يَزِيدَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي عُمَيْرَةَ……
Sanad kedua, diriwayatkan Ahmad dalam Musnadnya:

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ بَحْرٍ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ يَزِيدَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي عَمِيرَةَ الْأَزْدِيِّ …..
Sanad ketiga, Ibnu Abi ‘Ashim dalam Al-Ahad wal Matsani:

حدثنا محمد بن عوف ، نا مروان بن محمد ، وأبو مسهر قالا : نا سعيد بن عبد العزيز ، عن ربيعة بن يزيد ، عن عبد الرحمن بن أبي عميرة…..
Sanad keempat, diriwayatkan Thabarani dalam Mu’jamul Ausath:

حدثنا أحمد قال : نا أبو الفتح نصر بن منصور ، عن بشر بن الحارث الحافي قال : حدثني زيد بن أبي الزرقاء قال : نا الوليد بن مسلم ، عن سعيد بن عبد العزيز ، عن يونس بن ميسرة بن حلبس ، عن عبد الرحمن بن أبي عميرة….
Sanad kelima, diriwayatkan Abu Nu’aim dalam Ma’rifatush Shahabah:

حدثنا سليمان بن أحمد ، ثنا أبو زرعة الدمشقي ، ثنا أبو مسهر ، ثنا سعيد بن عبد العزيز ، عن ربيعة بن يزيد ، عن عبد الرحمن بن أبي عميرة…..
Sanad keenam, diriwayatkan Thabarani dalam Musnad Syamiyyin:

حدثنا عبدان بن أحمد ، ثنا علي بن سهل الرملي ، ثنا الوليد بن مسلم ، عن سعيد بن عبد العزيز ، عن يونس بن ميسرة بن حلبس ، عن عبد الرحمن بن عمير المزني
Mari coba kita lihat semua sanad-sanad diatas:

RIWAYAT TIRMIDZI, IBNU ABI ‘ASHIM DAN ABU NU’AIM MELALUI:
1. Abu Mushir, dari
2. Sa’id bin Abdil Aziz, dari
3. Rabi’ah bin Yazid, dari
4. Abdurrahman bin Umairah, shahabat nabi shalallahu ‘alaihi wasallam.


RIWAYAT AHMAD DAN THABARANI DALAM MU’JAMUL AUSATH MELALUI:
1. Walid bin Muslim, dari
2. sama dengan diatas

RIWAYAT IBNU ABI ‘ASHIM MELALUI:
Riwayat Abu Mushir ditemani dengan Marwan bin Muhammad, selanjutnya sama dengan riwayat diatas.
RIWAYAT THABARANI DALAM MUSNAD SYAMIYYIN disebutkan bahwa Sa’id bin Abdil ‘Aziz meriwayatkan dari Yunus bin Maisarah bin Halbas dari Abdurrahman bin Umair Al-Muzani.
Tidak satupun sanad-sanad diatas melalui jalur Amr bin Waqid. Maka selamatlah hadits ini dari cacat yang disebutkan Ibnu Jakfari. Dan dengan ini pula kita tahu bahwa hadits ini shahih sebagaimana yang disebutkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam kitabnya Silsilah Ahadits Shahihah.
Setelah keterangan singkat di atas, maka tidaklah heran apabila kaum syi’ah tetap saja bersemangat mengkaburkan hadis-hadis keutamaan para shahabat.. Na’udzubillahi min dzlik

Akhir kata, kami tutup tulisan ini dengan wasiat nabi shalallahu ‘alaihi wasallam yang mulia:
لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي 
“Janganlah kalian mencela para shahabatku” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari sini juga kita ketahui bahwa kecintaan syi’ah terhadap nabi shalallahu ‘alaihi wasallam dan ahlul baitnya adalah kecintaan dusta karena mereka tidak pernah mengamalkan wasiat-wasiat nabi yang tercantum dalam hadits-haditsnya.


12 Tanggapan

Assalamu’alaikum,
Namun ayyuhal ikhwah..!!bahwasanya Nabi saawketika diminta meng-azankan anak Mu’awiyyah yang bernama Yazid rasulpun menolak. Dan akan keluar dari sulbi Mu’awiyah sang penfitnah ummat, hingga Mu’awiyah enggan untuk kawin karena takut melahirkan anak yang diramalkan rasul saaw . Dan benar kelak dikemudian hari baik Mua’awiyah sendiri maupun anaknya jadi manusia-manusia durjana. Anaknya si Yazid menjadi penjagal manusia suci sayyidina Husein r.a sedang bapaknya si Mu’awiyah jadi pemberontak (to’ifah baghiyyah). Usaha meluruskan barang bengkok sebagaimana kerjanya para pengacara yang membenarkan para pelaku kriminal, naudzubillah min dzalik. Wa ana bari’un min hum..!!!
—haulasyiah—
dari mana anda mendapatkan dongeng diatas?
Mu’awiyah adalah salah satu sahabat Rasulullah. Beliau pun ikut dalam peperangan bersama Rasulullah dalam menghadapi kaum kafir. Sahabat-sahabat Rasulullah adalah pilihan Allah dan pilihan Allah adalah yg terbaik. Allah tidak akan memberikan sahabat yang moralnya rusak, pendusta, penghianat, kepada Rasulullah. Maka sesuailah Hadist diatas : “Janganlah kalian mencela para shahabatku” (HR. Bukhari dan Muslim). barang siapa menyakiti sahabat Rasulullah sama dengan menyakiti Rasulullah, Barang siapa memusuhi sahabat Rasulullah sama dengan memusuhi Rasulullah, Barang siapa Menfitnah Sahabat Rasulullah sama dengan menfitnah Rasulullah, Barang siapa keluar dari ajaran Rasulullah, Maka dia telah kafir dengan Nyata. Seburuk-buruk tempat dimata Allah adalah Neraka Jahanam. Allahu Akbar.
 “Barang siapa menyakiti sahabat Rasulullah sama dengan menyakiti Rasulullah, Barang siapa memusuhi sahabat Rasulullah sama dengan memusuhi Rasulullah, Barang siapa Menfitnah Sahabat Rasulullah sama dengan menfitnah Rasulullah, Barang siapa keluar dari ajaran Rasulullah, Maka dia telah kafir dengan Nyata. Seburuk-buruk tempat dimata Allah adalah Neraka Jahanam. Allahu Akbar.”
Lalu bagaimana dengan perbuatan Muawiyah terhadap Ali R.A ?
barakallahu fiikum, bukankah telah kami sebutkan bahwa Ahlussunnah tidak pernah meyakini para shahabat Nabi makshum, semua mereka bisa terjerumus kedalam kesalahan, akan tetapi jangan lupa bahwa mereka memiliki sekian kebaikan yang jauh lebih banyak dari kesalahan yang mereka lakukan, baca lagi pada point “shahabat tidak maksum“. oleh karena itu, Ali bin Abi Thalib setelah kembalinya dari perang Shiffin berkata: “Jangan kalian cela kepemimpinan Mua’wiyah”. Karena Ali paham, walaupun Mu’awiyah dikatakan keliru dalam ijtihadnya akan tetapi ia masih shahabat nabi yang memiliki keutamaan yang luar biasa.
Bahkan menurut jumhur riwayat Muawiyah mencaci Ali di setiap Khutbah Jum’at.. Kata “Barangsiapa bisa berbalik lagi ke Muawiyah”.
tolong buktikan, tentunya dengan sanad yang shahih.
Saya setuju untuk tidak mencaci maki sahabat. Namun perbuatan sahabat yang menyelisihi ahlak Nabi SAW tidak patut dibela.
baguslah kalau anda setuju, ahlusunnah tidak pernah membela kesalahan yang diperbuat shahabat, yang salah kami katakan salah yang benar kami katakan benar. akan tetapi, apakah hanya dengan kesalahan yang mereka perbuat terus kita lupa dengan kebaikannya yang demikian banyak?? apakah kesalahan tersebut dijadikan alasan untuk menghujatnya?? lupakah anda bagaimana mereka dahulu memperjuangkan islam bersama nabi! lupakah anda bahwa Allah telah ridha kepada mereka!
Lebih baik kita diam untuk masalah seperti ini.
apabila yang anda maksudkan untuk diam dan tidak membicarakan apa yang terjadi diantara shahabat Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam maka itu benar, dan itulah manhaj Ahlussunnah
akan tetapi jika diam dari para penghujat dan pencaci maki shahabat maka anda telah keliru besar…..
orang yang memberontak terhadap Amirul Mukminin dalam Perang Shiffin diberi gelar Radiallahu Anhu dan dijamin masuk surga??
hahaha, pakai otak kalian Salafy…
 “ahlusunnah tidak pernah membela kesalahan yang diperbuat shahabat, yang salah kami katakan salah yang benar kami katakan benar. akan tetapi, apakah hanya dengan kesalahan yang mereka perbuat terus kita lupa dengan kebaikannya yang demikian banyak?? apakah kesalahan tersebut dijadikan alasan untuk menghujatnya?? lupakah anda bagaimana mereka dahulu memperjuangkan islam bersama nabi! lupakah anda bahwa Allah telah ridha kepada mereka!”
saya setuju. salah-benar atau surga-neraka itu urusan Allah, yg penting kita juga tidak menutupi kenyataan sejarah. karena ada sahabat saya yang selalu protes keras jika kita membahas sejarah antara Ali dan Muawiyah.
—haulasyiah—
yang perlu diperhatikan, sejarah yang dibahas adalah sejarah yang benar-benar shahih.
buat yang anti.wahhabi, maaf yaa, seingat saya Muawiyah Rhadiyallahu anhu tidak memberontak. Karena Imam Ali sendiri tidak mengatakan mereka pemberontak, hanya ada perbedaan pendapat.
Makanya baca sejarah yang bener.
liat tingkah muawiyah tatkala dipanggil Nabi saw, sampai dua kali, ia tidak menghiraukan dan memilih makanannya. baca di sahih muslim. kemudian nabi mendoakan semoga perutnya tidak pernah kenyang!!!
—haulasyiah—
sepertinya anda belum baca bagian pertama dan keduanya.
ya nich, ana bantu sedikit buat zulfi
Akh, bwt halaman tersendiri untuk membuat Indeks judul-judul yang telah diposting supaya lebih mudah mencari artikel-2, seperti dihttp://ulamasunnah.wordpress.com/indeks-artikel/ , kaifa? Jazakumullohu khoiron
—haulasyiah—
jazakallahu khairan
Mau tahu makna surat Maryam ayat 1:
Disebutkan dalam Al-Ihtijaj bahwasanya Sa’ad bin Abdullah bertanya kepada al-Qaim (Imam Mahdi as) tentang takwil Kaf Ha’ Ya’ ‘Ain Shad, maka al-Qaim as menjawab :
Huruf-huruf ini sebagian berita-berita gaib, Allah melihat hamba-Nya berkenaan dengan huruf-huruf itu, kemudian Dia menceritakannya kepada Muhammad saw.
Sebab, Zakariya as pernah memohon kepada Tuhannya agar mengajarkan kepadanya nama-nama lima orang, maka Allah menurunkan Jibril as kepadanya dan mengajarkan kepadanya nama-nama lima orang itu. Zakariya as jika mengingat Muhammad saw, Ali, Fatimah dan al-Hasan alaihimus salam, lenyap darinya kesusahannya dan hilanglah darinya kesedihannya. Akan tetapi, jika dia mengingat al-Husain as, maka dia (terasa) tercekik oleh kesedihan dan mengeluarkan nafas yang panjang. Pada suatu hari Zakariya as berkata, “Wahai Tuhanku, mengapa aku jika mengingat empat orang dari mereka (Muhammad saw, Ali, Fatimah dan al-Hasan alaihimus salam), hatiku menjadi lega dari kesusahan-kesusahanku dengan perantaraan nama-nama tersebut, tetapi jika aku mengingat al-Husain as, maka air mataku mengalir dan keluar nafas panjang (karena menahan kesedihan)?”
Maka Allah SWT memberitahukan kepada Zakariya as kisahnya. Allah berfirman kepadanya, Kaf Ha’ Ya’ ‘ Ain Shad. Kaf adalah Karbala, Ha’ adalah halakul ‘itrah (kebinasaan keturunan Nabi saw), Ya’ adalah Yazid, dan dia adalah orang yang melakukan kezaliman terhadap al-Husain as, ‘Ain adalah ‘athasyuhu (dahaganya al-Husain as) dan Shad adalah shabruhu (kesabarannya al-Husain as).
Setelah mendengar kisah itu, Zakariya as tidak meninggalkan masjidnya selama tiga hari dan melarang semua orang untuk menemuinya. Di dalam masjidnya itu, dia terus-menerus menangis dan meratap keras. Di dalam ratapannya itu, Zakariya as berdoa, “Tuhanku, apakah Engkau akan menjadikan hati sebaik-baik makhluk-Mu itu (Muhammad saw) bersedih dengan anaknya (al-Husain as, yaitu dengan dibantai di Karbala dalam keadaan yang sangat mengenaskan)? Tuhanku, apakah Engkau akan menurunkan musibah ini dengan kematiannya? Tuhanku, apakah Engkau akan mengenakan pada Ali dan Fatimah pakaian musibah ini? Tuhanku, apakah Engkau akan menimpakan musibah ini pada mereka berdua?”
Zakariya as berdoa, “Tuhanku, karuniakan kepadaku seorang anak laki-laki yang menyenangkan hatiku di masa tuaku. Kemudian jika Engkau telah mengaruniakan kepadaku anak laki-laki itu, maka berilah aku ujian dengan kecintaan kepadanya, kemudian jadikanlah hatiku bersedih dengan kematiannya.” Masa Yahya as dalam kandungan adalah enam bulan dan demikian pula masa al-Husain as.

Perhatikan dalam huruf Ya’ , itu adalah Yazid bin Muawiyah yang melakukan kezaliman terhadap Imam Husain as….
—haulasyiah—
waduh baru denger ni mas. ada sanadnya gak? jangan-jangan bohong
@Fatary
barang siapa menyakiti sahabat Rasulullah sama dengan menyakiti Rasulullah, Barang siapa memusuhi sahabat Rasulullah sama dengan memusuhi Rasulullah, Barang siapa Menfitnah Sahabat Rasulullah sama dengan menfitnah Rasulullah
@Haulasyiah
Wah ada dongeng lain tuh mas
—haulasyiah—
hehehe, mau mulai lagi nih…
Siapapun yang memerangi kekhalifahan yang SAH adalah BATHIL. Terlebih Muawiyah mengangkat anaknya sendiri menjadi khalifah yaitu Yazid. Yazin Bin Muawiyyah adalah pembunuh cucu Nabi sayyidina Husain di-padang Karbala.
—haulasyiah—
waduh, perlu diluruskan lagi ni….
Waduh kalau ujung-ujungnya “KULLU SHAHABAH UDUL”, justeru akan membuat sejarah Islam, tidak lagi memiliki arti buat kita dong. Ini akan merusak keadilan Allah SWT dengan sesuatu yang mengada-ngada/dibuat-buat. Dimana keadilan Allah? Jika pembelajaran syariat-Nya seperti ini? Wong jelas dalam peperangan Siffin sahabat saling bunuh-bunuhan ko’ dapat pahala.
Hikmah apa yang dapat kita ambil jika semua perbuatan dan tindakan Sahabat yang SALAH dapat PAHALA satu dan Yang BENAR dapat PAHALA dua? Ini sama saja mema’shumkan seluruh sahabat secara Umum. Memberontak pahala, saling membunuh pahala, membangkang pahala, semua perbuatan salah yang ringan dan berat tetap dapat pahala (kebanyakan discountnya neh), kebaikan seperti apa yang dapat menutupi kesalahan seberat ini?
Bukannya dalam penerapan hukum Islam itu, tidak ada tebang pilih/ dispensasi bagi para pelanggarnya? Bukankah Al-Qur’an sdh memberi contoh kepada kita tentang Qobil (anak Nabi Adam AS), yang membunuh adiknya Habil, jelas ko’ dalam Al-Qur’an tidak ada dispensasi buat Qobil meskipun anak seorang Nabi. Belum lagi Hadist Rasul SAW “Seandainya Fathimah Binti Muhammad mencuri, akan aku potong tangannya” (ini Hadist Shahih Lho).
Jika terhadap puterinya sendiri melanggar, syariat tetap Nabi tegakkan, apalagi jika yang melanggar orang lain atau sahabat?
“Islam Yahkum Alad Dhahir”

—haulasyiah—
Ketika Allah telah ridha kepada mereka semua (para shahabat nabi) (QS. At Taubah:100) demikian pula membangkan para shahabat kepada umat sebelum mereka (QS. At Fath:29) dan Allah telah menjelaskan bahwa ibadah mereka tidak lain hanya mengharapkan pahala dari Allah (QS. Al Hasyr: 8-9) serta Allah telah mengampuni mereka (QS. At Taubah:117). apakah Allah tidak tahu kalau akan terjadi perseteruan diantara mereka?? kalau saja Allah telah memuji dan ridha kepada mereka tidak ada kata lain bagi kita kecuali ridha dengan keputusan Allah dan tidak terlalu berdalam-dalam untuk masalah ini.