Thursday, May 28, 2015

[ Sanggahan Ahmaq Syiah ] Mushaf Fatimah, Quran Syiah..??

Mushaf Fatimah
  
Sesungguhnya banyak orang yang tidak benar benar mengenal Syiah kecuali mereka hanya membebek ulama mereka..

Sementara banyak juga yang sangat bangga dengan doktrin Mushaf Fatimah adalah Quran orang Syiah.

Satu satunya sebab mengapa mereka akhirnya terjerumus lebih dalam kepelosok kebodohan adalah karena mereka dengan berani mengikuti ulama ulama puritan yang 'sangat berani' mengubah ubah Hadith Hadith Rasulullah Saww.

Sehingga besar kemungkinan mereka bukanlah pemerhati atau pun mewakili Kaum Syiah kecuali hanya menjadi perpanjangan tangan kaum takhfiri saja.

Inilah Hadith yang menjadi 'alat' kaum takhfiri dalam memfitnah Syiah, dengan memotong di kalimat belakang (un bold)

Abu Basyir berkata: “Aku berada di sisi Imam Shadiq as dan aku berkata: “Apa Mushaf Fathimah itu?”. Beliau menjawab: “Mushaf yang tebalnya tiga kali al-Quran yang ada di tanganmu. Namun, demi Allah, tidak satu kata pun dari al-Quran ada di dalamnya.

Mushaf Fatimah di susun oleh Imam Ali As disaat beliau dalam kesendirian pasca Kebanyakan penduduk madinah meninggalkan beliau.

Sebagian muslimin menuduh bahwa Mushaf Fathimah Az-Zahra as adalah Quran orang-orang Syiah yang ada di tangan Imam Mahdi af yang akan disodorkan ketika dia muncul. Dan sebagian memberatkan wujudnya Mushaf itu.

Pertanyaannya adalah mengapa sebagian muslimin begitu benci dan menaruh dendam terhadap Syiah dan menuduh bahwa orang-orang Syiah memiliki al-Quran tersendiri selain yang ada di tangan orang non Syiah? Bahkan sampai saat ini senantiasa ada orang-orang dengki yang mengkritik secara tidak obyektif hanya ingin menjatuhkan dan mencari kelemahan saja tanpa ada niat ingin mencari kebenaran? Jawabannya adalah:

  1. Selain mereka tidak merujuk ke sumber-sumber hadis Syiah, mereka hanya termakan oleh hasutan musuh-musuh Syiah.
  2. Mereka tidak mau menerima bahwa orang-orang Syiah meyakini bahwa Fathimah as; putri Nabi Muhammad saw memiliki sebuah Mushaf.
  3. Kebencian dan kekerasan hati mereka terhadap ajaran Syiah yang disampaikan oleh para Imam Maksum as dan tidak mau orang lain memiliki keyakinan seperti apalagi dirinya.
  4. Mereka berpikir bahwa Mushaf adalah kumpulan al-Quran sebagaimana istilah yang diterapkan pada zaman Rasulullah saw bahwa Mushaf adalah kumpulan-kumpulan tulisan al-Quran, padahal pada zaman itu Mushaf secara bahasa adalah kumpulan-kumpulan lembaran yang sudah dijilid dalam bentuk sebuah buku. Jadi Mushaf bukan hanya kumpulan tulisan al-Quran saja, tetapi mencakup juga kumpulan-kumpulan tulisan selain al-Quran. Oleh karena itu Mushaf Fathimah adalah kumpulan-kumpulan tulisan yang isinya adalah pembicaraan malaikat Jibril kepada Sayyidah Fathimah sepeninggal Ayahnya saw. Walaupun sampai saat ini al-Quran itu sendiri juga dikenal dengan istilah “Mushaf Syarif”.

Abu Basyir berkata: “Aku berada di sisi Imam Shadiq as dan aku berkata: “Apa Mushaf Fathimah itu?”. Beliau menjawab: “Mushaf yang tebalnya tiga kali al-Quran yang ada di tanganmu. Namun, demi Allah, tidak satu kata pun dari al-Quran ada di dalamnya.

Hadis ini menjelaskan bahwa Mushaf Fathimah tebalnya tiga kali al-Quran dan tidak satu kata pun, namun dari sisi kandungan dan topik, kendati satu kata pun dari dhahirnya al-Quran tidak tampak di sana.

Boleh jadi orang-orang yang dengki akan menyanggah bahwa banyak hadis-hadis tentang “al-Quran mencakup semua hukum, dan kejadian-kejadian sekarang dan yang akan datang”, lalu apa Mushaf Fathimah itu dan bagaimana memahami hadis berikut ini?:

Allamah Majlisi menjelaskan: “Iya memang al-Quran demikian, tetapi Mushaf adalah makna dan bacaan yang tidak kita pahami dari al-Quran, bukan tulisan lahiriahnya yang kita pahami dari al-Quran. Oleh karena itu apa yang anda maksud adalah lafadh dhahrinya al-Quran, dan itu tidak ada dalam Mushaf Fathimah.

Untuk mengetahui lebih dalam, apa sebenarnya Mushaf Fathimah? Sejak kapan ia ada? Ia mencakup pembahasan apa saja? Sekarang ada di mana dan di tangan siapa? Mari kita ikuti penjelasan berikut ini. Mungkin bisa membuka wawasan sebagian kita yang belum banyak mengetahuinya.

Sayyidah Fathimah As bergelar Al Muhaddatsah.

Imam Shadiq mengenai sebab penamaan Fathimah Az-Zahra As dengan nama Muhaddatsah berkata:

“Fathimah as disebut Muhaddatsah karena malaikat Jibril senantiasa turun dan menyampaikan kabar kepadanya sebagaimana menyampaikan kabar kepada Maryam as; putri Imran”.

Malaikat Jibril berkata kepada Fathimah as sebagaimana berkata kepada Maryam; dalam ayat 42 dan 43 surat Maryam. Berhubung lawan bicaranya Sayyidah Fathimah, maka Jibril berkata demikian: "Hai Fathimah! Sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia. Hai Fathimah! Taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk”.

Suatu malam, Sayyidah Fathimah berbincang-bincang dengan para malaikat dan berkata:

“Bukankah Maryam (juga bergelar Sayyidatunissa lil alamin - dizamannya); putri Imran, wanita yang paling utama di antara wanita-wanita di alam?

Para malaikat menjawab: "Maryam adalah wanita yang paling utama di zamannya, tetapi Allah menetapkanmu sebagai wanita yang paling utama di zamanmu dan zamannya Maryam dan kamu adalah penghulu semua wanita yang pertama sampai yang terakhir"

Para malaikat biasanya hanya berbicara dengan para nabi saja. Namun ada empat wanita mulia yang hidup di zaman para nabi, dan kendati mereka bukan nabi, tetapi para malaikat berbicara dengan mereka. Antara lain:

1. Maryam; ibu Nabi Isa as.

2. Istri Imran; ibu Nabi Musa

3. Sarah; ibu Nabi Ishaq as.

4. Sayyidah Fathimah as.

Ketika Rasulullah Saww sakit di atas tempat tidur. Ada orang laki-laki asing mengetuk pintu. Sayyidah Fathimah as bertanya: “Siapa?”. Ia menjawab: “Aku orang asing, punya pertanyaan kepada Rasulullah, anda mengizinkan saya untuk masuk?”.

Sayyidah Fathimah As menjawab: “Kembalilah, semoga Allah merahmatimu. Rasulullah tidak enak badan”. Ia pergi kemudian kembali lagi dan mengetuk pintu dan berkata: “Ada orang asing yang minta izin kepada Rasulullah, bolehkah dia masuk?”. Pada saat itu Rasulullah Saww bangun dan berkata kepada putrinya: “Wahai Fathimah! Tahukah kamu siapa dia?”. Tidak ya Rasulullah!. Beliau bersabda: “Ia adalah orang yang membubarkan perkumpulan, menghapus kelezatan duniawi, ia adalah malaikat maut! Demi Allah sebelum aku ia tidak pernah meminta izin dari seorang pun dan sepeninggalku ia tidak akan meminta izin dari seorang pun, karena kehormatan dan kemuliaan yang aku miliki di sisi Allah, ia meminta izin dariku, maka izinkanlah dia masuk!”

Sayyidah Fathimah berkata: “Masuklah, semoga Allah merahmatimu!”. Masuklah malaikat maut bagaikan angin semilir seraya berkata: “Assalamu ala Ahli Baiti Rasulillah!”.

Munculnya Mushaf Fathimah

Imam Shadiq as bersabda: “Sepeninggal Rasulullah saw Sayyidah Fathimah hanya hidup selama tujuh puluh lima hari. Di masa-masa kesedihan beliau itu malaikat Jibril selalu turun menemuinya memberitakan keadaan ayahnya di sisi Allah dan memberitakan tentang kejadian yang akan datang mengenai anak-anaknya (kejadian yang akan menimpa kesahidan anak-anaknya di tangan manusia-manusia zalim), dan Imam Ali menulisnya dalam sebuah Mushaf sehingga disebut sebagai Mushaf Fathimah”.
Poin-poin yang ada dalam Mushaf Fathimah as

Abu Bashir bertanya kepada Imam Muhammad Baqir as mengenai poin-poin yang ada dalam Mushaf Fathimah.

Imam menjelaskan kandungannya:

  1. Tentang kabar-kabar sekarang dan kabar yang akan datang sampai hari kiamat.
  2. Tentang kabar langit dan nama-nama malaikat langit.
  3. Jumlah dan nama orang-orang yang diciptakan Allah swt.
  4. Nama-nama utusan Allah dan nama-nama orang yang mendustakan Allah.
  5. Nama-nama seluruh orang mukmin dan orang kafir dari awal sampai akhir penciptaan.
  6. Nama-nama kota dari barat sampai timur dunia.
  7. Jumlah orang-orang mukmin dan kafir setiap kota.
  8. Ciri-ciri orang-orang pendusta.
  9. Ciri-ciri umat terdahulu dan sejarah kehidupan mereka.
  10. Jumlah orang-orang zalim yang berkuasa dan masa kekuasaannya.
  11. Nama-nama pemimpin dan sifat-sifat mereka, satu persatu yang berkuasa di bumi, dan keterangan pembesar-pembesar mereka, serta siapa saja yang akan muncul di masa yang akan datang.
  12. Ciri-ciri penghuni surga dan jumlah orang yang akan masuk surga.
  13. Ciri-ciri penghuni neraka dan nama-nama mereka.
  14. Pengetahuan al-Quran, Taurat, Injil, Zabur sebagaimana yang diturunkan dan jumlah pohon-pohon di seluruh daerah.

Mushaf Fathimah ada di tangan Imam Maksum as dan silih berganti sampai sekarang ada di tangan Imam Mahdi af.

Abu Bashir bertanya kepada Imam Muhammad Baqir as tentang siapakah yang memegang mushaf tersebut sepeninggal Sayyidah Fathimah. Imam Baqir menjawab: “Sayyidah Fathimah secara langsung menyerahkannya kepada Imam Ali as dan sepeninggal Imam Ali ada di tangan Imam Hasan as kemudian sepeninggal beliau ada di tangan Imam Husein kemudian silih berganti di antara Imam maksum keturunan Imam Husein sehingga diserahkan kepada Imam Zaman af.

[ Disadur dari Judul Asli Mengenal Mushaf Sayyidah Fathimah Az-Zahra as ] 

[ Emi Nur Hayati Ma’sum Said - Al Shia ]

Maraji :
* Makalah ini disarikan secara bebas dari makalah Mushaf Fathimah Menurut Pandangan Para Imam Maksum as, Muhammad Hasan Amani.
  • Lisan Arab, jilid 10 kata Shahafa. Mufradat Raghib.
  • Ringkasan hadis, Usul Kafi, jilid 1, hal 239. Bashair ad-Darajat, hal 151. Bihar al-Anwar, jilid 26, hal 28.
  • Bihar Al-Anwar, jilid 26, hal 40.
  • Awalim Al-ulum wa al-Ma’arif wa al-Ahwal, Allamah Bahani, hal 36
  • Ibid.
  • Manaqib Ibnu Shahr Ashub, jilid 3, hal 336. penerbit Intisyarat Allamah.
  • Lihat: Usul Kafi, jilid 1, hal 240. Bashair ad-Darajat, hal 157. Musnad Fathimah Az-Zahra, hal 282. Bihar al-Anwar, jilid 43, hal 80. jilid 26, hal 44-46 dan 48. jilid 47, hal 271.
  • Musnad Fathimah, rangkuman hal 290-291.
  • Ibid, hal 292.

  

  Inilah Sebab Sayyidah Fatimah Zahro AS            

  bergelar al-Muhadatsah

oleh : Ja'far Subhani
Bagaimana penjelasan ihwal Sayyidah Fathimah as, putri Nabi saw, berbicara dengan malaikat?


Tidak bisa diragukan bahwa malaikat pembawa wahyu Ilahi dan malaikat-malaikat lain berbicara dan berdialog dengan para nabi dan wali-wali Allah swt untuk menyampaikan wahyu kepada mereka, namun dialog seperti ini tidak hanya terjadi pada diri para nabi , melainkan juga terjadi pada para manusia-manusia langitan (selain nabi). Ada sekelompok orang, yang mana para malaikat menampakkan diri dengan menyerupai seorang manusia ketika berhadapan dan berdialog dengan orang-orang itu, yang dijuluki sebagai muhaddats (orang yang ditemani bicara).

Di beberapa hadits fariqain (Syi’ah dan Ahlusunnah) terdapat kelompok yang dikenal sebagai muhaddats dan mereka itu adalah orang-orang yang pernah berdialog dan berbincang-bincang dengan malaikat. Seseorang yang disebut muhaddats tentunya, dari segi kesempurnaan, telah mencapai tingkat dimana dia dengan telinga biasa ini bisa mendengar suara-suara barzakhi (gaib). Alam ini, penuh dengan suara-suara dan bentuk-bentuk barzakhi , dimana mayoritas manusia tidak bisa mendengar dan menyaksikannya dikarnakan tidak punya kemampuan. Akan tetapi, ada sekelompok manusia, yang mana telah melewati tingkatan-tingkatan kesempurnaan dan keutamaan, mampu dan bisa menangkap, mendengar dan menyaksikan bentuk-bentuk serta suara-suara barzakhi tersebut, seperti Malaikat Jibril, sang ruhul qudus, berdialog dengan mereka dan mereka mendengar suara sang Malaikat mulia ini.

Dari sini, ada banyak riwayat yang memperkenalkan dan menyebut putri Rasulullah saw, Sayyidah Fathimah as, sebagai muhaddatsah [1], dimana hal ini menghikayatkan akan kemuliaan dan kesempurnaan dirinya.

Orang-orang yang berpandangan picik dan sempit menganggap bahwa perbincangan malaikat yang terjadi pada selain para nabi adalah sesuatu yang tidak benar dan bahkan jauh dari kebenaran, padahal Alquran dengan sendirinya menjelaskan bagaimana dialog malaikat dengan ibu Nabi Isa as, Maryam.

Qs. Ali 'Imran ayat 42:

"Dan (ingatlah wahai Muhammad) ketika malaikat berkata: "Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah telah memilihmu, dan mensucikanmu, dan telah memilihmu (beroleh kemuliaan) melebihi perempuan-perempuan seluruh alam (yang sezaman denganmu)".

Malaikat berbicara dengan seseorang bukanlah alamat dan tanda bahwa orang tersebut adalah nabi, akan tetapi merupakan alamat dan ciri akan terangkatnya maqam sang mukhaathab (audiens) ke puncak kesempurnaan, yang mana puncak kesempurnaan itulah yang menganugerahinya kemampuan untuk mendengar pembicaraan para malaikat. Selain ini, Alquran juga menyebutkan ihwal pembicaraan antara para malaikat dengan istri Nabi Ibrahim as.

Qs. Huud ayat 73:

"Malaikat-malaikat itu berkata: "Patutkah Engkau merasa heran tentang perkara Yang telah ditetapkan oleh Allah? memanglah rahmat Allah dan berkatnya melimpah-limpah kepada kamu, Wahai ahli Rumah ini. Sesungguhnya Allah Maha terpuji, lagi Maha melimpah kebaikan dan kemurahanNya".

Persoalan ilham dan pintu-pintu kegaiban yang terjadi pada diri para wali Allah swt merupakan suatu permasalahan yang masyhur dalam teologi dan filsafat, dimana kita tidak ada ruang untuk menjelaskannya di dalam tulisan singkat ini, namun secara singkat dapat dikatakan bahwa periode kenabian, dalam artian kepemimpinan umat manusia dengan jalan wahyu tasyri' i, telah berlalu dan setelah Rasulullah saw, tidak akan ada lagi nabi dan rasul. Akan tetapi, pintu-pintu kegaiban dan makrifat manusia tidak akan pernah tertutup. Betapa banyak manusia yang mendengar dan melihat sesuatu, yang mana manusia lain tidak bisa mendengar dan melihatnya, dengan mata barzakhinya.

Qs. Al Anfaal ayat 29:

Hai orang-orang yang beriman, kalau engkau bertaqwa (menjauhi perbuatan dosa) kepada Allah swt, maka Allah swt akan menganugerahi kekuatan cahaya, yang mana dengannya engkau akan mampu memisahkan dari dalam antara hak dan batil.

Imam Ali as, ihwal manusia-manusia langit, yang mana senantiasa mencari kesempurnaan dengan jalan taqwa, berkata:

Dia telah menghidupkan akalnya dan membunuh syahwatnya sehingga badannya pun menjadi kurus. Badannya yang bagus itu berubah menjadi lembut. Kilatan penuh cahaya memancar dari dirinya sehingga jalan hidayah menjadi terang baginya dan membimbingnya menapaki jalan menuju Tuhan, meneruskan langkah dari satu pintu ke pintu berikutnya untuk mencapai kesempurnaan dan dia mencapai serta menempati maqam yang sangat menyenangkan lagi aman" [2]

[1] Bihaarul Anwar 43/79 hadis 66 dan 67.
[2] Nahjul Balaghah / Khutbah ke 22.
Disadur dari Judul Asli "Ihwal Dialog Fathimah as dengan Malaikat"



Wahabi adalah Golongan Musyabbihah dan Mujassimah ?

Tanya : Saya sering membaca beberapa tulisan berikut perkataan beberapa orang yang mengatakan Wahabi itu adalah golongan musyabihah dan mujasimah. Sesat. Itu dikarenakan mereka menyamakan Allah dengan makhluk-Nya. Sebagai orang Wahabi, menurut Anda apakah semua hal itu benar?
Jawab : Perkataan-perkataan semacam itu memang banyak dituliskan dan diucapkan oleh orang yang anti terhadap dakwah tauhid yang dibawa oleh Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdil-Wahhaab rahimahumallahsehingga mereka menyebutnya ‘Wahabi’. Bahkan erasebelum itu, yaitu untuk Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah dan Ibnul-Qayyimrahimahumallah, mereka juga dituduh sebagai Wahabi. Ini kan namanya tuduhan yang membabi buta.

‘Aqidah Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah dalam sifat-sifat Allah ta’ala adalah beriman kepada sifat-sifat-Nya sebagaimana yang terdapat dalam kitab-Nya dan melalui lisan Rasul-Nya Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam tanpa tahrif, ta’thil, takyif, dan tasybih/tamtsil, serta mengimani bahwa Allah itu tidak serupa dengan sesuatu apapun. Tanpa tahriifartinya tanpa menyelewengkannya dari makna yang benar. Tanpa ta'thiil artinya tanpa meniadakan/mengingkarinya (sifat-sifat Allah), baik sebagian atau seluruhnya. Tanpatakyiif artinya tanpa menanyakan bagaimana hakekat sebenarnya dari sifat Allah. Tanpatamtsiil/tasybiih artinya tanpa menyamakan sifat-sifat Allah ta'ala dengan sifat-sifat makhluk-Nya.
Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil-Wahhaab rahimahumallah berkata:
الذي نعتقد وندين الله به، هو مذهب سلف الأمة وأئمتها من الصحابة والتابعين،والتابعين لهم بإحسان من الأئمة الأربعة وأصحابهم رضي الله عنهم.

وهو الإيمان بآيات الصفات وأحاديثها، والإقرار بها وإمرارها كما جاءت من غير تشبيه ولا تمثيل، ولا تعطيل، قال تعالى (وَمَن يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءتْ مَصِيرًا) (النساء: 115).

"Sesuatu yang kami yakini dan kami beragama kepada Allah dengannya adalah madzhab salaful-ummah dan para imamnya dari kalangan shahabat, taabi'iin, dan yang mengikuti mereka dengan baik dari imam yang empat dan para pengikutinyaradliyallaahu 'anhum.
Yaitu, beriman kepada ayat-ayat dan hadits-hadits sifat, mengakuinya, membiarkannya sebagaimana datangnya, tanpa tasybiih, tamtsiil, dan ta'thiil. Allah ta'ala berfirman :'Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali' (QS. An-Nisaa' : 115)" [Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil-Wahhaabm 'Aqiidatuhu As-Salafiyyah wa Da'watuhu Al-Ishlaahiyyah oleh Ahmad bin Hajar Aalu Buuthaamiy, hal. 51].
Inilah 'aqidah yang Anda sebut 'aqiidah 'Wahabi'. Lantas, dimanakah gambaran tasybiihdari beliau rahimahullah ". Bagaimana bisa dikatakan musaybbih sedangkan beliau sendiri mengingkari tasybiih ?. Seandainya ada orang yang menuduh beliaurahimahullah penganut paham musyabbihah (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya) hanya dikarenakan menetapkan sifat-sifat Allah sebagaimana yang ada dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagaimana dhahirnya, maka Allah ta'ala berfirman:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat" [QS. Asy-Syuuraa : 11].
Dalam ayat di atas Allah ta'ala telah menetapkan bagi diri-Nya sifat mendengar dan melihat, namun Allah pun berfirman bahwa Ia berbeda dengan makhluk-Nya. Artinya, Allah ta'ala mempunyai sifat mendengar dan melihat, namun kedua sifat tersebut berbeda dengan makhluk-Nya; karena sifat-sifat Allah mengandung kesempurnaan tanpa ada aib, cacat, atau kekurangan. Begitu juga dengan sifat-sifat Allah ta'ala  yang lain seperti pengasih, penyayang, mencintai, marah, gembira, mempunyai tangan, mempunyai mata, dan yang lainnya yang disebutkan dalam nash-nash.
Allah ta’ala berfirman:
قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِينَ
"Allah berfirman: "Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?" [QS. Shaad : 75].
Ayat tersebut sebagai dalil bahwa Allah ta'ala mempunyai tangan dalam makna yang sebenarnya, sedangkan tangan-Nya berbeda dengan tangan makhluk. Tangan dalam ayat tersebut bukan diartikan dengan kekuasaan atau kekuatan. Hal ini sebagaimana yang dipahami kaum salaf, diantaranya 'Abdullah bin 'Umar radliyallaahu 'anhumaa:
خَلَقَ اللَّهُ أَرْبَعَةَ أَشْيَاءَ بِيَدِهِ: الْعَرْشُ، وَالْقَلَمُ، وَعَدْنٌ، وَآدَمُ، ثُمَّ قَالَ لِسَائِرِ الْخَلْقِ: كُنْ فَكَانَ
“Allah menciptakan empat hal dengan tangan-Nya : Al-‘Arsy, Al-Qalam (pena), (surga) Al-‘Adn, dan Aadam. Kemudian Allah berfirman kepada seluruh makhluk : ‘Jadilah’, maka jadilah ia” [Diriwayatkan oleh Ad-Daarimiy dalam Naqdud-Daarimiy ‘alaa Bisyr Al-Maarisiy no. 44 & 112, Al-Haakim 2/319, Al-Baihaqiy dalam Al-Asmaa’ wash-Shifaat 2/126 no. 693, Al-Aajurriy dalam Asy-Syarii’ah 2/130 no. 801, Abusy-Syaikh dalam Al-‘Adhamah 2/578-579 no. 213 & 5/1555-1556 no. 1018, dan l-Laalikaa’iy dalam Syarh Ushuulil-I’tiqaad no. 729]; shahih.
Hanya saja mungkin sebagian orang salah paham bahwa dengan adanya penetapan sifat-sifat seperti itu dianggap sebagai tasybiih dan orangnya dicap musyabbihah. Jelas, ini kekeliruan fatal dan menunjukkan kebodohan mereka akan makna tasybiih tersebut.
Hanbal bin Ishaaq rahimahumallah berkata:
قُلْتُ لأَبِي عَبْدِ اللَّهِ: وَالْمُشَبِّهَةُ مَا يَقُولُونَ؟ قَالَ: بَصَرٌ كَبَصَرِي، وَيَدٌ كَيَدِي، وَقَدَمٌ كَقَدَمِي، فَقَدْ شَبَّهَ اللَّهَ بِخَلْقِهِ وَهَذَا كَلامُ سُوءٍ، وَالْكَلامُ فِي هَذَا لا أُحِبُّهُ، وَأَسْمَاؤُهُ وَصِفَاتُهُ غَيْرُ مَخْلُوقَةٍ، نَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الزَّلَلِ، وَالارْتِيَابِ، وَالشَّكِّ، إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Aku bertanya kepada Abu ‘Abdillah : “Tentang Musyabbihah, apa yang sebenarnya mereka katakan ?”. Ia menjawab : “Penglihatan (Allah) seperti penglihatanku, tangan (Allah) seperti tanganku, telapak kaki seperti telapak kakiku. Mereka telah menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya. Perkataan ini adalah perkataan yang jelek, dan pembicaraan tentang hal ini tidak aku sukai. Nama-nama dan sifat-sifat-Nya bukanlah makhluk. Kami berlindung kepada Allah dari ketergelinciran dan keraguan.Sesunggahnya Allah Maha berkuasa atas segala sesuatu (QS. Al-Fushshilat : 39)”  [Diriwayatkan oleh Ibnu Baththah dalam Al-Ibaanatul-Kubraa, 3/327].
Ibnul-Jauziy rahimahullah berkata:
والمشبهة يقولون: لله بصر كبصري ويد كيدي،
“Dan orang Musyabbihah berkata : Allah memiliki penglihatan seperti penglihatanku dan (memilik) tangan seperti tanganku…” [Talbiis Ibliis, hal. 31].
Nu’aim bin Hammad Al-Khuzaa’iy rahimahullah :
مَنْ شَبَّهَ اللَّهَ بِشَيْءٍ مِنْ خَلْقِهِ فَقَدْ كَفَرَ، وَمَنْ أَنْكَرَ مَا وَصَفَ اللَّهُ بِهِ نَفْسَهُ فَقَدْ كَفَرَ، فَلَيْسَ مَا وَصَفَ اللَّهُ بِهِ نَفْسَهُ وَرَسُولُهُ تَشْبِيهٌ
”Barangsiapa yang menyerupakan Allah dengan sesuatu dari makhluk-Nya, maka ia telah kafir. Barangsiapa yang mengingkari apa-apa yang disifatkan Allah bagi diri-Nya, maka ia telah kafir. Dan tidaklah apa yang disifatkan Allah bagi diri-Nya dan (yang disifatkan) Rasul-Nya itu sebagai satu penyerupaan (tasybiih)” [Diriwayatkan oleh Al-Laalikaa’iy dalam Syarh Ushuulil-I’tiqaad no. 936. Lihat Mukhtashar Al-’Uluuw, hal. 184 no. 216].
Ishaaq bin Rahawaih rahimahumallah berkata:
إِنَّمَا يَكُونُ التَّشْبِيهُ إِذَا قَالَ: يَدٌ كَيَدٍ أَوْ مِثْلُ يَدٍ أَوْ سَمْعٌ كَسَمْعٍ أَوْ مِثْلُ سَمْعٍ، فَإِذَا قَالَ: سَمْعٌ كَسَمْعٍ أَوْ مِثْلُ سَمْعٍ فَهَذَا التَّشْبِيهُ، وَأَمَّا إِذَا قَالَ: كَمَا قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: " يَدٌ وَسَمْعٌ وَبَصَرٌ " وَلَا يَقُولُ كَيْفَ، وَلَا يَقُولُ مِثْلُ سَمْعٍ وَلَا كَسَمْعٍ، فَهَذَا لَا يَكُونُ تَشْبِيهًا، وَهُوَ كَمَا قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِي كِتَابهِ: لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Tasybih itu hanya terjadi ketika seseorang itu mengatakan : ‘Tangan (Allah) seperti tangan (makhluk), pendengaran (Allah) seperti pendengaran (makhluk)”. Jika ia berkata : ‘Pendengaran (Allah) seperti pendengaran (makhluk)’, maka inilah yang dinamakantasybih (penyerupaan). Adapun jika seseorang mengatakan seperti firman Allah : ’Tangan, pendengaran, penglihatan’ , kemudian ia tidak mengatakan : ’bagaimana’ dan tidak pula mengatakan ’seperti’ pendengaran makhluk; maka itu tidak termasuk tasybih. Dan itu sebagaimana firman Allah ta’ala : ‘Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat (QS. Asy-Syuuraa : 11)” [Sunan At-Tirmidziy, 2/43].
Ibnu ‘Abdil-Barr rahimahullah berkata :
ومُحالٌ أن يكون مَن قال عن اللهِ ما هو في كتابه منصوصٌ مُشبهًا إذا لم يُكيّف شيئا، وأقرّ أنه ليس كمثله شيء
"Dan tidaklah mungkin terjadi pada orang yang berbicara tentang Allah sesuatu yang ternashkan dalam kitab-Nya disebut sebagai musyabbih, ketika ia tidak men-takyif-nya sedikitpun dan mengatakan tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya” [Al-Istidzkaar, 8/150].
Adz-Dzahabiy rahimahullah berkata :
ليس يلزم من إثبات صفاته شيء من إثبات التشبيه والتجسيم، فإن التشبيه إنما يقال: يدٌ كيدنا ... وأما إذا قيل: يد لا تشبه الأيدي، كما أنّ ذاته لا تشبه الذوات، وسمعه لا يشبه الأسماع، وبصره لا يشبه الأبصار ولا فرق بين الجمع، فإن ذلك تنزيه
"Tidaklah penetapan sifat-sifat-Nya mengkonsekuensikan adanya penetapan tasybiihdan tajsiim, karena tasybiih itu hanyalah jika dikatakan : ‘tangan seperti tanganku’...... Adapun jika dikatakan : ‘tangan namun tidak menyerupai tanganku’, sebagaimana Dzaat-Nya tidak menyerupai dzat-dzat makhluk, pendengaran-Nya tidak menyerupai pendengaran-pendengaran makhluk, dan penglihatan tidak menyerupai penglihatan-penglihatan makhluk, maka itulah yang disebut tanziih” [Al-Arba’iin min Shifaati Rabbil-‘Aalamiin, hal. 104].
Apa yang dapat kita simpulkan dari perkataan para imam di atas ?. Tasybiih itu hanya terjadi bagi orang yang berstatement bahwa sifat Allah sama seperti sifat makhluk.
Tuduhan-tuduhan yang diarahkan kepada Ahlus-Sunnah yang menetapkan sifat Allahta'ala sebagaimana yang disebutkan dalam dhahir nash sebagai musyabbihah ataumujassimah sudah ada semenjak dahulu. Semua itu dilontarkan oleh orang-orangJahmiyyah dan ahlul-bida' yang sudah dikenal sesatnya.
Ishaaq bin Rahawaih rahimahumallah berkata:
عَلامَةُ جَهْمٍ وَأَصْحَابِهِ دَعْوَاهُمْ عَلَى أَهْلِ الْجَمَاعَةِ، وَمَا أُولِعُوا بِهِ مِنَ الْكَذِبِ، إِنَّهُمْ مُشَبِّهَةٌ، بَلْ هُمُ الْمُعَطِّلَةُ
“Tanda-tanda Jahm dan pengikut-pengikutnya (orang-orang Jahmiyyah) adalah tuduhan mereka terhadap Ahlul-Jamaa’ah, dan betapa senang mereka untuk berdusta,bahwa mereka (Ahlus-Sunnah) adalah Musyabbihah, namun mereka (Jahmiyyah)-lah yang justru Mu’aththilah (orang-orang yang meniadakan sifat-sifat Allah)….”[Diriwayatkan oleh Al-Laalikaa’iy dalam Syarh Ushuulil-I’tiqaad no. 937].
Abul-Qaasim Al-Ashbahaaniy rahimahullah berkata:
فصل فِي الرد عَلَى الجهمية الَّذِي أنكروا صفات اللَّه عَزَّ وَجَلَّ وسموا أهل السنة مشبهة
“Pasal tentang Bantahan terhadap Jahmiyyah yang mengingkari sifat-sifat Allah ‘azza wa jalla dan menamai Ahlus-Sunnah sebagai Musyabbihah [Al-Hujjah fii Bayaanil-Mahajjah].
وإذا رأيت الرجل يسمي أهل الحديث حشوية، أو مشبهة، أو ناصبة فأعلم أنه مبتدع
“Apabila engkau melihat seseorang yang menamakan Ahlul-Hadiits sebagaiHasyawiyyah, Musyabbihah, atau Naashibab, maka ketahuilah ia seorang mubtadi’”[idem].
فهؤلاء أهل السنة والمتمسكون بالصواب والحق وليس هم بالمشبهة من شبهوا هؤلاء إِنما آمنوا بما جاء به الحديث، هؤلاء مؤمنون مصدقون بما جاء به النَّبِيّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ والكتاب والسنة .
“Mereka, yaitu Ahlus-Sunnah yang berpegang teguh kepada kebenaran dan al-haq, bukanlah Musyabbihah yang melakukan tasybiih. Mereka hanyalah beriman kepada kandungan hadits. Mereka beriman dan membenarkan apa yang dibawa oleh Nabishallallaahu ‘alaihi wa sallam, Al-Kitaab, dan As-Sunnah” [idem].
Qutaibah bin Sa’iid rahimahullah berkata:
إِذَا قَالَ الرَّجُلُ: الْمشبهة فَاحْذَرُوهُ، فَإِنَّهُ يَرَى رَأْيَ جَهْمٍ
“Apabila seseorang berkata (kepada Ahlus-Sunnah) : ‘Musyabbihah', maka waspadalah, karena ia menganut pendapat Jahm (Jahmiyyah)” [Diriwayatkan oleh Abu Ahmad Al-Haakim dalam Syi’aar Ashhaabil-Hadiits no. 12 dan Ibnu ‘Asaakir dalamJam’ul-Juyuusy no. 85].
Abu Haatim Ar-Raaziy rahimahullah berkata:
وَعَلامَةُ أَهْلِ الْبِدَعِ الْوَقِيعَةُ فِي أَهْلِ الأَثَرِ، وَعَلامَةُ الزَّنَادِقَةِ تَسْمِيَتُهُمْ أَهْلَ السُّنَّةِ حَشْوِيَّةً يُرِيدُونَ إِبْطَالَ الآثَارِ. وَعَلامَةُ الْجَهْمِيَّةِ تَسْمِيَتُهُمْ أَهْلَ السُّنَّةِ مُشَبِّهَةً......
“Tanda Ahlul-Bida’ adalah mencela Ahlul-Atsar. Tanda orang-orang Zanaadiqah adalah penamaan mereka terhadap Ahlus-Sunnah sebagai Hasyawiyyah karena mereka ingin membatalkan atsar-atsar. Tanda orang-orang Jahmiyyah adalah penamaan mereka terhadap Ahlus-Sunnah dengan Musyabbihah.....” [Diriwayatkan oleh Al-Laalikaa’iy dalam Syarh Ushuulil-I’tiqaad no. 321].
Abu ‘Utsmaan Ash-Shaabuuniy rahimahullah berkata:
وعلامات البدع على أهلها بادية ظاهرة، وأظهر آياتهم وعلاماتهم شدة معاداتهم لحملة أخبار الني صلى الله عليه وسلم، واحتقارهم لهم وتسميتهم إياهم حشوية وجهلة وظاهرية ومشبهة.....
“Tanda-tanda bid’ah yang ada pada ahlul-bid’ah adalah sangat jelas. Dan tanda-tanda yang paling jelas adalah permusuhan mereka terhadap pembawa khabar Nabishallallaahu ‘alaihi wa sallam (yaitu para ahlul-hadits), memandang rendah mereka, serta menamai mereka sebagai hasyawiyyah, orang-orang bodoh, dhahiriyyah, danmusyabbihah.....” [‘Aqiidatu Ashhaabil-Hadiits, hal. 102].
Sudah menjadi ketentuan kauniy dari Allah ta'ala bahwa para penganut pemikiran Jahmiyyah ini masih ada dan banyak hingga sekarang, yang menghalangi dakwah sunnah dan ketauhidan. Siapakah mereka ? Bukan terlalu sulit bagi Anda untuk menjawabnya.
Wallaahul-musta'aan.
 [abul-jauzaa' – senayan, Jakarta – 27052015 – 13:18].


[ Untuk Pendukung Iran ] Terungkap, Iran Perintahkan Pemboman Atas Muslimin Suriah

Rouhani_ir_President-620x350_iran_syiah
Dalam laporan terbarunya, Zaman Al Wasl (27/05) mengungkapkan pengakuan seorang Kolonel Angkatan Udara rezim Nusyairiyah, bahwa selama ini para pilot Iran dan pejabat militer Iran telah mengendalikan Angkatan Udara Suriah dan bandara-bandara di Suriah. Mereka telah bercokol di bandara-bandara Suriah bahkan sejak Agustus 2011, yaitu enam bulan setelah revolusi Suriah meletus.
Menurut kesaksikan kolonel yang membelot ke pihak Islam, berinisial “N.M”, bahwa 12 pakar militer dari Iran telah masuk ke bandara militer Al-Sho’aerat di pinggiran Homs pada bulan Agustus 2011. Mereka mendapatkan akomodasi spesial yang terpisah dari para personel lain di bandara. Semua pilot dan teknisi asli Suriah dilarang masuk ke bandara mereka, kecuali bagian keamanan bandara.
Sang kolonel juga mengungkapkan, para personel Iran juga menguasai bandara-bandara militer lain, seperti Al-Sin, T4, Domair, Mezzeh, dan Hama.
Bahkan grup militer Iran itu memiliki fasilitas tiga buah drone, juga sebuah pusat kendali dengan alat penyadap, yang menyadap pembicaraan semua personil bandara.
Terungkap bahwa empat orang pilot yaitu Abdullah Solaiman, Ahmed Mansoor, Derboli, dan Dibo, sangat bernafsu untuk membunuhi dan membomi Muslimin Suriah. Bahkan mereka terbang tanpa izin dari komandan Angkatan Udara Suriah.
Beberapa pilot itu terbang selama 15 jam terbang sehari, dan informasi ini dikonfirmasi oleh seorang akuntan yang bekerja di T4. Dia menyebutkan bahwa gaji para pilot mencapai 250 ribu pound Suriah karena banyaknya misi pemboman.
Aktivis Abu Amr al-Homsi menyatakan, para pilot pembunuh Muslimin itu digaji tinggi, dan 80%-nya adalah anggota sekte Alawite (sekte Syiah Nusyairiyah keluarga Asad – Red.)

Kerajaan Saudi Resmi Nyatakan Dua Pejabat Syiah Hizbullah Sebagai Teroris


Dalam lansiran Reuters (27/05), Kerajaan Saudi Arabia secara resmi telah menyatakan dua pejabat senior Hizbullah sebagai teroris. Reuters mengutip pernyataan kantor berita resmi Kerajaan Saudi Arabia, Saudi Press Agency, bahwa Kerajaan Saudi telah membekukan asset para pejabat Hizbullah itu dan memblokir transaksi perbankan mereka di Saudi. Dua tokoh Hizbullah itu bernama Khalil Yusif Harb dan Muhammad Qabalan.
Berikut perincian dua pejabat Hizbullan tersebut, sesuai pernyataan resmi pemerintah Kerajaan Saudi Arabia, seperti dilansir Saudi Press Agency (27/05):
1. Khalil Yusif Harb. Tanggal lahir: 9 October 1958
Khalil Harb bekerja sebagai deputi komandan, kemudian komandan unit militer pusat Hizbullah, dan komandan operasi pusat militer Hizbullah, kemudian mengawasi seluruh operasi militer Hizbullah di Timur Tengah.
Harb juga bertanggung jawab atas aktivitas makar Hizbullah di Yaman, dan terlibat dalam kegiatan politik Hizbullah. Sejak musim panas 2012, Harb telah terlibat dalam transaksi keuangan berjumlah besar di Yaman, dan pada akhir 2012, Harb berkoordinasi dengan sebuah partai politik di Yaman, dengan memberikan bantuan dana dari Hizbullah sebesar $ 50,000.
2. Muhammad Qabalan. Tahun lahir: 1969. Kewarga negaraan: Libanon.
Pemimpin sel teroris Hizbullah, Muhammad Qabalan memulai karirnya sebagai komandan peleton infantri Hizbullah, kemudian sebagai komandan Unit 1800 Hizbullah, dilanjutkan dengan menjadi kepala sel teroris Hizbullah di Mesir, yang mentargetkan objek-objek wisata di Mesir. Qabalan mengendalikan terorismenya dari Libanon.
Pada bulan April 2010, sebuah pengadilan Mesir telah menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup secara in absentia kepada Qabalan.
Pada akhir 2011, Qabalan bekerja dalam unit penyamaran Hizbullah yang beroperasi di Timur Tengah. Qabalan juga masih memegang peranan penting dalam pengawasan aktivitas Hizbullah dengan tujuan menciptakan instabilitas, melakukan serangan terorisme, dan terlibat dalam aktivitas kriminal dan illegal di seluruh dunia.