Sunday, February 15, 2015

Titik Temu Wahabi-NU

Friday, 13 February 2015, 14:00 WIB
Banyak orang terkejut ketika seorang ulama Wahabi mengusulkan agar kitab-kitab Imam Muhammad Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama, diajarkan di pesantren-pesantren dan madrasah-madrasah Islam di Indonesia. Hal itu karena selama ini dikesankan bahwa paham Wahabi yang dianut oleh pemerintah dan mayoritas warga Arab Saudi itu berseberangan dengan ajaran Nahdlatul Ulama yang merupakan mayoritas umat Islam Indonesia.

Tampaknya selama ini ada kesalahan informasi tentang Wahabi dan NU. Banyak orang Wahabi yang mendengar informasi tentang NU dari sumber-sumber lain yang bukan karya tulis ulama NU, khususnya Imam Muhammad Hasyim Asy’ari. Sebaliknya, banyak orang NU yang memperoleh informasi tentang Wahabi tidak dari sumber-sumber asli karya tulis ulama-ulama yang menjadi rujukan paham Wahabi.

Akibatnya, sejumlah orang Wahabi hanya melihat sisi negatif NU dan banyak orang NU yang melihat sisi negatif Wahabi. Penilaian seperti ini tentulah tidak objektif, apalagi ada faktor eksternal, seperti yang tertulis dalam Protokol Zionisme No 7 bahwa kaum Zionis akan berupaya untuk menciptakan konflik dan kekacauan di seluruh dunia dengan mengobarkan permusuhan dan pertentangan.

Untuk menilai paham Wahabi, kita haruslah membaca kitab-kitab yang menjadi rujukan paham Wahabi, seperti kitab-kitab karya Imam Ibnu Taymiyyah, Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, dan termasuk kitab-kitab karya Syekh Muhammad bin Abdul Wahab yang kepadanya paham Wahabi itu dinisbatkan. Sementara untuk mengetahui paham keagamaan Nahdlatul Ulama, kita harus membaca, khususnya kitab-kitab karya Imam Muhammad Hasyim Asy'ari yang mendirikan Jam’iyyah Nahdlatul Ulama.

Kami telah mencoba menelaah kitab-kitab karya Imam Muhammad Hasyim Asy’ari dan membandingkannya dengan kitab-kitab karya Imam Ibnu Taymiyyah dan lain-lain. Kemudian, kami berkesimpulan bahwa lebih dari 20 poin persamaan ajaran antara Imam Muhammad Hasyim Asy’ari dan imam Ibnu Taymiyyah. Bahkan, seorang kawan yang bukan warga NU, alumnus Universitas Islam Madinah, mengatakan kepada kami, lebih kurang 90 persen ajaran Nahdlatul Ulama itu sama dengan ajaran Wahabi.

Kesamaan ajaran Wahabi dan NU itu justru dalam hal-hal yang selama ini dikesankan sebagai sesuatu yang bertolak belakang antara Wahabi dan NU. Orang yang tidak mengetahui ajaran Wahabi dari sumber-sumber asli Wahabi, maka ia tentu akan terkejut. Namun, bagi orang yang mengetahui Wahabi dari sumber-sumber asli Wahabi, mereka justru akan mengatakan, "Itulah persamaan antara Wahabi dan NU, mengapa kedua kelompok ini selalu dibenturkan?" [dalangnya syi'ah, alwi shihab dkk, red. lamurkha ]

Di antara titik-titik temu antara ajaran Wahabi dan NU yang jumlahnya puluhan, bahkan ratusan itu adalah sebagai berikut. Pertama, sumber syariat Islam, baik menurut Wahabi maupun NU, adalah Alquran, hadis, ijma, dan qiyas. Hadis yang dipakai oleh keduanya adalah hadis yang sahih kendati hadis itu hadis ahad, bukan mutawatir. Karenanya, baik Wahabi maupun NU, memercayai adanya siksa kubur, syafaat Nabi dan orang saleh pada hari kiamat nanti, dan lain sebagainya karena hal itu terdapat dalam hadis-hadis sahih.

Kedua, sebagai konsekuensi menjadikan ijma sebagai sumber syariat Islam, baik Wahabi maupun NU, shalat Jumat dengan dua kali azan dan shalat Tarawih 20 rakaat. Selama tinggal di Arab Saudi (1976-1985), kami tidak menemukan shalat Jumat di masjid-masjid Saudi kecuali azannya dua kali, dan kami tidak menemukan shalat Tarawih di Saudi di luar 20 rakaat. Ketika kami coba memancing pendapat ulama Saudi tentang pendapat yang mengatakan bahwa Tarawih 20 rakaat itu sama dengan shalat Zhuhur lima rakaat, ia justru menyerang balik kami, katanya, "Bagaimana mungkin shalat Tarawih 20 rakaat itu tidak benar, sementara dalam hadis yang sahih para sahabat shalat Tarawih 20 rakaat dan tidak ada satu pun yang membantah hal itu." Inilah ijma para sahabat. [ persoalan ini tidak prinsipil, masalah furu'bisa dibicarakan baik-baik sebagai saudara seiman. red ]

Ketiga, dalam beragama, baik Wahabi maupun NU, menganut satu mazhab dari mazhab fikih yang empat. Wahabi bermazhab Hanbali dan NU bermazhab salah satu dari mazhab empat: Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali. Baik Wahabi (Imam Ibnu Taymiyyah) maupun NU (Imam Muhammad Hasyim Asy’ari), sama-sama berpendapat bahwa bertawasul (berdoa dengan menyebut nama Nabi Muhammad SAW atau orang saleh) itu dibenarkan dan bukan syirik.
Kendati demikian, Imam Muhammad Hasyim Asy’ari dalam kitabnya, al-Nur al-Mubin fi Mahabbah Sayyid al-Mursalin, mensyaratkan bahwa dalam berdoa dengan tawasul menyebut nama Nabi Muhammad SAW atau orang saleh, kita tetap harus yakin bahwa yang mengabulkan doa kita adalah Allah SWT, bukan orang yang namanya kita sebut dalam tawasul itu. Wahabi dan NU sama-sama memercayai adanya karamah para wali (karamat al-awliya) tanpa mengultuskan mereka.

Memang ada perbedaan antara Wahabi dan NU atau antara Imam Ibnu Taymiyyah dan Imam Muhammad Hasyim Asy’ari. Namun, perbedaan itu sifatnya tidak prinsip dan hal itu sudah terjadi sebelum lahirnya Wahabi dan NU.

Dalam praktiknya, baik Wahabi maupun NU, tidak pernah mempermasalahkan keduanya. Banyak anak NU yang belajar di Saudi yang notabenenya adalah Wahabi. Bahkan, banyak jamaah haji warga NU yang shalat di belakang imam yang Wahabi, dan ternyata hal itu tidak menjadi masalah. Wahabi dan NU adalah dua keluarga besar dari umat Islam di dunia yang harus saling mendukung. Karenanya, membenturkan antara keduanya sama saja kita menjadi relawan gratis Zionis untuk melaksanakan agenda Zionisme, seperti tertulis dalam Protokol Zionisme di atas. Wallahu al-muwaffiq. 

Ali Mustafa Yaqub
Ulama NU, guru besar di bidang hadits, anggota komisi Fatwa MUI,  sekaligus Imam Besar Masjid Istiqlal
[ beliau sangat keras penentangannya terhadap sekte sesat syi'ah]
Buku Ajaran Madzhab Imam asysyafii Yang Di Tinggalkan, penulis Firanda Andirja Abidin, Lc. M.A., penerbit Nashirussunnah
http://khittahnu.blogspot.com/2013/01/profil-sang-ulama-besar-kyai-h-hasyim.html


Untuk konteks Indonesia sekarang ini, yang paling berkepentingan membenturkan antara "Wahabi" dan NU adalah pihak SYIAH. 
SYIAH sebagai minoritas di Indonesia berusaha mencari muka dengan mengetengahkan "persamaan kultural" mereka dengan NU.
Saya juga sepakat bahwa stigma buruk pada "Wahabi" lebih banyak disebabkan oleh oknum-oknumnya.
 
Lha, sebagai manusia berakal: apakah kita akan menilai sebuah ajaran HANYA dengan melihat oknumnya, atau memahami teks-teks ajaran itu langsung dari sumbernya?
 
Bahasa lainnya: Jika "Wahabi" dicitrakan buruk dan "Anti Wahabi" dicitrakan santun lan bijaksana: Apakah kita lebih tertipu (lagi) dengan PENCITRAAN daripada membaca langsung dari sumbernya?
Jangan lupa, banyak orang Barat masuk Islam karena membaca langsung al-Qur'an, bukan karena melihat perilaku mayoritas Umat Islam yang mungkin masih jauh dari al-Qur'an dan al-Sunnah.
Saya sangat setuju dengan tulisan Kyai Ali Mustafa Yaqub di atas!
 
· 14 · February 13 at 4:04pm


99 Persen Pemahaman dan Pemikiran Sama, Arab Saudi Hormati KH. Hasyim Asyari
Kamis, 1 Jumadil Awwal 1436 H / 19 Februari 2015 23:20 wib
Hampir satu abad lebih, pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH. Hasyim Asyari telah memberikan peringatan kepada umat Islam Ahlu Sunnah wal Jama'ah di Tanah Air mengenai pergerakan-pergerakan yang melenceng dari agama Islam.
Salah satu pesan almarhum yang kebanyakan publik tidak tahu ialah perihal penolakannya terhadap ajaran atau pergerakan Syiah. Persisnya sebelum revolusi Iran meletus, almarhum sudah memberitahukannya. Yang kemudian ia abadikan melalui banyak tulisan dan dicetak dalam bentuk buku.
"Dalam sekian banyaknya buku yang ditulis, beliau jelas sekali menentang Syiah. Persis sebelum revolusi Iran meletus," ucap KH. Ali Mustafa Yakub mengutip salah satu buku karya beliau yang disampaikan untuk wartawan voa-islam.com beberapa waktu yang lalu.
Ia juga mengatakan bahwa hampir 19 hingga 30 buku karya almarhum KH. Hasyim Asyari yang di dalamnya membicarakan dan menentang keberadaan Syiah. Tidak hanya Syiah Imamiyah, Syiah Zaidiyah pun ia tentang, sekalipun diketahui moderat.
"Hampir 19 hingga 30 buku yang menantang Syiah," tambahnya.  Beliau pun mengapresiasinya.
Namun, bukan hanya Kiai Ali yang mengapresiasi keberanian dan kebenaran yang diciptakan KH. Hasyim Asyari perihal Syiah. Arab Saudi pun yang mendapat "cap" Wahabi oleh beberapa kalangan Nahdiyin angkat topi kepada almarhum. Bahkan menurut Kiai Ali, beberapa buku ciptaan almarhum Hasyim Asyari memiliki banyak persamaan, yaitu hampir 90 persen ajaran dan pemahamannya dengan Arab Saudi.
"Atas pemikiran beliau, Saudi Arabia mengapresiasi sangat tinggi untuk KH. Hasyim Asyari. Merespons positif. Sembilan puluh persen pesan-pesan atau ajaran beliau ternyata sama seperti apa yang dijalankan oleh negara yang kaya minyak tersebut," aku beliau setelah mendapat perhatian khusus dari salah utusan Arab Saudi pada acara di salah hotel di Jakarta, malam (11/02/2015).
Untuk itu, Imam Besar Masjid Istiqlal ini mengusulkan agar buku-buku karya KH. Hasyim Asyari disebarluaskan ke sekolah-sekolah dan pesantren di seluruh Indonesia. Agar masyarakat NU khususnya, dan umumnya masyarakat paham bahwa beliau dan Arab Saudi "satu" pemahaman dan ajaran. Terutama perihal menentang keberadaan Syiah. 


bagaimana "tanggapan syi'aher Alwi Shihab.....

peternak “kambing hitam jahiliyah” wahabi ??!! [ gemar menuding wahhabi/penghina ( sifat ) Allah, al-Wahhab dan pengadu domba NU-Wahhabi]?? 


KH Ali Mustafa Yaqub: “Jangan Beri Kesempatan Orang Syiah Bicara di Masjid Istiqlal
Kewenangan memberikan izin tamu-tamu internasional untuk berceramah di Masjid Istiqlal Jakarta dipegang oleh Ketua Badan Pengelola Pelaksana Masjid Istiqlal, langsung dalam pengawasan Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag) RIJAKARTA (SALAM-ONLINE): Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, KH Prof Ali Mustafa Yaqub mengatakan ceramah ulama Syiah di Masjid Istiqlal sudah masuk dalam kategori membahayakan NKRI.
“Memang benar, ada ulama Syiah dari Iran yang memberikan ceramah di Masjid Istiqlal hari Jumat kemarin. Cuma yang mempunyai wewenang untuk memberikan izin itu bukan saya, tetapi Badan Pelaksana Pengelola Masjid Istiqlal di bawah pengawasan Kementerian Agama,” kata Kiai Mustafa saat dimintai konfirmasi olehhidayatullah.com, Sabtu (22/11/2014).
Menurutnya, ceramah salah satu ulama Syiah asal Iran di Masjid Istiqlal hari Jumat (21/11/2014) lalu telah membuat keresahan kalangan Islam.
Ia membenarkan bahwa acara itu diadakan di Masjid Istiqlal pada hari Jumat kemarin. Ketika itu ia sedang ada urusan ke Pontianak. Awalnya informasi yang ia terima ada dua tamu, satu Imam Masjid Kubah (Madinah), satunya lagi dari Irak. Setelah tiba dari Pontianak baru Kiai Musthofa tahu bahwa yang ceramah itu justru dari Iran, bukan dari Irak.
Kepada hidayatullah.com Kiai Mustafa mengatakan bahwa ia sudah berulangkali memberikan masukan kepada Badan Pengelola Pelaksana Masjid Istiqlal untuk tidak memberikan kesempatan kepada ulama Syiah berceramah di Masjid Istiqlal karena hal itu hanya akan menimbulkan kontroversi, kecuali hanya untuk melaksanakan shalat saja.
“Silakan memberikan izin kepada tamu dari Iran (orang-orang Syiah, red) untuk melaksanakan shalat di Masjid Istiqlal, tapi jangan sampai memberikan kesempatan berceramah karena akan membahayakan umat Islam,” tegasnya mengulang nasihatnya yang diberikan kepada Badan Pelaksana Pengelola Masjid Istiqlal Jakarta.
Apalagi menurut Kiai Mustafa, sudah jelas bahwa Syiah sendiri merupakan ancaman terbesar yang membahayakan umat Islam, khususnya NKRI. Jadi jangan sampai memberikan kesempatan kepada orang-orang Syiah untuk angkat bicara berceramah di Masjid Istiqlal.
Hanya saja nasihatnya sering tidak diindahkan. Apalagi, kewenangan memberikan izin tamu-tamu internasional untuk berceramah di Masjid Istiqlal Jakarta dipegang oleh Ketua Badan Pengelola Pelaksana Masjid Istiqlal, langsung dalam pengawasan Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag) RI, ujar Kiai Ali Mustafa. (hidayatullah.com)
salam-online Redaksi Salam-Online – Ahad, 30 Muharram 1436 H / 23 November 2014 07:18

Komunitas ‘Aswaja Garis Lurus’ Ajak Teladani Ketegasan Pendiri NU
Rabu, 26 November 2014 - 05:00 WIB
Komunitas ini dibangun guna meneruskan estafet perjuangan KH. Hasyim Asy’ari yang ia kenal merupakan figur kiai NU yang tegas, Sejumlah habaib, kiai muda dan aktivis Ahlus Sunnah wal Jamaah (Aswaja), pada Ahad (24/11/2014) lalu mengadakan silaturahim Nasional di Hotel Utami Surabaya untuk menyikapi berbagai kondisi yang dialami umat Islam secara keseluruhan dan umat Aswaja di Indonesia secara khusus.
KH. Luthfi Bashori Alwi, yang memimpin pertemuan nasional tersebut menegaskan bahwa para hadirin yang datang ke Silaturahim Nasional ini memiliki tujuan sama yaitu memperjuangkan Aswaja dari aliran-aliran yang menggerogoti.
Beliau menyebut komunitas ini dengan nama “Aswaja Garis Lurus”, karena perjuangannya untuk meluruskan aliran-aliran di luar Aswaja sekaligus meluruskan intern Aswaja yang bengkok, jelas Kiai Lutfi menerangkan alasan pentingnya pertemuan ini.
“Ada yang mengaku Aswaja tetapi condong kepada aliran sesat yang diimpor. Ini garis bengkok yang harus diluruskan,” tambahnya.

Komunitas yang akan ia bangun jelas Kiai asal Singosari ini pada prisipnya meneruskan estafet perjuangan KH. Hasyim Asy’ari yang ia kenal merupakan figur kiai NU yang tegas terhadap kemungkaran akidah.
“Syiah Zaidiyah yang oleh para sebagian ulama sebelumnya masih ada beda pendapat, tapi oleh Kiai Hasyim Asyari dinilai haram untuk diikuti warga NU,” tambahnya. Karena itu, Kiai Luthfi mengharapkan komunitas ini tidak ragu-ragu mengikuti ciri khas perjuangan (Alm) Kiai Hasyim Asyari.
“Ternyata, KH. Hasyim Asy’ari adalah kiai yang luar biasa tegas. Saya pernah berkesempatan masuk ruang perpustakaan pribadinya. Dari risalah-risalah yang beliau tulis, saya temukan kita seperti ini tidak ada apa-apanya dengan ketegasan beliau.”Kata Kiai Luthfi, ketegasan Kiai Hasyim inilah yang harus diteruskan perjuangannya.
Silaturahim “Aswaja Garis Lurus” ini akan merumuskan bentuk-bentuk perjuangan sesauai dengan garis pemikiran pendiri NU.
Silaturahim Nasional yang dihadiri oleh 75 peserta dari berbagai kota di Indonesia selanjutnya membentuk komisi-komisi untuk menangani isu-isu dan permasalahan dihadapi. Seperti komisi liberalisme, Syiah, Wahabi [baca tulisan Prof.DR.KH. Ali Mustafa Yakub MA diatas], pendidikan, dan media.

Aswaja NU: Perbedaan Sunni-Syiah Terlalu Banyak
Kamis, 29 Januari 2015 - 08:56 WIB
Menurut Muhammad Idrus Ramli dari ASWAJA Centre, hasil dialog menunjukkan banyak perbedaan mendasar dibanding persamaannya

Sebagaimana diketahui, “Dialog Terbuka Aswaja NU – Syi’ah” yang diselenggarakan hari Senin (26/01/2015) dihadiri pembicara dari pihak Aswaja NU adalah Muhammad Idrus Ramli  (Jember), sedangkan dari pihak Syi’ah Abdullah Uraidhi  (Jakarta) dan Abdillah Ba’abud (Malang), keduanya lulusan Iran.]
Menurut Muhammad Idrus Ramli dari ASWAJA Centre, hasil dialog menunjukkan banyak perbedaan mendasar dibanding persamaannya.
“Perbedaan Sunni dengan Syiah terlalu banyak daripada persamaannya, sebab bukan hanya dalam aqidah yang berbeda, dalam bidang ibadah juga sangat berbeda. Orang Syiah yang mengkafirkan sahabat, mencaci istri Rasul, meyakini tahrif Quran, dll,” ujarnya.

Perbedaan Syiah dan Sunni Masuk Wilayah Ushul
Senin, 3 November 2014 - 10:42 WIB
Syiah dinilai banyak dusta dan memelintir sejarah, khususnya tentang para Sahabat Nabi; Abu Bakar, Umar dan Usman.
Perbedaan antara Sunni (Ahlus Sunnah) dan Syiah adalah menyakut masalah ushul (pokok/dasar) dalam ajaran agama. Bukan perbedaan masalah furu’ (cabang).
“Perbedaan Syiah dengan Ahlu Sunnah masuk dalam ushul.Selain itu, sudah masuk ke ranah ‘pertentangan’ terhadap ajaran Islam sesungguhnya,” demikian kutipan yang disampaikan Ketua Umum Majelis Intelektual dan Ulama Muda (MIUMI) Pusat, Dr. Hamid Fahmi Zarkasyi dalam Launching dan Bedah Buku “Teologi dan Ajaran Syi’ah Menurut Referensi Induknya”di Hotel Sofyan Betawi Jl. Cut Meutia No. 9 Menteng Jakarta Pusat Ahad (02/11/2014).
Ia juga menyampaikan, bahwa ajaran Syiah banyak dusta dan memelintir sejarah, khususnya tentang para Sahabat Nabi. Misalnya saja jika Ali adalah penentang kepemimpinan Abu Bakar, Umar, dan Usman.
“Dusta. Faktanya Ali membaiat seluruh sahabat, tegasnya.
Ia mengutip pernyataan-pernyataan kebencian kaum Syiah kepada Sahabat-Sahabat Nabi. Salah satunya Sahabat Umar Ibn Khatab.
“….andaikan aku masuk surga lalu bertemu Umar di sana, maka aku akan minta kepada Allah agar aku dipindahkan ke neraka,” demikian kata Hamid buku “Teologi dan Ajaran Syi’ah Menurut Referensi Induknya.*

Bedah Buku “Teologi dan Ajaran Syiah”
Perbedaan Sunni – Syiah Cukup Banyak, Sampai Tataran Konsep Syariah
Ahad, 1 Februari 2015 - 05:50 WIB
“Media-media mainstream tidak banyak yang mengerti Syiah. Kita baca jika ada berita konflik Sunni-Syiah, media mainstream tidak mencari sebab, tapi mereka manampilkan akibanya saja.”
Orang Sunni yang mengatakan Ahlus Sunnah sama dengan Syiah seharusnya melihat bagaimana Syiah itu menilai tentang Ahlus Sunnah. Kenyataannya, mereka membenci Ahlus Sunnah.
Demikian salah satu pernyataan  KH. Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi pada acara bedah buku “Teologi dan Ajaran Syiah Menurut Referensi Induknya”, Jum’at (30/01/2015) di Hotel Elmi Surabaya.
“Dalam buku ini kita beberkan Syiah secara ilmiah apa adanya dari syari’ah sampai akidah,” tegas putra pendiri Pesantren Gontor tersebut.
Hamid menilai perbedaan Ahlus Sunnah dengan Syiah cukup banyak. Tidak hanya akidah yang telah jelas itu, tetapi sampai pada tataran konsep-konsep syariahnya berbeda.
“Syiah itu berbeda  dari beberapa sisi. Seperti tentang isu tahrif al-Qur’an, Sahabat Nabi Shallallhu ‘Alaihi Wassalam dan syariat. Mereka misalnya, mengkafirkan semua Sahabat kecuali tiga”, tambahnya.
Dalam keterangannya, Hamid mempertanyakan kampanye Syiah yang mengajak bersatu dengan Ahlus Sunnah.
“Kenapa Syiah sekarang mau menyama-nyamakan dengan Ahlus Sunnah. Sementara di sana (Iran – pen)  mereka justru membeda-bedakan. Jumlah Sinagog Yahudi lebih banyak dengan jumlah masjid Sunni, kata direktur INSISTS itu.
Bagi Hamid, buku-buku induk Syiah perlu diungkap.
Katanya, semakin banyak ajaran Syiah yang diungkap, masyarakat mulai memahami bahwa teologi Syiah menyimpan kebencian terhadap pengikut Nabi Shallallhu ‘Alaihi Wassalam, yaitu Ahlus Sunnah.
Pernyataan Hamid itu ditegaskan oleh Idrus Ramli dari Aswaja Center PWNU Jawa Timur itu.
“Kita menyampaikan apa adanya tentang Syiah. Bahwa Syiah mengandung bid’ah. Dalam bid’ah Syiah itu ada yang dhalal (sesat) dan ada yang sampai pada kekufuran,” ujar pakarnya.
“Jika kita baca kitab-kitab Syiah, akan ditemukan mengaku sendiri bahwa Tuhan Syiah tidak sama dengan Tuhan yang disembah orang Sunni. Itu seperti dikatakan sendiri oleh Ni’matullah al-Jazairi,” ujar kiai alumni pesantren Sidogiri Pasuruan ini.
Idrus Ramli dalam kesempatan ini banyak menerangkan tentang Ahlul Bait yang sering dijadikan Syiah sarana kampanye.
“Yang membela dan mencintai Ahlul Bait adalah Ahlus Sunnah bukan Syiah. Ahlus Sunnah memasukkan istri nabi sebagai Ahlul Bait, sedangkan Syiah meyakini istri nabi bukan Ahlul Bait. Syiah ini merusak Ahlul Bait”, tambahnya.
Idrus menilai Syiah tidak layak mengaku pengikut Ahlul Bait apalagi pecintanya. Sebab, Syiah sebenarnya tidak punya sanad ke Ahlul Bait.
“Justru sebaliknya, semua imam madzhab dalam Ahlus Sunnah pernah berguru kepada Ahlul Bait. Seperti imam Hanafi, Maliki, Syafi’i belajar ke ulama dari Ahlul Bait Sunni tegas kiai asal Jember.
Sementara pemateri ketiga disampaikan oleh Henri Shalahuddin, MA. Henri yang juga editor bukut tersebut berpendapat bahwa ajaran Syiah itu banyak yang aneh-aneh dan tidak rasional.
“Memang, kalau baca fatwa-fatwa dan kitab mereka, banyak sekali yang aneh”, ujarnya.
Dalam keterangannya ia menampilkan gambar-gambar dan scan kitab dalam slide yang atraktif.
Dalam bedah buku ini juga dihadiri oleh Dr. Adian Husaini dan Herry Mohammad, redaktur senior Majalah Gatra.
Menanggapi keterangan Henry, menurut Adian, meski banyak ajaran yang aneh tapi yang lebih aneh di Indonesia banyak yang suka keanehan.
Logika mereka juga terlalu rendah untuk didebat.
“Jangan terlalu melayani mereka. Kita perlu bentengi Sunni”, tegas Adian
Karena itu saran Adian, kita tidak hanya sampai membeberkan keanehan-keanehan itu saja namun sudah saatnya harus menyadarkan Syiah.
“Sekarang kita perlu bentuk dai-dai muda yang bisa menyadarkan Syiah. Kita ajari mahasiswa misalnya untuk bisa mensunnikan kembali Syiah,” ujarnya.
Herry Mohammad dalam kesempatan ini mengapresiasi buku yang diterbitkan (Institute for Study of Islamic Thought and Civilization) INSISTS itu.
“Ini satu-satunya buku di Indonesia tentang Syiah yang disajikan secara ensiklopedis dengan bahasa ilmiah,” kata wartawan senior ini.
Kata dia, kita mencari tema-tema pokok Syiah apa saja bisa didapatkan di buku ini.
Secara khusus, buku ini kata Herry diharapkan bisa menjadi rujukan utama memahami Syiah. Terutama untuk para insan media.
“Media-media mainstream tidak banyak yang mengerti Syiah. Kita baca jika ada berita konflik Sunni-Syiah, media mainstream tidak mencari sebab, tapi mereka manampilkan akibanya saja.”
Padahal, baginya, media harus tahu penyebab utama terjadinya gesekan Syiah tersebut.
Bedah buku ini diselenggarakan oleh Institut Pemikiran dan Peradaban Islam (InPAS) Surabaya bekerja sama dengan INSISTS dan MIUMI Jawa Timur.
Buku Teologi dan Ajaran Syiah Menurut Referensi Induknya merupakan kumpulan artikel ilmiah yang ditulis oleh delapan belas penulis. Mengupas seluk-beluk ajaran Syiah dengan merujuk kepada referensi induk mereka.*

ASWAJA Garis Lurus: Pemerintah Bisa Larang Aktivitas Syiah 
[ seperti Malaysia dan Brunei Larang Keberadaan Syiah ]
Ahad, 15 Februari 2015 - 13:27 WIB
Pemerintah bisa melarang berkembangnya Syiah serta segera menutup segala aktifitas yang berafiliasi kepada ajaran Syiah.
Pejuang Ahlus Sunnah (ASWAJA) Garis Lurus, yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Ribath Al Murtadla Al Islami Singosari Malang, KH. Luthfi Bashori Alwi mengatakan peristiwa penyerangan gerombolan pembela Syiah terhadap jama’ah majelis Az-Zikra adalah bukti Syiah merupakan berbeda dengan Ahlus Sunnah.
“Islam Indonesia adalah Ahlus Sunnah wal Jama’ah sesuai peninggalan Wali Songo,” kata KH Luthfi kepada hidayatullah.com, Sabtu (14/02/2015).
Karena itu, menurutnya, karena Indonesia adalah Negara Ahlu Sunnah, lebih baik penganut Syiah bisa bergabung dengan Negara Syiah, di Iran.
“Di sanalah Syiah menjadi agama resmi bagi negara Iran,” tegas KH Luthfi yang juga Ketua Komisi Hukum dan Fatwa MUI Malang.
Demi keutuhan NKRI sebagai Bumi Ahlus Sunnah wal Jamaah yang berdaulat, maka kata KH Luthfi sudah seharusnya pemerintah baik pusat maupun provinsi lebih mendahulukan kepentingan ketentraman umat Islam mainstream.
Langkah yang bisa dilakukan pemerintah antara lain dengan cara melarang berkembangnya Syiah di Indonesia serta segera menutup segala aktifitas yang berafiliasi kepada ajaran Syiah,” tutup murid Syeikh Muhammad Alawi al-Maliki, Makkah al-Mukarrama ini.*







Di Malaysia, Ulama Jadikan Khutbah Jum’at untuk Jelaskan Bahaya Syiah

Kedah – Berbeda halnya dengan Indonesia, Khotib Jum’at di Malaysia secara terang-terangan menyinggung masalah kesesatan Syiah.
Ahli Jawatan Kuasa Persatuan Ulama Kedah, Abdullah bin Din, mengajak masyarakat Malaysia mewaspadai bahaya Syiah dalam khutbah Jum’atnya hari ini (22/11) di Masjid Al Hadi, Kedah.
Ulama Muda lulusan Yordania ini menilai ajaran Syiah bertentangan dengan Islam. Dengan ideologi takfirinya, Syiah justru mengkafirkan para sahabat Nabi yang mulia seperti Abu Bakar, Umar, dan Usman.
”Mereka juga menuduh para istri Nabi Muhammad telah melakukan Zina,” tutur Muhammad Pizaro yang sedang melakukan Roadshow bukunya di Malaysia menirukan ucapan Abdullah bin Din dalam khutbahnya di hadapan lima ratus jamaah.
Ketua Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM) Kedah ini menilai Ahlussunah dan Syiah adalah dua ajaran yang berbeda. Karena ajaran Syiah jelas bertentangan dengan Islam dari segi pokok ajaran.
Dia pun mencontohkan kasus gugatan cerai dari perempuan penganut Syiah kepada suaminya yang seorang Ahlussunah.
”Mereka akhirnya bercerai dan istrinya menikah dengan seorang Syiah,” ujarnya menjelaskan peristiwa yang baru-baru ini terjadi di Kedah.
Sementara itu, Ketua Pertubuhan Solidariti Masyarakat Malaysia, Musthafa Mansor mengatakan, penjelasan bahaya Syiah lewat mimbar Jum’at memang menjadi pemandangan umum di Malaysia.
”Itu berlaku di seluruh Malaysia untuk menyadarkan bahaya Syiah kepada warga Malaysia,” ujarnya, Jum’at (22/11).
Selain upaya menyadarkan masyarakat, Ulama Malaysia memang menjadi garda terdepan untuk mendesak pemerintah agar tegas terhadap tokoh-tokoh penyebar ajaran Syiah.
”Di Malaysia, Syiah dilarang. Tapi kami melihat pemerintah harus lebih tegas untuk menangkap tokoh-tokoh Syiah,” pungkas pria kelahiran Perak ini.

seperti di Indonesia !!!
Bedah Buku ‘Zionis-Syiah Hantam Islam’ di Malaysia Diwarnai Pengrusakan

Kedah – Acara bedah buku “Zionis-Syiah Bersatu Hantam Islam” yang ditulis oleh jurnalis muslim Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi di Malaysia diwarnai pencabutan pamflet dan perusakan mobil salah seorang jamaah kajian.
Bedah buku yang diselenggarakan di Masjid Arrahmah Taman Wira, Kedah, Malaysia itu merupakan bagian dari rangkaian perjalanan dakwah Muhammad Pizaro ke berbagai wilayah nusantara, termasuk Indonesia, Malaysia hingga Thailand Selatan.
Menurut Syimir, salah seorang panitia penyelenggara roadshow bedah buku tersebut mengatakan, ada dua pamflet bedah buku yang hilang dari mesjid tersebut.
“Takmir masjid melihat ada orang yang gunting pamflet itu saat pagi dan petang,” ujar Syimir kepada Kiblatnet, Selasa 19 November 2013.
Selain pamflet yang dirusak, saat acara bedah buku berlangsung, salah satu mobil jamaah masjid yang tengah mengikuti kajian bedah buku tersebut mengalami pengrusakan pada mobilnya.
“Kaca mobil milik jamaah masjid dipecahkan, bahkan laptopnya diambil. Jama’ah yang dirusak mobilnya itu lapor ke imam masjid Ar-Rahmah,” ujar Syimir.
Acara kajian bedah buku itu dimulai sejak pukul 19.30 waktu setempat. Panitia acara menduga kejadian pengrusakan itu berlangsung saat acara tengah dilaksanakan.
“Dia baru sadar usai kajian dan melihat mobilnya sudah hancur,” ujarnya lagi.
Acara bedah buku “Zionis-Syiah Bersatu Hantam Islam” ini tengah digencarkan oleh para pegiat dakwah di nusantara. Setelah dilaksanakan di beberapa kota di Indonesia, Pizaro melebarkan sayap dakwahnya hingga ke negeri tetangga. Sejak 15 November lalu dirinya berada di Malaysia dan kawasan muslim Pattani di Thailand Selatan untuk memberikan pemahaman bahaya ajaran syiah.
Kepada Kiblatnet, Muhammad Pizaro mengatakan bahwa kawasan nusantara memiliki peran penting dalam menangkal bahaya ajaran syiah yang dapat merusak ajaran Islam.
“Malaysia memiliki peran penting dalam menjaga akidah ahlusunnah wal jamaah di tanah Melayu. Hal ini dapat dilihat dari kebijakan kementerian dalam negeri Malaysia yang melarang syiah. Begitu juga dengan jakim (MUI-nya Malaysia, red),” ujar Pizaro. [sdqfajar]

Habib Rizieq Shihab [Wallahu A'lam Bishawab]   Dukung Undang-undang Pelarangan Ajaran Syiah di Indonesia

Bekasi – Habib Rizieq Shihab mendukung adanya peraturan atau undang-undang yang melarang aliran syiah menyebarkan ajarannya di Indonesia. Hal itu disampaikan oleh tokoh Front Pembela Islam dalam acara “Seminar Mengurai Problema Sunni-Syiah dalam Perspektif Ukhuwah” di Islamic Centre Bekasi pada Rabu pagi (11/12).
Habib Rizieq mengutarakan bahwa pernah ada Muktamar Sunni-Syiah pada 21-22 Januari 2007 di Doha, Qatar. Pada pertemuan itu para tokoh menyimpulkan tiga poin penting.
Pertama, dilarang menghina atau melecehkan segenap ahlul bait Nabi Saw termasuk seluruh istrinya. Seluruh sahabat Nabi tanpa terkecuali.
“Ini sudah menjadi kesepakatan, gak boleh ada lagi yang menghina keluarga Nabi, sahabat Nabi tanpa terkecuali. Kalau mau berdialog, bersaudara, bertoleransi maka poin pertama ini harus ditepati oleh semua pihak,” ujar Habib Rizieq dalam kesempatannya.
Yang kedua, dan ini tidak kalah pentingnya, tekan Habib Rizieq. Dilarang melakukan misionarisme ajaran tertentu di wilayah yang lain [?? perlu diperjelas, red] . Indonesia ini negeri Ahlu sunnah waljamaah. Oleh karenanya, orang-orang syiah tidak boleh melakukan misionaris syiah di Indonesia.
“Jadi, saya setuju dengan apa yang disampaikan Dr. Kamal tadi. Kalau di Malaysia ada undang-undang yang melarang syiah untuk menyebarkan ajarannya. Mestinya di Indonesia juga dibuat undang-undang yang sama,” ujar Habib yang disahuti teriakan takbir para hadirin.
“Tidak boleh saudara, syiah menyebarkan ajarannya di negeri sunni. Itu akan menimbulkan konflik. Begitu juga sebaliknya, gak ada kan cerita orang sunni ke Iran untuk mensunnikan Iran [ ?? sebaiknya dakwah ke Iran,red]. Gak ada sodara,” tegasnya lagi.
Habib menjelaskan bahwa di Iran itu penduduknya mayoritas beragama syiah. Jadi tidak boleh Ahlusunnah disana memaksakan ajarannya kepada orang syiah di Iran. Ia mempersilahkan jika Iran membuat peraturan melarang ajaran Ahlusunnah di negaranya [ ?????  ].
“Tapi kita juga punya hak untuk bikin aturan. Indonesia merupakan negeri Ahlusunnah wal jamaah. Selain Ahlusunnah wal jamaah, tidak boleh menyebarkan ajarannya di Republik Indonesia,” seru habib Rizieq diiringi pekikan ‘Allahu Akbar’ dari para jamaah.
Kemudian yang ketiga, mendorong para ulama untuk menggalakkan dialog. Jika ini terlaksana dengan baik. Maka, tidak akan ada lagi perpecahan yang terjadi.
Habib Rizieq menukil pernyataan Syaikh Yusuf Qardhawi yang kecewa terhadap syiah yang selalu melanggar komitmen. ”Anda boleh tinggal di negeri sunni kami tidak larang. Anda ingin mengamalkan ajaran anda silahkan. Tapi kenapa minoritas sunni di negara anda (Iran, red) kok diganggu? Sehingga sulit untuk menjalankan keyakinannya. Kami tidak pernah berusaha mensunnikan negeri syiah. Lalu kenapa anda mengirim dai-dai anda para misionaris untuk mensyiahkan negeri sunni?? Kalau itu yang anda lakukan berarti anda tidak serius membangun dialog peradaban sunni dan syiah,” ujar Habib mengutip perkataan Syaikh Yusuf Qardhawi.
Kenapa di masyarakat bawah masih ada yang mencaci sahabat, bahkan hingga tingkat pimpinan menerbitkan dan menerjemahkan kitab-kitab yang mencela sahabat dan istri Nabi Saw. Bahkan disebarluaskan di negeri Sunni. Kalau begini caranya, kata Yusuf Qardhawi. Saya mundur! Anda hanya memanfaatkan kami untuk menyebarluaskan ajaran syiah”.
Berdasarkan pemantauan Kiblatnet di lapangan, Habib Rizieq dipasangkan bersama Prof. Dr. Kamaluddin Nurdin, peneliti syiah Malaysia. Ratusan pesertsa seminar tampak memadati ruangan diskusi Islamic Centre Bekasi. Acara berakhir sekira pukul 11.30, menjelang shalat dzuhur. [sdqfajar]


Habib Salim Al-Muhdor: Mazhab Ahlul Bait Itu Bohong!

Habib Salim Al Muhdor, Lc. MA, Ketua Forum Da’i Ahlus Sunnah wal Jama’ah (FORDASWAJA), menyampaikan data dan fakta Syiah yang berkembang di Indonesia. Menurutnya, klaim Syi’ah tentang pengikut dan mazhab Ahlul Bait adalah sebuah kedustaan belaka.
“Madzhab Ahlul Bait itu bohong, itu bikinan dan strategi mereka agar bisa diterima dikalangan Habaib dan masyarakat,” ujar Habib Salim seperti dikutip Kiblat.net dari situs resmi Komite Pembela Ahlul Bait dan Sahabat, Koepas.org.
Habib lulusan Universitas Islam Madinah ini tak menampik bahwa banyak Habaib yang condong atau bahkan menjadi Syiah. “Di Jakarta ini, keluarga besar saya adalah Syiah, bahkan marga saya, Al Muhdor hampir 99, 99 persen adalah Syiah,” ujarnya dalam seminar yang diadakan Komite Pembela Ahlu Bait dan Sahabat (Koepas), Ahad (18/05/2014) pagi bertema ‘Membentengi Umat dari Penyimpangan Syiah’.
Meski demikian, Habib yang aktif mengisi kajian rutin di masjid Al Fattah Jatinegara ini menuturkan bahwa tidak setiap habib adalah Syiah.
“Tidak setiap Habib itu Syiah, kita harus berbaik sangka dulu, kami banyak yang Sunni bahkan ada pula yang Salafi,” terangnya.

“Untuk hadapi Syiah, kenali Islam secara utuh,” ucap Habib Salim yang juga dikenal sebagai Ketua Forum Da’i Ahlu Sunnah wal Jamaah ini.
Jika umat Islam bisa mengenali ajaran Islam sesungguhnya secara menyeluruh, maka bahaya apapun tak akan masuk, termasuk pemahaman Syiah. Ajaran sesat Syiah bisa dengan mudah masuk ke tengah-tengah masyarakat Islam Indonesia karena jauhnya masyarakat dari ajaran-ajaran Islam yang murni, yang sesuai dengan Al Qur’an dan As Sunnah dan pemahaman para Sahabat nabi dan pengikutnya.
Ia juga menegaskan, Syiah ibarat bagai duri dalam daging di tubuh umat. Terlebih di hadapan umat yang awam mengenai ajarannya. [sdqfajar]
http://www.kiblat.net/2014/05/20/habib-salim-al-muhdor-mazhab-ahlul-bait-itu-bohong/





Kamis, 24 Rabiul Akhir 1436 H / 12 Februari 2015 13:15 wib
Ajaran Syi'ah Menghina dan Memusuhi Ahlus Sunnah
Oleh: Abu Misykah
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Akidah Syi’ah terhadap kaum muslimin Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah akidah kebencian dan cacian, bahkan sampai pengafiran dan penghalalan darah dan harta mereka.
Menurut keyakinan Syi’ah, kekufuran Ahlus Sunnah lebih besar daripada kekufuran Yahudi dan Nashrani. Kenapa bisa begitu? Menurut mereka, kekafian Yahudi dan Nashrani adalah kekafiran asli, sedangkan kekafiran ahlus sunnah adalah karena murtad. Dan menurut ijma’, kekafiran karena murtad lebih besar daripada kekafiran asli.
Berikut ini kami sebutkan beberapa keyakinan mereka tentang Ahlus Sunnah yang berasal dari ucapan ulama-ulama mereka yang tertulis dalam kitab-kitab mereka sendiri.
1. Syaikh Husain bin Ali ‘Ushfur al-Dararial-Bahrani dalam kitabnya, al-Mahasin al-Nafsaniyyah fii Ajwibah al-Masaa-il al-Khurasaaniyyah, hal. 17: Orang-orang Syi’ah menggelari orang-orang Sunni atau Ahlus Sunnah wal Jama’ah dengan al-Naashibah. Menurut keyakinan Syi’ah, mereka lebih najis daripada anjing dan lebih kufur daripada Yahudi dan Nashrani.
Dia mengatakan,
بَلْ أَخْبَارُهُمْ عَلَيْهِمُ السَّلامُ تُنَادِي بِأَنَّ النَّاصِبَ هُوِ مَا يُقَالُ لَهُ عِنْدَهُمْ سُنِّياًّ
Bahkan kabar-kabar dari mereka (para imam) 'alaihis salam menyerukan bahwa yang dimaksud al-Nashib adalah yang dikenal dikalangan mereka dengan Sunni.
2. Al-Majlisi dalam Bihar al-Anwar, Juz: 101, hal. 85: Abu Abdilllah berkata: “Sesunghunya Allah Tabaraka wa Ta’ala terlebih dahulu melihat orang-orang yang menziarahi kuburan Husain bin Ali pada sore hari ‘Arafah.” Beliau ditanya, “(Apakah) sebelum melihat orang-orang yang sedang wukuf?”Beliau menjawab, “Ya.”Beliau ditanya lagi, “Bagaimana bisa behitu?”  Beliau menjawab,
لِأَنَّ فِي أُولَئِكَ أَوْلادُ زِنَا ولَيْسَ فِي هَؤُلَاءِ أَوْلادُ زِنَا
Karena di tengah-tengah mereka (orang-orang yang wukuf di Arafah) terdapat anak-anak zina, sedangkan di tengah-tengah mereka (peziarah kuburan Husain) tidak ada anak-anak zina.
3. Al-Kulaini, dalam al-Raudhah min al-Kaafi, Juz 8, hal. 285, menyebutkan sebuah riwayat dari Abu Abdillah yang berkata kepada Abu Hamzah:
وَاللهِ يَا أَبَا حَمْزَةَ، إِنَّ النَّاسَ كُلَّهُمْ أَوْلادُ زِنَا مَا خَلا شِيْعَتُنَا
Demi Allah hai Abu Hamzah, sesungguhnya manusia seluruhnya merupakan anak-anak pelacur kecuali Syi’ah kita.
Catatan: Padahal Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena laknat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka adzab yang besar,” (QS. Al-Nuur: 23).
4. Muhammad al-Tijani, dalam kitabnya al-Syi'ah Hum Ahlus Sunnah, hal. 161, lebih terang-terangan lagi menyatakan bahwa al-Nawasib (yang mereka kafirkan dan musuhi) adalah Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Dia berkata,
وَعُنِِيَ عَنِ التَّعْرِيْفِ بِأَنَّ مَذْهَبَ النَّوَاصِبَ هُوَ مَذْهَبُ ((أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ)) فَنَاصِرُ مَذْهَبِ النَّوَاصِبِ اَلْمُتَوَكِّل هُوَ نَفْسُهُ (( مُحْيِي السُّنَّةِ )) فَافْهَمْ
Dan tidak membutuhkan pengenalan lagi bahwa madhab al-Nawashib adalah madhab Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Dan al-Mutawwil adalah pembela madhab Al Nawashib, dia itu sendiri yang bergelar muhyis sunnah (pengidup sunnah), maka pahamilah.
Menurut keyakinan Tijani, mayoritas Ahlus Sunnah wal Jama'ah-lah yang menyimpang dari keluarga Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Ia menjuluki al-Mutawwil sebagai tokoh utama al-Nawashib (yang memusuhi) Ali dan Ahlul Bait. 
5. Muhammad al-‘Ayasyi, dalam tafsirnya al-‘Ayasyi, Juz 2, hal. 398, menukil riwayat dari Ibrahim bin Abi Yahya. Dari Ja’far bin Muhammad, ia berkata: “Tidaklah seseorang dilahirkan kecuali ada satu Iblis yang mendatanginya. Jika Allah mengetahui bahwa dia dari Syi'ah kami, maka Allah akan menghijabinya dari syetan itu. Dan jika bukan dari Syi'ah kami, maka syetan akan menancapkan jari telunjuknya di duburnya, lalu ia akan menjadi orang yang buruk, oleh karenanya zakar keluar di depan. Dan jika ia seorang perempuan, syetan akan menancapkan jari telunjuknya di kemaluannya sehingga ia menjadi pezina. Di saat itulah seorang bayi akan menangis dengan kencang jika ia keluar dari perut ibunya. Dan setelah itu, Allah akan menghapus dan menetapkan apa yang dikehendaki-Nya, dan di sisi-Nya lah terdapat Ummul kitab.”
6. Ni’matullah al-Jazairi, dalam al-Anwar al-Nu’maniyah, 2/307: Bahwa Syi’ah menghalalkan darah dan harta Ahlus Sunnah wal Jama'ah, yakni membunuh dan merampas harta mereka. Diriwayatkan oleh al-Shaduq, ia bertanya kepada Abu Abdillah, “Apa pendapat Anda tentang membunuh orang al-Nashib (Ahlus Sunnah)?” Ia menjawab, “Darahnya halal (boleh membunuhnya), tetapi aku khawatir atas (keselamatan) mu. Jika kamu bisa, robohkan dinding (timpakan) atasnya atau kamu tenggelamkan di air supaya tidak bisa memberikan kesaksian (yang memberatkan) atasmu, maka lakukanlah.”Aku bertanya lagi, “Apa pendapat Anda dalam hartanya?”Ia menjawab, “Ambillah hartanya semampumu.”
7. Ni’matullah al-Jazaairi, dalam Nuur al-Barahin, hal. 57, bahwa firqah-firqah yang menyelisihi Firqah Imamiyah, berdasarkan nash-nash yang banyak sekali, menunjukkan mereka kekal di neraka.Dan ikrar syahadat mereka tidak bermanfaat sedikitpun kecuali dalam penjagaan darah dan harta mereka serta pelaksanaan hukum-hukum Islam yang berlaku bagi mereka.
Catatan Penulis: Bagi Syi'ah, seluruh kaum muslimin adalah Nawashib, karena mereka tidak mendahulukan Ali atas Abu Bakar dan Umar, kecuali Syi'ah saja.
8. Yusuf al-Bahrani, dalam al-Hadaa-iq al-Nadhirah fi Ahkaam al-‘Ithrah al-Thaahirah, hal.  136 dalam Bab “Orang yang menyelisihi (Syi’ah), hakikatnya bukan orang Islam. Dan sesungguhnya orang yang menyelisihi (Syi'ah) sebenarnya adalah kafir.”Ia tidak membedakan antara kufur kepada Allah dan kufur kepada para imam, dengan alasan bahwa imamah termasuk masalah ushuluddien (pokok agama) berdasarkan nash ayat dan hadits yang sangat jelas.  Di antaranya pernyataannya,
“Pertama: engkau telah mengetahui bahwa orang yang menyelisihi (Syi'ah) adalah kafir, tidak memiliki bagian dalam Islam dari berbagai sisinya, sebagaimana telah kami pastikan dalam kitab kami al-Syihab al-Syaqib.”
Catatan Penulis: Beginilah Syi’ah dengan mudahnya menisbatkan kekafiran kepada orang yang mereka sebut sebagai wahabiyyin. Jangan heran jika mereka sangat membenci dan suka menghina Ahlus Sunnah wal Jama'ah, karena memang beginilah ajaran agama mereka.
9. Muhammad bin al-Hasan al-Thusi, dalam kitabnya Tahdziib al-Ahkaam 3/197, menyebutkan: Imam mereka (Abu Abdillah), ikut menyalatkan jenazah orang munafik (yang mereka maksud adalah Ahlus Sunnah,- red), tapi ia melaknatnya, isi doanya:
اَللهُ أَكْبَرُ اللَّهُمَّ الْعَنْ فُلاناً عَبْدَكَ أَلْفَ لَعْنَةٍ مُؤْتَلَفَةٍ غَيْرَ مُخْتَلَفَةٍ اللَّهُمَّ اخْزِ عَبْدَكَ فِي عِبَادِكَ وَبِلادِكَ وَأَصِلْهُ حَرَّ نَارِكَ وَأَذِقْهُ أَشَدَّ عَذَابِكَ فَإِنَّهُ كَانَ يَتَوَلَّى أَعْدَاءَكَ وَيُعَادِيْ أَوْلِيَاءَكَ وَيُبْغِضُ أَهْلَ بَيْتِ نَبِيِّكَ
Allahu Akbar, Ya Allah laknatlah fulan hamba-Mu dengan seribu laknat yang terkumpul, bukan terberai. Ya Allah, hinakanlah hamba-Mu ini  di tengah hamba-hamba-Mu  dan di dalam negeri-Mu, sampaikanlah ia panasnya neraka-Mu, dan timpakan padanya adzab-Mu yang paling pedih, karena ia mengangkat musuh-musuh-Mu sebagai pemimpin, memusuhi para wali-Mu, dan membenci keluarga Nabi-Mu.
Catatan Penulis: Maka jangan heran jika kita melihat seorang pengikut Syi'ah ikut menyalatkan jenazah seorang muslim, lalu laknat ini yang ia bacakan kepadanya. Karena menurut mereka, setiap orang yang menyelisihi Syi'ah disebut munafik.
10. Al-Hurr al-‘Aamili dalam Wasail al-Syi’ah: 2/771, Bab: Bagaimana cara menyalatkan orang yang sunni yang menyimpang, dari Muhammad bin Muslim dan salah seorang kedunya berkata: “Jika ia seorang penentang kebenaran, maka ucapkan:
اَللّهُمَّ أَمْلِأْ جَوْفَهُ نَاراً وَقَبْرَهُ نَاراً وَسَلِّطْ عَلَيْهِ الْحَيَاتَ وَالْعَقَارِبَ
Ya Allah penuhilah lambungnya dengan api,  kuburnya dengan api, dan kuasakan ular dan kalajengking atas mereka.”
11. Al-Maaqami, dalam Tanqih al-Maqaal fii ‘Ilmi al-Rijal, pada faidah yang ke-20, hal. 208, menukil dari al-Muhaqqiq al-Bahrani dan dari riwayat-riwayat yang banyak bahwa orang yang bukan Syi'ah Istna ‘Asyariyah adalah kafir dan musyrk.
12. Muhsin al-Mu’allim, dalam kitabnya al-Nushbu wa al-Nawashib, hal. 609. Sesudah menyebutkan sejumlah Nawashib, di antaranya: Abu Bakar, Umar, Ustman, ‘Aisyah, Hafshah, Abu Hurairah, Ibnu Umar, dan sejumlah sahabat, serta Imam Malik, dan al-Bukhari radhiyallahu 'anhum, ia menyebutkan kafirnya para nawashib dari perkataan para ulama Syi'ah:
“Sayyid al-Khu-i semoga Allah meridhainya berkata: dan lebih jelasnya seorang nashib hukumnya kafir walau ia menampakkan (ucapan) dua kalimat syahadat dan keyakinan kepada hari kiamat.”
Sayyid al-Shadr berkata tentang orang-orang yang ia kecualikan dari najisnya orang kafir, ia memasukkan di antaranya: Ahlul Kitab, ghulat, lalu menyebut Nawashib. Ia berkata, “Begitu nawashib yang menyatakan permusuhannya kepada Ahlul Bait yang mereka itu telah Allah hilangkan kotoran (najis) dari mereka dan membersihkan mereka sebersih-bersihnya. Sesungguhnya mereka itu, para pemberontak dan nawashib, adalah kafir.Tetapi mereka suci menurut syariat selama mereka menisbatkan diri kepada Islam.”
“Mengambil dalil dari apa yang diriwayatkan Ibnu Abi Ya’fur dalam al-Mautsiq, dari Abu Abdillah, dalam sebuah hadits ia berkata: Janganlah kalian mandi dari tempat pemandian umum. Karena di dalamnya digunakan mandi orang Yahudi, Nashrani, Majusi, dan al-Nashib (para pembeci) terhadap kita ahlul Bait. Maka dia itu adalah yang terburuk dari mereka. Dan sesungguhnya Allah Tabaraka wa ta’ala tidak pernah menciptakan satu makhluk yang lebih najis daripada anjing. Dan sesungguhnya al-Nashib (orang-orang yang memusuhi) kita ahlul bait, jauh lebih najis daripada anjing.”
. . . Allah Tabaraka wa ta’ala tidak pernah menciptakan satu makhluk yang lebih najis daripada anjing. Dan sesungguhnya al-Nashib (orang-orang yang memusuhi - baca: Ahlus Sunnah-) kita ahlul bait, jauh lebih najis daripada anjing. . . (kitab Syi'ah)
13. Al-Majlisi dalam Bihar al-Anwar, 23/390 meyebutkan, seluruh kaum muslimin yang tidak meyakini keimamahan para imam dua belas (artinya; selai kelompok Syi'ah) adalah kafir, sesat, dan kekal dalam neraka. Berikut pernyataannya:
- “Ketahuilah, sesunguhnya keumuman lafadz syirik dan kufur atas orang yang tidak meyakini keimamahan amirul mukminin dan para imam sesudahnya dari anak-anaknya, dan lebih mengutamakan yang lain atas mereka itu menunjukkan bahwa mereka adalah kafir yang kekal di neraka.”
- "Syaikh al-Mufid dalam kitab al-Masa’il berkata: “Imamiyah bersepakat atas orang yang mengingkari keimamahan salah seorang imam (yang dua belas) dan menentang apa yang Allah wajibkan kepadanya berupa kewajiban taat (kepada para imam) adalah kafir, sesat, dan wajib kekal di neraka.”
. . . kaum Syi'ah mengafirkan kaum muslimin Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang merupakan kelompok mayoritas kaum muslimin Indonesia . . .
Penutup
Dari pernyataan-pernyataan para ulama syi’ah dalam kitab-kitab mereka sendiri di atas nampak jelas bahwa kaum Syi'ah mengafirkan kaum muslimin Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang merupakan kelompok mayoritas kaum muslimin Indonesia. Dari situlah nampak kebencian dan permusuhan mereka; baik melalui lisan atau sikap mereka. Bahkan, jika mereka memiliki kekuatan dan kesempatan, bisa dipastikan –berdasarkan ajaran mereka- akan membantai Ahlus Sunnah. Jumlah mereka yang belum seberapa saja mereka sudah berani menyerang wilayah Ahlus Sunnah seperti yang baru saja mereka lakukan terhadap kampung majlis Az Zikra, yang berada disekitar masjid Az Zikra Sentul Bogor. Karenanya, Umat Islam harus mewaspadai perkembangan Syi’ah di Indonesia. Wallahu A’lam. [AM/voa-islam.com]