Tuesday, November 8, 2016

Fenomena Tahdzir, Cela-Mencela Sesama "Ustadz-Ustadz" Ahlussunnah. Apakah Perbuatan Tersebut Kelak Akan Menolongnya Diakherat Dan Berimplikasi Negatif Terhadap Zuhud Dan Wara’nya ? (Bagian 2)


Nasehat Syaikh ‘Abdul Muhsin al-‘Abbad Tentang Qîla wa Qôla

Pertanyaan :
Apa nasehat Anda terhadap sebagian penuntut ilmu yang  terlalu tergesa-gesa di dalam menvonis orang lain dan meng-ilzam-kan (mengharuskan) sesuatu yang tidak harus serta membesar-besarkan masalah yang memang ada perbedaan pendapat di dalamnya. Bahkan terhadap perbedaan pendapat yang ada kelapanga di dalamnya dan sebagiannya adalah perkara yang memang diperbolehkan adanya perbedaan pendapat. Hal ini menyebabkan pertikaian di antara para penuntut ilmu, bahkan (sebagian dari) mereka berlebih-lebihan di dalam mencela orang yang berbeda pendapat dengan mereka dan mereka pun menyebarkannya di beberapa situs internet sehingga menyebabkan fitnah diantara para penuntut ilmu?

Fenomena Tahdzir, Cela-Mencela Sesama "Ustadz-Ustadz" Ahlussunnah. Apakah Perbuatan Tersebut Kelak Akan Menolongnya Diakherat Dan Berimplikasi Negatif Terhadap Zuhud Dan Wara’nya ? (Bagian I)


Fenomena Tahdzir Sesama Ahlus Sunnah dan Solusinya
      
Oleh: Syaikh ‘Abdul Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr
Muncul fenomena belakangan ini, sebagian Ahlus Sunnah sibuk mengomentari sebagian yang lain, saling mencaci dan saling men-tahdzir, hal demikian ini telah menimbulkan perpecahan dan perselisihan serta sikap saling hajr (menjauhi) di antara mereka. Seharusnya mereka saling berkasih sayang dan menyatukan barisan dalam menghadapi ahlul bida’ dan ahlul hawa’ yang mana mereka adalah sebenar-benar penentang golongan Ahlus Sunnah wal Jama’ah.