Monday, March 30, 2015

Penyerangan Saudi Demi Membela Kebenaran, Bukan Ambisi Dunia,.. Tapi Demi Menyelamatkan Yaman Dari Syiah Laknatullah

PEGANG TEGUH KEBENARAN, BUKAN HAWA NAFSU ATAUPUN EGO HIZBIY
Pertama, Saudi dan koalisi negara-negara Teluk melakukan serangan ke Syi’ah Houtsidi Yaman yang telah memberontak, memporak-porandakan, dan menguasai Yaman. Baca di sini:
Kedua, serangan ini BUKANLAH AGRESI,akan tetapi BANTUAN. Baca surat dari Presiden Yaman yang meminta tolong kepada negara-negara Arab untuk melakukan intervensi militer di sini: http://internasional.gemaislam.com/iran-jangan-bikin-ulah-…/
Ketiga, siapa itu Syi’ah Houtsi si pemberontak di Yaman? Mereka adalah bagian dari Syi’ah Imamiyyah, yaitu sama seperti Syi’ah yang ada di Indonesia. Induk Syi’ah Imamiyyah ini adalah Iran. Baca di sini: http://kisahmuslim.com/siapakah-pemberontak-houthi/
Keempat, Iran mengecam serangan Saudi ke Syi’ah Houtsi si pemberontak di Yaman. Baca di sini: http://international.sindonews.com/…/iran-kecam-agresi-mili…
Kelima, kecaman Iran ini sungguh sangat lucu karena yang dibela oleh Iran adalah pemberontak. Begitulah watak dan tabi’at Syi’ah. Mereka akan selalu memberontak dan mengkudeta negara yang dihinggapinya.
Sementara itu, Saudi Arabia (yang kata orang “suka memecah-belah umat”) justru melakukan serangan ini karena memang dimintai tolong oleh Presiden Yaman sendiri untuk memulihkan kondisi Yaman.
Ini adalah bukti nyata ukhuwwah islaamiyyah yang dimiliki oleh Saudi Arabia. Raja Salman hafizhahullaah tidak mau membiarkan saudaranya tertindas. Maka, ketika ada kesempatan yang tepat, serangan militer untuk membebaskan saudaranya tersebut langsung beliau lakukan.
Keenam, jika memang ini adalah agresi militer (seperti yang dituduhkan oleh kaum liberal dan “kaum pendengki Saudi,” sebut saja seperti itu) maka bagaimana Anda menjelaskan gambar-gambar berikut ini, di mana Presiden Yaman berhasil sampai di Saudi dan diterima dengan baik oleh Menteri Pertahanan Saudi, Pangeran Muhammad ibn Salman (anak Raja Salman)?
Pegang teguh kebenaran, bukan hawa nafsu ataupun ego hizbiy. Ingat, kedengkian Anda akan diperhitungkan di Akhirat kelak di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
sumber : https://www.facebook.com/andylatief

Syiah Houthi, Siapakah Mereka, Ternyata Syiah Di Indonesia Juga Disokong Oleh Negara Syiah Iran

Houthi atau Hutsi adalah kelompok pemberontak yang berpaham Syiah Itsna Asyariyah atau Syiah 12 imam. Sama seperti Syiah di Indonesia dan induknya Iran.
Kelompok ini didirikan oleh Husein bin Badruddin al-Houthi di wilayah utara Yaman, tepatnya di wilayah Sha’dah. Awalnya mereka berpaham Syiah Zaidiyah, kemudian menjalin hubungan dengan Hizbullah Libanon, mereka pun berubah menjadi Syiah 12 imam yang ekstrim. Mengenai latar belakang kelompok ini sudah dijelaskan di artikel “Separatis Houthi dan Revolusi Syiah di Yaman”.
Ideologi Pemberontak Houthi
Sama sepertinya Syiah di Indonesia, Iran, Libanon, Irak, Bahrain, dan mayoritas Syiah yang ada di dunia, pemberontak Houthi pun berideologi Syiah Itsna Asyariyah atau Syiah 12 Imam. Di antara ideologi gerakan ekstrim ini adalah:
Ideologi imamah, yaitu bentuk ideologi yang berkeyakinan bahwa kepemimpinan tidak sah kecuali dari keturunan Ali bin Abi Thalib.
Membangkang kepada pemerintah dan menyiapkan diri untuk berhadapan dengan pemerintah.
Memprovokasi dan membangkitkan semangat pengikutnya untuk memerangi Ahlussunnah. Karena Ahlussunnah meridhai selain Ali jadi khalifah, yaitu Abu Bakar, Umar, dan Utsmanradhiallahu ‘anhum ajma’in.
Memuji-muji revolusi Khomeini dan Hizbullah Libanon. Mereka menjadikan keduanya sebagai teladan yang wajib dicontoh perjalannya.
Memusuhi tiga khalifah pertama dan para sahabat nabi secara umum. Karena dari kaca mata ideologi Houthi dan Syiah 12 Imam, tiga khalifah pertama dan para sahabat nabi adalah sumber bencana pada umat ini. Badruddin al-Houthi mengatakan, “Saya pribadi meyakini kekafiran mereka (para sahabat pen.). Mereka (para sahabat) berada di jalan yang berbeda dengan Rasulullah .”
Mereka mengajarkan mencela dan melaknat istri-istri Rasulullah  dan para sahabat beliau.
Husein al-Houthi mengatakan, “Seluruh kejelekan yang ada pada umat ini.., setiap kezaliman yang terjadi pada umat ini… dan segala bentuk penderitaan yang dirasakan umat ini… adalah tanggung jawab Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Khususnya Umar, dialah sutradaranya”.
Ia juga berkata tentang baiatnya para sahabat kepada Abu Bakar setelah Rasulullah wafat: “Dampak kejelekan baiat itu masih terasa hingga sekarang”.
Pendiri gerakan separatis ini juga mengatakan, “Permasalahan Abu Bakar dan Umar adalah permasalahan besar. Merekalah dalang semua (keburukan) yang didapat umat ini”.
Karena itu, di Iran mereka melakukan revolusi. Di Bahrain melakukan pemberontakan. Di Libanon mereka menguasai kebijakan negara dengan militer non pemerintah yakni grup Hizbullah. Di Yaman mereka memberontak.
Di Indonesia? Mereka pun sama. Mereka adalah Syiah 12 Imam.
Secara khusus mereka sangat membenci Umar. Seorang sahabat yang agung yang memadamkan api majusi dengan menaklukkan imperium Persia.
Husein al-Houthi mengatakan, “Muawiyah adalah buah di antara kejelekan Umar. Dan tidak hanya Muawiyah saja racun dari kejelekan Umar bin al-Khattab, Abu Bakar juga merupakan hasil dari kejelekannya. Demikian juga dengan Utsman, ia juga hasil kejelekan Umar”.
Bukti Eratnya Hubungan Houthi dengan Negara Syiah Lainnya
Husein bin Badruddin al-Houthi sangat terpengaruh dengan perjalanan hidup Khomaini. Ia berazam sekuat tenaga mewujudkan dan menjadikan Yaman seperti Iran.
Salah seorang saudaranya mempelajari metode revolusi dalam sebuah seminar praktik “Ittihadu asy-Syab al-Mukmin” yang diadakan pada tahun 1986 atas sponsor Iran.
Setelah ayahnya (Badruddin al-Houthi) kembali dari Teheran, ibu kota Iran, mulai banyak terjadi perselisihan dengan ulama-ulama madzhab Syiah Zaidiyah.
Kunjungan pemberontak Houthi ke Iran dan kunjungan balik Iran ke Yaman dalam pertemuan-pertemuan rahasia terkait “Ittihadu asy-Syab al-Mukmin” sebagai persiapan revolusi di Yaman.
Pembelaan televisi-televisi Syiah semisal al-Alam di Iran, al-Manar milik Hizbullah Libanon, dll. terhadap pemberontak Houthi saat pemberontak ini berperang dengan pemerintah Yaman.
Militer Yaman menemukan senjata-senjata Iran pada pemberontak Houthi.
Ditemukan dokumen di rumah sakit Iran di ibu kota Shan’a. Dokumen itu menunjukkan keterlibatan Iran dalam operasi spionase (mata-mata), dukungan keuangan, dan militer untuk Houthi. Rumah sakit Iran itu pun akhirnya ditutup oleh pemerintah Yaman.
Adanya lambang Hizbullah Libanon di markas-markas Houthi.
Sejak keberhasilan revolusi berdarah di Iran, Khomaini memang bertekad mengadakan revolusi serupa di negara-negara Arab.
Terdapat pejuang-pejuang Syiah Irak di baraisan pemberontak Houthi.
Orang-orang Syiah baik di Iran maupun yang lain, marah besar atas serangan terhadap pemberontak Houthi.
Bahaya dan Ancaman Gerakan Houthi
Pemikiran yang paling berbahaya dari kelompok pemberontak ini adalah keyakinan bahwa Imam Mahdi (versi Syiah) akan datang ke dunia. Oleh karena itu, perlu dilakukan persiapan tanah tempat kedatangannya untuk kemudian “membebaskan” dua tanah haram, Mekah dan Madinah. Kerajaan Arab Saudi harus segera dihancurkan. Kita bisa menyaksikan saat ini, Syiah berusaha mengepung kerajaan ini dengan men-Syiah-kan Irak, Libanon, dan Suriah untuk memagari Arab Saudi di bagian utara. Yaman di bagian selatan. Usaha untuk menguasai Mesir di sebelah barat. Dan Iran sendiri di sebelah Timur.
Dalam buku Ashru azh-Zhahir yang ditulis oleh seorang Syiah, Ali Kurani al-Amili, ditegaskan bahwa banyak terdapat hadits dari ahlul bait tentang revolusi Islam di Yaman.Yaman adalah tanah yang disiapkan untuk kedatangan Mahdi. Di dalam kitab tersebut disebutkan bahwa pimpinan revolusi bernama “al-Yamani” seorang Yaman yang bernama Hasan atau Husein dari keturunan Zaid bin Ali. Al-Yamani ini keluar dari daerah yang disebut Kur’ah. Sebuah desa di daerah Khaulan dekat Sha’dah.
Dialog Buntu, Operasi Militer Ditempuh
Bukan rahasia lagi, bahwa grup-grup ekstrim Syiah di dunia Arab memiliki hubungan erat dengan Iran. Negara para mullah ini seolah-olah menjadi ayah bagi para ekstrimis Syiah di Timur Tengah. Mereka mensponsorinya dan berdiri satu barisan bersama mereka. Iran dan agen-agennya di Timur Tengah sudah tidak bisa dipercaya lagi. Mereka selalu memainkan peran sebagai penipu dimanapun mereka berada. Politik damai sudah sangat jauh dari kata manjur mengatasi kezaliman mereka. Operasi militer pun harus ditempuh.
Diam-diam, pemberontak Houthi dibantu oleh mantan presiden Yaman yang digulingkan, Ali Abdullah Shaleh, untuk merebut ibu kota Shan’a dengan kekerasan dan teror. Padahal Ali Abdullah Shaleh ini punya hutang nyawa dengan Arab Saudi. Ia diselamtkan Raja Abdullah dari para pemberontakan yang hendak membunuhnya saat Arab Spring beberapa tahun silam.
Setelah berhasil merebut ibu kota Shan’a, grup pemberontak yang disupport Iran ini menutup setiap kemungkinan upaya rekonsiliasi yang diupayakan oleh negara GCC (Gulf Cooperation Council: Saudi Arabia, Kuwait, the United Arab Emirates, Qatar, Bahrain, dan Oman). Presiden Yaman, Abdrabbo Mansour Hadi, akhirnya meminta negara-negara Teluk, Liga Arab, dan komunitas internasional untuk campur tangan menghadapi pemberontakan berdarah yang dilakukan oleh separatis Houthi.
Arab Saudi dan negara anggota GCC (kecuali Oman), Yordania, Mesir, Sudan, Maroko dan Pakistan bahkan termasuk Turki menjawab panggilan tersebut dengan operasi militer yang dinamai dengan Decisive Storm.
Iran dan media-medianya Syiahnya –termasuk media-media Syiah di Indonesia- mengecam keras operasi militer ini. Tidak heran rezim Iran membela kelompok teroris ini, karena sebelumnya pun mereka telah menjadi sumber utama pergolakan dan ketidak-stabilan di berbagai wilayah. Terutama di Suriah, Libanon, Irak, dan Yaman. Karena itu jangan heran mereka menyebut aksi pembebasan kemanusiaan ini dengan penjajahan dan agresi militer.
Jika Yaman menjadi sekutu Iran, tentu keamanan Mekah dan Madinah kian terancam. Mereka bisa meluncurkan rudal-rudal balistik dari pangkalan militer di Yaman, “membebaskan” dua tanah suci dan menghancurkan Arab Saudi.
Tindakan preventif atas agresi terhadap tanah suci harus segera dilakukan. Menolong masyarakat Yaman adalah sebuah kewajiban. Dan dukungan moral dan doa kita kaum muslimin, tentu mereka butuhkan.
Diolah dari berbagai sumber.
Oleh Nurfitri Hadi (@nfhadi07)
Artikel http://www.KisahMuslim.com
sumber : http://kisahmuslim.com/siapakah-pemberontak-houthi/

Kejahatan Kaum Syiah Keapada Ahlus Sunnah di Yaman
buka 

















Yaman Diserang, Kenapa Alwi Shihab Terusik? Atau Jangan - jangan.....Belang Rafidhinya makin tersingkap !

Kenapa seorang Alwi Shihab terusik dan sentil Saudi yang memimpin Koalisi Negara Teluk untuk menumpas pemberontak Syiah Houthi? 
Mantan Menteri Luar Negeri era Presiden Abdurrahman Wahid, Alwi Shihab turut memberikan komentar terkait keikutsertaan Arab Saudi dalam mencampuri urusan perang saudara yang terjadi di negara Yaman.
Sebagaimana diketahui, Arab Saudi menjadi 'panglima' dalam koalisi yang melibatkan aliansi negara-negara Arab yang membantu pemerintahan Yaman dari pemberontak Syiah Huthi yang saat ini mengambilalih pemerintahan.
Dengan tindakan Arab Saudi yang ikut menyerang Yaman ini, Alwi berkesimpulan tak ada teman dan musuh yang abadi di dalam dunia politik. Sebab selama ini, nyatanya Arab Saudi adalah negara yang intens bekerja sama dengan Yaman. Justru dalam perpolitikan, apalagi perpolitikan internasional, yang ada kata Alwi adalah kepentingan yang abadi.
"Bertahun kerja Saudi membantu Yaman, hari ini Yaman di serang Saudi. Benar ungkapan 'tiada teman dan musuh abadi dalam politik, yang ada kepentingan abadi," kata Alwi melalui kicauan di akun twitter pribadinya @ShihabAlwi, Sabtu (28/3).
Yaman saat ini sedang terjebak dalam situasi perebutan kekuasaan antara pihak pemerintahan yang baru saja digulingkan Abd-Rabbu Mansour Hadi dengan pihak pemerintah yang menguasai secara de facto oleh gerilyawan Syiah Houthi. 
baca Sejarah keji agama Syi’ah Rafidhah sepanjang zaman di http://lamurkha.blogspot.com/ ).
Operasi militer Arab Saudi ini datang tak lama setelah Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi meminta bantuan militer pada organisasi Liga Arab. Ini sebagai upaya untuk menghancurkan pemberontak Syiah Houthi dan mengembalikan Yaman pada pemerintahan yang sah. Dalam pernyataan bersama mereka yang ikut dalam operasi militer ini yakni Saudi Arabia, UAE, Bahrain, Qatar, dan Kuwait.
Belangnya si  alwi shihab makin tersingkap, Rafidhi !
baca artikel terkait :
( Ancaman Keji Syiah ( Yaman/Iran ) Serang Mekkah di Abad 20 !!! )
http://lamurkha.blogspot.com/2014/12/inilah-perbedaan-arab-saudi-dengan-iran.html

Setelah Yaman, Raja Salman Memberikan Sinyal Lanjutkan Pembebasan Palestina dan Suriah !
[ Juga Irak, Lebanon, Sampai Syi'ah di Bumi Arab pergi ke Iran ! Insya Allah, red. ]
Pelayan Dua Tanah Suci Raja Salman bin Abdul Aziz menegaskan bahwa operasi militer gabungan Dewan Kerja Sama Negara-Negara Arab Teluk (GCC) bertajuk “Aashifatul Hazm” (Badai Penghancur) menumpas pemberontak Syiah Al Hautsi (Syiah Al Houthi) di Yaman akan terus berlanjut sampai mengembalikan pemerintahn Yaman dalam keadaan aman dan pemerintahannya sesuai syar’i. ( Ahlusunnah )
Hal tersebut disampaikan Raja Salman dalam sambutannya pada pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Liga Arab ke-26 di kota Syarm el-Syeikh, Mesir, Sabtu (28/03/2015) kemarin.
“Kami tegaskan bahwa operasi militer “Badai Penghancur” akan terus berlanjut sampai mencapai targetnya, yaitu memberikan rasa aman kepada Yaman, dengan izin Allah Ta’ala,ujar Raja Salman seperti dikutip alriyadh.com. Raja Salman menjelaskan idiologi dan latar belakang diberlakukannya operasi militer terhadap Pemberontak Syiah Al Hautsi di Yaman. Usai membahas masalah terorisme pemberontak Syiah Al Hautsi di Yaman, Raja Salman juga menyegarkan ingatan umat Islam agar tidak lupa masalah umat Islam di tanah Syam, khususnya Palestina dan Suriah.
“Sesungguhnya urusan Palestina tetap menjadi hal terpenting bagi kami, sebagaimana sikap Arab Saudi terhadap masalah ini dari dahulu untuk terus memperjuangkan kemerdekaan bangsa Palestina dan berdirinya negara Palestina yang berdaulat serta menjadikan kota Al-Quds yang mulia sebagai ibu kotanya. Hal ini sejalan dengan keputusan Resolusi Legitimasi Internasional dan Inisiatif Perdamaian Arab tahun 2002, keputusan ini disambut hangat oleh Dunia Internasional tetapi Israel merasa tidak mengetahuinya,” tegas Raja Salman dalam sambutannya.
“Arab Saudi melihat bahwa telah tiba saatnya untuk menyadarkan kembali dunia internasional tentang kewajiban mereka untuk menjalankan keputusan Dewan Keamanan Inisiatif Perdamaian Arab,” lanjutnya.

Krisis Suriah tidak terlupakan dan menjadi perhatian penting Raja Salman dalam KTT Liga Arab. Dalam sambutannya, Raja Salman menyampaikan keprihatinan dan kesedihan mendalam terhadap kedzaliman yang terjadi di Suriah.
Krisis Suriah masih berputar pada tempatnya, penderitaan dan rasa sakit masih dirasakan rakyat Suriah akibat ulah sistem pemerintahan yang membombardir desa-desa dan kota-kota dari  udara dengan gas beracun dan bom peledak, sistem yang masih menolak semua upaya regional dan internasional untuk solusi damai,” kata Raja Salman. 
“Setiap upaya untuk mengakhiri tragedi Suriah harus berpegang pada keputusan pertama Konferensi Jenewa, kita tidak bisa membayangkan partisipasi dari tangan-tangan mereka yang diwarnai darah rakyat Suriah untuk menentukan masa depan Suriah,kata Raja Salman memberi isyarat bahwa Suriah hanya mengharapkan partisipasi dari saudaranya seiman untuk bangkit kembali.

Di samping membahas politik dan keamanan kekinian di atas, Pelayan Dua Tanah Suci juga membahas masalah ekonomi, senjata nuklir dan senjata pemusnah massal.

Raja Salman juga mengatakan, alasan serangan militer ke Yaman adalah permintaan Presiden Yaman Abdrabuh Mansur Hadi yang meminta bantuan Negara-negara Arab pasca ‘kudeta’ dan tekanan kelompok pemberontak Al-Hautsi.
http://www.suaranews.com/2015/03/setelah-yaman-raja-salman-memberikan.html








Gerakan Transnasional Syi'ah Shafawiyah di Timur Tengah

Oleh : Arie Alfikri 
Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta  

Di balik hegemoni Amerika Serikat di dunia umumnya dan hegemoni Israel di Timur Tengah, ada 2 aktor dunia yang secara frontal melakukan perlawanan terhadap kedua negara tersebut. Aktor tersebut adalah Iran (state actor) dan Hizbullah (non state actor). Bisa dilihat bagaimana seorang Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad dengan lantang menyerukan agar Israel dihapus keberadaannya dari peta dunia.

Selain itu sikapnya yang konsisten untuk melanjutkan proyek nuklir walaupun ditentang oleh Amerika Serikat dan PBB. Antagonisme terhadap Amerika Serikat dan Israel juga ditunjukkan oleh gerakan Islam Syi’ah Lebanon yang dipimpin oleh Syekh Hassan Nasrallah yakni Hizbullah.

Dunia dikejutkan oleh kemenangan Hizbullah dalam perang melawan Israel selama sebulan pada tahun 2006. Dimana kemenangan ini sangat memalukan Israel yang dikenal kuat dalam militer karena dibantu oleh Amerika Serikat. Sehingga bisa dikatakan bahwa Iran dan Hizbullah telah menjadi icon masyarakat dunia untuk menggugat imperialisme dan hegemoni Amerika-Israel.

Dalam dunia Islam, Iran dan Hizbullah dikenal sebagai gerakan Syi’ah. Syi’ah dalam terminologi syariat bermakna : mereka yang berkedok dengan slogan kecintaan kepada Ali bin Abi Thalib beserta anak cucunya bahwasanya Ali bin Abi Thalib lebih utama dari seluruh sahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula anak cucu sepeninggal beliau. (Al-Fishal Fil Milali Wal Ahwa Wan Nihal, 2/113, karya Ibnu Hazm).

Sedang dalam istilah syara’, Syi’ah adalah suatu aliran yang timbul sejak masa pemerintahan Utsman bin Affan yang dipimpin oleh Abdullah bin Saba’ Al-Himyari. Walaupun dikenal sebagai gerakan Syi’ah, Iran dan Hizbullah tetap dianggap sebagai lokomotif perjuangan Dunia Islam melawan hegemoni AS dan Israel. Iran dan Hizbullah dianggap telah banyak memberikan pelajaran bagaimana seharusnya umat Islam dunia harus bersikap terhadap kezaliman. Popularitas kedua gerakan Syi’ah ini terus naik dan menenggelamkan peran kalangan Sunni seperti presiden, raja, dan pemimpin negara Arab bahkan gerakan Hamas yang melakukan perlawanan bersenjata terhadap Israel.

Di balik antagonisme yang diperankan oleh Iran dan Hizbullah, penulis ingin memberikan penjelasan sisi lain dari gerakan Syi’ah ini. Apakah gerakan Syi’ah ini benar-benar memperjuangkan kejayaan Islam. Apakah tujuan gerakan ini sebenarnya. Adakah keterkaitan antara Iran dan Hizbullah serta gerakan Syi’ah lainnya di Timur Tengah. Apa saja yang telah dilakukan kedua gerakan ini dibalik antagonismenya terhadap Amerika Serikat dan Israel. Jawaban dan penjelasan dari pertanyaan-pertanyaan diatas diharapkan menjadi penilaian yang objektif terhadap “realitas permukaan” kedua gerakan Syiah ini.

Pembahasan

Selain kesamaan aliran pemikiran keagamaan, antara Iran dan Hizbullah memiliki keterkaitan dalam hal kerja sama dan aliansi strategis. Banyak kalangan yang mengatakan bahwa Hizbullah mendapatkan bantuan persenjataan dan amunisi dari Iran. Salah seorang pemimpin Hizbullah pernah ditanya wartawan di tahun 1987 “Apakah kalian merupakan bagian dari Iran?”. Pemimpin Hizbullah tersebut menjawab : “Bahkan kami adalah Iran di Lebanon dan Lebanon di Iran”. Selain itu secara simbolis seorang Hasan Nashrullah pun meletakkan foto Imam Khomeni (pemimpin spritual Iran) dalam ruang kerjanya di Lebanon.

Ternyata aliansi gerakan Syi’ah tidak hanya Iran dan Hizbullah. DR Muhammad Bassam Yusuf (penulis buku Menyingkap Konspirasi Besar Zionis-Salibis dan Neo Syiah Shafawis terhadap Ahlussunnah di Semenanjung Arabia), mensinyalir adanya aliansi strategis antara gerakan Syi’ah di Timur Tengah. Aliansi tersebut melibatkan Iran, Hizbullah, Suriah, dan kelompok Syi’ah di Irak.

Kasus kemarahan pemimpin Suriah Basyar Al-Asad terhadap pemerintah Lebanon diikuti oleh mundurnya 5 menteri Syi’ah dari Hizbullah menunjukkan adanya keterkaitan antara Hizbullah dan Suriah. DR Bassam Yusuf menulis adanya pertemuan di Damaskus tahun 2007 antara Iran dan Suriah untuk membentuk aliansi strategis yang didalamnya turut pula bergabung kelompok Hizbullah. Aliansi strategis gerakan Syi’ah ini disebut dengan proyek kebangkitan Syi’ah Shafawis. Aliansi yang ingin mengembalikan kejayaan dinasti Shafawiyah dan Fathimiyah dalam menguasai kekuasaan di semenanjung Arab dan Afrika.

Berikut adalah beberapa fenomena Proyek Shafawistik ini:

1. Adanya gerakan dan upaya pembersihan etnis dan mazhab Sunni Arab di Irak seiring dengan upaya pengisoliran terhadap mereka di wilayah Selatan Irak. Ditambah lagi dengan seruan untuk membagi kawasan Irak berdasarkan kelompok aliran, serta mendorong pasukan Amerika Serikat untuk terus melakukan penangkapan, penawanan, pembunuhan, penghancuran dan pembersihan terhadap kaum Sunni, terhadap mesjid-mesjid, lembaga-lembaga, dan juga gerakan-gerakan Sunni.

2. Keterlibatan kaum Persia Shafawis di Irak dengan kerjasama yang sangat sempurna dengan pimpinan tertinggi kaum Syiah di Irak, khususnya yang memiliki ras Persia. Dan itu diwujudkan dalam bentuk kerjasama intelejen, militer, ekonomi, politik dan agama, dengan dukungan penuh dari Amerika Serikat baik secara militer dan logistik.

3. Keterlibatan kaum Persia Shafawis di Suriah untuk mengerahkan gerakan Syi’ahisasi terhadap Muslim Sunni. Selain itu adanya pemberian kewarganegaraan Suriah kepada para keturunan Persia dan warga Syiah Irak oleh pemerintah Suriah. Dan jumlah mereka hingga saat ini telah melebihi 1.000.000 jiwa. Mayoritasnya bermukim di Propinsi al-Sayyidah Zainab dan sekitarnya di Damaskus.

4. Menonjolnya upaya-upaya pemalsuan yang sangat vulgar dalam perhitungan demografis terhadap rakyat Suriah. Dan bukti yang paling jelas atas itu adalah studi-studi fiktif yang dipulikasikan oleh Intelejen Suriah bahwa masyarakat Suriah adalah masyarakat minoritas, dan prosentase Sunni dari keseluruhan jumlah masyarakat Suriah itu hanya 48%. Padahal, rakyat Suriah secara mayoritas mutlak terdiri dari Sunni, dan ini adalah sebuah fakta yang terlalu jelas di Suriah.

5. Kesepakatan dan konspirasi bersama dengan kekuatan Amerika Serikat. Publikasi oleh pimpinan spiritual tertinggi Syiah di Irak, berupa fatwa-fatwa yang mengharamkan perlawanan terhadap Amerika Serikat dan melabeli kaum Sunni mereka label teroris. Dan semua itu dilakukan seiring dengan upaya-upaya dusta mereka yang seolah mendorong perlawanan terhadap Amerika hingga negara Irak merdeka.

6. Semakin meningkatnya upaya-upaya penangkapan yang dilakukan oleh Pemerintah Suriah terhadap warga Arab Iran (al-Ahwaz) yang mencari perlindungan ke Suriah sejak puluhan tahun yang lalu. Tidak hanya itu, sebagian tokoh perlawanan al-Ahwaz (Khalil ibn ‘Abd al-Rahman al-Tamimy dan Sa’id ‘Audah al-Saky) kemudian diserahkan kepada pihak Intelejen Iran.

Fenomena di atas menunjukkan sikap yang bertentangan dengan “politik pencitraan” Iran dan Hizbullah (bagian dari aliansi Syi’ah Shafawis) yang dikenal vokal terhadap Amerika Serikat dan Israel. Keterlibatan Iran dan Hizbullah dalam aliansi Syiah Shafawis merupakan sisi lain wajah Iran dan Hizbullah sebagai ikon perlawanan Dunia Islam. Sebuah kenyataan yang jarang diekspos dan hanya ada di “dunia balik layar”.

Untuk menarik simpati dunia dan agar diterima sebagai bagian dari Dunia Islam, gerakan Syiah Shafawis ini menjadikan isu Palestina sebagai komoditas politik. Isu palestina dimainkan agar ada keterlibatan emosional seluruh bangsa Muslim di dunia. Upaya untuk mempermainkan isu Palestina dilakukan dengan berbagai langkah berikut :

1. Lebih dari sekali, Presiden Iran meneriakkan slogan-slogan kosongnya untuk seruan menghapuskan Israel dari peta dunia

2. Mengumumkan aliansi Iran-Suriah dengan beberapa organisasi Palestina yang memiliki citra yang baik di mata dunia Arab dan Islam. Pemerintah Iran juga memberikan kesan akan memberikan bantuan finansial kepada pemerintahan Hamas. Namun faktanya bantuan itu tak pernah ada. Bantuan Iran itu tidak lebih dari sekedar slogan dan janji kosong, sebab kaum Shafawis-Persianis ini tak akan dapat digerakkan kecuali dengan motif ras dan kelompok, dan dalam hal ini organisasi Palestina adalah kaum Sunni.

3. Penyelenggaraan berbagai pertemuan mencurigakan antara pemerintah Suriah dengan pemerintah Israel yang diikuti oleh pernyataan bahwa pemerintah Suriah adalah pilihan mereka yang harus didukung. Sementara pihak Suriah juga menyatakan keinginannya untuk berdialog dengan Israel. Padahal pada saat yang sama, pihak Suriah gencar melakukan pembersihan etnis terhadap warga negaranya, melakukan konspirasi terhadap upaya pengajaran Islam Sunni, sembari memberikan dorongan bahkan bantuan moral dan materil terhadap pengajaran Syiah-Shafawis

4. Keterlibatan Mossad yang cukup dalam di Irak dengan dukungan pemerintah Irak buatan Amerika Serikat dibantu oleh milisi Syiah Shafawiyah di Irak untuk menangkap dan membunuh para ulama dan tokoh Sunni yang berpengaruh di Irak. Tindakan terror dilakukan berupa penculikan, penyiksaan hingga pembunuhan. Dan aliansi strategis ini bahkan telah siap melakukan langkah yang sama di tiga wilayah: Irak, Suriah dan Lebanon. Karena itu, tindakan apapun yang dilakukan oleh salah satu dari aliansi ini, sesungguhnya merupakan bagian dari global proyek Shafawis ini di sepanjang kawasan yang memanjang dari Iran hingga Lebanon, termasuk didalamnya Irak dan Suriah.

Proyek Syi’ah Shafawis ini setidaknya dibangun di atas 5 pijakan:

1. Bekerja sama dengan kekuatan Barat di bawah komando Amerika Serikat untuk menguasai negeri-negeri kaum Muslimin. Dan seluruh dunia mengetahui dengan baik, bahwa Iran memiliki peran yang sangat besar dalam bekerja sama bersama Amerika Serikat untuk menjatuhkan Afghanistan dan Irak. Para petinggi Iran sendiri mengakui hal itu. Muhammad Ali Abthahi, wakil presiden Iran yang lalu mengatakan: “Seandainya bukan karena Iran, Amerika tidak mungkin mampu menguasai Irak…Seandainya bukan karena Iran, Amerika tidak mungkin mampu menundukkan Afghanistan.”

2. Menyalakan api peperangan antar kelompok, melakukan upaya pembersihan etnis dan kelompok, bekerja keras untuk membagi-bagi wilayah. Mengusir warga Irak yang sunni dari propinsi-propinsi dimana mereka hidup bersama dengan kaum Sy’iah. Ditambah dengan peran-peran merusak para pemimpin spritual Syi’ah di Irak untuk menghancurkan kaum Sunni dan semua lembaga yang mereka miliki. Al-Syirazy menyerukan dalam khutbahnya untuk menghancurkan mesjid-mesjid Sunni di Irak. Dan kaum Syi’ah benar-benar menghancurkan ratusan mesjid Sunni, atau mengubahnya menjadi Husainiyat dan pusat-pusat Syi’ah Shafawis.

3. Membunuh tokoh-tokoh potensial Sunni baik dari kalangan ilmuwan, militer dan agama dan melakukan upaya untuk meneror, mengusir atau membalas dendam pada tokoh-tokoh Sunni.

4. Kamuflase demografis sebagaimana yang terjadi di Suriah secara khusus. Dan juga seperti yang terjadi di Lebanon, Yordania, dan Irak.

5. Menciptakan benturan-benturan fiktif dengan kaum Zionis Israel. Padahal itu hanyalah sebuah pancingan agar Israel mengamuk lalu menghancurkan negeri-negeri kaum Muslimin. Berharap kondisi negeri Muslim lainnya sama seperti Afghanistan dan Irak

Ada 4 wilayah yang dipilih oleh kaum Syiah Shafawi sebagai jejak awal merealisasikan tujuan dan rencana mereka adalah sebagai berikut :

1. Wilayah Iran
Di kawasan ini operasi pembersihan terhadap kaum Sunni sangat luas terjadi. Ini diikuti dengan penghalalan harta, kehormatan dan bahkan mesjid-mesjid mereka (perlu diingat, bahwa di seluruh Taheran tidak ada satupun mesjid kaum Sunni)

2. Wilayah Irak
Kerja sama dilakukan dengan Amerika Serikat untuk melakukan upaya-upaya seperti: penghancuran dan membagi-bagi wilayah Irak, mempersenjatai milisi-milisi Syiah untuk menyerang Sunni, pembersihan dan pengusiran kaum Sunni, dan memalsukan prosentase jumlah penduduk Irak dengan menyebarkan studi-studi palsu yang menyatakan kemayoritasan Syi’ah, padahal sebelumnya kaum Sunni menempati posisi 52% penduduk Irak.

3. Wilayah Suriah
Pemerintah Suriah –yang merupakan sekutu strategis Iran- telah melakukan berbagai upaya penangkapan dan pembersihan yang sangat luas terhadap rakyat Suriah sendiri. Mereka melakukan pembatasan terhadap lembaga-lembaga pendidikan Islam, dan memberikan keleluasaan bagi lembaga-lembaga Syi’ah padahal Syi’ah di Suriah sama sekali tidak mempunyai wujud riil. Pemerintah Suriah juga melindungi upaya misionarisme Syiah di tengah kaum muslimin Suriah, memberikan kewarganegaraan pada kaum Syiah yang datang dari Iran dan Irak, serta mempersempit ruang gerak orang-orang al-Ahwaz yang mengungsi ke Damaskus. Suriah juga menyiapkan dirinya sebagai pangkalan penggempuran terhadap Lebanon dan Yordania, tentu dengan menggunakan masalah Palestina sebagai ‘senjata’ untuk kepentingan aliansi ini

4. Wilayah Lebanon
Hizbullah dan Gerakan Amal –keduanya jelas gerakan Syiah- memainkan peranan sebagai gerakan perlawanan palsu. Melakukan perlawanan terhadap Israel demi menjaga senjata tetap di tangan dan memainkan lobi politik di Lebanon demi kepentingan aliansi Shafawis-Persianis. Kedua gerakan ini jelas-jelas melancarkan misionarisme Syiah dan sengaja memancing Israel untuk menghantam Lebanon kapan saja aliansi Shafawistik itu membutuhkannya. Upaya menghancurkan keutuhan Lebanon, terus dilakukan untuk membentuk sebuah negara Syiah dalam Negara Lebanon

Penutup
Penjelasan sistematis di atas sudah jelas menunjukkan bagaimana usaha gerakan Syi’ah Shafawis (pemerintah Iran, pemerintah Suriah, kelompok Hizbullah dan kelompok Syiah Irak) untuk menguasai jazirah Arab khususnya daerah yang membentang anatara Iran dan Palestina. Penjelasan yang akan membantu untuk membaca realitas politik Internasional yang dimainkan Iran dan kaum Syiah shafawis lainnya.

Perlawanan terhadap zionis Israel tentu akan mendapatkan simpati dunia Islam. Namun gerakan yang menjadikan upaya perlawanannya sebagai bagian dari sebuah pewujudan tujuan yang tak jauh berbahaya dari proyek Zionisme di Timur Tengah adalah suatu tindakan di luar kemanusiaan. Pelaksana proyek hanya menjadikan masalah Palestina sebagai barang dagangan sementara pada saat yang sama gerakan Syiah membantai orang-orang Palestina, merampas harta dan kehormatan mereka.

Tidak bisa diterima jika kaum Syiah Shafawi melakukan pengacauan keamanan terhadap Suriah dan Lebanon demi mewujudkan tujuan-tujuan mereka. Tidak bisa diterima jika Lebanon dihancurkan dan rakyatnya dibunuh hanya karena ulah provokatif yang dilakukan oleh pendukung proyek Shafawis-Persianis yang bernama Hizbullah dan eksekusinya dijalankan oleh Israel. Tidak bisa diterima jika operasi-operasi militer gelap dijadikan sebagai ajang penguluran waktu untuk membangun proyek Senjata Nuklir Iran-Shafawis, yang kelak akan digunakan untuk menghancurkan bangsa Arab dan kaum muslimin.

Dalam lembaran sejarah tidak ditemukan sedikitpun bahwa Iran pernah terlibat dalam peperangan melawan Israel atau Amerika Serikat. Bahkan Iran justru pernah mengimpor senjata dari Israel dan Amerika saat berperang melawan Irak (Iran gate). Iran juga yang membujuk dan mendukung keberlangsungan pendudukan Amerika di Irak Iran sendiri yang ikut campur dan memudahkan pemerintah Suriah untuk melenyapkan putra-putra terbaiknya.

Iran sendiri yang menggunakan Hizbullah untuk memancing tindakan penghancuran Lebanon oleh Israel. Iran sendiri yang merebut tiga pulau milik Emirat Arab. Dan Iran yang berusaha mengubah gerakan perlawanan Palestina menjadi selembar kertas yang kelak dengan mudah ia mainkan, meski harus mengorbankan stabilitas keamanan seluruh kawasan Arab dan Islam.

Perlawanan terhadap Israel tidak sungguh-sungguh dilakukan dan buktinya dataran tinggi Golan masih dalam keadaan tenang. Hizbullah menunutut adanya pembebasan tawanan Lebanon oleh Israel namun pada saat yang sama tidak menuntut warga lebanon yang ditahan Pemerintah Suriah.


Gerakan Syiah Shafawiyah hanya memainkan kampanye politik yang tidak berdasarkan kenyataan. Gerakan ini tidak jauh berbeda dengan gerakan Zionis. Sama-sama ingin menguasai Timur Tengah berdasarkan ideologi rasis. Pembantaian dan tindakan di luar kemanusiaan dilakukan untuk mencapai tujuan. [fahmisalim]