Dalam laporan
terbarunya, Zaman Al Wasl (27/05) mengungkapkan pengakuan seorang Kolonel
Angkatan Udara rezim Nusyairiyah, bahwa selama ini para pilot Iran dan pejabat
militer Iran telah mengendalikan Angkatan Udara Suriah dan bandara-bandara di
Suriah. Mereka telah bercokol di bandara-bandara Suriah bahkan sejak Agustus
2011, yaitu enam bulan setelah revolusi Suriah meletus.
Menurut kesaksikan kolonel yang membelot ke
pihak Islam, berinisial “N.M”, bahwa 12 pakar militer dari Iran telah masuk ke
bandara militer Al-Sho’aerat di pinggiran Homs pada bulan Agustus 2011. Mereka
mendapatkan akomodasi spesial yang terpisah dari para personel lain di bandara.
Semua pilot dan teknisi asli Suriah dilarang masuk ke bandara mereka, kecuali
bagian keamanan bandara.
Sang kolonel juga mengungkapkan, para
personel Iran juga menguasai bandara-bandara militer lain, seperti Al-Sin, T4,
Domair, Mezzeh, dan Hama.
Bahkan grup militer Iran itu memiliki
fasilitas tiga buah drone, juga sebuah pusat kendali dengan alat penyadap, yang
menyadap pembicaraan semua personil bandara.
Terungkap bahwa empat orang pilot yaitu
Abdullah Solaiman, Ahmed Mansoor, Derboli, dan Dibo, sangat bernafsu untuk
membunuhi dan membomi Muslimin Suriah. Bahkan mereka terbang tanpa izin dari
komandan Angkatan Udara Suriah.
Beberapa pilot itu terbang selama 15 jam
terbang sehari, dan informasi ini dikonfirmasi oleh seorang akuntan yang
bekerja di T4. Dia menyebutkan bahwa gaji para pilot mencapai 250 ribu pound
Suriah karena banyaknya misi pemboman.
Aktivis Abu Amr al-Homsi menyatakan, para
pilot pembunuh Muslimin itu digaji tinggi, dan 80%-nya adalah anggota sekte
Alawite (sekte Syiah Nusyairiyah keluarga Asad – Red.)
Kerajaan Saudi Resmi Nyatakan Dua Pejabat Syiah
Hizbullah Sebagai Teroris
Dalam lansiran Reuters
(27/05), Kerajaan Saudi Arabia secara resmi telah menyatakan dua pejabat senior
Hizbullah sebagai teroris. Reuters mengutip pernyataan kantor berita resmi
Kerajaan Saudi Arabia, Saudi Press Agency, bahwa Kerajaan Saudi telah
membekukan asset para pejabat Hizbullah itu dan memblokir transaksi perbankan
mereka di Saudi. Dua tokoh Hizbullah itu bernama Khalil Yusif Harb dan Muhammad
Qabalan.
Berikut perincian dua pejabat Hizbullan tersebut,
sesuai pernyataan resmi pemerintah Kerajaan Saudi Arabia, seperti dilansir
Saudi Press Agency (27/05):
1. Khalil Yusif Harb. Tanggal lahir: 9
October 1958
Khalil Harb bekerja sebagai deputi
komandan, kemudian komandan unit militer pusat Hizbullah, dan komandan operasi
pusat militer Hizbullah, kemudian mengawasi seluruh operasi militer Hizbullah
di Timur Tengah.
Harb juga bertanggung jawab atas aktivitas
makar Hizbullah di Yaman, dan terlibat dalam kegiatan politik Hizbullah. Sejak
musim panas 2012, Harb telah terlibat dalam transaksi keuangan berjumlah besar
di Yaman, dan pada akhir 2012, Harb berkoordinasi dengan sebuah partai politik
di Yaman, dengan memberikan bantuan dana dari Hizbullah sebesar $ 50,000.
2. Muhammad Qabalan. Tahun lahir: 1969. Kewarga
negaraan: Libanon.
Pemimpin sel teroris Hizbullah, Muhammad
Qabalan memulai karirnya sebagai komandan peleton infantri Hizbullah, kemudian
sebagai komandan Unit 1800 Hizbullah, dilanjutkan dengan menjadi kepala sel
teroris Hizbullah di Mesir, yang mentargetkan objek-objek wisata di Mesir.
Qabalan mengendalikan terorismenya dari Libanon.
Pada bulan
April 2010, sebuah pengadilan Mesir telah menjatuhkan hukuman penjara seumur
hidup secara in absentia kepada
Qabalan.
Pada akhir 2011, Qabalan bekerja dalam unit
penyamaran Hizbullah yang beroperasi di Timur Tengah. Qabalan juga masih
memegang peranan penting dalam pengawasan aktivitas Hizbullah dengan tujuan
menciptakan instabilitas, melakukan serangan terorisme, dan terlibat dalam
aktivitas kriminal dan illegal di seluruh dunia.