Kamis,
19 Mei 2016 23:45 WIB
SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Para kiai -terutama pengasuh pondok pesantren- kembali
digegerkan pemikiran Prof Dr KH Said Aqil Sirodj yang menghukumi Imam al-Junaid
al-Baghdadi dan Imam al-Ghazali sesat, rusak dan jauh dari Sunnah Nabi Muhamad
SAW.
Pemikiran
Kang Said –panggilan Said Aqil– itu tertuang dalam disertasinya saat meraih
gelar doktor di Universitas Ummul Quro Makkah. Pemikiran Kang Said ini dianggap
bertentangan dengan Qanun Asasi yang dibuat Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim
Asy’ari sebagai pendiri Nahdlatul Ulama (NU).
KH Afifuddin
Muhajir, salah seorang pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo
Situbondo Jawa Timur semula mengaku tak percaya Kang Said punya pandangan
seperti itu.
”Ketika ada
orang bercerita bahwa Kiai Said punya pemikiran dan pandangan yang merendahkan
dua imam tersebut (al-Junaid dan al-Ghazali-red) saya langsung tidak percaya
dan menganggapnya fitnah dan sebuah kebohongan. Karena menurut yang saya tahu
Kiai Said adalah pakar ilmu tasawuf yang alim, bermadzhab Asy’ari-Maturidy,
bukan Salafy dan bukan Mu’tazily-Syi’iy serta kental dengan tradisi
ke-NU-annya,” kata Kiai Afifuddin dalam WA yang diterima BANGSAONLINE.
”Tapi
alangkah kaget ketika saya tahu bahwa apa yang saya anggap fitnah ternyata
bukan fitnah, dan yang saya anggap kebohongan bukan kebohongan, karena ternyata
apa yang dituduhkan itu benar-benar tersurat di dalam disertasi doktornya,”
kata mantan Wakil Katib Syuriah PBNU itu.
”Saya bukan
hanya kaget, tapi juga cemas dengan masa depan NU yang didirikan oleh
Hadratussyaikh Kiai Hasyim Asy’ari, karena pemikiran seperti itu berpotensi
untuk meruntuhkan keyakinan umat nahdliyah terutama yang awam terhadap NU yang
menjadi dua tokoh tersebut (Imam al-Junaid dan al-Ghazali-red) sebagai panutan
di bidang tasawuf,” kata pengarang kitab Fathul Mujibul Qarib itu.
Kiai yang
selalu bersahaya itu kemudian mencuplik salah satu pemikiran disertasi Said
Aqil yang ditulis dalam bahasa Arab sebagai berikut: Maka al-Junaid –
kendatipun berpegang teguh pada al-Qur’an dan al-Sunnah – sangat dipengaruhi
oleh filsafat Plato yang penuh khurafat ketika ia menerapkannya dengan cerdik
dalam menafsirkan ayat al-Mitsaq, Al-Junaid – untuk pertamakalinya – mampu
mengungkapkan pendapatnya tentang tauhid dengan menggunakan ungkapan-ungkapan
Platonis ketika mendefinisikan tauhidnya kaum khawash (hal.198).
Ia juga
mengutip pemikiran Kang Said tentang Imam al-Ghazali sebagai berikut:
”Kendatipun demikian, pernyataan al-Ghazali di dalam kitab Ihya’ menyangkut
persoalan tauhid adalah batal dan salah. Begitu pula pernyataannya di dalam
kitabnya yang bernama Misykatul Anwar, sebagaimana akan tampak jelas nanti. Ini
semua mendorong kaum shufi yang datang sesudahnya untuk berprilaku berlebihan
dan keterlaluan, (ini terjadi), setelah al-Ghazali membuka pintunya
lebar-lebar. (hal 290).”
Padahal,
menurut Kiai Afifuddin, penganut Ahlussunnah Wal-Jamaah selain ditopang oleh
tampilnya arbabil aqwal wal-afkar, yakni para ulama yang pakar dalam berbagai
bidang ilmu, juga disanggah oleh kehadiran arbabil ahwal, yakni kaum shufi yang
memadukan antara ilmu dhahir dan ilmu batin.
“Di antara
tokoh shufi yang menjadi panutan ialah Imam al-Junaid al-Baghdady dan Imam
al-Ghazaly,” kata Kiai Afifuddin yang mantan ketua Lembaga Bahtsul Masail PBNU.
Al-Baghdady,
kata Kiai Afifuddin, alim bisy-syariah, diakui sebagai pemuka kaum shufi,
sedang al-Ghazali diakui sebagai manusia jenius yang berhasil membuat kaum
failosof bertekuk lutut sehingga menyandang julukan Hujjatul Islam.
Pernyataan
Kiai Afifuddin ini sebenarnya hanya bagian kecil dari pemikiran Kang Said dalam
disertasi doktornya yang menyesatkan para imam tasawuf.
Dalam buku
“Sidogiri Menolak Pemikiran KH Said Aqil Siroj” tulisan Kang Said dalam
disetasi doktornya itu banyak dikutip. Di antaranya Kang Said menulis begini:
Kita memahami bahwa faktor yang menyebabkan al-Ghazali menyimpang adalah karena
ia menjauh dari Sunnah Nabi serta jalan yang diikuti oleh umat dari kalangan
salaf salih, yang berpegang pada petunjuk Nabi dan manhaj sunnah yang mulya.
Hal itu disebabkan oleh pemikiran sesat para filsuf dimana al-Ghazali telah
masuk ke dalamnya lalu tidak bisa keluar darinya sehingga hal itu
menghalanginya dari kebenaran.
Kang Said
juga menulis begini: Bersamaan dengan itu, pernyataan-pernyataan al-Ghazali
dalam kitab Ihya’ yang berhubungan dengan tauhid merupakan pernyataan yang
batil dan rusak. (tim)
Beliau
Pakar Dalam Bidang Aqidah, Disertasi Doktoralnya Merujuk Pemahaman Salafus
Shalih
Cukup tersentak hati saya tatkala
membaca pernyataan-pernyataan berani yang diungkapkan oleh Prof DR Kiyai Haji
Said Aqiel Siradj, MA, sebagaimana yang diberitakan dalam www.voa-islam.com. Pernyataan-pernyataan tersebut
adalah:
Pertama : Pernyataan beliau bahwa
syi'ah di Indonesia tidak berbahaya, sebagaimana bisa dilihat di (http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2011/12/06/16929/aneh-said-agil-siraj-bilang-syiah-di-indonesia-tidak-berbahaya/)
Dan ternyata memang beliau pernah
bertemu dan menyambut tokoh syi'ah Hasan Nasrullah, silahkan lihat (http://www.dp-news.com/pages/detail.aspx?articleid=57160).
Demikian pula beliau pernah menjadi pembicara tingkat internasional di Teheran
(pusatnya Syi'ah Roafidhoh) selama dua kali, pada tahun 1999 dengan materi :
Al-Taqriib baina al-Madzaahib, Al-Islam al-din al-tasamuh (Pendekatan antara
madzhab-madzhab, Islam adalah agama toleransi), dan pada tahun 2000 dengan
materi : Al-Taqriib baina al-Madzaahib, Huquq al-Insan fi al-Islam (Pendekatan
antara madzhab-madzhab, Hak-hak manusia dalam Islam). Silahkan lihat (http://nubinong.blogspot.com/2010/03/riwayat-hidup-prof-dr-kh-said-aqiel.html).
Selain itu beliau juga memberi kata pengantar dan menganjurkan masyarakat
muslim Indonesia untuk membaca sebuah buku yang berisi banyak kedustaan karya
Idahram, yang dalam buku tersebut sang penulis (Idahram) berkata : "Dalam Islam sedikitnya ada tujuh
madzhab yang pernah dikenal, yaitu madzhab Imam Ja'far As-Shiddiq (madzhab
Ahlul Bait), madzhab Imam Abu Hanifah An-Nu'man, madzhab Imam Malik ibnu Anas,
madzhab Imam As-Syafii, madzhab Imam Ahmad Ibnu Hanbal, madzhab Syi'ah Imamiah,
dan madzhab Dawud Azh-Zhahiri. Sedangkan madzhab salaf tidak pernah ada"
Kedua : Penyamaan beliau antara
trinitas ortodoks Kristen dengan tauhid Islam, sebagaimana bisa dilihat di (http://www.voa-islam.com/counter/christology/2011/10/06/16278/koreksi-aqidah-kh-said-aqil-sirajd-jangan-samakan-tauhid-islam-dengan-trinitas-kristen/),
lihat juga (http://www.voa-islam.com/news/citizens-jurnalism/2011/11/24/16804/santri-menggugat-kenuan-ketua-umum-pbnu-kh-said-aqiel-siradj)
Ketiga : Pernyataan beliau
bahwasanya salafy wahabi penebar terorisme, sebagaimana bisa dilihat di (http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2011/12/07/16943/ketum-pbnu-said-aqil-siradj-melempar-fitnah-ustadz-membalas-tausiyah/),
lihat juga (http://nahimunkar.com/9926/kayak-bocah-bercerita-gendruwo-saja-said-agil-siradj-menuding-yayasan-yayasan-islam/)
Beliau DR Said Aqiel Siroj telah
menghabiskan banyak usia beliau untuk mendalami bidang aqidah di karajaan Arab
Saudi. Dari S1 hingga S3 beliau menuntut ilmu di Arab Saudi dan di bidang
ushuul ad-diin (aqidah).
- S1, beliau tempuh Universitas King
Abdul Aziz, Jurusan Ushuluddin dan Dakwah, tamat 1982.
- S2 beliau tempuh Universitas Ummu
al-Qura, jurusan Perbandingan Agama, tamat 1987, dengan tesis yang berjudul رَسَائِلُ الرُّسُلِ وَأَثَرُهَا
فِي انْحِرَافِ الْمَسِيْحِيَّةِ (Pengaruh Surat-Surat para rasul dalam Bibel terhadap
penyimpangan Agama Kristen).
- S3 Universitas Ummu al-Qura, jurusan
Aqidah/Filsafat Islam, tamat 1414 H (1994 M), dengan judul disertasi : صِلَةُ اللهِ بِالْكَوْنِ فِي التَّصَوُّفِ
الْفَلْسَفِي
(Hubungan antara Allah dan alam menurut perspektif tasawwuf falsafi), yang
disertasi beliau ini dibimbing oleh dosen beliau yang bernama As-Syaikh DR.
Mahmuud Ahmad Khofaaji
Dari sini kita tahu
bahwasanya beliau ini adalah seorang yang pakar dalam bidang aqidah, baik dalam
memahami kesesatan kaum Kristen maupun kesesatan kaum sufi.
Berikut ini saya
terjemahkan muqoddimah dari disertasi doktoral yang ditulis oleh Prof DR Said
Aqiel Siraj (Desertasi tersebut bisa di download di http://resalty.waqfeya.com/index.php/category-96/thesis-51).
Muqoddimah ini sangat
layak untuk dibaca kembali oleh penulisnya sendiri, yang merupakan nasehat yang
sangat indah bagi sang penulis sendiri dan juga kaum muslimin di tanah air,
terutama kaum yang dipimpin oleh beliau sekarang. Hal ini mengingat dalam muqoddimah
disertasi tersebut beliau (Prof DR Said Aqiel Siradj) telah mentaqrir dan
menetapkan landasan-landasan aqidah salaf, karena memang desertasi tersebut
beliau tulis untuk membantah kaum sufi. Terlebih lagi dalam desertasi tersebut
beliau sering menukil perkataan-perkataan Ibnu Taimiyyah untuk membantah
pemikiran sufiah. Semoga bermanfaat bagi kaum muslimin Indonesia.
DR Said Aqiel Siradj,
MA berkata :
"Islam menolak
segala bentuk kesyirikan, dan menolak perantara-perantara antara Allah dan
manusia kecuali perantara kenabian dan kerasulan, dengan demikian Islam
menetapkan keterpisahan yang sempurna antara Allah dan yang lainNya, antara
Pencipta dan Makhluk, bahkan malaikat tidak terhubungkan dengan Allah melalui
hubungan apapun selain hubungan yang tegak antara Allah dengan makhluk yang
lain baik yang materi maupun ruh, yaitu hubungan antara makhluk dan
Penciptanya, yaitu hubungan keterpisahan dan bukan hubungan
ketersambungan"
Komentar :
Pernyataan Kiyai Haji
Prof DR di atas persis sama dengan penjelasan Ibnu Taimiyyah dan Muhammad bin
Abdil Wahhaab rahimahumallah, bahwasanya Allah tidak butuh kepada washitoh
(perantara) dalam penyembahan dan dalam meminta manfaat dan menolak mudhorot.
Menjadikan washitoh (perantara) kepada Allah merupakan kesyirikan. Yang ada
hanyalah perantaraan dalam hal risalah dan kenabian, yaitu para nabi dan para
rasul merupakan perantara antara Allah dan manusia dalam menyampaikan
risalah/wahyu Allah ta'alaa.
Ibnu Taimiyyah
berkata : "Dan hal ini merupakan perkara yang disepakati oleh seluruh
pemeluk agama dari kalangan kaum muslimin, yahudi, dan nashrani, mereka
menetapkan adanya perantara antara Allah dengan hamba-hambaNya. Perantara-perantara
tersebut adalah para Rasul yang mereka menyampaikan dari Allah perintah Allah
dan khabar dari Allah…."
Beliau juga berkata,
"Adapun jika yang dimaksudkan dengan perantara adalah bahwasanya harus ada
perantara dalam mendatangkan manfaat-manfaat dan menolak kemudorotan, seperti
perantara dalam mendatangkan rizki para hamba, dan pertolongan kepada mereka
dan hidayah untuk mereka, yang mereka meminta hal-hal tersebut kepada perantara
ini dan mengharap kepada perantara ini maka ini merupakan kesyirikan yang
paling besar yang karena kesyirikan inilah Allah mengkafirkan kaum musyrikin
(Arab), dimana mereka menjadikan selain Allah sebagai penolong-penolong mereka
dan para pemberi syafaat kepada mereka" (Majmuu' al-Fataawaa 1/122-123).
Adapun perkataan Muhammad bin Abdil Wahhaab yang semakna dengan ini maka bisa
dibaca di risalah beliau "Kasyf Asy-Syubhaat"
DR Said Aqiel Siradj,
MA berkata :
"Dan jika kita
mengamati Al-Qur'aan Al-Kariim maka kita akan mendapati Al-Quran menekankan
keterpisahan yang sempurna ini, maka tidak ada sesuatupun yang berfungsi
sebagai suatu perantara antara Allah dan makhlukNya. Sebagaimana Al-Qur'an
berkali-kali dan berulang-ulang menafikan sifat uluhiyah dari selain Allah
ta'aala dengan penafian secara mutlak, dan menekankan bahwasanya para nabi dan
para rasul mereka dari golongan manusia dan dari tabi'at manusia. Inilah yang
ditetapkan oleh rukun Islam yang pertama yaitu Syahadah (Persaksian) bahwasanya
tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah melainkan Allah dan bahwasanya
Muhammad adalah hambaNya dan rasulNya. Dan ini adalah syahadah penafian dan
penetapan (itsbaat), menafikan secara mutlak uluhiah (ketuhanan) dari selain
Allah dan tidak ditetapkan kecuali hanya untuk Allah semata, dan menetapkan
bahwasanya Muhammad adalah hambaNya dan rasulNya, dan Muhammad adalah manusia
sebagaimana seluruh manusia (*yang lain). Dan seluruh perbedaan antara Muhammad
dan mereka adalah beliau diberi wahyu aqidah tauhid"
Komentar :
Dalam paragraf ini DR
Said menekankan perkara yang sangat penting yaitu tentang aqidah yang benar
terhadap Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwasanya beliau adalah
manusia biasa sebagaimana seluruh manusia yang lain yang memiliki tabi'at
manusia. Yang membedakan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan manusia yang
lain hanyalah Nabi telah diberi wahyu berupa aqidah tauhid. Hal ini tentunya
bertentangan dengan keyakinan sebagian kaum sufi yang terlalu berlebih-lebihan
kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. (silahkan lihat http://www.firanda.com/index.php/artikel/aqidah/116-berlebih-lebihan-kepada-nabi-shallallahu-alaihi-wa-sallam-hingga-mengangkat-beliau-pada-derajat-ketuhanan)
DR Said Aqiel Siradj,
MA berkata :
"Dan aqidah
tauhid yang dibawa oleh Islam menolak seluruh kesyirikan, sama saja apakah
kesyirikan yang tegak di atas pendapat berbilangnya Tuhan atau kesyirikan yang
dibangun di atas keimanan kepada adanya perantara-perantara antara Allah dan
manusia. Dari situ maka hubungan antara Allah dengan alam –termasuk di dalamnya
adalah manusia- adalah hubungan keterpisahan. Allah maha Esa tidak ada syarikat
baginya, terpisah dari alam dengan keterpisahan yang sempurna dengan
ke-Esa-anNya dalam Dzatnya, sifat-sifatNya, dan perbuatan-perbuatanNya, dan
Allah tersucikan dari seluruh bentuk penyamaan dengan makhluk-makhlukNya.
Aqidah ini dialah
aqidah yang telah disepakati oleh seluruh kaum muslimin, baik salaf mereka
(*golongan terdahulu) maupun kholaf mereka (*golongan belakangan), kecuali
sufiah filsafat, sebagaimana akan kita lihat di tengah lembaran-lembaran
pembahasan ini"
Komentar :
Dalam paragraph ini
kembali DR Said Aqiel menekankan bahwasanya Islam menolak segala bentuk
kesyirikan. Dan bentuk-bentuk kesyirikan ada dua:
Pertama : Dengan
menjadikan Tuhan berbilang, sebagaimana trinitasnya kaum Nasrani, dan juga
dewa-dewa Kaum Hindu.
Kedua : Menjadikan
perantara antara Allah dan manusia. Hal ini sebagaimana keysirikan kaum
musyrikin Arab (silahkan lihat kembali : http://www.firanda.com/index.php/artikel/bantahan/126-bantahan-terhadap-abu-salafy-seri-5-hakikat-kesyirikan-kaum-muysrikin-arab)
DR Said Aqiel Siradj,
MA berkata :
"Kemudian Islam
adalah berpegang teguh dengan perintah-perintah Allah dan perintah-perintah
RasulNya shallallahu 'alaihi wa sallam dan menjauhi apa yang dilarang oleh
Allah dan RasulNya, dan meneladani kehidupan Rasulullah dan mengikuti
jalan-jalan dan sunnah-sunnah yang telah ditempuh oleh para sahabatnya –semoga
Allah meridhoi mereka-
Allah berfirman :
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat" (QS Al-Ahzaab : 21)
Dan Allah ta'aala
juga berfirman : "Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan
apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah" (QS Al-Hasyr : 7)
Allah juga berfirman
: "Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan
janganlah kamu berpaling dari pada-Nya, sedang kamu mendengar
(perintah-perintah-Nya)" (QS Al-Anfaal : 20)"
Komentar :
Dalam paragraf ini DR
Said Aqiel menekankan untuk mengikuti jalan para sahabat Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam, bahkan beliau mendoaakan para sahabat agar diridhoi oleh
Allah. Dan ini tentunya bertentangan dengan aqidah Syi'ah yang justru berdoa
agar Allah melaknat para sahabat dan juga mengkafirkan para sahabat.
DR Said Aqiel Siradj,
MA berkata :
Dan perintah-perintah
Allah dan RasulNya –demikian pula larangan-larangan Allah dan RasulNya- terjaga
dalam Al-Qur'an Al-Kariim dan Sunnah-sunnah Nabi yang mulia. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Aku
meninggalkan pada kalian dua perkara yang kalian tidak akan tersesat selama kalian
berpegang teguh dengan kedua perkara tersebut, yaitu kitabullah dan sunnah
NabiNya"
Komentar :
Dalam paragraf ini DR
Said Aqiel menegaskan akan pentingnya berlandaskan kepada Al-Qur'an dan
Sunnah-Sunnah Nabi, yang keduanya merupakan sumber hukum kaum muslimin. Hal ini
tentunya berbeda dengan:
- Keyakinan sebagian kaum sufi yang
terkadang berdalil dengan kisah-kisah…yang tidak tahu juntrung keabsahannya.
Tidak jarang berupa cerita-cerita karomah yang masih dipertanyakan akan
kevalidannya lantas cerita-cerita tersebut dijadikan dalil utama sehingga
ditolaklah pendalilan dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah
- Sikap sebagian sufi yang taklid buta
kepada gurunya, meskipun pemikiran-pemikiran gurunya bertentangan dengan
Al-Qur'an dan As-Sunnah. Sehingga seakan-akan perkataan gurunya merupakan salah
satu sumber hukum
DR Said Aqiel Siradj,
MA berkata :
"Dan Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam telah mentarbiah (membina) para sahabatnya
dibawah naungan dan petunjuk kitabullah dan sunnahnya, yaitu dengan tarbiah
percontohan agar mereka menjadi teladan bagi orang-orang yang datang setelah
mereka hingga hari kiamat. Maka mereka adalah praktek nyata (hidup) dari
ajaran-ajaran Allah dan arahan-arahan RasulNya. Mereka berittiba' dan
meneladani serta tidak melakukan bid'ah dan mengada-ngadakan. Mereka adalah
para wali-wali Allah yang tidak kawatir dan tidak bersedih. Mereka adalah
teladan dan tolak ukur untuk mengenal al-haq (kebenaran) dari kebatilan, dan
untuk membedakan petunjuk dari kesesatan".
Komentar :
Dalam paragraf ini
beliau menekankan kembali akan mulianya para sahabat dari beberapa sisi:
Pertama : Para
sahabat telah ditarbiyah/dibina dan dididik langsung oleh Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam. Tentunya guru sangat berpengaruh kepada murid-muridnya
Kedua : Tarbiyah
tersebut berdasarkan naungan dan cahaya al-Qur'an dan as-Sunnah
Ketiga : Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam mentarbiyah para sahabat dengan tarbiyah khusus
yaitu tarbiyah percontohan, dengan maksud agar para sahabat menjadi contoh bagi
generasi-generasi setelah mereka
Keempat : Amalan para
sahabat adalah praktek hidup/nyata terhadap ajaran Al-Qur'an dan sunnah Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam.
Hal ini tentu
sangatlah jelas ditinjau dari beberapa sisi
- Para sahabatlah yang paham tentang
maksud Allah dan RasulNya.
- Ayat-ayat al-Qur'an yang pertama kali
mempraktekannya adalah para sahabat.
- Tatkala para sahabat menerapkan
ayat-ayat Allah mereka dibimbing langsung oleh Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam, sehingga jika mereka salah praktek, atau salah paham tentang
Al-Qur'an maka akan ditegur langsung oleh Allah atau melalui Rasulullah yang
merupakan guru dan pengawas mereka
Kelima : Para sahabat
tidak melakukan bid'ah dan tidak mengadakan perkara-perkara baru dalam agama,
akan tetapi mereka meneladani guru mereka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam
Keenam : Para sahabat
adalah wali-wali Allah…maka yang memusuhi dan membenci mereka…apalagi
mengkafirkan mereka tentunya wali-wali syaitan
Ketujuh : (Dan ini
merupakan poin yang terpenting) yaitu DR Said Aqiel menjelaskan bahwa para
sahabat adalah tolak ukur kebenaran, sehingga terbedakan hak dari kebatilan,
dan terbedakan petunjuk dari kesesatan.
Sungguh ini adalah
manhaj yang selalu dan senantiasa diserukan dan dipropagandakan oleh kaum
wahabi (salafy) yaitu agar kembali kepada pemahaman dan manhaj para sahabat
yang jauh dari bid'ah dan perkara-perkara baru dalam agama.
Dan inilah juga yang
selalu diserukan oleh kaum yang disebut-disebut oleh orang yang memusuhinya
“Salafy wahabi” agar senantiasa mencintai para sahabat dan memusuhi orang-orang
yang membenci (bahkan mengkafirkan) para sahabat seperti kaum syi'ah. Jika para
sahabat yang sedemikian mulianya (sebagaimana penjabaran DR Said Aqiel diatas)
itu saja dikafirkan maka bagaimana lagi dengan para pengikut mereka yang jauh
dari kemuliaan para sahabat Nabi radhiallahu 'anhum.
DR Said Aqiel Siradj,
MA berkata :
"Dan dibawah
cahaya al-kitab dan as-sunnah dan siroh Rasulullah serta amalan para sahabatnya
ditimbang amalan-amalan kaum muslimin dan perkataan mereka. Maka apa yang ada
sandarannya dan dalil maka dihukumi dengan amalan/perkataan yang sah dan benar.
"Dan apa yang menyelisihi al-kitab dan as-sunnah dan tidak ada atsarnya
dalam kehidupan para sahabat maka dihukumi dengan fasad (rusak) dan batil. Dan
semua yang keluar dari manhaj ini maka sungguh telah sesat dan
menyesatkan".
Komentar :
Dalam paragraf ini
kembali DR Said Aqiel menekankan akan pentingnya manhaj salaf yaitu manhaj yang
berlandaskan kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah berdasarkan pemahaman para sahabat.
Beliau juga kembali menegaskan bahwa seluruh perkataan/pendapat dan amal
perbuatan manusia harus ditimbang di atas manhaj salaf ini. Jika ada suatu
pemikiran atau amal perbuatan yang tidak diriwayatkan ada di masa kehidupan
para sahabat maka pemikiran dan amal perbuatan tersebut batil. Ini merupakan
seruan yang tegas dari beliau kepada kaum muslimin –terutama di Indonesia-
untuk kembali menimbang amalan-amalan yang sering mereka lakukan. Apakah
amalan-amalan tersebut pernah dilakukan dan diamalkan oleh para sahabat??, jika
tidak pernah maka hal itu adalah batil dan sesat, bahkan pelakunya sesat dan
menyesatkan.
DR Said Aqiel Siradj,
MA berkata :
"Dan tatkala
saya adalah salah seorang mahasiswa di jurusan Aqidah saya melihat bahwasanya
merupakan kewajiban atas saya untuk mencari-cari/mengikuti dan menyelidiki
manhaj-manhaj yang sesat dan jauh dari al-kitab dan as-sunnah. Dan telah
beberapa lama saya menyelidiki manhaj-manhaj tersebut untuk saya jelaskan
penyimpangan dan kesesatannya dan jauhnya manhaj tersebut dari Islam. Termasuk
merupakan perkara yang menyusahkan dan menggelisahkan aku adalah apa yang aku
dapati dari manhaj-manhaj para sufi ahli filsafat yang mereka telah jauh dari
Islam, yaitu tentang pemahaman mereka tentang hubungan alam dengan penciptanya,
dengan pemikiran-pemikiran mereka yang sesat berupa hulul dan ittihad dan
wihdatul wujud (yiatu hulul/menempatinya Allah ke alam, dan ittihad/menyatunya
alam dengan Allah, dan wihdah/kesatuan alam bersama Allah), yang hal itu
melalui metode filsafat al-fanaa' dan fanaa al-fanaa, dan seluruhnya merupakan
pemikiran-pemikiran yang aneh dan muhdatsah (diada-adakan) serta menyusup di
tengah-tengah masyarakat islami"
Komentar :
Dalam paragraf ini DR
Said Aqiel memaparkan bagaimana semangat beliau untuk bernahi mungkar. Beliau
terpanggil bahkan beliau merasa wajib untuk mengikuti dan menyelidiki
manhaj-manhaj yang sesat. Bahkan sangat menggelisahkan beliau kesesatan yang
terdapat dalam manhaj kaum sufi philosofi, yang kesesatan ini merupakan perkara
muhdats (bid'ah) yang telah menyusup dalam masyarakat islam.
DR Said Aqiel Siradj,
MA berkata :
"Dan permulaan
munculnya pemikiran filsafat sesat tersebut di akhir-akhir abad kedua hijriah.
Lalu berkembang dengan pesat di tengah abad ketiga hijriah. Dimulai dari Jabir
bin Hayyan dan Abu Hasyim dan Abduk hingga Ibnu 'Arobi sang fhilosofi besar,
Al-Ghunushy Al-Khothiir, dan melewati Dzu An-Nuun Al-Mishriy, Abi Yaziid
Al-Busthoomy, Al-Hallaaj, Al-Junaid, An-Nafary, Al-Gozhaaly, lalu As-Sahrowardi
yang terbunuh".
Komentar :
Dalam paragaf ini
beliau menjelaskan tentang tokoh-tokoh sufi filsafat yang memiliki pemahaman
sesat wihdatul wujud. Yang diantara tokoh-tokoh tersebut ada yang digandrungi
oleh kaum sufi di Indonesia. Diantaranya adalah Ibnu 'Arobi dan Al-Ghozali.
Adapun Ibnu 'Arobi
maka DR Said Aqiel telah menjelaskan kesesatannya dalam disertasinya tersebut
pada hal 446 hingga hal 450. Beliau menjelaskan tentang pemikiran Ibnu Arobi
dalam dua kitabnya yang berisikan tentang pemikiran wihdatul wujud (bersatunya
Allah dengan alam). Kitab yang pertama adalah kitab Al-Futuhaat Al-Makkiyah,
yang dimana Ibnu Arobi mengaku bahwa apa yang dituliskannya dalam kitab
tersebut adalah wahyu dan didikte oleh Allah. Adapun kitab yang kedua adalah
Fushus Al-Hikam maka Ibnu Arobi mengaku bahwa kitab tersebut datangnya dari
Rasulullah. Dalam kitab Fushus Al-Hikam inilah Ibnu Arobi mengatakan bahwa
Fir'aun adalah orang beriman dan masuk surga !!, hal ini karena tatkala Fir'aun
mengatakan :"Aku adalah Tuham kalian yang maha tinggi" menunjukan
bahwa Fir'aun paham bahwasanya Allah telah bersatu dengan alam, telah bersatu
dengan dirinya. Jadi perkataan Fir'aun tersebut adalah perkataan yang hak dan
benar
Adapun Abu Hamid
Al-Ghozaali, maka kesesatannya tentang pemahaman wahdatul Wujud telah
dijelaskan oleh DR Said Aqiel Siraj dalam disertasinya pada hal 168 hingga hal
172. Pemikiran wihdatul wujud Al-Ghozaali sangat nampak dalam kitabnya Ihyaa
Uluumiddiin (yang kitab ini sangat digandrungi oleh kaum sufi di Indonesia) dan
kitabnya Misykaat al-Anwaar. Adapun bantahan terhadap pemikiran Al-Ghozali ini
maka telah ditulis dengan panjang lebar oleh DR Said Aqiel dalam disertasinya dari
hal 199 hingga hal 221.
DR Said Aqiel Siradj,
MA berkata :
"Dan merupakan
perkara yang diketahui bahwasanya kaum muslimin di Indonesia menghadapi
problematika-problematika besar baik problematika politik, ekonomi, sosial dan
problematika aqidah. Di hadapan mereka musuh-musuh mereka yang menanti-nanti
(*keburukan bagi) kaum muslimin berupa gerakan kristenisasi, sekuler,
bathiniyah, dan sekte-sekte sesat –Syi'ah, Ahmadiyah, dan Bahaaiyah, lalu
Sufiyah"
Komentar :
Pada paragraf ini DR
Said Aqiel menegaskan bahwasanya diantara musuh-musuh kaum muslimin Indonesia
adalah gerakan kristenisasi dan sekuler. Selain itu juga sekte-sekte yang sesat
seperti Syi'ah dan Ahmadiyah qodyaniah. Dan musuh kaum muslimin Indonesia yang
terakhir beliau sebutkan adalah kaum sufi.
Ini merupakan nasehat
yang sangat penting dari beliau akan bahayanya kaum Syi'ah dan kaum Sufi,
karena mereka adalah musuh-musuh yang senantiasa menanti-nanti keburukan kaum
muslimin Indonesia.
DR Said Aqiel Siradj,
MA berkata :
"Dan sufiyah di
Indonesia sungguh telah sukses besar dalam menyebarkan ajaran-ajaran mereka
yang sesat -meskipun kebanyakan mereka tidak beriman dengan aqidah hulul dan
ittihad serta wihdatul wujud-. Dan ajaran sufiah ini senantiasa masih termasuk
ajaran yang paling berbahaya yang tersebar di negeri Indonesia, hal ini
disebabkan kejahilan kaum muslimin di Indonesia terhadap aqidah yang
benar"
Komentar :
Pada paraghraf ini,
beliau menyatakan bahwa kaum sufi telah sukses besar dalam menyebarkan
pemahaman dan ajaran-ajaran mereka di Indonesia. Namun timbul pertanyaan di
benak saya, "Siapakah kaum sufi dimaksud oleh beliau??, yang telah
berhasil menyebarkan ajaran mereka ke penjuru Indoesia??", Apakah maksud
beliau gerakan Muhammadiah?, ataukah Persis?, ataukah NU (Nahdatul Ulama) yang
sedang beliau pimpin sekarang ini?, ataukah yang lainnya?. Semoga beliau bisa
menjelaskan hal ini, dan semoga para pembaca juga mungkin bisa membantu
menjelaskan maksud beliau. Terlebih lagi ada tariqah mu'tabar yang berada di
bawah naungan NU, lihat (http://nu.or.id/page/id/dinamic_detil/1/34341/Warta/Habib_Luthfy__Pengurus_Thoriqoh_jangan_Seperti_Krupuk___.html)
dan (http://alfiananda.wordpress.com/2010/07/17/thariqah-al-mutabarah-dari-waktu-ke-waktu/,
dan http://alfiananda.wordpress.com/2010/07/23/lambang-jam%E2%80%99iyyah-ahlith-thoriqoh-al-mu%E2%80%99tabarah-an-nahdliyyah/,
serta lihat komentar DR Said Aqiel tentang tasawwuf di http://nu.or.id/page/id/dinamic_detil/12/34786/Buku/Urgensi_Tasawuf_di_Era_Globalisasi.html)
Dan saya sangat
setuju dengan pendapat beliau bahwa ajaran-ajaran sesat seperti ini tersebar
disebabkan karena kejahilan kaum muslim di Indonesia terhadap akidah yang benar
sehingga mudah mereka terjangkiti ajaran-ajaran sufiah.
DR Said Aqiel Siradj,
MA berkata :
"Dikarenakan hal
ini seluruhnya dan setelah aku menulis tesisku untuk meraih gelar Master di
bidang aqidah tentang bantahan kepada Kristen maka aku memilih pembahasan
desertasiku untuk meraih gelar Doktor tentang bantahan kepada sufiah,
terukhususkan sufiah filsafat, dengan judul :
"Hubungan Allah
dengan alam menurut sufi filsafat, penelitian dan kritikan"
DR Said Aqiel Siradj,
MA berkata :
"Dan telah
ditulis banyak pembahasan dan telah tersebar banyak risalah-risalah ilmiah
seputar perkara ini, akan tetapi saya melihat perkaranya masih butuh untuk
ditinjau kembali, dengan tinjauan islami dengan timbangan/tolak ukurnya yang
benar dan analogi yang benar, yaitu kitabullah dan sunnah Rasulullah, dan
ditambah dengan manhaj para ulama salafus sholeh"
Komentar :
Pada paragraf ini
beliau menegaskan kembali bahwasanya tolak ukur yang benar untuk digunakan
dalam mengukur kebenaran yaitu Al-Qur'an, As-Sunnah dengan manhaj Salaf.
Setelah itu DR Sa'id
Aqiel Siraj menyebutkan khuttoh bahas disertasinya lalu beliau berkata :
"Adapun sisi
kritikan maka saya memperhatikan manhaj/metode pengkritikan yang ilmiyah yang
benar, maka saya mengkritik pendapat-pendapat mereka (kaum sufi) dan saya
menjelaskan kebatilan pemikiran-pemikiran mereka dengan al-Qur'an dan
as-Sunnah, dan dengan dalil akal yang shahih, dan dengan perkataan para ulama
yang sholihin. Dan dalam hal ini saya berusaha untuk menjauh dari
fanatisme/ta'asshub dan sikap tidak inshoof (tidak adil)"
Komentar:
Pada paragraf ini DR
Said Aqiel Siroj menjelaskan bahwa beliau menjauhi sikap fanatik dan sikap
tidak inshoof (adil) dalam menulis disertasinya. Karenanya saya sangat berharap
para pembaca membaca disertasi yang ditulis beliau ini yang sarat dengan faedah
dan jauh dari sikap fanatik buta tanpa dalil. Bahkan dalam paragraf ini beliau
(DR Said Aqiel) menegaskan bahwa beliau menjelaskan kebatilan pemikiran sufi
falsafi dengan berdasarkan perkataan ulama yang sholihin. Siapakah yang
dimaksud oleh beliau dengan Ulama yang sholihin ini??. Jika para pembaca
menelaah disertasi karya DR Said Aqiel Siroj ini maka para pembaca akan
menemukan bahwasanya perkataan alim ulama yang paling dijadikan landasan oleh
DR Said Aqiel dalam membatilkan pemikiran sufi falsafi adalah perkataan Ibnu
Taimiyyah rahimahullah yang dituduh sebagai dedengkotnya salafy. Jadi sangat
jelas bahwasanya DR Said Aqiel menganggap Ibnu Taimiyyah adalah sosok alim
ulama yang sholih, karenanya DR Said Aqiel menjadikan perkataan-perkataannya
untuk membantah tokoh-tokoh sufi seperti Ibnu Arobi dan Al-Ghozali.
DR Said Aqiel Siradj
berkata :
"Dan tujuanku
dalam disertasiku ini adalah menampilkan dirosah/penelitian yang
sungguh-sungguh dan teliti/detail dengan harapan untuk menampakan dan
menjelaskan hakikat/kebenaran, yang selanjutnya adalah untuk membela kebenaran
dan untuk meninggikan kalimat Allah yang tinggi. Maka aku meminta kepada Allah
Azza wa Jalla untuk merealisasikan harapan tujuan desertasi ini dan agar
memberi faedah kepada para pembacanya dan menjadikannya ikhlash karena
mengharapkan wajahNya, dan aku beristighfar kepada Allah atas seluruh
kesalahanku yang ada dalam disertasiku ini, dan aku bersyukur kepadaNya atas
kebenaran yang Allah hidayahkan kepadaku, dan segala puji bagi Allah di
permulaan dan di akhir, dan Dialah cukup bagiku, dan sebaik-baik tempat
bertawakal, dan semoga shalawat dan shalam tercurahkan bagi sayyidinaa Muhammad
dan keluarganya serta para sahabatnya"
Komentar :
Semoga artikel yang
saya paparkan ini membantu mewujudkan terkabulnya harapan DR Said Aqiel Siroj,
sehingga risalah disertasi yang bagus ini bisa dipetik faedahnya oleh para
pembaca sekalian, khususnya kaum muslimin di Indonesia.
Demikianlah
muqoddimah yang ditulis oleh DR Said Aqiel Siraj di muqoddimah disertasi beliau
dan sedikit komentar dari saya. Sungguh muqoddimah yang sarat dengan penjelasan pokok-pokok usul
aqidah Ahlus Sunnah yang dibangun di atas manhaj salaf.
Kota Nabi
-shallallahu 'alaihi wa sallam-, 14-01-1433 H / 09 Desember 2011 M
Abu Abdilmuhsin
Firanda Andirja
www.firanda.com
https://firanda.com/index.php/artikel/bantahan/221-nasehat-dr-said-aqiel-siradj-ma-untuk-ketua-pbnu-kiyai-haji-said-aqiel-siradj
https://firanda.com/index.php/artikel/bantahan/221-nasehat-dr-said-aqiel-siradj-ma-untuk-ketua-pbnu-kiyai-haji-said-aqiel-siradj
Related articles
Cucu
Syaikhana Kholil Bangkalan: Said Aqil Harus Mundur karena Gerogoti dan Merusak
NU
Menentang
Qanun Asasi NU, Kiai Afif Minta Said Aqil Dirikan NU Baru
Tuntut
PBNU Dibersihkan dari PKI, Syiah dan Liberal, Kiai-Kiai Desak Said Aqil Mundur
KH. Said Aqil Siroj (Ketum PBNU) Adalah Mantan Wahabi ?
Awalnya Said Aqil Siroj, pemuda asal
Cirebon lulusan Ummul Qura Makkah, dibawa oleh Gus Dur sesuai dengan amanat
Prof. Dr. as-Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki. Kita tahu bahwa Ummul Qura
adalah universitas di Mekkah yang berafiliasi pada aliran Wahabi. Jangankan
universitas, negara Arab Saudi pun secara resmi menyatakan madzhab Wahabi yang
dianut.
Sepulang dari Mekkah, Kang Said langsung mendapat
karpet merah menjadi Katib Aam PBNU. Tidak ada yang senasib seperti Kang Said.
Karena waktu itu banyak Doktor-doktor Indonesia lulusan Mesir dan Arab Saudi
tahun 90'an, tidak ada pemuda yang langsung menjadi pengurus di PBNU kecuali
Kang Said.
Pada saat itu banyak kyai sepuh yang protes pada Gus
Dur. Posisi Katib itu bukan posisi sembarangan. Apalagi Kang Said pada saat itu
masih muda. Kyai-kyai di PBNU tidak ada yang kenal siapa itu Kang Said,
tiba-tiba langsung jadi Katib. "Lha pemuda itu siapa Gus!?" tanya para
kyai kepada Gus Dur.
Jawab Gus Dur: "Kalian-kalian itu
sudah lama di sini, tapi belum tentu hafal ribuan qaul (pendapat) ulama sufi
dan ratusan kitab tasawuf seperti pemuda ini."
"Andai saja Kang Said tidak digandeng oleh Gus
Dur, mungkin ia sudah menjadi pimpinan Wahabi Indonesia yang suka
mengobrak-abrik amaliah warga NU. Disertasinya saja menyesatkan Imam Ghazali
dan para ulama tasawuf lainnya. Gara-gara disertasi itu, koleksi kitab tasawuf
Kang Said sampai berserakan. Bukan hanya satu lemari, tapi satu kamar
penuh," tutur Aby Ofah sebagaimana dilansir di muslimedianews.com.
Pada Mukaddimah disertasi
S3 yang ia tulis semasa ia kuliah di Universitas Umm Al Quro, hal: tha’ (ط)
Said Aqil menyatakan: “Telah diketahui bersama bahwa umat Islam di
Indonesia secara politik, ekonomi, sosial dan idiologi menghadapi berbagai
permasalahan besar. Pada saat yang sama mereka menghadapi musuh yang senantiasa
mengancam mereka. Dimulai dari gerakan kristenisasi, paham sekuler,kebatinan,
dan berbagai sekte sesat, semisal Syi’ah, Qadiyaniyah (Ahmadiyyah), Bahaiyah
dan selanjutnya Tasawuf.”
Bukan
hanya Syi’ah yang sesat, bahkan lebih jauh Said Aqil dari hasil studinya
menyimpulkan bahwa paham tasawuf juga menyimpang dari ajaran Islam. Karena itu
pada akhir disertasinya, Said Aqil menyatakan: “Sejatinya ajaran tasawuf dalam hal “al hulul”
(menyatunya Tuhan dengan manusia) berasalkan dari orang-orang Syi’ah aliran
keras (ekstrim). Aliran ekstrim Syi’ah meyakini bahwa Tuhan atau bagian
dari-Nya telah menyatu dengan para imam mereka, atau yang mewakili mereka. Dan
idiologi para pengikut Sekte Syi’ah ini berawal dari pengaruh ajaran agama
Nasrani.” (Silatullah Bil Kaun Fit Tassawuf Al Falsafy oleh
Said Aqil Siroj 2/605-606)
Kesesatan
Syiah Menurut Dr. Said Aqil Siroj
http://lamurkha.blogspot.co.id/2015/07/kesesatan-syiah-menurut-dr-said-aqil.html#more
Sufi, Benarkah Itu Ajaran Nabi?
Hakikat Shufiyyah di Mata Syi’ah
Syi'ah Sufistis
http://lamurkha.blogspot.co.id/2016/01/syiah-sufistis.html