Sungguh merupakan suatu kemuliaan tatkala
seseorang ternyata termasuk Ahlul Bait, tatkala seseorang merupakan cucu dan
keturunan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, menjadi keturunan orang yang
paling mulia yang pernah ada di atas muka bumi.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengingatkan kita untuk memperhatikan
para Ahlul Bait. Kita sebagai seorang ahlus sunnah, bahkan sebagai seorang
muslim harus menghormati keturunan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam jika
keturunan Nabi tersebut adalah orang yang bertakwa.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
وأهلُ بَيتِي، أُذكِّرُكم اللهَ في أهل بيتِي،
أُذكِّرُكم اللهَ في أهل بيتِي، أُذكِّرُكم اللهَ في أهل بيتِي
"Dan keluargaku, aku mengingatkan kalian kepada Allah tentang ahlu baiti
(keluargaku), aku mengingatkan kalian kepada Allah tentang keluargaku, aku
mengingatkan kalian kepada Allah tentang ahlu baiti keluargaku" (HR
Muslim no 2408)
Yaitu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk bertakwa
kepada Allah dalam memperhatikan hak-hak Ahlul Bait, dan memerintahkan kita
untuk menghormati mereka. Hal ini menunjukkan bahwa Ahlul Bait memiliki
manzilah dalam Islam.
Abu Bakar radhiallahu 'anhu pernah berkata kepada Ali bin Abi Thholib :
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَرَابَةُ رَسُوْلِ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أحبُّ إليَّ أنْ أَصِلَ من قرابَتِي
"Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh kerabat Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam lebih aku sukai untuk aku sambung (silaturahmi)
daripada kerabatku sendiri" (HR Al-Bukhari no 3711)
Sungguh begitu bahagianya tatkala saya bertemu dengan cucu-cucu Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam di Kota Nabi shallallahu yang tegar dan
menyerukan sunnah Nabi dan memerangi kesyirikan dan kebid'ahan. Begitu
bahagianya saya tatkala sempat kuliah di Unversitas Islam Madinah program
jenjang Strata 1 selama 4 tahun (tahun 2002 - 2006) di fakultas Hadits yang
pada waktu itu dekan kuliah hadits adalah Doktor Husain Syariif
al-'Abdali yang merupakan Ahlul Bait…yang menegakkan sunnah-sunnah
leluhurnya dan memberantas bid'ah yang tidak pernah diserukan oleh leluhurnya.
Alhamdulillah hingga saat artikel in ditulis beliau masih menjabat
sebagai Dekan Fakultas Hadits
Akan tetapi merupakan perkara yang sangat menyedihkan tatkala saya mendapati
sebagian ahlul bait yang menjadi pendukung bid'ah…pendukung aqidah dan amalan
yang tidak pernah diserukan oleh Leluhur mereka habibuna Muhammad shallallahu
'alaihi wa sallam. Bahkan betapa banyak orang syi'ah Rofidoh yang mengaku-ngaku
sebagai cucu-cucu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Bahkan mereka
mengkafirkan ahlul bait yang sangat dicintai oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam yaitu istri beliau 'Aisyah radhiallahu 'anhaa. Demikian juga mereka
mengkafirkan lelaki yang paling dicintai Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
yaitu Abu Bakar radhiallahu 'anhu. Wallahul Musta'aan…
Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaa'ah terhadap Ahlul Bait adalah sikap tengah antara
sikap berlebih-lebihan (ghuluw) dan sikap kurang/keras kepada Ahlul Bait.
Ahlus Sunnah wal Jama'ah mengenal keutamaan orang yang menggabungkan antara
keutamaan takwa dan kemuliaan nasab.
- Maka barangsiapa diantara
Ahlul Bait yang merupakan sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam maka Ahlus
Sunnah mencintainya karena tiga perkara, karena sebagai sahabat Nabi, karena
ketakwaannya dan karena kekerabatannya dengan Nabi.
- Barangsiapa diantara Ahlul
Bait yang bukan merupakan sahabat akan tetapi bertakwa maka Ahlus Sunnah
mencintainya karena dua perkara, karena ketakwaannya dan karena kekerabatannya.
Ahlus Sunnah meyakini bahwa kemuliaan nasab mengikuti kemuliaan takwa dan
iman.
Adapun barangsiapa diantara Ahlul Bait yang tidak bertakwa maka kemuliaan
nasabnya tidak akan memberi manfaat baginya. Allah telah berfirman :
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling taqwa diantara kamu (QS Al-Hujuroot : 13).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ
نَسَبُهُ
"Barang siapa yang amalannya memperlambatnya maka nasabnya tidak akan bisa
mempercepatnya" (HR Muslim no 2699)
Al-Imam An-Nawawi mengomentari hadits ini :
مَعْنَاهُ مَنْ كَانَ عَمَلُهُ نَاقِصًا لَمْ
يُلْحِقْهُ بِمَرْتَبَةِ أَصْحَابِ الأَعْمَالِ فَيَنْبَغِى أَنْ لاَ يَتَّكِلَ
عَلَى شَرَفِ النَّسَبِ وَفَضِيْلَةِ الآبَاءِ وَيُقَصِّرُ فِى الْعَمَلِ
"Makna hadits ini yaitu barang siapa yang amalnya kurang maka nasabnya
tidak akan membuatnya sampai pada kedudukan orang-orang yang beramal, maka
seyogyanya agar ia tidak bersandar kepada kemuliaan nasabnya dan keutamaan
leluhurnya lalu kurang dalam beramal" (Al-Minhaaj Syarh Shahih Muslim
17/22-23)
Ibnu Rojab Al-Hanbali berkata :
فَمَنْ أَبْطَأَ بِهِ عَمَلُهُ أَنْ يَبْلُغَ
بِهِ الْمَنَازِلَ الْعَالِيَةَ عِنْدَ اللهِ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ
فَيُبَلِّغُهُ تِلْكَ الدَّرَجَاتِ، فَإِنَّ الله تَعَالَى رَتَّبَ الْجَزَاءَ
عَلَى الأَعْمَالِ لاَ عَلَى الأَنْسَابِ كَمَا قَالَ تَعَالَى فَإِذَا نُفِخَ فِي
الصُّوْرِ فَلاَ أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلاَ يَتَسَاءَلُوْنَ
"Barangsiapa yang amalnya lambat dalam mencapai derajat yang tinggi di
sisi Allah maka nasabnya tidak akan mempercepat dia untuk mencapai derajat yang
tinggi tersebut. Karena Allah memberi ganjaran/balasan atas amalan dan
bukan atas nasab sebagaimana firman Allah
فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلا أَنْسَابَ
بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلا يَتَسَاءَلُونَ (١٠١)
"Apabila sangkakala ditiup Maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di
antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling
bertanya" (QS Al-Mukminun : 101)" (Jaami al-'Uluum wa al-Hikam
hal 652)
Ibnu Rojab berkata selanjutnya:
"Dan dalam Musnad (*Ahmad) dari Mu'adz bin Jabal bahwasanya Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam tatkala mengutus beliau ke negeri Yaman maka Nabi
keluar bersama beliau sambil memberi wasiat kepada beliau, lalu Nabi berpaling
dan menghadap ke kota Madinah dengan wajahnya dan berkata :
إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِي الْمُتَّقُوْنَ، مَنْ
كَانُوْا حَيْثُ كَانُوْا
"Sesungguhnya orang-orang yang paling dekat dengan aku adalah orang-orang
yang bertakwa, siapa saja mereka dan di mana saja mereka" (*HR Ahmad
no 22052)
Dan At-Thobroni mengeluarkan hadits ini dengan tambahan :
إِنَّ أَهْلَ بَيْتِي هَؤُلاَءِ يَرَوْنَ
أَنَّهُمْ أَوْلَى النَّاسِ بِي وَلَيْسَ كَذَلِكَ، إِنَّ أَوْلِيَائِي مِنْكُمُ
الْمُتَّقُوْنَ مَنْ كَانُوْا وَحَيْثُ كَانُوْا
"Sesungguhnya Ahlul Bait mereka memandang bahwasanya mereka adalah orang
yang paling dekat denganku, dan perkaranya tidak demikian, sesungguhnya para
wali-waliku dari kalian adalah orang-orang yang bertakwa, siapapun
mereka dan di manapun mereka" (*HR At-Thobroni 20/120 dan Ibnu
Hibbaan dalam shahihnya no 647. Al-Haitsaimy dalam Majma' Az-Zawaid (10/400)
berkata : Isnadnya jayyid (baik), demikian juga Syu'aib Al-Arnauuth berkata :
Isnadnya kuat)
Dan semua ini didukung oleh sebuah hadits yang terdapat di Shahih Al-Bukhari
dan Shahih Muslim dari 'Amr bin Al-'Aash bahwasanya beliau mendengar Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ آلَ أَبِي فُلاَنٍ لَيْسُوْا لِي بِأَوْلِيَاءِ
وَإِنَّمَا وَلِيِّي اللهُ وَصَالِحُو الْمُؤْمِنِيْنَ
"Sesungguhnya keluarga ayahku –yaitu si fulan- bukanlah para waliku, dan
hanyalah para waliku adalah Allah, dan orang-orang mukmin yang
sholih" (*HR Al-Bukhari no 5990 dan Muslim no 215)
Rasulullah memberi isyarat bahwa walaa' kepada beliau tidak diperoleh dengan
nasab meskipun dekat nasabnya, akan tetapi diperoleh dengan keimanan dan amalan
sholeh. Maka barangsiapa yang imannya dan amalannya semakin sempurna maka
walaa'nya semakin besar kepada Nabi, sama saja apakah ia memiliki nasab yang
dekat dengan Nabi ataukah tidak. Dan dalam penjelasan ini seorang (penyair)
berkata :
لعمرُك ما الإنسانُ إلَّا
بِدِيْنِهِ
فَلاَ تَتْرُكِ التَّقْوَى اتِّكالاً عَلَى النَّسَبِ
لَقَدْ رَفَعَ الإِسْلاَمُ سَلْمَانَ
فَارِسٍ
وَقَدْ وَضَعَ الشِّرْكُ النَّسِيبَ أبا لَهَبِ
"Tidaklah seseorang (bernilai) kecuali dengan agamanya
Maka janganlah engkau meninggalkan ketakwaan dan bersandar kepada nasab
Sungguh Islam telah mengangkat Salman Al-Farisi (*yang bukan orang arab)
Dan kesyirikan telah merendahkan orang yang bernasab tinggi si Abu Lahab".
(Demikian perkataan ibnu Rojab, Jaami' al-'Uluum wa al-Hikam, hal 653-654,
Syarah hadits ke 36)
Al-Imam An-Nawawi mengomentari hadits di atas:
ومعناه إِنما وليي من كان صالحا وإِن بَعُدَ
نَسَبُه مِنِّي وليس وليي من كان غير صالح وان كان نسبه قريبا
"Dan maknanya adalah : Yang menjadi Waliku hanyalah orang yang sholeh
meskipun nasabnya jauh dariku, dan tidaklah termasuk waliku orang yang tidak
sholih meskipun nasabnya dekat" (Al-Minhaaj Syarh Shahih Muslim 3/87)
Sungguh sangat menyedihkan ternyata di
tanah air Indonesia ada sebagian Ahlul Bait yang menjadi pendukung bid'ah dan
aqidah yang menyimpang. Sehingga sebagian masyarakat muslim Indonesia langsung
tertarik dengan dakwah yang diserukannya. Bahkan sebagian masyarakat Indonesia
menyangka bahwa apa saja yang dibawa dan didakwahkan olehnya itulah kebenaran.
Padahal di sana masih banyak Ahlul Bait (para Habib) yang menyeru kepada sunnah
Nabi dan memerangi bid'ah.
Oleh karenanya pada artikel ini saya
ingin menjelaskan kepada para pembaca bahwasanya para habib bukan hanya
mereka-mereka yang menyeru pada acara bid'ah (habib-habib sufi) atau
mereka-mereka yang menyeru kepada kekufuran (seperti habib-habib syi'ah
rofidhoh) akan tetapi masih banyak habib-habib yang menyeru kepada tauhid dan
sunnah serta memerangi kesyirikan dan bid'ah.
"Segala puji bagi Allah penguasa
alam semesta, Yang Maha pemberi petunjuk kepada siapa saja yang Dia kehendaki
dari para hambaNya kepada jalan yang lurus. Sholawat dan salam tercurahkan
kepada manusia tersuci yang telah diutus sebagai rahmat untuk alam dan juga
tercurahkan kepada keluarganya serta seluruh para sahabatnya.
Kemudian daripada itu, di antara Prinsip-prinsip yang agung yang
berpadu di atasnya hati-hati para ulama dan kaum Mukminin adalah meyakini
(mengimani) bahwa petunjuk Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah
petunjuk yang paling sempurna, dan syari’at yang beliau bawa adalah syari’at
yang paling sempurna, Allah Ta’ala berfirman:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ
وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا (٣)
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu. (QS. Al
maidah:3)
Dan meyakini (mengimani) bahwa mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam merupakan agama yang dipanuti oleh seorang muslim. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Tidak sempurna iman salah seorang di antara kamu sehingga aku lebih dia cintai
dari ayahnya, anaknya, dan semua manusia. (HR. al-Bukhari & Muslim)
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam adalah penutup para nabi, Imam orang-orang
yang bertaqwa, Pemimpin anak-cucu Adam, Imam Para Nabi jika mereka dikumpulkan,
dan Khatib mereka jika mereka diutus, si Pemilik al-Maqoom al-Mahmuud dan
Telaga yang akan dihampiri, Pemilik bendera pujian, pemberi syafa’at manusia
pada hari kiamat, Pemilik al-Washiilah dan al-Fadhiilah. Allah telah
mengutusnya dengan membawa kitab suci yang terbaik, dan Allah telah memberikan
kepadanya syari'at yang terbaik, dan Allah menjadikan umatnya sebagai umat
terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, Allah Ta’ala berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ
أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ
اللَّهَ كَثِيرًا (٢١)
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah. (QS. al-Ahzab: 21)
Dan di antara kecintaan kepada beliau adalah mencintai keluarga beliau (Ahlul
Bait), Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Aku mengingatkan kalian kepada Allah pada Ahlu Bait (keluarga)ku. (HR. Muslim).
Maka wajib bagi keluarga Rasulullah (Ahlul Bait) untuk menjadi orang
yang paling yang mulia dalam mengikuti Sunnah Beliau Shallallahu ‘alaihi
wasallam, paling meneladani petunjuknya, dan wajib atas mereka untuk
merealisasikan cinta yang sebenarnya (terhadap beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam, red.), serta menjadi manusia yang paling menjauhi hawa nafsu. Karena
Syari’at datang untuk menyelisihi penyeru hawa nafsu, Allah Ta’ala berfirman:
فَلا وَرَبِّكَ لا يُؤْمِنُونَ حَتَّى
يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ
حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (٦٥)
Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka
tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan,
dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (QS. An-Nisa’: 65)
Kecintaan yang hakiki pastilah akan malazimkan Ittiba’ yang benar. Allah Ta’ala
berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ
فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ
غَفُورٌ رَحِيمٌ (٣١)
Katakanlah:”Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya
Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (QS. Ali ‘Imran: 31)
Seseorang bukan hanya sekedar berafiliasi kepada beliau secara nasab sudah
cukup untuk menjadikannya sesuai dengan kebenaran dalam segala perkara yang
tidak mungkin untuk disalahkan atau berpaling darinya.
Dan di antara fenomena yang menyakitkan
hati seseorang yang diterangi oleh Allah Ta’ala pandangannya dengan cahaya
ilmu, dan mengisi hatinya dengan cinta dan kasih sayang kepada keluarga NabiNya
(ahlul bait), khususya jika dia termasuk Ahlul Bait, dari keturunan beliau yang
mulia : Adalah terlibatnya sebagian anak-cucu Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam yang mulia (Ahlul Bait/Habaib) dalam berbagai macam penyimpangan
syari’at, dan pengagungan mereka terhadap syi’ar-syi’ar yang tidak pernah
dibawa oleh al-Habib al-Mushtafa Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Karena kecintaan kepada beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam mengharuskan ittiba’ (mengikuti) beliau
Shallalllahu ‘alaihi wasallam secara lahir dan batin. Dan tidak ada
pertentangan antara mencintai beliau dengan mengikuti beliau shallallahu
‘alaihi wasallam, bahkan ittiba’ (mengikuti) beliau merupakan landasan
kecintaan kepadanya. Dan orang-orang yang mengikuti beliau secara benar (Ahlul
ittiba’) adalah mereka yang meneladani sunnahnya, menapak tilas petunjuknya,
membaca sirah (perjalanan hidup)nya, mengharumi majelis-majelis mereka dengan
pujian-pujian terhadapnya tanpa membatasi pada hari tertentu, dan tanpa sikap
berlebihan dalam menyifatinya serta menentukan tata cara yang tidak berdasar
dalam syari’at Islam.
Wahai Tuan-tuan Yang terhormat! Wahai
sebaik-baiknya keturunan di muka bumi, sesungguhnya kemulian Asal usul dan
nasab merupakan kemulian yang diikuti dengan taklif (pembebanan), yakni
melaksanakan sunnah Rasululullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan berusaha
untuk menyempurnakan amanahnya setelah sepeninggalnya, dengan menjaga agama,
menyebarkan dakwah yang dibawanya.
Dan sikap seseorang yang mengikuti apa yang tidak dibolehkan oleh syari’at
tidak mendatangkan kebenaran sedikitpun, dan merupakan amalan yang ditolak oleh
Allah Ta’ala, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam:
Barangsiapa mengada-adakan sesuatu yang baru di dalam urusan (agama) kami ini
yang bukan termasuk di dalamnya, maka ia tertolak. (HR. al-Bukhari dan
Muslim)
Waspadalah dan bertakwalah kalian kepada Allah, wahai para Ahlu bait Nabi!,
Jangan kalian diperdayakan oleh kesalahan orang yang melakukan kesalahan, dan
kesesatan orang yang sesat, sehingga kalian menjadi para pemimpin di luar garis
petunjuk! Demi Allah, tidak seorangpun di muka bumi ini lebih kami inginkan
untuk mendapatkan hidayah daripada kalian, karena kedekatan kekerabatan kalian
dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ini merupakan seruan dari hati-hati yang mencintai dan menginginkan kebaikan
bagi kalian, dan menyeru kalian untuk selalu mengikuti sunnah leluhur kalian
(*Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam) dengan meninggalkan bid’ah maulid ini dan
seluruh amalan yang tidak diketahui oleh seseorang dengan yakin bahwa itu merupakan
sunnah dan agama yang dibawanya, maka bersegeralah dan bersegeralah, Karena
: Barang siapa yang lambat dalam amalnya, niscaya nasabnya tidak akan
mempercepat amalnya tersebut. (HR. Muslim).
Untuk lebih mengenal sepak terjang para
Habib wahabi yang getol membela sunnah leluhur mereka dan memerangi bid'ah yang
tidak pernah diajarkan oleh leluhur mereka, maka kami sangat berharap kepada
para pembaca sekalian untuk mengunjungi website-website berikut ini:
Pertama : www.dorar.net , sebuah website yang dimiliki dan
dikelola oleh Habib 'Alawi bin 'Abdil Qoodir As-Saqqoof. Dalam web ini
para pembaca bisa melihat sepak terjang beliau dalam berdakwah di atas manhaj
salaf dan memberantas bid'ah.
Bahkan dalam website beliau ada penjelasan tentang bahwa nasab As-Syaikh Abdul
Qoodir Al-Jailaani dan juga As-Syaikh Ahmad Ar-Rifaa'i bukanlah termasuk Ahlul
Bait. Karena dalam rangka melariskan pemahaman yang sesat maka kaum sufi
menisbahkan kedua Syaikh ini kepada Ahlul Bait. (silahkan lihat :
http://www.dorar.net/enc/firq/2400)
Kedua : www.alsoufia.com, website ini dimiliki dan dikelola Habib Muhammad bin
Abdillah Al-Maqdiy. Dalam web ini sangat nampak bagaimana usaha Habib Muhammad
Al-Maqdy untuk membantah bid'ah sufi.
Ketiga : alalbayt.com, dalam web ini juga para pembaca yang budiman bisa
melihat betapa banyak Ahlul Bait yang berjuang membela sunnah leluhur mereka
dan memberantas ajaran baru (bid'ah) yang tidak pernah dilakukan oleh leluhur
mereka. Bahkan para pembaca akan dapati bagaimana Ahlul Bait wahabi membantah
Ahlul Bait Sufi dan Ahlul Bait Syi'ah
Demikian juga kami sangat berharap para pembaca untuk menelaah kitab-kitab
berikut yang ditulis oleh para habib wahabi untuk membantah para habib sufi.
Pertama : kitab نسيم حاجر في
تأكيد قولي عن مذهب المهاجر, karya Mufti Hadromaut
Habib Al-'Allaamah Abdurrohman bin Abdillah As-Saqqoof (wafat tahun 1375 H),
yang kitab ini sungguh menggoncang para sufi di kita Hadromaut di Yaman.
Silahkan mendownloadnya di
(http://www.soufia-h.com/soufia-h/book/naseem-hajer.rar). Adapun resensi buku
ini bisa dilihat di (http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=171629)
Kedua : Kitab التصوف بين
التمكين والمواجهة, karya Habib Muhammad bin
Abdillah Al-Maqdi. Silahkan mendownload kitab tersebut di
(http://d1.islamhouse.com/data/ar/ih_books/single3/ar_altasouf_bain_altamkeen.pdf),
Ketiga : Kitab إلى أين أيها
الحبيب الجفري؟, ini adalah kitab karya
Habib Doktor Kholduun Makkiy Al-Hasaniy yang disusun untuk membantah Habib Ali
Al-Jufri. Kitab ini sangat penting dan memiliki keterkaitan dengan Habib
Munzir. Karena Habib Ali Al-Jufri dan Habib Munzir sama-sama berguru kepada
guru yang sama yaitu Habib Umar bin Hafiizh, yang Habib Umar bin Hafiiz
inilah yang pernah dihadirkan oleh Habib Munzir di Jakarta dan digelari sebagai
Al-Musnid.
Habib Umar bin Hafiz inilah yang memberi kata pengantar bagi kitab Muridnya
Habib Al-Jufri yang berjudul معالم السلوك
للمرأة المسلمة yang telah dibantah oleh
Habib Doktor Kholduun Makky Al-Hasaniy.
Habib Doktor Kholduun Makky Al-Hasaniy berkata di pengantar kitabnya tersebut :
"Dan gurunya Habib Umar bin Hafiizh telah memberikan kata pengantar
terhadap buku ini, ia telah memuji kitab dan penulisnya (Habib Ali Al-Jufri)
dengan pujian yang sangat tinggi. Bahkan sang guru telah menyifati buku
tersebut dengan menyatakan bahwa buku tersebut adalah nafas-nafas (tulisan-tulisan)
yang penuh keberkahan dan peringatan-peringatan yang mulia… telah dialirkan
oleh Allah pada lisan Habib Al-Jufriy. Dan sang guru telah memuji Allah atas
dimudahkannya dicetaknya kitab ini.
Jadi kitab ini adalah karya As-Syaikh Habib Al-Jufry dan telah diberkahi dan
diberi pengantar oleh gurunya Habib Umar bin Hafiizh. Dengan demikian maka
Habib Al-Jufry bertanggung jawab atas perkara-perkara yang ia tuliskan dalam
buku ini" (lihat kitab Ila aina Ayyuhal Habiib Al-Jufriy hal 17).
Silahkan mendownload kitab ini di
(http://www.4shared.com/document/bw_ToTWs/____.html)
Habib Al-Jufri ini memiliki kesalahan-kesalahan fatal dalam masalah aqidah,
bukan di sini perinciannya. Akan tetapi sekedar untuk wawasan maka silahkan
lihat (http://www.youtube.com/watch?v=wPSbtto9wmM&feature=related).
Dan lihat cara ibadahnya
(http://www.youtube.com/watch?v=EhO2OfBFZns&feature=related)
Dan Al-Jufriy ini juga suka mencela para ulama wahabi dan merendahkan mereka,
sama seperti teman sejawatnya Habib Munzir. Silahkan lihat
(http://www.youtube.com/watch?v=WBLWOOCJRrg).
Penutup : Mendoakan para habib :
Harapan besar senantiasa kita gantungkan kepada Allah agar para habib syi'ah
atau sufi mau menerima nasehat yang disampaikan oleh para habib Wahabi. Sungguh
betapa bahagia tatkala kita mendapati para habib mendakwahkan warisan leluhur
mereka yaitu sunnah-sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan meninggalkan
peribadatan bid'ah yang tidak pernah dikerjakan oleh leluhur mereka…
Dengan nama-nama Allah yang Husna dan sifat-sifat-Nya yang ‘Ulya, semoga Allah
mewafatkan kita dan seluruh kaum Muslim di dalam agama Islam yang di bawa Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Semoga Allah Ta’ala selalu memberikan hidayah dan petunjuk-Nya kepada kita dan
kaum muslim serta terkhusus kepada para Habib sehingga menjadi panutan
yang menuntun umat kepada jalan Allah yang lurus dan bukan menuntun kepada
jalan kesesatan dan kekafiran. Allahumma aamiin…
Sungguh indah untaian do'a Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tatkala beliau membuka
sholat malam beliau
اللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرِيلَ وَمِيكَائِيلَ
وَإِسْرَافِيلَ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ
أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ اهْدِنِى
لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ إِنَّكَ أَنْتَ تَهْدِى مَنْ
تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
"Yaa Allah, Robny malaikat Jibri', Mikail, dan Isroofiil, Pencipta langit
dan bumi, Yang Maha mengetahui yang gaib maupun yang nampak…sesungguhnya Engkau
yang menjadi Hakim diantara hamba-hambaMu pada perkara yang mereka
perselisihkan…berilah aku petunjuk dengan idzinMu kepada kebenaran dari apa
yang diperselisihkan…Sesungguhnya Engkau memberi petunjuk bagi siapa saja yang
Engkau kehendaki kepada jalan yang lurus"
Kota Nabi -shallallahu 'alaihi wa
sallam-, 27-12-1432 H / 23 November2011 M
Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja
Dikutip sebagian tanpa merubah kata dan
makna, dari :