Kenapa MUI (juga Ormas Islam terbesar lainnya) Membisu dan Ambigu serta tidak minta
Rusia hentikan dukungan dan Mengecam Rezim Ganas Kufar Syi’ah Rafidah Bashar
Assad Laknatullah (Pembantai lebih dari lima ratus ribu ahlus sunnah Syam,
keturunan Para Sahabat Nabi) ? Apakah MUI (juga ormas Islam terbesar lainnya), beraqidah Ahlus Sunnah wal jama'ah? Ahlus Sunnah Syam Menghadapi dua Kubu Tentara Adi Daya Kufar (Komunis Rusia dan Barat) serta Seluruh Milisi kufar Syi'ah didunia. Anomali "Muslim" ahlus sunnah di Indonesia. Pujian
Luar Biasa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wa Sallam Kepada Negeri dan Keimanan Penduduk
Syam, bukan kepada Syiah yang datang kemudian (Hadits Nabi : mereka sebagai sumber
fitnah atau bencana dari timur, silahkan search artikel lamurkha).
MUI Kutuk Penyerangan Amerika dan Sekutunya ke Suriah (??!)
Senin 16 April 2018 18:29 WIB
Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengutuk
keras serangan udara mileter Amerika Serikat (AS), kerajaan Inggris, dan
Prancis ke Suriah akhir pekan ini. Hal ini disampaikan Sekjen MUI Pusat, Anwar
Abbas karena serangan Amerika dan sekutunya itu bisa membuat perang antar
negara yang lebih besar.
"MUI mengutuk dengan keras tindakan
Amerika Serikat dan sekutunya untuk menyerang Suriah dengan tuduhan pihak
pemerintah Suria telah mempergunakan senjata kimia," ujar Anwar
kepada Republika.co.id, Senin (16/4).
Menurut dia, tindakan Amerika Serikat ini
sangat berbahaya karena selain akan membuat jatuhnya korban dari kalangan
sipil, anak-anak dan kaum perempuan, tindakan ini juga bisa menyulut perang
baru yang lebih luas dan lebih besar lagi.
Pasalnya, kata dia, sebagai sekutu
Suriah, pemerintah Rusia, Cina dan Iran juga tidak akan tinggal diam dan
membiarkan Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya membumihanguskan Suria.
"Kita sangat khawatir tindakan
Amerika Serikat ini akan menyulut perang yang lebih besar dan lebih meluas lagi
yang tidak akan berkesudahan seperti di Afghanistan yang telah menyebabkan
jatuhnya banyak korban dan kerusakan serta kerugian yang tidak terkira,"
ucapnya.
MUI menilai, keputusan Amerika Serikat
tersebut sangat gegabah dan tidak bertanggung jawab. Karena itu, kata Anwar,
MUI menghimbau dan mendesak negara-negara yang tergabung dalam OKI dan PBB
menghentikan tindakan Amerika.
Selain itu, tambah dia, MUI juga
mendukung langkah-langkah yang sudah dilakukan oleh pemerintah Indonesia,
terutama oleh Menteri Luar Negeri dan meminta pihak pemerintah untuk menindak
lanjuti apa yg sudah dilakukan.
"Ini penting untuk menunjukkan
kepada dunia bahwa kita dalam melaksanakan politik luar negeri berpegang teguh
kepasa prinsip bebas aktif, di mana kita tidak mau masuk ke dalam blok-blok
yang ada dan kita memiliki komitmen yang tinggi untuk menciptakan perdamaian
dunia," kata Pengurus Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini.
MUI Nilai Serangan AS ke Suriah Tindakan
Sewenang-wenang
Sabtu 14 April 2018 16:38 WIB
Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Majelis
Ulama Indonesia (MUI), KH Muhyiddin Junaidi mengatakan serangan udara Amerika
Serikat (AS) ke Suriah dibantu sekutu terdekatnya Inggris dan Prancis, sebagai
tindakan sewenang-wenang. MUI mengutuk keras serangan tersebut.
"Tuduhan terhadap Suriah yang
menggunakan senjata kimia kepada oposisi dan warga sipil belum dibuktikan oleh
tim independen yang dikomandoi oleh Organisation for the Prohibition of
Chemical Weapons(OPCW)," kata KH Muhyiddin melalui keterangan tertulis
kepada Republika.co.id, Sabtu (14/4).
KH Muhyiddin melanjutkan, bahkan serangan
udara yang dilakukan Amerika tidak mendapatkan persetujuan dari kongres AS.
Juga tidak dikonsultasikan dengan dewan keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB). Ini bukti nyata bahwa PBB tidak dihormati oleh Amerika.
Ia menyampaikan, banyak yang menilai
bahwa serangan yang dilakukan Amerika hanya untuk mengalihkan publik opini
internasional atas kekalahan oposisi dan pemberontak yang didukung Amerika
serta sekutunya. Senjata kimia dijadikan sebagai alasan untuk penyerangan
sepihak seperti serangan ke Irak.
"Serangan seperti itu (serangan
sepihak Amerika-Red) tak akan dilakukan kepada Israel yang telah melakukan
genosida dan pembersihan etnis di Palestina," ujarnya.
KH Muhyiddin menegaskan, MUI mengutuk
keras serangan sepihak yang dilakukan Amerika. MUI meminta PBB agar segera
bertindak tegas atas pelanggaran hukum international yang dilakukan Amerika.
MUI kecam serangan senjata kimia di
Suriah
Lembaga ini meminta Indonesia berperan
aktif menghentikan serangan kimia rezim Assad. Majelis Ulama Indonesia (MUI)
mengecam keras serangan kimia rezim Assad di wilayah Ghouta Timur, Suriah, yang
menewaskan sedikitnya 78 warga sipil.
MUI meminta pemerintah Indonesia berperan
aktif menghentikan serangan kimia rezim Assad agar warga Suriah bisa hidup aman
dan mendapatkan hak-haknya.
“Tragedy kemanusiaan dan pembunuhan
secara brutal tak bisa dibiarkan, ini masalah kejahatan kemanusiaan,” jelas
Wakil Sekretaris Jenderal MUI Zaitun Rasmin (beliau ahlus sunnah tulen) kepada
Anadolu Agency di Jakarta, Rabu.
Menurut Zaitun, senjata kimia jelas
dilarang dalam hukum internasional, bahkan dalam perang sekalipun.
“Maka kami berharap Persatuan Bangsa
Bangsa (PBB) dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) bisa memberikan sanksi keras
kepada rezim Assad,” ujar Zaitun ini.
Zaitun meminta masyarakat Indonesia tak
melupakan masalah Suriah, apapun latar belakang konfliknya.
“Mereka adalah saudara-saudara kita, kaum
Muslimin, yang mengalami tragedi kemanusiaan,” kata Zaitun yang juga menjabat
sebagai Ketua Ikatan Ulama dan Dai Asia Tenggara ini.
Zaitun mengimbau warga Indonesia
memberikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan warga sipil Suriah.
Pada 24 Februari lalu, Dewan Keamanan
menerapkan Resolusi 2401, yang menghimbau gencatan senjata selama sebulan di
Suriah - khususnya di Ghouta Timur - untuk membolehkan masuknya bantuan
kemanusiaan.
Namun rezim Assad bulan lalu tetap
meluncurkan serangan darat - didukung oleh Rusia - dengan tujuan menguasai
wilayah oposisi di Ghouta Timur.
Area itu mengalami blokade selama lima
tahun terakhir, sehingga 400.000 penduduknya tidak bisa menerima bantuan
kemanusiaan.
Nasihat Ketua Rabithah Ulama Syam Syaikh
Osama Abdul Karim untuk Alumni Suriah (juga Pendukung Syi’ah di Indonesia)
Syaikh Osama Abdul Karim Ar-Rifa’i
Al-Asy’ary As-Syafi’i adalah seorang Ulama asal Damaskus, Suriah. Seperti
julukan di belakang namanya, Ulama penulis buku Tafsirul Wajiz yang
pernah diterbitkan di Indonesia itu adalah Ulama bermadzhab Asy’ari-Syafi’i.
Meski di Indonesia namanya tidak
sepopuler Syaikh Wahbah Zuhaili maupun Syaikh Muhammad Sa’id Ramadhan
Al-Buthi, namun Syaikh Osama termasuk Ulama yang disegani di Tanah Syam.
Sebelum revolusi pecah di Suriah, Syaikh Osama aktif sebagai pengajar di Masjid
Ar-Rifa’i yang terletak di Kfar Susyeh, jantung kota Damaskus, sebuah masjid
yang diambil dari nama ayahnya, ‘Abdul Karim Ar-Rifa’i’.
Setiap hari ba’da shalat subuh, kecuali
hari Jum’at, Ulama yang sangat disegani oleh banyak kalangan itu selalu
dikerumuni ratusan muridnya dari berbagai kalangan: Ulama, Imam dan Khatib
Masjid-masjid, pengusaha, pejabat pemerintah, pedagang, bahkan mahasiswa dari
berbagai negara, termasuk Indonesia.
Setelah revolusi bergolak di Suriah,
Syaikh Osama yang mengetuai Rabithah Ulama Syam itu terpaksa harus mengungsi ke
Istanbul, Turki, karena Rezim Basyar Asad mengejar dan memburunya.
Ketika digelar Muktamar Ulama dan Aktivis
Suriah di Istanbul, Turki, 11–12 April 2014, para Ulama Syam mengangkatnya
sebagai Ketua Umum Majelis Islam Suriah.
Mengenai sikapnya terhadap Rezim Basyar
Asad, Syaikh Osama tegas mengatakan bahwa rezim tersebut adalah rezim yang
jahat dan zalim.
Ketika Salam Channel mewawancarainya
di Istanbul, Syaikh Osama mengeluarkan pernyataan atau nasihat bagi para
pelajar atau alumni Suriah di Indonesia yang sebagiannya memilki sikap berbeda
dengannya, yakni mendukung yang disebut Syaikh Osama sebagai rezim zalim. Rezim
yang selama ini didukung Rusia dan Negara Syiah, Iran. Berikut Petikan
wawancaranya:
Syaikh Usamah Ar-Rifai Tegaskan Syiah Tak
Akan Kuasai Suriah
Pangkal masalah konflik yang terjadi di
Suriah adalah kaum Syiah. Tetapi pada akhirnya nanti Syiah tidak akan menang
dan menguasai Bumi Syam itu.
Ketua Persatuan Ulama Syam, Syaikh Prof
Dr Usamah Ar-Rifai, mengatakan, Syiah di Suriah tidak akan menguasai
negeri Syam sampai kapan pun.
“Hakikatnya proyek shofawiyah (gerakan
syiah, red) adalah perbuatan dosa dan batil. Hakikatnya tidak ada sama sekali
landasan dalam agama tentang hal itu. Mereka berupaya untuk menguasai negeri
kami, Laa hawla wa laa quwwata illaa billaah, Insyallah itu tidak akan
terjadi,” ucap Syaikh Usamah Ar-Rifai kepada wartawan Indonesia yang tergabung
dalam Jurnalis Islam Bersatu (JITU), usai konfrensi pers Muktamar Ulama Suriah
di Istanbul, Turki, Senin (14/4).
Ulama yang disegani di Suriah ini
mengatakan, sesungguhnya ini adalah proyek kaum Persia dengan Syiahnya.
“Permulaan proyek Persia berawal dari
dendam mereka terhadap khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khaththab, setelah
mereka berdua berhasil meruntuhkan emperium Persia,” imbuhnya.
Syaikh Usamah Ar-Rifai juga menegaskan,
Syiah hanya gerakan separatis, tidak lebih dari itu. “Mereka gerakan separatis
yang menggunakan nama agama Syiah,” pungkasnya. (JITU/salam-online)
salam-online.com
salam-online.com
Rabithah Ulama Syam (Syaikh Usamah Ar-Rifa’I,
berpaham Asy’ari) dan Ikatan Ulama Suriah : Adu Domba Umat Islam, di Suriah
Syiah Hembuskan Isu Wahabi, Proyek Syiah Persia Kuasai Bumi Syam Pasti Gagal.
Ulama Su’ Indonesia apa lebih Berilmu dari mereka ?
Banyak orang yang buta hati dan kehilangan rasa
kemanusiaan mengatakan konflik Suriah sekarang adalah setingan Wahabi, USA,
“Israel”, Turki. Ini jelas pernyataan yang sangat lucu. Kenapa? Karena Turki
itu Sufi dan beberapa tahun lalu belum lama ini kapal mereka (Marvi Marmara)
diserbu sama tentara Zionist.
Asad menggunakan pembelaan sektarian pada
rezimnya dengan memakai mufti-mufti yang tidak jelas untuk melindunginya. Mufti
seperti apa yang membiarkan rakyatnya di bantai? Mufti itu menjual isu Wahabi
sebagai dalang perlawanan. Sangat lucu pejuang Suriah dibilang Wahabi padalah
FSA itu isinya Sufi, Sekuler, Kristen dan ada Nushairiyah juga. Pendiri
Syria-Care itu (Shaikh Ali Shabouni) adalah seorang Aswaja yang pernah datang
ke Indonesia menerangkan “Cara pintar berdebat dengan Wahabi”. Apa beliau
Wahabi juga?
Terus apakah Turki itu juga Wahabi padahal kita
tahu Turki itu negeri Sufi, kampungnya Jalaludin Rummi.
Jadi lucu sekali celotehan orang-orang buta informasi
dan sejarah yang menuduh Wahabi dalang konflik di Suriah. Orang-orang yang
dituduh Wahabi baru datang ketika melihat pembantaian yang tidak berimbang oleh
rezim Bashar di Suriah sebagai pembelaan terhadap saudara-saudaranya kaum
muslimin terlepas apa madzhab mereka. Para “Wahabi “itu datang dari Eropa,
Chechnya, Saudi, Mesir, Libya, Tunisia dan seluruh dunia. Malah mujahidin
Afganistan pun ada di Suriah, sedangkan kita tau mereka adalah Sufi Deobandi
yang dijuluki sebagai Wahabi oleh Sufi Berlevi.
Jadi sangat jauh api dari panggang jika
mengatakan konflik suriah dimotori oleh Wahabi. Hanya orang-orang yang tidak
bisa berpikir sebagai manusia bermoral yang mengatakan itu.
Edit: Adiba Hasan
Pujian Luar Biasa Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wa Sallam Kepada Negeri dan Keimanan Penduduk Syam, bukan kepada Syiah yang
datang kemudian (Hadits Nabi : sebagai sumber fitnah atau bencana, silahkan search
artikel lamurkha).
Mengapa Sahabat Nabi SAW Banyak Hijrah Dan Mati
Syahid Di Bumi Syam. Mujahidin Yang Bertempur Di Suriah Saat Ini Adalah Para
Keturunan Sahabat Nabi.
Bebaskan Syam dengan Jihad Jiwa dan Harta.
Munafiq, banyak “aksi Palestina (Jerusalem)”, Bisu dan Tuli terhadap kekejian
rezim syi’ah (Syam) Bashar Asaad.
Mayoritas Muslimin Indonesia Sangat Antusias
Dan Mendukung Perjuangan Rakyat Suriah Melawan Pemerintah Zalim Syiah Bashar
Assad, Kecuali Pemerintah (Akibat Anasir Syiah) Dan Ulama Koplak, Padahal
Korbannya Mayoritas ASWAJA
http://lamurkha.blogspot.co.id/2016/05/mayoritas-muslimin-indonesia-sangat.htmlMembantu Kaum Muslimin Suriah adalah Jihad fie Sabilillah. Perang di Suriah Adalah Perang Terhadap Islam dan Kaum Muslimin. Umat Islam Harus Peduli Syam/Suriah, Sebagai Bukti keimanan.
Keutamaan Bumi Syam Dalam Al Quran Dan As
Sunnah. Perang Suriah, Pintu Awal Pembebasan Bumi Syam. Ulama Suriah: Ini
Adalah Revolusi Islam
Keutamaan Perjuangan Di Syam
Perang Ini Telah Allah Takdirkan, Pusat
Negara Islam Ada di Bumi Syam
Mengapa Kita Harus Membantu Muslim Suriah ?
Meragukan Kekafiran Dan Bela Bashar Al-Assad Merusak Iman (Bisa Batalkan Aqidah
Islam)
“Syam Jadi Magnet Besar Kumpulnya Orang-orang
Kafir Untuk Mengalirkan Darah Kaum Muslimin”
Kemenangan Islam Bermula Dari Syam, Irak Dan
Yaman
Semakin Jelas Hakekat Perang Di Suriah Antara
Sunni Dengan Alawi!
Kemenangan di Suriah, Dajjal dan Turunnya
Nabi Isa
Rezim Asad Suriah Dan Pendukungnya (Termasuk Dari
Indonesia) Adalah Ashabul Ukhdud Abad Ke-21
Syam Adalah Standar Kebaikan Umat Islam, Amanah
Di Pundak Kalian. Kalian Lebih Layak Untuk Bersatu Dari Pada Musuh Kalian!
Tegaknya Khilafah Di Syam, Kunci Pembebasan Baitul Maqdis
Damaskus: Kota Para Ulama Ahlus Sunnah. Rebut
Damaskus Dari Tangan Syi’ah !
Siapa Yang Akan
Menangkan Perang Di Suriah Sesuai Sabda Rasulullah ?
Perhimpunan Ulama Syam Serukan Wajibnya
Jihad Bagi Kaum Muslimin Di Negeri Syam
Ketakutan Syiah Terhadap Kebangkitan
Ahlussunnah di Suriah
Sampai Kapan Rezim Assad Akan Bertahan di
Suriah?
“Assad Harus Lengser, Hidup Atau Mati”,
Kata Oposisi
Aleppo Dan Titik Balik Amerika Serikat.
Syam, Negeri Tempat Manusia-Manusia Pilihan
Senator Amerika: Tumbangnya Asad Berarti
Penjajahan Islam Dan Kaum Muslimin Atas Eropa. Bukti Nyata, Mengapa Amerika Dan
Eropa Membela Matia-Matian Basyar Asad?!!
Subhanallah, Terbukti Dua Karakteristik
Ucapan Rasulullah SAW : Keimanan Ada Pada Penduduk Al Haramain, Yaman Dan Syam
Serta Kelak Sumber Malapetaka (Tanduk Setan) Ada Di 'Iraaq (Najd, Kufah, Basrah
Dan Timur Lainnya). Terbukti Benar : Sekte Sesat-Kejam Syiah Ismailiyah,
Qaramithah, Itsna Asyariyah, Al-Jarudiyah, An-Nushairiyah, Mu'tazillah,
Khawaarij, Thoriqoh-thoriqoh Ahlul-Bid'ah Shufiyyah Dan Kerusakan Aqidah
Lainnya Lahir Dari Sini (Timur) !
Keutamaan Negeri Syam Dalam Hadits Shahih
Dahsyatnya Iman Penduduk Syam
Mustahil Ahlus Sunnah Bisa Menguasai Al Quds
(Al Aqsha) Sebelum Mengusir Syi’ah Dari Syam (Suriah Dan Sekitarnya), Seperti Yang
Dilakukan Salahuddin Al Ayyubi. Syiah Mengingkari Al-Quds (Kamuflase) Dan
Dendamnya Karena Penaklukan Oleh Umar RA. Dalam Perang Arab-Israel, Syiah
Menggunting Dalam Lipatan. Penguasaan Israel Karena Peran Syiah.
Ustadz Farid Okbah: Jihad Suriah Jadi
Seruan Ulama Dunia, Bukan Hanya Arab Saudi
Mengapa Tentara Assad (Dibantu
Rusia,Syiah Iran Dan Milisi Syiah Bayarannya) Tidak Bisa Memenangkan Perang Di
Suriah. Munculnya Sentimen Dan Kelelahan Di Kalangan Militer Rusia. Tanpa Rusia
Dalam Hitungan Hari Bashar Laknatullah Binasa.
http://lamurkha.blogspot.co.id/2016/09/mengapa-tentara-assad-dibantu.html
Breaking News, Sempurna ! Indonesia Pro-Bashar
Asaad Dan Syiah ! Wakil RI Di PBB ABSTAIN Saat Voting Pelanggaran HAM Suriah
Breaking News ! Terkuak Alasan Aneh Dubes
Indonesia Di Suriah, Kenapa Negeri Ahlus Sunnah Terbesar Harus Dukung Begundal
Bashar Assad (Syiah Alawit) ! Jangan Sampai Adzab Allah Menerpa Negeri Kita
Akibat Ulah Segelincir Antek-Antek Syiah.
Pemerintah Indonesia Dukung Penuh Rezim Syiah
Assad di Suriah ?? [90 % Penduduk Suriah Ahlus Sunnah, Pasti Tumbangkan Rezim
Minoritas Kafir Syiah laknatullah Bashar al-Assad]
Abdullah bin Hawalah mengatakan, ”
Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
سيصير الأمر إلى أن تكونوا جنودا مجندة جند
بالشام و جند باليمن و جند بالعراق عليك بالشام فإنها خيرة الله من أرضه يجتبي إليها
خيرته من عباده فإن أبيتم فعليكم يمنكم و اسقوا من غدركم فإن الله قد توكل لي
بالشام و أهله
“Pada akhirnya umat Islam akan menjadi
pasukan perang, satu pasukan di Syam, satu pasukan di Yaman, dan satu pasukan
lagi di Iraq. Hendaklah kalian memilih Syam. Karena ia adalah negeri pilihan
Allah. Allah kumpulkan di sana hamba-hamba pilihan-Nya. Jika tak bisa,
hendaklah kalian memilih Yaman dan berilah minum (hewan kalian) dari
kolam-kolam (di lembahnya). Karena Allah menjamin untukku negeri Syam serta
penduduknya.” (HR. Abu Dawud, Imam Ahmad, Al-Hakim, dan Ibnu Hibban. Dinilai
shohih oleh Al-Hakim dan Al-Albani)
Suatu hari Rasulullah pernah mendoakan
negeri Yaman dan Syam, cerita ini terekam dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan
oleh Imam Bukhari dalam sohihnya
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ
حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ الْحَسَنِ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ عَوْنٍ عَنْ نَافِعٍ
عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا وَفِي
يَمَنِنَا قَالَ قَالُوا وَفِي نَجْدِنَا قَالَ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا
فِي شَامِنَا وَفِي يَمَنِنَا قَالَ قَالُوا وَفِي نَجْدِنَا قَالَ قَالَ هُنَاكَ
الزَّلَازِلُ وَالْفِتَنُ وَبِهَا يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad
bin Al Mutsanna yang berkata telah menceritakan kepada kami Husain bin Hasan
yang berkata telah menceritakan kepada kami Ibnu ‘Aun dari Nafi’ dari Ibnu Umar
yang berkata [Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam] bersabda “Ya Allah berilah
keberkatan kepada kami, pada Syam kami dan pada Yaman kami”. Para sahabat
berkata “dan juga Najd kami?”. Beliau bersabda “disana muncul kegoncangan dan
fitnah, dan disanalah akan muncul tanduk setan” [1][Shahih
Bukhari 2/33 no 1037]
Dalam mensyarahkan hadits ini Al hafidz
Ibnu Hajar Al Atsqalani menukil pendapat al Khattabi tentang najd yang
merupakan negeri Iraq:
نجد من جهة المشرق، ومن كان بالمدينة كان نجده
بادية العراق ونواحيها وهي مشرق أهل المدينة، وأصل نجد ما ارتفع من الأرض وهو خلاف
الغور فإنه ما انخفض منها، وتهامة كلها من الغور ومكة من تهامةِ
Najd Itu berada disebelah timur.
Siapapun yang berada diMadinah, maka najdnya adalah pedalaman Iraq dan
sekitarnya. Itulah sebelah timur Madinah. Asal kata Najd adalah tanah yang
meninggi, berbeda dengar ghaur yang berarti tanah yang rendah. Seluruh Tihamah
merupakah Ghaur dan Mekkah termasuk bagian Tihamah.[3]
[3] Al-’Asqalani,
Ahmad Ibn ‘Ali Ibn Hajar, Fath Al-Bari Bi Sharh Sahih Al-Bukhari, Dar
Al-Ma’rifah, Beirut, 1379H, 13: 47
Nabi mendo’akan barokah untuk penduduk
Syam.
Dari Ibnu Umar, Nabi shallallahu’alaihi
wasallam berdoa,
اللهم بارك لنا في شامنا اللهم بارك لنا في يمننا
قالوا وفي نجدنا قال اللهم بارك لنا في شامنا اللهم بارك لنا في يمننا
“Ya
Allah… berkahilah kami pada negeri Syam kami. Ya Allah… berkahilah kami pada
negeri Yaman kami” (HR. Bukhori dan Ahmad)
اللهم بارك لنا في شامنا ، اللهم بارك لنا في
يمننا
“Ya
Allah berkahilah Syam kami, Ya Allah berkahilah Yaman kami” [HR. Al-Bukhari
dalam Shahih-nya; Kitab Al-Fitan, 8/95]
Indikasi Al-Wala Wal Bara’
Oleh
Syaikh Shalih Fauzan hafizhahullah
Segala puji bagi Allâh Azza wa Jalla ,
shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta keluarga, Sahabatnya serta orang-orang
yang menempuh jalan dengan petunjuknya.
Setelah cinta kepada Allâh Azza wa Jalla
dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam , kewajiban setiap Muslim
berikutnya adalah mencintai para wali Allâh dan membenci para musuh-Nya.
Termasuk dasar akidah Islam yaitu setiap
Muslim yang beragama dengan akidah Islam ini wajib untuk berwala’ (sikap setia,
loyal) kepada orang-orang yang berakidah Islam dan memusuhi para musuh akidah
ini. Jadi, setiap Muslim wajib mencintai orang yang bertauhid, orang-orang yang
ikhlas dan berwala’ kepada mereka, serta wajib membenci dan memusuhi
orang-orang musyrik.
Ini termasuk bagian dari millah (agama)
Nabi Ibrâhîm Alaihissallam dan para pengikutnya yang kita diperintahkan untuk
mencontoh mereka, sebagaiman firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala :
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي
إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ
مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا
بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤْمِنُوا
بِاللَّهِ وَحْدَهُ إِلَّا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ
وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ ۖ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا
وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang
baik bagimu pada Ibrâhîm dan orang-orang yang bersama dengan dia, ketika mereka
berkata kepada kaum mereka, ‘Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan
dari apa yang kalian sembah selain Allâh, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah
nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai
kamu beriman kepada Allâh saja’. [Al-Mumtahanah/60:4]
Ini juga termasuk ajaran agama yang
dibawa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Allâh Azza wa Jalla
berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا
الْيَهُودَ وَالنَّصَارَىٰ أَوْلِيَاءَ ۘ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ وَمَنْ
يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ
الظَّالِمِينَ
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah
kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-peminpinmu,
sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa diantara
kamu mengambil mereka sebagai pemimpin maka sesungguhnya Allâh tidak memberi
petujuk kepada orang-orang yang zhalim. [Al-Mâidah/5:51]
Ayat ini berkenaan dengan haramnya
berwala’ terhadap ahli kitab secara khusus, ada pula yang mengatakan (bahwa
ayat ini berkenaan dengan-red) haramnya berwala’ kepada orang kafir secara
umum. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا
عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah
kamu menjadikan musuh-Ku dan musuhmu sebagai teman-teman setia (pemimpin).
[Al-Mumtahanah/60:1]
Bahkan Allâh Azza wa Jalla telah
mengharam kepada kaum Mukminin untuk berwala kepada orang-orang kafir walaupun
mereka itu keluarga terdekatnya. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا
آبَاءَكُمْ وَإِخْوَانَكُمْ أَوْلِيَاءَ إِنِ اسْتَحَبُّوا الْكُفْرَ عَلَى
الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Wahai orang-orang yang beriman! Jangnlah
kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu sebagai pemimpin-pemimpinmu,
jika mereka lebih mengutamakan kekafiran daripada keimanan dan barangsiapa
diantara kamu yang menjadikan mereka pemimpin-pemimpin maka mereka itulah
orang-orang yang zhalim. [At-Taubah/9:23]
Dan Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا
آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ
Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang
beriman kepada Allâh dan hari akhirat saling berkasih sayang dengan orang-orang
yang menentang Allâh dan Rasul-Nya sekalipun orang-orang itu bapak-bapak,
anak-anak, saudara-saudara atau pun keluarga mereka. [Al-Mujâdalah/58:22]
Pokok akidah yang agung ini sudah tidak
diketahui oleh banyak orang, sampai-sampai suatu ketika saya pernah mendengar
orang yang mengaku ahli ilmu dan dakwah mengatakan dalam sebuah acara radio
berbahasa arab tentang orang-orang Nasrani, “Sesungguhnya mereka itu adalah
saudara-saudara kita.”
Ini adalah ungkapan yang berbahaya.
Sebagaimana Allâh Azza wa Jalla telah mengharamkan
kaum Mukminin untuk berwala’ terhadap kaum kafir, musuh-musuh akidah Islam,
Allâh Subhanahu wa Ta’ala juga telah mewajibkan berwala’ terhadap kaum
Muslimin. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ
وَالَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ
وَهُمْ رَاكِعُونَ ﴿٥٥﴾ وَمَنْ يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا
فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْغَالِبُونَ
Sesungguhnya penolong kamu hanyalah
Allâh, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman yang mendirikan shalat dan
menunaikan zakat seraya mereka tunduk (kepada Allâh Azza wa Jalla ). Dan
barangsiapa menjadikan Allâh, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman sebagai
penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allâh itulah yang pasti menang.
[Al-Mâidah/5:55-56].
Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ
أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ
Muhammad itu adalah utusan Allâh dan
orang-orang yang beriman yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang
kafir tetapi berkasih sayang sesama mereka [Al-Fath/48:29]
Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا
بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Sesungguhnya orang-orang beriman itu
bersaudara, oleh karena itu damaikanlah (perbaikilah) antara kedua saudaramu
dan bertakwalah kepada Allâh supaya kamu mendapat rahmat-Nya.
[Al-Hujurat/49:10].
Jadi, kaum Mukminin itu saudara seagama
dan seakidah, walaupun garis keturunan mereka, negara mereka maupun zaman
mereka berjauhan. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ
وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ
رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Dan orang-orang yang datang sesudah
mereka (setelah kaum Muhajirin dan Anshâr), mereka berdoa, “Ya Rabb kami!
berilah ampunan kepada kami dan kepada saudara-saudara kami yang telah beriman
terlebih dulu daripada kami! dan janganlah Engkau membiarkan ada kedengkian
dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman! Ya Rabb kami! Sesungguhnya
Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” [Al- Hasyr/59:10]
Oleh karena itu, kaum Muslimin itu
bersaudara, mulai dari mereka yang diciptakan pertama kali sampai yang
terakhir, meski tanah airnya berjauhan dan diantara mereka terbentang masa yang
sangat panjang. Mereka itu bersaudara yang senantiasa saling mencintai. Kaum
Mukminun yang datang berikutnya meneladani kaum Mukminin sebelumnya. Mereka
saling mendo’akan dan saling memintakan ampunan kepada Allâh Azza wa Jalla .
Keberadaan akidah al-wala’ wal-bara’ ini
dalam hati seseorang terlihat dari beberapa prilaku yang bisa menjadi indikator
keberadaan al-wala’ wal-bara’ ini.
BENTUK SIKAP WALA’ KEPADA ORANG-ORANG
KAFIR
Diantara prilaku yang mengindikasikan
bahwa si pelaku berwala’ kepada orang-orang kafir:
Menyerupai atau meniru mereka dalam tata
cara berpakaian, berbicara dan sebagainya.
Karena menyerupai mereka dalam
berpakaian, berbicara dan lain sebagainya menunjukkan kecintaannya terhadap
yang ditirunya itu. Oleh karena itu, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia
adalah bagian dari mereka.[1]
Oleh karena itu diharamkan menyerupai
orang-orang kafir dalam hal yang menjadi ciri khas mereka, seperti tradisi atau
adat kebiasaan, ibadah, simbol dan prilaku mereka, misalnya menyukur jenggot,
mamanjangkan kumis, berbicara dengan bahasa mereka kecuali jika memang
dibutuhkan, termasuk juga mengikuti cara mereka berpakaian, makan, minum dan
sebagainya.
Menetap di negeri orang kafir dan tidak
mau berpindah (hijrah) ke negeri kaum Muslimin dengan tujuan menyelamatkan
agamanya.
Karena hijrah dalam pengertian semacam
ini dan dengan tujuan seperti ini hukumnya wajib bagi setiap Muslim. Menetapnya
seseorang di negeri kafir menunjukkan wala’ orang tersebut kepada orang kafir.
Oleh karena itu, Allâh Azza wa Jalla mengharamkan seorang Muslim tinggal di
antara orang kafir bila dia mampu untuk hijrah. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ
ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ قَالُوا فِيمَ كُنْتُمْ ۖ قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ
فِي الْأَرْضِ ۚ قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا
فِيهَا ۚ فَأُولَٰئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ ۖ وَسَاءَتْ مَصِيرًا ﴿٩٧﴾ إِلَّا
الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ لَا
يَسْتَطِيعُونَ حِيلَةً وَلَا يَهْتَدُونَ سَبِيلًا ﴿٩٨﴾ فَأُولَٰئِكَ عَسَى
اللَّهُ أَنْ يَعْفُوَ عَنْهُمْ ۚ وَكَانَ اللَّهُ عَفُوًّا غَفُورًا
Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan
oleh Malaikat dalam keadaan menganiaya dirinya sendiri (kepada mereka) Malaikat
bertanya, ‘Dalam keadaan bagaimana kamu ini?’ Mereka menjawab, ‘Kami adalah
orang-orang yang tertindas di negeri itu (Mekah).’ Para Malaikat berkata,
‘Bukankah bumi Allâh itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?’
Orang-orang itu tempatnya adalah neraka Jahannam, dan Jahannam adalah seburuk-buruk
tempat kembali. Kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki, wanita, dan
anak-anak yang tidak memiliki berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk
berhijrah). Mereka itu mudah-mudahan Allâh memaafkannya. Dan Allâh Maha Pemaaf
lagi Maha Pengampun.” [An-Nisâ’/4:97-99]
Allâh Azza wa Jalla tidak menerima udzur
(alasan) menetap di negeri orang-orang kafir kecuali orang-orang lemah yang
tidak mampu untuk hijrah. Termasuk dalam pengecualian yaitu orang yang
menetapnya di negeri kafir itu mendatangkan kemaslahatan agama seperti dia
menetap untuk berdakwah ke jalan Allâh dan menyebarkan Islam di negeri
orang-orang kafir itu.
Bepergian ke negeri mereka dengan tujuan
wisata dan refreshing
Bepergian ke negeri orang-orang kafir itu
diharamkan kecuali jika sangat diperlukan, seperti untuk tujuan berobat,
berdagang, mempelajari sesuatu yang bermanfaat yang tidak bisa dicapai kecuali
dengan pergi ke negeri mereka, maka hal itu diperbolehkan sesuai dengan kadar
kebutuhan saja. Jika kebutuhannya sudah terpenuhi, ia wajib kembali ke negeri
kaum Musllimin.
Disamping syarat di atas, ada syarat lain
yang juga harus terpenuhi agar diperbolehkan melakukan perjalanan ke negeri
orang-orang kafir yaitu ia mampu menampakkan keislamannya dan bangga dengannya,
mampu menjauhi tempat-tempat keburukan dan tetap waspada terhadap tipu daya dan
jebakan para musuh Islam itu.
Dan diperbolehkan juga untuk bepergian
atau wajib pergi ke negeri mereka apabila tujuannya untuk berdakwah ke jalan
Allâh dan menyebarkan Islam.
Membantu orang-orang kafir dan menolong
mereka dalam menghadapi kaum Muslimin, memuji dan membela mereka.
Ini termasuk hal yang bisa membatalkan
keislaman dan yang menyebabkan pelakunya menjadi murtad. Kita memohon
perlindungan kepada Allâh dari yang demikian itu.
Menjadikan orang-orang kafir sebagai
kawan terdekat dan teman dalam bermusyawarah
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا
بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ
بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ ۚ
قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ ﴿١١٨﴾ هَا أَنْتُمْ
أُولَاءِ تُحِبُّونَهُمْ وَلَا يُحِبُّونَكُمْ وَتُؤْمِنُونَ بِالْكِتَابِ كُلِّهِ
وَإِذَا لَقُوكُمْ قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا عَضُّوا عَلَيْكُمُ
الْأَنَامِلَ مِنَ الْغَيْظِ ۚ قُلْ مُوتُوا بِغَيْظِكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ
بِذَاتِ الصُّدُورِ ﴿١١٩﴾ إِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ
تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوا بِهَا ۖ وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا
يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا ۗ إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah
kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu
(karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka
menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka,
dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh
telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.
Beginilah kamu, kamu menyukai mereka,
padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab
semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata, “Kami beriman”, dan
apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari lantaran marah bercampur
benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka), “Matilah kamu karena
kemarahanmu itu”. Sesungguhnya Allâh mengetahui segala isi hati.
Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya
mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira
karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun
tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allâh mengetahui segala
apa yang mereka kerjakan. [Ali Imran/3:118-120]
Ayat-ayat yang mulia ini mengungkapkan
hakekat kaum kafir dan apa yang mereka pendam dalam hati mereka terhadap kaum
Muslimin. Mereka menyimpan kebencian, terus mengatur siasat maker dan
pengkhianatan untuk malawan kaum Muslimin. (Ayat-ayat ini juga-red)
mengungkapkan tentang apa yang mereka inginkan dan senangi yaitu kaum Muslimin
ditimpa bahaya dan mereka pun terus berupaya menyusahkan umat Islam.
Orang-orang kafir itu memanfaatkan kepercayaan umat Islam kepada mereka untuk
menyusun rencana jahat mereka terhadap kaum Muslimin.
Imam Ahmad rahimahullah meriwayatkan dari
Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu anhu , dia berkata kepada Umar Radhiyallahu
anhu, “Saya memiliki sekretaris yang beragama Nasrani.” Umar Radhiyallahu anhu
berkata, “Mengapa kamu berbuat demikian? Celaka engkau. Tidakkah engkau
mendengar Allâh Azza wa Jalla berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا
الْيَهُودَ وَالنَّصَارَىٰ أَوْلِيَاءَ ۘ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah
kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimin-pemimpinmu,
sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. [Al-Mâidah/5:51].
Mengapa engkau tidak mengangkat seorang
Muslim sebagai sekretarismu?” Abu Musa Radhiyallahu anhu menjawab, “Wahai
Amirul mukminin! Saya memerlukan tulisannya sedangkan urusan agama urusan dia.”
Umar Radhiyallahu anhu berkata, “Saya tidak akan memuliakan mereka karena Allâh
telah menghinakan mereka. Saya tidak akan mengangkat derajat mereka karena
Allâh telah merendahkan mereka dan saya tidak akan mendekatkan mereka kerena
Allâh Azza wa Jalla telah menjauhkan mereka.”
Imam Ahmad dan Muslim meriwayatkan, bahwa
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang keluar menuju Badar, tiba-tiba ada
seorang dari kaum musyrikin mengikutinya dan berhasil menyusul Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika sampai di Herat, lalu dia berkata,
“Sesungguhnya aku ingin mengikuti kamu dan aku rela berkorban untuk kamu.” Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Berimankah kamu kepada Allâh dan
Rasul-Nya?” Dia berkata, “Tidak!” Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kembalilah! Karena saya tidak akan
meminta pertolongan kepada orang musyrik.”
Dari nash-nash tersebut di atas, tampak
jelas bagi kita tentang haramnya mengangkat orang-orang kafir untuk menangani
pekerjaan-pekerjaan yang semestinya ditangani oleh kaum Muslimin. Karena dengan
menangani pekerjaan-pekerjaan itu atau memangku jabatan itu, orang kafir akan
berkesempatan untuk memantau keadaan kaum Muslimin dan bias mengetahui rahasia
mereka, sehingga dengan demikian mereka dengan mudah bisa melancarkan tipu daya
untuk menyusahkan kaum Muslimin.
Diantara praktik menjadikan orang-orang
kafir sebagai teman dekat yaitu apa yang banyak terjadi di negeri kaum
Muslimin, misalnya negeri Haramain Syarîfain (Mekah dan Madinah), misalnya
mendatangkan orang-orang kafir sebagai pekerja, sopir, pelayan rumah tangga,
membiarkan mereka leluasa bergaul bersama keluarga Muslim atau membaur dengan
kaum Muslimin di negerinya.
Menggunakan kalender mereka, khususnya
kalender yang mencantumkan waktu perayaan keagamaan dan hari raya mereka,
seperti kalender masehi.
Kalender mesehi ini merupakan peringatan
kelahiran al-Masih. Kalender itu mereka buat-buat sendiri, tidak berasal dari
al-Masih (Nabi Isa Alaihissallam ). Oleh karena itu, menggunakan kalender ini
berarti ikut andil dalam menghidupkan syi’ar dan hari raya mereka.
Hendaknya kita menghindari ini! Ketika
para Sahabat g ingin menetapkan penanggalan bagi kaum Muslimin pada masa
pemerintahan Umar ibnul Khattab Radhiyallahu anhu mereka berpaling dari
penanggalan orang-orang kafir. Mereka membikin kalender sendiri berdasarkan
peristiwa hijrahnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Ini menunjukkan wajibnya menyelisihi
orang-orang dalam masalah ini dan dalam ciri-ciri khas mereka. Semoga Allâh
Azza wa Jalla menolong kita.
Ikut berpartisipasi dalam hari raya
mereka atau membantu mereka dalam penyelenggaraannya atau memberikan ucapan
selamat hari raya kepada mereka atau ikut hadir saat mereka merayakannya.
Dalam tafsir firman Allâh Azza wa Jalla :
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ
Mereka tidak menyaksikan az-zûr
(persaksian palsu).” [Al-Furqân/25:72]
Firman Allâh Azza wa Jalla di atas
ditafsirkan bahwa diantara sifat-sifat hamba Allâh adalah mereka tidak
menghadiri hari-hari raya orang-orang kafir.
Memuji dan menyanjung mereka karena kagum
terhadap peradaban, akhlak dan kemajuan teknologi mereka tanpa melihat akidah
mereka yang bathil dan agama mereka yang rusak.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا
مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ
فِيهِ ۚ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ
Dan janganlah kamu tunjukkan kedua matamu
kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka sebagai
bunga kehidupan dunia untuk Kami uji mereka dengannya, dan karunia Rabbmu
adalah lebih baik dan lebih kekal. [Thaha/20:131]
Namun ini bukan berarti bahwa kaum
Muslimin tidak boleh melakukan semua sebab yang bisa menjadikan mereka kuat
seperti mempelajari teknologi industri, mempelajari pilar-pilar kekuatan
ekonomi dan kekuatan militer. teknik militer dan keberhasilan ekonomi mereka,
akan tetapi yang demikian itu justru harus dituntut.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ
قُوَّةٍ
Bersiaplah untuk menghadapi mereka dengan
kekuatan apa yang kamu sanggupi. [Al-Anfal/8:60]
Pada dasarnya, semua yang berfaedah dari
alam semesta ini untuk kaum Muslimin. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي
أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ ۚ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ
آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ كَذَٰلِكَ
نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
Katakanlah,‘Siapakah yang mengharamkan
perhiasan dari Allâh yang telah dikeluarkannya untuk para hamba-Nya dan juga
rezeki yang baik?’ Katakanlah, ‘Semua itu disediakan bagi orang-orang yang
beriman di dunia, khusus untuk mereka saja di hari kiamat’. [Al-A’raf/7:32]
Firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala :
وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا
فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ
يَتَفَكَّرُونَ
Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada
di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-banar terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allâh) bagi kaum yang berfikir. [Al-Jâtsiah/45:13]
Firman Allâh Azza wa Jalla :
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ
جَمِيعًا
Dialah Allâh yang menjadikan segala yang
ada di bumi untuk kamu. [Al-Baqarah/2:29]
Oleh karena itu, kaum Muslimin wajib
saling berlomba dalam usaha mengeksploitasi semua yang bermanfaat dari alam
ini, bukan menjadi penonton dan membiarkan atau bahkan meminta orang-orang
kafir untuk menggali semua yang bermanfaat itu. Boleh memanfaat mereka agar
kita memiliki industri-industri dan terkhnologi.
Memberi nama dengan nama-nama orang kafir
Sebagian kaum Muslimin memberi nama untuk
anak-anaknya, baik laki-laki maupun perempuan dengan nama-nama asing dan
meninggalkan nama bapaknya, ibunya, kakeknya, neneknya, dan nama-nama yang
dikenal di masyarakatnya. Padahal Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
bersabda:
إِنَّ أَحَبَّ أَسْمَائِكُمْ إِلَى اللهِ عَبْدُ
اللهِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ
Sesungguhnya nama yang paling dicintai
oleh Allâh Azza wa Jalla yaitu Abdullah dan Abdurrahman[2]
Perubahan nama-nama ini bisa menyebabkan
kemunculan satu ganerasi yang memiliki
nama-nama yang aneh. Perubahan ini juga
menyebabkan terputusnya hubungan antara generasi aneh ini dengan generasi
sebelumnya. Ini juga menyebabkan sirnanya identitas keluarga-keluarga yang
dahulunya dikenal dengan nama-nama khas mereka.
Berdo’a memohonkan ampunan untuk mereka
dan merasa sayang terhadap mereka
Allâh Azza wa Jalla telah mengharamkan
ini dalam firman-Nya :
فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا
الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ ۗ وَنُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ
يَعْلَمُونَ
Tidaklah sepatutnya bagi Nabi dan
orang-orang yang beriman memintakan ampun kepada Allâh Azza wa Jalla untuk
orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabatnya,
sesudah jelas bagi mereka bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni
neraka Jahannam. [At-Taubah/9:11]
Karena perbuatan seperti ini
mengindikasikan ada rasa cinta terhadap mereka dan ada indikasi yang
menunjukkan bahwa dia membenarkan apa yang ada pada diri orang-orang kafir.
BENTUK SIKAP WALA’ TERHADAP KAUM MUSLIMIN
Hijrah menuju negeri kaum Muslimin dari
negeri orang-orang kafir.
Hijrah itu adalah pindah dari negeri
orang-orang kafir ke negeri orang-orang Muslim dengan tujuan menyelamatkan
agamanya.
Hijrah dengan pengertian dan tujuan
seperti ini adalah wajib dan senantiasa tetap ada sampai matahati terbit dari
arah barat pada saat hari kiamat tiba. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
berlepas diri dari setiap Muslim yang menetap di tengah-tengah kaum musyrikin.
Oleh karena itu, diharamkan atas setiap Muslim untuk menetap di negeri
orang-orang kafir kecuali bila dia tidak mampu hijrah meninggalkan negeri
orang-orang kafir atau keberadaannya di sana membawa manfaat agama, seperti
untuk da’wah ke jalan Allâh Azza wa Jalla dan menyebarkan Islam.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ
ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ قَالُوا فِيمَ كُنْتُمْ ۖ قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ
فِي الْأَرْضِ ۚ قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا
فِيهَا ۚ فَأُولَٰئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ ۖ وَسَاءَتْ مَصِيرًا ﴿٩٧﴾ إِلَّا
الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ لَا
يَسْتَطِيعُونَ حِيلَةً وَلَا يَهْتَدُونَ سَبِيلًا ﴿٩٨﴾ فَأُولَٰئِكَ عَسَى
اللَّهُ أَنْ يَعْفُوَ عَنْهُمْ ۚ وَكَانَ اللَّهُ عَفُوًّا غَفُورًا
Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan
oleh Malaikat dalam keadaan menganiaya dirinya sendiri (kepada mereka) Malaikat
bertanya, ‘Dalam keadaan bagaimana kamu ini?’ Mereka menjawab, ‘Kami adalah
orang-orang yang tertindas di negeri itu (Mekah).’ Para Malaikat berkata,
‘Bukankah bumi Allâh itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?’
Orang-orang itu tempatnya adalah neraka Jahannam, dan Jahannam adalah
seburuk-buruk tempat kembali. Kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki,
wanita, dan anak-anak yang tidak memiliki berdaya upaya dan tidak mengetahui
jalan (untuk berhijrah). Mereka itu mudah-mudahan Allâh memaafkannya. Dan Allâh
Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.” [An-Nisâ’/4:97-99]
Menolong dan membantu kaum Muslimin
dengan jiwa, harta dan lisan ketika mereka butuh, baik dalam urusan agama
maupun dunia.
Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ
أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan
wanita, sebagian mereka adalah menjadi penolong sebagian yang lain. (QS.
At-Taubah/9:71)
Juga firman-Nya:
وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ
فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ إِلَّا عَلَىٰ قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ
Jika mereka meminta pertolongan kepadamu
dalam (urusan) pembelaan agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali
atas kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. [Al-Anfâl/8:72]
Ikut merasakan sakit ketika mereka
menderita atau ikut merasa senang dikala mereka juga gembira.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِي تَوَادِّهِمْ
وَتَعَاطُفِهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ كَالْجَسَدِ الْوَاحِدِ إِذَا اشْتَكَىْ مِنْهُ
عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالْحُمَى وَالسَّهْرِ
Perumpamaan kaum Mukminin dalam kasih
sanyangnya, belas kasihnya dan sayang-menyayanginya bagaikan satu tubuh,
apabila satu bagian tubuh merasa sakit (menderita) maka seluruh tubuh menjadi
demam dan tidak bisa tidur karenanya.[3]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga
bersabda:
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ
بَعْضُهُ بَعْضًا وَشَبَكَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ.
Seorang Mukmin dengan Mukmin yang lainya
bagaikan bangunan, sebagiannya menguatkan sebagian yang lainnya. Dan Nabi merapatkan jari-jarinya (memberi
perumpamaan).[4]
Memberi nasehat kepada mereka,
menginginkan kebaikan untuk mereka, tidak melakukan pengkhianatan dan penipuan
terhadap mereka
Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ
ِلأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Salah seorang diantara kalian tidak
beriman sampai ia mencintai buat saudaranya apa ia cintai untuk dirinya
sendiri[5]
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga
bersabda:
المُسْلِمُ أخُو المُسْلم لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ
وَلاَ يَخْذُلُهُ بحَسْبِ امْرِىءٍ مِنَ الشَّرِّ أنْ يَحْقِرَ أخَاهُ
المُسْلِمَ كُلُّ المُسْلِمِ عَلَى
المُسْلِمِ حَرَامٌ ،دَمُهُ ومَالُهُ وعرْضُهُ
Seorang Muslim itu saudara Muslim yang
lain, dia tidak berlaku zhalim kepadanya, tidak menghinanya, tidak
merendahkannya. Cukuplah sebagai sebuah kejahatan, seorang Muslim mengolok
saudaranya yang Muslim. Setiap Muslim bagi Muslim lainnya adalah haram; darahnya,
hartanya dan kehormatannya.[6]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
juga bersabda:
لاَ تَبَاغَضُوا وَلاَ تَدَابَرُوا وَلاَ
تَنَاجَشُوا وَلاَ يَبعْ بَعْضُكُمْ عَلَى
بَيْعِ بَعْضٍ وَكُونُوا عِبَادَ الله إخْوَاناً
Janganlah kalian saling membenci, saling
membelakangi, janganlah saling menawar dagangan dengan harga tinggi untuk
menipu orang lain agar menawar dengan harga yang tinggi dan janganlah sebagian
kalian menjual (dagangan) atas transaksi
jual beli Muslim lainnya. Jadilah kalian sebagai para hamba Allâh yang
bersaudara.[7]
Menghormati dan memuliakan kaum Muslimin
serta tidak merendahkan dan mencela mereka
Allâh Azza wa Jalla berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ
قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ
نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ
وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ
الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ ﴿١١﴾ يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ
الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ
أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ
وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah
suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang
diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Dan jangan pula
wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita yang lain (karena) boleh jadi wanita
(yang diolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok). Dan
janganlah kamu mencela dirimu sendiri, dan janganlah kamu panggil-memanggil
dengan gelar-galar yang buruk. Seburuk-buruk (panggilan) ialah panggilan yang
buruk sesudah iman, dan barangsiapa yang tidak beriman, maka mereka itulah
orang-orang yang zhalim.
Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah
kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah
dosa, dan janganlah kamu mencari mencari kesalahan-kesalahan orang lain, dan
janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang
diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu
merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allâh, sesungguhnya Allâh Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang [Al-Hujurat/49:11-12]
Senantiasa bersama mereka, baik dalam
keadaan sulit maupun lapang, dan dalam keadaan susah maupun senang
Ini jelas berbeda dengan orang-orang
munafik yang hanya akan bersama kaum Muslimin pada saat lapang dan senang, dan
mereka akan bergegas meninggalkan kaum Muslimin ketika dalam keadaan susah.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
الَّذِينَ يَتَرَبَّصُونَ بِكُمْ فَإِنْ كَانَ
لَكُمْ فَتْحٌ مِنَ اللَّهِ قَالُوا أَلَمْ نَكُنْ مَعَكُمْ وَإِنْ كَانَ لِلْكَافِرِينَ
نَصِيبٌ قَالُوا أَلَمْ نَسْتَحْوِذْ عَلَيْكُمْ وَنَمْنَعْكُمْ مِنَ
الْمُؤْمِنِينَ
Orang-orang yang menunggu (peristiwa)
yang akan terjadi pada dirimu (wahai orang-orang beriman!), maka jika terjadi
bagimu kemenangan dari Allâh, mereka berkata, ‘Bukankah kami turut berperang
bersama kamu?’ Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan)
mereka berkata, ‘Bukankah kami turut memenangkanmu dan membela kamu dari
orang-orang Mukmin’. [An-Nisâ’/4:141]
Mengunjungi kaum Muslimin, senang bertemu
dan berkumpul bersama mereka
Dalam hadits qudsi disebutkan:
وَجَبَتْ مَحَبَّتِيْ لِلْمُتَزَاوِرِيْنِ فِيَّ
Aku pasti mencintai mereka yang saling
mengunjungi karena-Ku.[8]
Dan dalam hadits lain, Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
أنَّ رَجُلاً زَارَ أَخَاً لَهُ – فِي اللهِ – في
قَريَة أُخْرَى ، فَأرْصَدَ الله تَعَالَى لَهُ عَلَى مَدْرَجَتِهِ مَلَكاً ،
فَلَمَّا أتَى عَلَيهِ ، قَالَ : أيْنَ تُريدُ ؟ قَالَ : أُريدُ أخاً لِي – فِي
اللهِ – في هذِهِ القَريَةِ . قَالَ : هَلْ لَكَ عَلَيهِ مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا
عَلَيهِ ؟ قَالَ : لا ، غَيْرَ أنِّي أحْبَبْتُهُ في اللهِ تَعَالَى ، قَالَ :
فإنِّي رَسُوْلُ اللهِ إلَيْكَ بِأَنَّ اللهَ قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أحْبَبْتَهُ
فِيهِ
Sesungguhnya ada seorang laki-laki yang mengunjungi
saudaranya karena Allâh di perkampungan yang lain, lalu Allâh Azza wa Jalla
mengirimkan Malaikat (dalam wujud manusia) untuk menjaganya dalam perjalanannya
itu. Ketika Malaikat itu mendatangi orang itu, dia bertanya, ‘Kamu mau kemana?’
Dia menjawab, ‘Saya akan pergi berkunjung kepada seorang saudaraku karena Allâh
di kampong ini.’ Dia bertanya, ‘Apakah kamu punya kepentingan yang kamu
harapkan darinya?’ dia menjawab,’Tidak, hanya aku mencintainya karena Allâh.’
Malaikat itu berkata, ‘Saya ini utusan Allâh kepadamu untuk menyampaikan bahwa
Allâh Azza wa Jalla telah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu
itu karena Allâh.’[9]
Menghormati hak-hak kaum Mukminin
Oleh karena itu, ia tidak akan menjual
atas penjualan kaum Mukminin (tidak berebut pembeli), tidak menawar barang yang
telah ditawar oleh Mukmin yang lain, tidak meminang wanita yang telah dipinang
oleh Mukmin yang lain, dan tidak merebut perkara mubah yang telah dilakukan
terlebih dahulu oleh Mukmin lainnya.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :
أَلاَ لاَ يَبِعِ الرَّجُلُ عَلَى بَيِعِ
أَخِيْهِ وَلاَ يَخْطُبُ عَلَى خِطْبَتِهِ
Ketahuilah, tidak boleh bagi seseorang
untuk menjual atas penjualan saudaranya, dan tidak boleh meminang (wanita) yang
telah dipinang saudaranya.[10]
Dalam riwayat ini ditambahkan :
وَلاَيَسُمْ عَلَى سَوْمِهِ
Dan tidak boleh menawar barang yang telah
ditawar oleh saudaranya.[11]
Bersikap lemah lembut terhadap kaum
Muslimin yang lemah
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يُوَقِّرْ كَبِيْرَنَا
وَيَرْحَمْ صَغِيْرَنَا
Tidak termasuk golonganku orang-orang
yang tidak menghormati yang lebih tua dan tidak menyayangi yang lebih muda.[12]
Dalam hadits lain :
هَلْ تُنْصَرُوْنَ وَتُرْزَقُوْنَ إِلاَّ
بِضُعُفَائِكُمْ
Bukankah kalian tidak diberikan
kemenangan dan tidak diberikan rezeki kecuali dengan sebab orang-orang yang
lemah diantara kalian?![13]
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ
رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ ۖ وَلَا تَعْدُ
عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan
orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi hari dan senja hari dengan mengharap
keridhaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena)
mengharapkan perhiasan kahidupan dunia. [Al-Kahfi/18:28]
Mendoakan kaum Muslimin dan memintakan
ampunan untuk mereka
Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ
Dan mohonlah ampun bagi dosamu dan bagi
dosa-dosa kaum Mukminin, laki-laki dan wanita. [Muhammad/47:19]
Allâh Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا
تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ
رَحِيمٌ
Dan orang-orang yang datang sesudah
mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa, “Ya Rabb kami, beri ampunlah
kepada kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami,
dan janganlah Engkau membiarkan ada kedengkian dalam hati kami terhadap
orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi
Maha Penyayang.” [Al-Hasyr/59:10]
PENTING UNTUK DIPERHATIKAN !!!
Terkait pergaulan dengan orang-orang
kafir, Allâh Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ
قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَىٰ
إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ ۚ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ
الظَّالِمُونَ
Allâh tidak melarang kamu untuk berbuat
baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama
dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allâh menyukai
orang-orang yang berlaku adil. [Al-Mumtahanah/60:8]
Maksudnya, orang-orang kafir yang tidak
mengganggu dan tidak menyakiti kaum Muslimin, tidak memerangi dan tidak
mengusir kaum Muslimin dari kampung halaman mereka, maka kaum Muslimin boleh
membalas kebaikan mereka dengan kebaikan serta berlaku adil kepada mereka dalam
pergaulan yang bersifat duniawi. Meskipun demikian, hati mereka tetap tidak
boleh mencintai orang-orang kafir, karena Allâh Azza wa Jalla berfirman:
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ
يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ
تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ
Allâh tidak melarang kamu untuk berbuat
baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama
dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu. [Al-Mumtahanah/60:8]
Dan Allâh Azza wa Jalla tidak berfirman,
“Allâh tidak melarang kamu untuk berwala’ (setia) dan mencintai mereka.”
Semisal dengan ini, firman Allâh Azza wa
Jalla tentang bagaimana bergaul dengan kedua orang tua yang kafir:
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا
لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا
مَعْرُوفًا ۖ وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ۚ ثُمَّ إِلَيَّ
مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,
maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian hanya
kepada-Ku lah kembalimu, maka Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan. [Luqmân/31:15]
Pada suatu ketika ibunda Asma’ yang kafir
datang kepada Asma’ dengan maksud meminta agar Asma’ tetap menjaga kekeluargaan
meski dia kafir. Mendengar permintaan ini, Asma’ Radhiyallahu anhuma minta izin
kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk melakukannya. Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
صِلِيْ أُمَّكِ
Jalinlah hubungan kekeluargaan dengan ibumu[14]
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا
آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ ۚ
أُولَٰئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ ۖ
وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ أُولَٰئِكَ حِزْبُ اللَّهِ ۚ أَلَا
إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang
beriman pada Allâh dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang
yang menentang Allâh dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang (yang menentang) itu
bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.
Meraka itulah orang-orang yang telah Allâh tanamkan keimanan dalam hati mereka
dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya. Dan mereka akan
dimasukan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal
di dalamnya. Allâh ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap
(limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allâh. Ketahuilah, bahwa
sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung. [Al-Mujâdilah/58:22]
Jadi, menjaga hubugan kekeluargaan dan
membalasan kebaikan dalam urusan dunia adalah suatu perkara, sementara rasa
cinta dan kasih sayang adalah masalah lain.
Disamping itu, menjaga hubungan
kekeluargaan dan tetap bergaul dengan baik kepada mereka bisa menjadi pemikat
bagi orang-orang kafir agar memeluk Islam. Dua hal ini merupakan bagian dari sarana dakwah. Berbeda dengan kasih
sayang dan kesetiaan yang identik dengan pengakuan serta persetujuan terhadap
segala yang diyakini atau yang dilakukan oleh orang-orang kafir. Ini terlihat
dari tidak adanya usaha dan keinginan untuk mendakwahi mereka agar masuk Islam.
Hal penting lainnya yang harus diketahui
bahwa terkait dengan haramnya kaum Muslimin berwala’ kepada orang-orang kafir,
ini bukan berarti kita diharamkan bergaul dengan mereka dalam bisnis yang
mubah, mengimport barang-barang dan industri yang bermanfaat atau mengambil
manfaat dari pengalaman dan temuan-temuan mereka.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
menyewa Ibnu Uraiqith al-Laitsi yang masih kafir untuk menjadi penunjuk jalan
ketika Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah dari Mekah ke Madinah.
Beliau juga pernah berhutang kepada
sebagian orang yahudi.
Dan sampai saat ini, kaum Muslimin juga
masih mengimport barang-barang dan industri dari orang kafir.
Ini masuk dalam masalah jual beli dengan
harga yang pantas, dan tidak menunjukkan bahwa mereka memiliki kelebihan dan
keutamaan atas kita. Ini juga tidak menjadi sebab timbulnya rasa cinta dan
wala’ kepada mereka.
Allâh
mewajibkan kaum Muslimin mencintai kaum Muslimin lainnya dan berwala’
kepada mereka dan membenci orang-orang kafir serta memusuhi mereka.
Allâh Azza wa Jalla berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا
بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ آوَوْا
وَنَصَرُوا أُولَٰئِكَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ وَالَّذِينَ آمَنُوا
وَلَمْ يُهَاجِرُوا مَا لَكُمْ مِنْ وَلَايَتِهِمْ مِنْ شَيْءٍ حَتَّىٰ
يُهَاجِرُوا ۚ وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ
إِلَّا عَلَىٰ قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ ۗ وَاللَّهُ بِمَا
تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ ﴿٧٢﴾ وَالَّذِينَ كَفَرُوا بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ
إِلَّا تَفْعَلُوهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allâh dan
orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang
Muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi. Dan (terhadap)
orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban
sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi)
jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka
kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada
perjanjian antara kamu dengan mereka. dan Allâh Maha melihat apa yang kamu
kerjakan.
Adapun orang-orang yang kafir, sebagian
mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. jika kamu (hai para Muslimin)
tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allâh itu, niscaya akan terjadi
kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar. [Al-Anfâl/8:72-73]
Al-Hâfidz Ibnu Katsir rahimahullah
berkata, “Firman Allâh, (yang artinya), ‘Jika kalian tidak melaksanakan apa
yang telah diperintahkan Allâh itu niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi
dan kerusakan yang besar’. Maksudnya adalah jika kalian tidak menjauhi kaum
musyrikin dan tidak berwala’ terhadap kaum mukminin, niscaya akan terjadi
fitnah di tengah umat manusia berupa pencampuradukan antara perkara kaum
Mukminin dengan kaum kafir, hingga menyebabkan kerusakan yang luas dan
menyebar.”
Ironisnya, kenyataan ini telah terjadi di
zaman sekarang ini. Semoga Allâh menolong kita.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi
09/Tahun XX/1437H/2017M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl.
Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax
0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi
08122589079]
_______
Footnote
[1] HR. Abu Daud, no. 4031
[2] HR. Muslim, no. 2132
[3] HR. Al-Bukhâri, 7/77, 78 dan Muslim,
no. 2586 dan lafazh ini adalah riwayat beliau t
[4] HR. Al-Bukhâri, 7/80 dan Muslim, no.
2585
[5] HR. Al-Bukhâri, 1/9 dan Muslim, no.
45
[6] HR. Al-Bukhâri, 3/98 dan Muslim, no.
2564 dan lafazh ini adalah riwayat beliau t
[7] HR. Muslim, no. 2564
[8] HR. Imam Malik, no. 1735 (dalam kitab
al-Muwattha’, cetakan Darun Nafa’is Beirut) dan Imam Ahmad, 5/233
[9] HR. Imam Muslim, no. 2567
[10] HR. Imam al-Bukhâri, 3/24 dan Imam
Muslim, no. 1514
[11] HR. Imam Muslim, no. 1515
[12] HR. Imam Tirmidzi, no. 1919
[13] HR. Imam al-Bukhâri, 3/225
[14] HR. Imam al-Bukhâri, 3/142 dan Imam
Muslim, no. 1003
HAK-HAK AL-WALA’ WAL
BARA’
Oleh Al-Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir
Jawas حفظه الله
KEDUDUKAN AL-WALA’ DAN
AL-BARA’ DALAM ISLAM
Oleh Ustadz Abdullah bin Taslim
al-Buthoni MA
Mau tau
Kekejian Rezim Ganas Kufar Syi’ah
Rafidah Bashar Assad Laknatullah (Pembantai lebih dari lima ratus ribu ahlus
sunnah Syam, keturunan Para Sahabat Nabi), silahkan baca artikel dibawah ini
(sangat lengkap dan silahkan MUI bantah secara tertulis) :
Skenario Jahat Komunis Rusia
(Bersama Syi’ah) : Negara Suriah (Syam) Bukan Negara Arab Maupun Muslim Serta
Minta Hapus Pendidikan Agama Islam . Mirip Konspirasi Syi’ah Terhadap Khalifah
Mustanshir. Turki Saat Ini Secara Terbuka Mendukung Assad Di Suriah ?
Masya Allah, Ustadz Abdul
Somad : Konflik Suriah Peperangan Antara Aswaja Dengan Rezim Bengis Rafidhah
Nushairiyyah (Aliran Syi'ah Kebatinan Yang Lebih Ekstrim Kekafirannya Dari
Syi’ah Rafidhah Imamiyah Itsna Asyariyyah). Bashar Al-Assad Adalah Penjahat
Kemanusiaan Seperti Hitler, Stalin, Lenin, Polpot, Dan Lain Sebagainya.
Bagaimana Sikap Tokoh-tokoh Aswaja lainnya ?
Kepada Ikatan Alumni Syam
Indonesia (Alsyami), Arrahmahnews Dan Media Rafidhah Lainnya , Silahkan Bantah
Ratusan Artikel Dibawah Ini Secara Ilmiyah, Sistematis Dengan Counter Data Yang
Rasional ! Propaganda Pendukung Rafidhah Bashar Assad Dimedsos Tidak Berkualitas
(Sampah).
Ustadz Abdul Somad : Setelah
Rafidhah Laknatullah Bashar Al-Assad Tidak Mampu Membantai Muslim Sunni Dengan
Kekuatan Sendiri, Dia Libatkan Rafidhah Iran, Iraq, Hizbullata Libanon, Houtsi
Yaman, Rafidhah Afghanistan Dll, Masih Tidak Mampu Lagi, Lalu Minta Bantuan
Negara Kufar Komunis Rusia DKK. Fakta : Kufar Rafidhah (Iran DKK, Komunis Rusia
DKK) VS Muslim Syam.
Apa Yang Berlaku
Sebenarnya Di Syria ?
Hadits Shahih Tentang
Peperangan Besar Di Negeri Syaam Dan Keutamaannya, Terutama Damaskus Dan
Ghuuthah. Nabi Nabi ﷺ
: ‘Benteng Kaum Muslimin Pada Hari-Hari Peperangan Dahsyat/Besar Adalah
Damaskus”
Subhanallah Walhamdulillah,
Mujahidin Ahlus Sunnah (Non-Sekuler) Syam Bisa Bertahan Tujuh Tahun Menghadapi
Ekpansi Bangsa Asing Adi Kuasa Komunis Rusia- Kufar Barat- Majusyi’ah Iran-
Tentara Rezim Bengis Syiah Nushairiyah Bashar Al-Assad- Turki.
Kondisi Suriah Saat Ini, Hampir Sama Dengan
Yang Dialami Syaikhul Islam Di Zamannya, Musuh Kembali Bersekutu, Sejak Dari
Bangsa Mongol (Tar Tar), Berbagai Suku Turki, Persia, Orang-Orang Sejenis
Dengan Mereka Yang Murtad, Dari Kalangan Kristen Armenia Dan Lain-Lain.
(juga Sikap Salahuddin al Ayubi terhadap Syiah,
sebelum perangi tentara Salib)
Jihad Suriah Perang Akhir Zaman Melawan
Syiah (Bagian I)
Jihad Suriah Perang Akhir Zaman Melawan
Syiah (Bagian 2)
Jihad Suriah Perang Akhir Zaman Melawan
Syiah (Bagian 3)
Jihad Suriah Perang Akhir Zaman Melawan
Syiah (Bagian 4)
Jihad Suriah Perang Akhir Zaman Melawan
Syiah (Bagian 5)