Tobatnya
Tokoh Syiah di Iran
Januari 3, 2012
Tobatnya
Ayatullah `Uzma As Sayyid Abu Al Fadhl
Syi`ah tertusuk pada jantungnyua, tatkala
seorang Ayatullah Al `Uzma As Sayyid Abu Al Fadhl mengumumkan taubat dan
keluarnya dari agama Syi`ah yang kotor itu, akal mereka tidak siap menerima
kenyataan pahit seperti ini. Belum sembuh borok akibat Ahmad AlKisrawi
Rahimahullah yang bertaubat mendapat hidayah kepangkuan Islam dan
memproklamirkan kebatilan agama Syi`ah Imamiyah Ja`fariyah, disusul dengan
bala` susulan dengan taubatnya Ayatullah Al `Uzma As Sayyid Abu Al Fadhl Al
Burqu`i yang diberi hidayah oleh Allah dan dilapangkan dadanya menerima Islam,
menyambut panggilan kebenaran meninggalkan kebathilan dan orang-orangnya.
Keluarnya Ayatullah Al `Uzma Al Burqu`i benar-benar mengguncang Syi`ah, karena
ia (Al Burqu`i) memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan berpengaruh.
Sekapur Sirih tentang Al Burqu`i
Dia adalah Sayyid Abu Fadhl bin Muhammad At Taqiy bin Ali bin Musa Ar Ridha Al
Burqu`i. Nasabnya kembali kepada jalur Ahlul Bait. Dia adalah selevel dengan
Khumaini dalam hal ilmu, hanya saja Khumaini lebih tinggi peringkatnya dalam
referensi agama Syi`ah. Dia merupakan salah satu mercusuar agama Syi`ah kala itu.
Dia mengumandangkan taubatnya setelah menjadi jelas baginya kesesatan agama
Imamiyah Ja`fariyah.
Peristiwa itu
terjadi sebelum revolusi Iran, hal ini merupakan pukulan berat bagi Syi`ah
secara umum dan bagi negara Iran secara khusus. Telah ditegakkan upaya-upaya
penculikannya dan pembunuhannya. Satu diantara upaya itu hampir menghabisi
hidupnya ketika salah seorang Iran menembakkan peluru ke arahnya yang sedang
berdiri shalat, maka tidak ayal, peluru pun menembus pipi kirinya dan tembus
keluar dari pipi kanannya.
Dengan pertolongan
Allah, dia bisa selamat dari tragedi ini. Dia bergabung dengan jama`ah ahlus
sunnah dan salaf di Iran, shalat Jum`at serta jama`ah di Teheran, kawasan luar
`Ghadzar Wazir Daftar`.
Pemerintah menekan
dan mempersempit ruang geraknya, dengan menguasai masjidnya secara paksa.
Sementara gereja-gereja Nashrani dan sinagog-sinagog Yahudi menghirup udara
segar dan bernafas dengan aman hingga ia menyebutkan dalam kitab-kitabnya,
Sesungguhnya di negeri kami ini, orang-orang Kristen, Yahudi dan Sekuler yang
anti agama bisa hidup dengan nyaman. Sementara ahlus sunnah tidak pernah merasa
tenang di negeri kami ini dan tidak bisa hidup ditengah-tengah orang-orang
musyrik itu.
Dia menulis banyak
kitab, antara lain:Kasr Ash Shanam (Menghancurkan Berhala), yaitu bantahan
terhadap Ushul Al Kafi, tertuang dalam 411 halaman dan dari sela-selanya dia
mengurangi akidah Syi`ah dan menunjukkan kebatilannya.
Tadhad Mafatih Al
Jinan (Kontradiksi Kitab Kunci-Kunci Surga), kitab bantahan terhadap kitab
Mafatih Al Jinan yang memuat doa-doa ziarah kubur dan tempat-tempat sakral
lainnya serta doa haji ke makam. Kitab Mafatih Al Jinan ini tergolong kitab
terpenting bagi Syi`ah yang selalu mereka bawa kemana mereka pergi. Didalamnya
banyak ungkapan-ungkapan syirik, kufur dan ingkar Allah. Kitab bantahannya
tertuang dalam 209 halaman.
Dirasah fi Ahadits
Al Mahdi (Studi tentang Hadits-hadits Mahdi), dia membongkar bangunan khurafat
Al Mahdi versi Syi`ah dengan hujah (normatif rasional) dan burhan
(demonstratif).
Al Jami` Al Manqul
fii Sunan Ar Rasul (Penghimpun yang Ternukul tentang Sunnah-sunna Rasul). Dia
menghimpun hadits-hadits shahih ahlus sunnah yang dicocokkan dengan
hadits-hadits yang ada pada Syi`ah. Ushlub (metode) atau teknik ini membuktikan
bahwa Syi`ah tidak mengambil kebenaran melainkan taqlid buta dan fanatik dengan
hawa nafsu dan kesesatan. Kitab ini tertuang dalam 1406 halaman.
Dirasah Nushush Al
Imamah (Studi tentang Nash-nash Imamiyah). Disini dia menetapkan dengan
dalil-dalil dan bukti-bukti yang pasti bahwa khilafah adalah haqq dan imamah
yang mereka yakini adalah tidak berasal dan tidak berdasar, ia hanyalah
kebohongan yang nyata. Kitab ini tertuang dalam 170 halaman.
Disamping itu masih
banyak karya-karyanya yang lain seperti: Naqd `Ala Al Muraja`at dan Tadhad
Madzhab Al Ja`fari Ma`a Quran wa al Islam. Dia juga menterjemahkan mukhtashar
Minhaj As Sunnah karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ke dalam bahasa Persia.
Yang sangat
mengherankan adalah bahwa Sayyid Al Burqu`i ini dulunya termasuk pemimpin
gerakan melawan Ahmad Al
Kisrawi Al Irani yang lebih dulu mengumumkan kebathilan Syi`ah. Dia
sangat produktif dan dinamis dalam membantah pemikiran-pemikiran Ahmad Al
Kisrawi, dan membela agama Syi`ah secara mati-matian. Tetapi Allah ingin
menghinakan Syi`ah mulai dari ubun-ubun hingga di bawah telapak kaki, Dia
menunjukkan ke jalan Islam. Sayyid Al Fadhl bukanlah Syi`ah awam, melainkan
simbol dan mercusuar bagi Syi`ah yang ditunjuk dengan unung jari, dia mengemban
gelar Ayatullah al `Uzma.
Perlu pembaca
ketahui, Syaikh Al Burqu`i setelah mendapat hidayah dia mengumumkan dan
mengajak bahwa siapa saja yang pernah membayar khumus kepada dirinya, dia siap
mengembalikannya, karena dia telah mengakui haramnya harta tadi yang dicuri dan
dirampas dari tangan manusia. Dia telah memfatwakan haram mengambil khumus dari
selain rampasan parang seperti keyakinan yang ada pada kaum muslimin.
Akhirnya syi`ah
telah memiliki pilihan lain untuk terbebas dari pengaruh selain memvonis
penjara selama tiga puluh tahun tanpa memperhatikan usianya yang lanjut. Dan
Syaikh Al Burqu`i meninggal dunia setelah matinya Khumaini.
Renungkanlah
bersama-sama, Syi`ah mengaku setia dan cinta kepada Ahlul Bait, bagaimana
mereka memperlakukan Syaikh Al Burqu`i Rahimahullah? Padahal ia termasuk cucu
dan keturunan Ahlul Bait.
Lihatlah bagaimana
upaya mereka dalam menculik dan mem%@!#$& orang yang nasabnya kembali
kepada Ahlul Bait? Lihatlah akhirnya, bagaimana mereka mengurung dalam penjara
dengan vonis 30 tahun tanpa ada belas kasih?!
Apakah mereka termasuk orang yang patut
dicontoh? Kemanakah perginya cinta mereka yang didengung-dengungkan itu? Di
manakah bersembunyi?
Telah banyak kaum Syi`ah yang terpengaruh
dengan gerakan Syaikh Al Burqu`i Rahimahullah. Maka sebagian peneliti dan
pencari kebenaran serta para mullah mulai mengkaji kembali dan berfikir ulang
tentang ritus-ritus paganisme yang ada pada mereka.
Hasilnya sebagian mereka kembali kepada
kebenaran dan yang lain menyembunyikan taubatnya karena takut disakiti. Belum
lewat tahun-tahun yang panjang, Allah sudah menimpakan musibah yang lain lagi
kepada Syi`ah. Pada saat-saat ini seorang guru besar mereka Ustadz (Prof.) Ahmad Al Khatib Al Irani
mengumumkan batilnya wilayah (imamah), rusaknya ishmah imam, khurafat
Mahdi Muntazhar, dan bahwa Ahlul Bait (Ali Radhiyallahu `anhu dan anak-anaknya)
adalah penganjur dan penyeru musyawarah, tidak memiliki ambisi menjadi sultan.
Dia juga menyebutkan bahwa tasyayyu`
rentan dengan penyelewengan dari pangkalan yang sebenarnya. Maka dia menulis
dalam kitabnya, Min Asy Syura ila Wilayah al Faqih:
Didalam permulaan sejarah, terdapat
banyak sahabat dan tabi`in pilihan menanggulangi penyimpangan politik dan sikap
egois, mereka menyerukan reformasi dan perbaikan dengan kembali ke sistem
syura. Dan yang paling depan di antara mereka adalah ahlul bait, keluarga
Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam. Mereka adalah sosok-sosok manusia yang
paling zuhud terhadap dunia. Tidak memiliki ambisi terhadap kekuasaan dan tidak
pula rela mengikut para pemimpin yang menyimpang dalam menegakkan pemerintah
dengan sistem warisan. Mereka justru menyeru pengembalian kekuasaan ke tangan
umat Islam, melalui ahlul haili wal `aqdi dan menghormati suara dan
keinginannya.
Begitulah Syi`ah pada generasi-generasi
awal, para revolusioner yang mengibarkan bendera syra, melawan anarkhisme dan
egoisme. Akan tetapi prinsip-prinsip tasyayyu` (dukung mendukung) telah
mengalami pencorengan dan penyimpangan dengan adanya arus asing yang baru yang
menenggelamkan risalah ahlul bait dan menghilangkannya dari ingatan masyarakat.
Hal yang mengakibatkan perjalanan Syi`ah dalam berabad-abad penuh dengan
kebingungan, kemandegan, keterasingan dan keluar dari layar sejarah.
Perlu kita ingatkan, bahwa mulai
terungkap di tengah-tengah pemuda dan pemudi Iran, khurafat Mahdi Muntazhar.
Mereka menjadikan sosok Mahdi Syi`i sebagai bahan lelucon, dan permainan yang
menjadi bahan tertawaan dan lawak-lawak di panggung-panggung teater mereka.
Maka bergulirlah perbincangan tentang kelucuan Mahdi buatan di kalangan
masyarakat Syi`ah.
Karena itu para mullah bergerak
menyebarkan agama Syi`ah di luar wilayah Iran dan di luar masyarakat Syi`i yang
sudah memahami alur ceritanya. Mereka memanfaatkan harta untuk menyebarkan
agama kotor ini, mereka tidak lain adalah tumbal-tumbal yang disuguhkan kepada
bangsa-bangsa Iran Parsi agar bertambah imannya kepada khurafat Mahdi, sehingga
menjadi lekat dongeng itu dalam pikiran.
Begitulah pukulan demi pukulan menerpa
dada Syi`ah, belum hilang panasnya tamparan sudah melayang tamparan lain.
Berkas cahaya pasti merobek hijab kegelapan, lalu akalpun menjadi tenang dan
cerah satu demi satu, sehingga sekalipun lapisan-lapisan kegelapan dari para
pemimpin kesesatan berusaha menutupi kenyataan dan berusaha mengusir dan
menghalau sorot-sorot cahaya.
Sesungguhnya kebenaran pasti tampil,
aqidah shahihah adalah batu besar yang padat yang tidak lapuk dan rontok karena
tiupan badai khurafat, tiupan bid`ah dan ombak dhalalah.
Maraji`
: Gen Syi`ah Sebuah Tinjauan Sejarah, Penyimpangan Aqidah dan Konspirasi
Yahudi, Mamduh Farhan Al Buhairi, Penerbit Darul Falah, hal 243-247
Peristiwa di mana ulama-ulama besar
Syi’ah keluar dari aliran sesat ini memang sudah tidak asing lagi malah ada di
antara mereka yang disembelih dan dicincang mayat mereka setelah mereka secara
terbuka bertaubat dari fahaman sesat lagi merbahaya ini. Antara tokoh-tokoh Syi’ah
yang bertaubat adalah Ayatullah Uzhma Imam Sayid Abul Hassan al-Asfahani,
Sayid Ahmad al-Kasrawi, al-Allamah Sayid Musa al-Musawi, Sayid Ahmad al-Katib,
Abu al-Fadhl al-Burqui dan lain-lain lagi.
Judul Asal : Lillahi Tsumma Li at-Tharikh
Judul Buku : Mengapa Saya Keluar Dari
Syiah?
Penulis : Sayid Husain al-Musawi
Penerbit : CV. Pustaka al-Kautsar,
Jakarta Timur, Augustus 2002
Pengedar : Pustaka
Indonesia, Wisma Yakin, Kuala Lumpur.
Buku yang sedang
diulas ini adalah berkenaan dengan Sayid Hussain al-Musawi seorang mujtahid
dari alirang Syiah yang kemudiannya mengumumkan secara terbuka bahawa beliau
bertaubat dari aliran sesat ar-Rafidhah ini dan beliau mendetailkan bukti-bukti
kesesatan Syi’ah yang diambil dari kitab-kitab muktabar mereka sendiri.
Sayid Hussain
al-Musawi dilahirkan di Karbala dan mendapat pendidikan di kota ilmu (hauzah)
di Najaf. Beliau telah lulus dengan cemerlang di situ dan dianugerahkan derajat
Ijtihad oleh tokoh besar Ulama’ Syi’ah iaitu Sayid Muhammad Hussain Ali Kasyif
al-Ghita.
Selama masa beliau
mendalami kitab-kitab Syi’ah ketika pengajian beliau selalu menjadi bingung
dengan percanggahan yang begitu banyak terdapat dalam kitab-kitab muktabar
ajaran Syi’ah. Tapi beliau cuba menyedapkan hati beliau dengan menyatakan
kepada diri beliau sendiri sebagai seorang yang buruk pemahaman dan sedikit
ilmu. Pernah beliau melontarkan keraguan beliau kepada salah seorang tokoh di
Hauzah dan tokoh itu hanya menjawab “jauhkanlah keraguan itu dari dirimu, kamu
adalah pengikut Ahlul Bait AS, sedangkan ahlul bait menerimanya (agama syiah)
dari Muhammad SAW, dan Muhammad SAW menerimanya dari Allah SWT.” Beliau merasa
tenang sebentar namun perasaan berkecamuk antara kebenaran dan kebathilan syiah
sentiasa bermain di jiwa beliau. Semakin mendalam pengajian beliau semakin
banyak permasalahan timbul dan semakin bergelora perang batin dalam jiwa
beliau. Setelah tamat pengajian di Hauzah perang
batin dalam jiwa beliau berterusan.
Setelah lama merenung keadaan ini maka
beliau mengambil keputusan untuk melakukan kajian yang komprehensif dan
mengkaji ulang seluruh materi pelajaran yang pernah beliau dapatkan. Beliau
membaca sebanyak mungkin referensi pegangan serta kitab-kitab Syi’ah. Segala
kebingungan atau percanggahan beliau tuliskan dalam lembaran-lembaran kertas
dan beliau simpan semoga pada suatu hari Allah menetapkan satu keputusan.
Peristiwa al-Allamah Sayid Musa al-Musawi dan Sayid Ahmad al-Katib dua tokoh
besar Syi’ah yang bertaubat dan kembali kepada Ahlus Sunnah Wal Jamaah
seolah-olah menjadi petunjuk bagi beliau bahawa masanya juga sudah tiba untuk
beliau mengistihar keluar dari fahaman yang sesat ini. Beliau berpendapat kini
giliran beliau sudah tiba untuk menyatakan kebenaran untuk menyelamatkan
rakan-rakan beliau yang telah tertipu. Bagi beliau sebagai seorang ulama
adalah tanggungjawab beliau untuk menjelaskan kebenaran walaupun
ianya sungguh pahit untuk ditelan.
Maka Sayid Hussain al-Musawi pun
mengarang sebuah buku yang membongkar kesesatan-kesesatan Syi’ah. Yang
menariknya tentang buku ini adalah beliau menggunakan sumber Syi’ah sendiri
untuk membongkarkan konspirasi musuh-musih Islaam untuk melemahkan Islaam dari
dalam seperti musuh dalam selimut. Antara topik menarik yang beliau kupaskan
adalah seperti berikut:
a) Abdullah Ibnu Saba’ satu
individu fiktif/rekaan yang dicipta oleh Ahlu Sunnah Wal Jamaah dalam rangka
untuk memburukkan Syi’ah. benarkah begitu? Apa kata sumber Syi’ah sendiri
mengenai Abdullah Ibnu Saba.
b) Kata-kata kecaman
dari kalangan Ahlul Bait sendiri terhadap Syi’ah. Beliau telah menurunkan
kata-kata kecaman dari Saidina Ali RA, Saidatina Fathimah RA, Al-Hassan RA,
al-Hussain RA dan Imam-Imam dari kalangan Ahlul Bait terhadap Syi’ah. Benarkah
Syi’ah ini pembela Ahlul Bayt atau mereka sebenarnya pemusnah/penghina Ahlul
Bait? Kita lihat sendiri Riwayat-riwayat syi’ah yang menghina Rasulullah SAW
dan Ahlul Baitnya. Apakah kaitan Syi’ah di Kufah dengan tragedi pembunuhan
Saidina Hussain RA? Kesemuanya riwayat-riwayat tentang hal ini di ambil dari
sumber syi’ah sendiri!
c) Sayid Hussain
al-Musawi juga membongkarkan bagaimana Syi’ah menghalalkan perzinaan dengan
menggunakan Nikah Mut’ah, bagaimana perempuan diperlakukan sebagai objek
memuaskan hawa nafsu atas nama Mut’ah. Sungguh menjijikan sekali.
Yang paling menggemparkan kisah Nikah Mut’ah Ayatollah Khomeini al-Musawi
dengan kanak-kanak bawah umur dan apakah pandangan Ulama’ syi’ah
akan hal ini? Bagaimana pula melakukan adengan Homoseks dengan kanak-kanak
lelaki yang masih belum tumbuh janggutnya dan kumisnya. Beliau juga membawa
Riwayat dari Amirul Mukminin Saidina Ali RA yang menyatakan bahawa Mut’ah
telah diharamkan pada hari Khaibar. Semua pendedahan ini diambil dari sumber
Syi’ah sendiri!
d) Bagaimana Harta
Khumus (1/5 bahagian untuk Ahlul Bayt) telah dipergunakan untuk kemewahan
Ulama’-Ulama Syi’ah.
e)
Apakah pandangan mereka tentang al-Qur’an? Adakah al-Qur’an yang ada pada kita
hari ini lengkap? Wujudkah al-Qur’an yg lain selain dari apa yang kita baca
hari ini?
f)
Apakah pandangan Syi’ah terhadap Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Siapakah yang berkata
kalimah ini, “Mereka (ASWJ) adalah orang-orang kafir yang najis berdasarkan
Ijma’ ulama’ Syi’ah Imamiyah. Mereka lebih jahat dari Yahudi dan Nasrani.”?
g)
Pengaruh Yahudi, Majusi dan lain-lain dalam Syi’ah
h)
al-Qaim (Imam Mahdi) menurut Riwayat Syi’ah yang menyerupai watak Dajjal dan
banyak lagi perkara-perkara yang menggemparkan. Kesemuanya diambil dari sumber
rujukan Syi’ah sendiri.
Insya-Allah buku ini
amat berguna sekali untuk mereka yang telah terpengaruh dengan Mazhab Ahlul
Bait / Syi’ah di Malaysia ini dan juga untuk kita yang mungkin akan didatangi
oleh da’i-da’i Syi’ah. Syaikh Mamduh Farhan al-Buhairi seoarang pakar tentang
Aliran syi’ah juga berkata sebagai kata Pengantar untuk buku ini, “Ini (buku
Lillahi Tsumma Li at-Tharikh) saya kirimkan kepada orang-orang yang masih
berbaik sangka kepada Syi’ah dan yang menuntut agar menggauli mereka dengan
baik dan lemah lembut, akibat kebodohan mereka terhadap al-Quraan dan sunnah
Nabi SAW. Semoga mereka diberi petunjuk oleh Allah dan mempelajari Islam lebih
dalam.” [anshary/hfdfrds].
Pondok Pesantren Sidogiri (PPS) tidak berhenti membongkar kesesatan paham Syiah.
Setelah menerbitkan buku Mungkinkah Sunnah-Syiah dalam Ukhuwah? Jawaban Atas buku DR. Quraish Shihab Sunnah-Syiah
Bergandengan Tangan! Mungkinkah? dan Tantangan Syiah Terhadap Ahlusunah, kali
ini PPS menerbitkan buku Skandal al-Qur’an Syiah yang ditulis oleh Ust. A.
Qusyairi Ismail (Kepala Perpustakaan Sidogiri) dan Moh. Achyat Ahmad (Kepala
Kuliah Syariah PPS).
Tidak seperti buku-buku sebelumnya, buku ini secara khusus membidik
bagaimana persepsi sekte Syiah terhadap al-Qur’an. Hal ini menjadi penting
karena al-Qur’an adalah pondasi pertama dan utama dalam Islam, sehingga dapat
diketahui apakah sekte tersebut berada pada jalur yang benar atau sebaliknya.
Bidikan buku ini mengarah pada keimanan Syiah terhadap al-Qur’an dan
perlakuan mereka terhadap sumber hukum Islam yang paling utama ini. Di mana
Syiah tidak hanya mengimani terhadap al-Qur’an tetapi juga menambah kitab suci
lain yang wajib diimani serta melakukan banyak distorsi (tahrif) terhadap
al-Qur’an yang diimani oleh Ahlusunah Waljamaah.
Buku ini juga membeber kitab-kitab tafsir yang mereka gunakan sebagai
pegangan utama dalam akidahnya, seperti Tafsir Hasan al-Askari, Tafsir
al-Qummi, Tafsir, al-Ayyasyi, Tafsir Furat al-Kufi, dan yang lain.
Sekedar tambahan, PPS mengonter Syiah tidak hanya melalui buku-buku dan
artikel singkat tetapi juga terlibat dalam seminar dan kuliah umum. Hanya, Syiah
Indonesia rupanya tidak seperti HTI atau Islam Liberal yang berani berdialog
dalam sebuah forum.
(A. Fadoil Khalik)
Kabar
Gembira Bagi Ahlus Sunnah!
17/12/2012
Dengan izin Allah, Al-Allamah dan marja’ Syi’ah yang
sudah sampai tingkat ijtihad dalam agama imamah syiah atau madzhab jakfari,
Husain al-Muayyad, telah menyatakan keislamannya dan meninggalkan agama majusi.
Dia mengunjungi Syaikh Dr. Muhammad al-Suaidi di rumahnya.
Syekh Husain al-Muayyad akan tampil di TV wesal pada
hari Rabu depan jam 10 malam insyaallah.
Allahu akbar. Ya Allah perbanyaklah orang syiah yang
rujuk kepada Islam yang sunnah, ajaran sahabat dan ahlulbait.[gensyiah].
www.youtube.com/watch?v=6TtG_oIAeP0
Nov 11, 2011 - Uploaded by wong1411
Taubatnya mantan syiah, dan ini sebagai renungan
bagi orang yang ... Photo Rasul yg diperjual ...
Posted on 15/01/2013 by oranganjuk
Sebuah video yang mengungkap pengakuan penting dalam
sebuah pertemuan khusus ulama Syiah, Al-Qazwini, Direktur Markaz Tahqiqat Waliy
Ashr wa Qanat As-Salam, Ulama Hauzah Qum, Iran.
Ų„Ł Ų§ŁŲ°ŁŁ ŁŁŲ±ŁŲ§ ŁŁŁŁŁŁ Ų£Ł
ŁŲ§ŁŁŁ
ŁŁŲµŲÆŁŲ§ Ų¹Ł Ų³ŲØŁŁ
Ų§ŁŁŁ ŁŲ³ŁŁŁŁŁŁŁŲ§ Ų«Ł
ŲŖŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁ
ŲŲ³Ų±Ų© Ų«Ł
ŁŲŗŁŲØŁŁ ŁŲ§ŁŲ°ŁŁ ŁŁŲ±ŁŲ§ Ų„ŁŁ Ų¬ŁŁŁ
ŁŲŲ“Ų±ŁŁ ( 36 ) ŁŁŁ
ŁŲ² Ų§ŁŁŁ Ų§ŁŲ®ŲØŁŲ« Ł
Ł Ų§ŁŲ·ŁŲØ ŁŁŲ¬Ų¹Ł Ų§ŁŲ®ŲØŁŲ« ŲØŲ¹Ų¶Ł Ų¹ŁŁ
ŲØŲ¹Ų¶ ŁŁŲ±ŁŁ
Ł Ų¬Ł
ŁŲ¹Ų§ ŁŁŲ¬Ų¹ŁŁ ŁŁ Ų¬ŁŁŁ
Ų£ŁŁŲ¦Ł ŁŁ
Ų§ŁŲ®Ų§Ų³Ų±ŁŁ ( 37 )
“Sesungguhnya orang-orang kafir menginfakkan harta
mereka untuk menghalangi dari jalan Allah. Mereka infakkan harta mereka dan akan menjadi penyesalan dan bagi
mereka. Kemudian mereka dikalahkan. Dan orang-orang kafir itu kemudian digiring
ke neraka jahannam (36) Agar Allah memisahkan antara yang busuk dengan yang
baik dan menjadikan sebagiannya di atas sebagian yang lain. lalu kesemuanya
ditumpukkan-Nya dan dimasukkan ke dalam neraka jahannam. Mereka itulah
orang-orang merugi. (37)”(QS.
Al-Anfal)
(Ulama mereka mengatakan bahwa
30 santri terbaik tersebut pindah haluan ke wahhabi, dan tidak menyebutnya
sebagai Ahlussunnah. Padahal wahabi masih berada dalam koridor ahlus sunnah
sebagaimana ditegaskan oleh Habib Zein Al-Kaff ketika dituduh sebagai
wahabi, “Wahabi sama-sama Ahlussunnah, kalau mereka (Syiah) bukan.
Kalau wahabi kitab rujukannya sama, rukun Iman, rukun Islamnya juga sama,
sedangkan Syiah berbeda, kita hanya berbeda dalam masalah furu’iyah (cabang)
dengan Wahabi”)
Ceramah al-Qazwini
Sebelumnya saya minta maaf kepada anda semua,
namun dengan berterus-terang karena buruknya langkah yang diambil oleh para
murid serta ulama kita. Mereka tidaklah berada dalam posisi yang memungkinkan
mereka untuk membantah wahhabiyah.
Sayyid Rabbani Khurasani, ulama yang telah
dikenal oleh semua orang. Beliau mengajar Ulum al-Qur’an. Mungkin beliau
mendahului semua orang dalam hal ini.
Beliau datang kepada kami sebulan yang lalu di
Markaz Tahqiqat al-Qazwini di Qum.
Hadirin sekalian, Insya Allah semuanya ini
berasal dari kami, majlis itu haruslah dengan amanah. Kami tidaklah menyebarkan
berita ini dan tidak pula membicarakannya kecuali di majlis khusus. Semua yang
berada di sini adalah ahli ilmu dan para pembesar ulama.
Berita ini tidak boleh disebarkan. Karena
menyebarkannya adalah tidak baik bagi kita.
Beliau, -Rabbani Khurasani- berkata dengan
berterus terang,
“Saya sebagai pembimbing para santri Hauzah
telah berangkat di musim panas tahun ini. Ada 200 santri yang berangkat
bersamaku untuk mengadakan umrah.
Mereka adalah santri-santri
terbaik di Hauzah Ilmiah, Qum. Pada awalnya saya bersama mereka di
awal perjalanan untuk menjalankan misi tasyayyu’ (mensyiahkan orang lain).
Beberapa pertemuan saya buka untuk menjawab
syubhat. Di beberapa pertemuan itu saya peringatkan dan memberikan sinyal
bahaya wahabi terhadap mereka.
Tapi ada 30 santri yang tidak hadir dalam
pertemuan-pertemuan itu. mereka pergi bersama orang-orang wahabi. Saya katakan
bahwa mereka telah terpaut dengan orang-orang wahabi tersebut. 30 santri
tersebut hadir di majlis-majlis mereka.
Ada 200 santri yang saya bawa kesana namun 30
dari mereka saya lalaikan. 30 santri tersebut mempunyai pemikiran yang
membingungkan. Mereka pulang ke Qum dengan membawa akidah yang menyimpang.”
Dia mengatakan bahwa ketika sampai kepada Sayyid
Makarim Syirazi, ia kabarkan tentang hal itu. Begitu pula ketika sampai kepada
Sayyid Sabhani, ia mengabarkannya juga.
Ia berkata, “Katakan pada mereka di suatu waktu,
siapa saja dari mereka yang minta perhitungan, maka saya akan berikan padanya
angka yang benar. Saya membawa 200 santri Hauzah kesana. Bukan mahasiswa
universitas. Bukan pula yang buta huruf. Dihadapkan padaku 30 santri yang telah
terpengaruh pemikiran wahabi yang sudah kembali ke Iran”
Baiklah, olehnya wajib bagi kita untuk
mengatakan pada kondisi seperti ini, “Inna lillahi wa Innaa Ilaihi
Raji’uun!”
(Muh.
Istiqamah/lppimakassar.com) 11012013
Ditulis oleh Administrator
Diperbarui pada Rabu, 23 Januari
2013 11:32
Tanggal Diterbitkan
Saya seorang wanita berkebangsaan Irak,umurku 29 tahun berprofesi
sebagai wartawan disalah satu Media Informasi Ayahku berasal dari iraq
sedangkan ibuku berasal dari Iran.Dari kecil saya telah tumbuh dalam rumah dan
lingkungan beraqidah Syiah murni dan terbiasa diatas aqidah Syiah Imamiyah
Walaupun
kedua orangtua saya memiliki wawasan keislaman yang luas akan tetapi keduanya
meyakini kemurnian ajaran Syiah,mereka yakin bahwa AlQuran telah dirubah oleh
Kaum Sunny,dan keluarga besar saya sangat membenci para sahabat Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam.
Setelah
dewasa,sayapun menikah dengan seorang pemuda Syiah berasal dari keluarga Syiah
juga dimana ketekunan menjalankan ajaran Syiahnya sama seperti keluargaku..dari
pernikahan ini,saya melahirkan tiga orang anak..
Suatu
hari…saya berjumpa dengan salah seorang ibu rumah tangga yang menikah dengan
seorang pemuda Arab Saudi,namanya Ummu Yusuf…singkat cerita,kamipun saling
berkenalan dan berdialog tentang masalah "istighatsah kepada selain Allah
dan masalah ziarah kubur"…Dalam dialog tersebut,saya mendapatkan darinya
sebuah ucapan indah yang sempat merasuki lubuk hatiku…Ia mengatakan kepadaku 'janganlah engkau berdoa kepada Ali,tapi
berdoalah kepada Tuhan Ali,Allah sebab Dia lebih dekat kepadamu dari urat
lehermu'.
Saat itu…saya
teringat akan sebuah hadis yang terdapat dalam sebuah kitab…sebuah hadis yang
disandarkan kepada Qunbur,Maula Ali radhiyallahu'anhu –secara dusta-, hadisnya
berbunyi "Suatu saat,Qunbur mendatangi tempat Ali dan
berkata : 'Wahai Pelayan,dimanakah Amirul mukminin Ali berada ?', Pelayan
wanita tersebutpun menjawab : 'Diamlah wahai Qunbur,sesungguhnya Ali tengah
berada diatas menara yang sangat tinggi (diatas langit),sedang membagi-bagikan
rezeki,dan menciptakan janin yang ada dalam setiap rahim…"
Hadis ini
juga mengingatkanku akan sebuah peristiwa ketika saya pergi keseorang ulama
terpandang Syiah untuk menanyakan hadis ini,iapun hanya berkata : "Kamu hanya wajib untuk meyakini kebenaran isi
hadis ini,tanpa harus bertanya lagi,karena penafsiran hadis ini khusus
diperuntukkan bagi orang yang telah mumpuni keilmuannya.Mungkin saya akan
menjwab pertanyaanmu ini,namun tunggulah sampai umurmu mencapai empat puluh
tahun agar engkau paham maknanya.Kembalikanlah kitab itu kedalam tempatnya dan
jangan lagi bertanya".
Kejadian ini
masih begitu jelas teringat dalam benakku…lalu saya membandingkannya dengan
ucapan Ummu Yusuf yang barusan berdialog denganku…namun jiwaku tetap
memberontak dan berkata : "Kalau begitu ucapan Ummu Yusuf tadi adalah
pemikiran Wahhaby yang sangat menakutkan"...anehnya saya mulai bersemangat untuk mencari
kebenaran tentang Ali demi menyelamatkan diriku dari was-was yang mulai
merasuki hatiku…Namun,kadang hatiku terasa aneh,sebab jiwaku sekan merasa bahwa
ucapan Ummu Yusuf ada benarnya..namun hatiku kembali berontak karena jika
meyakini kebenaran ucapannya,maka berarti saya telah membenarkan aqidah
Wahhabiyah (Ahli Sunnah) yang begitu sangat dilaknat dan dibenci oleh Kaum
Syiah.
Beberapa
waktu kemudian…saya berjumpa lagi dengan Ummu Yusuf…namun kali ini ia
menghadiahkanku beberapa buku,tulisan Syaikh Ibnu baz,Syaikh Ibnul'Utsaimin dan
beberapa ceramah Syaikh Abdullah bin Jibrin..semuanya membahas seputar masalah
aqidah.
Ketika mengambilnya…sayapun mulai
membacanya…setiap pembahasan dalam kitab tersebut saya teliti dan pertimbangkan
baik-baik,namun ternyata pembahasan tersebut diterima oleh logikaku dengan
sangat mudah…setiap membuka halaman baru sayapun merasa semakin dekat dengan
aqidah salaf,dan menjauh dari Sekte Syiah Ja'fary Imamiyah..sayapun mulai
merasa tenang … namun masih ada beberapa masalah yang masih mengganjal dalam
benakku…seperti perselisihan para sahabat,,hak Ali sebagai Khalifah
pertama,,kezaliman para sahabat terhadap Ahli bait,,sebab semua ini adalah
keyakinan Syiah yang telah mendarah daging dalam diriku,dan saya tidak tahu
bagaimana harus mengusir keyakinan-keyakinan ini dari dalam diriku…sebab
itu,dirikupun terasa berada dalam pergolakan aqidah dimana disebagian besar
waktuku selalu memikirkannya…
Masuknya
diriku kedalam pengaruh aqidahAhli Sunnah semakin menjauh…saya lalu berusaha
untuk kembali ke madzhab asliku 'syiah',namun hatiku tidak lagi
menginginkannya,sebab saya telah yakin seyakin-yakinnya bahwa madzhab syiah
hanyalah sebuah madzhab yang sesat…Lalu saya memberitahu suamiku akan hal
tersebut,tetapi ia seakan tidak serius mempermasalahkannya..dan anehnya,ia
tetap mengizinkanku untuk mengganti cara shalatku sesuai shalatnya Ahli
Sunnah.Sayapun mulai bersedekap,dan tidak lagi meluruskan tanganku ketika
berdiri dalam shalat sebagaimana madzhab syiah,,saya juga tidak lagi mengusap
kedua kakiku ketika wudhu,karena madzhab Ahli Sunnah adalah
membasuhnya..dalam kondisi yang seperti ini,suamiku selalu memperhatikanku,bahkan
kadang mentertawakanku…sehingga ketika ia benar-benar tahu bahwa aku
serius,iapun hanya bisa membiarkanku..akan tetapi ia sama sekali belum paham
tentang pemikiran dan aqidah sunny…sebab kondisi Ahli Sunnah di Irak sangat
berbeda dengan kondisi seorang sunny salafy yang hakiki…
Beberpa waktu kemudian…saya berkenalan dengan
seorang syaikh,dan saya selalu bertanya kepadanya tentang urusan agama melalui
Mesanger…beliaupun dengan sabar menjelaskan semua pertanyaanku,dan
bersungguh-sungguh mengirimkanku beberapa maklumat…dan syaikh inilah yang juga
memiliki pengaruh besar dalam perjalanan hidupku…semoga Allah merahmatinya,ia
telah tewas ditangan tentara Amerika,semoga Allah melaknat mereka…Akhir dari
nasehat yang beliau sampaikan kepadaku adalah agar saya mendakwahi suamiku
kepada kebenaran ahli Sunnah,dan jika ia tidak mau,maka ia mewasiatkan agar
saya wajib memisahkan diri darinya..karena ia yang bermadzhab syiah imamiyah
adalah seorang musyrik…wasiat ini,beliau sampaikan pada waktu malam,dan pada
keesokan harinya ia telah tewas sebagai syahid,insya Allah.
Singkat waktu…sayapun
menerima wasiatnya,,mendakwahi suamiku untuk masuk kedalam Ahli Sunnah namun ia
menolak,,sehingga sayapun memisahkan diri darinya,tetapi problem terbesar
adalah kami memiliki tiga orang anak…jadi.anak-anak kami sepekan bersama
dengannya,dan sepekan bersama denganku…dan ia sama sekali tidak mengizinkanku
untuk tinggal bersama anak-anakku setiap hari sebab ia khawatir mereka
terpengaruh dengan pemikiranku yang sesat –menurut anggapannya dan anggapan
madzhab Syiah-.
Mengetahui
semua ini,keluargakupun berusaha untuk mengembalikanku ke madzhab Syiah dengan
berbagai cara, namun tidak berhasil,,sehingga ayahkupun sangat marah dan
mengusirku dari rumah dan dari kehidupan mereka…hanya ibuku yang sesekali
menziarahiku secara sembunyi-sembunyi tanpa sepengetahuan ayahku..
Dalam keadaan
terboikot seperti ini,,,saya pergi menemui Komite Ulama Muslimin untuk memohon
kepada mereka agar melindungi diriku…saya khawatir Syiah dan Para pembunuh bayaran
mereka akan membunuhku…saya tidak bisa tidur kecuali sedikit..Problem lainnya
adalah saya bekerja di sebuah yayasan liberal…saat itu saya ingin pindah
kerja agar terbebas dari pengaruh Sekte Liberal..sebab mereka berpaham
atheis,..menghina hijabku…mereka berkata : 'Allah tidak ada,tidak ada yang
namanya Nabi Muhammad', Mereka berusaha menyakitiku dengan berbagai cara.
Sayapun
kemudian diterima oleh para anggota Haiah (Komite) tersebut,,saya menjelaskan
kepada mereka bahwa saya adalah bagian dari kalian,Ahli Sunnah..maka janganlah
kalian membiarkanku terjerumus kedalam Sekte Liberal maupun kembali ke Sekte
Syiah…dan bahwa sekarang saya adalah seorang sunny dan sama sekali tidak
memilki hak dan kedudukan apa-apa diantara mereka.. merekapun berjanji akan
melindung…
Setelah itu…mulailah kehidupanku terboikot dari
orang-orang disekekelilingku…namun syukurlah saya masih bisa bergaul lewat alam
lain yaitu internet…saat itu,bagaimanapun juga alam internet lebih baik bagiku
daripada alam manusia.
Namun,saya seorang yang berprofesi sebagai penulis surat kabar,tentu ada
yang tahu tentangku…sehingga kadang tidak jarang diperhadapkan pada percobaan
pembunuhan dari sindikat pembunuh bayaran Syiah,bahkan akhir-akhir ini,saya
hampir saja terbunuh ketika berusaha melarikan diri dari balkon
apartemenku…sebab saya terjatuh dari atas bangunan ketika melarikan diri dari
para pembunuh bayaran tersebut.Tidak sampai disitu…ketika melihatku
terjatuh,mereka lalu menyebarkan desas-desus bahwa sebab musabab terjatuhnya
diriku adalah karena saya mengidap penyakit stress yang mendorongku untuk
melakukan bunuh diri..namun alhamdulillah…sekarang saya sementara terus berobat
dan hampir sembuh.
Kejadian tersebut ternyata membawa hikamah tersendiri,dimana saya
kemudian bisa mempengaruhi ibuku agar tetap bersamaku,dan sekarang ia sangat
mendengar kata-kataku,,saya sangat mengharap Allah memberikan beliau
hidayah…demikian pula,ayah dari anak-anakku yang sekarang mulai menetap
denganku dan mendengar semua kata-kataku,saya juga berharap ia bisa mendapatkan
hidayah dan taufiq..sebab kini ia berusaha untuk kembali berkumpul denganku dan
secara umum telah paham akan sesatnya keyakinan Syiah Imamiyah…Saya memohon
kepada Allah ta'ala agar bisa mendidik dan membina anak-anakku diatas aqidah
yang benar,jauh dari keyakinan bid'ah dan syirik Syiah yang saya telah tumbuh
dan terdidik diatasnya sehingga hampir-hampir saja saya menjadi orang yang
binasa kalau tidak diselamatkan oleh Tuhanku yang memberiku rahmat
hidayah,memperlihatkanku kebenaran serta memberiku taufiq untuk mengikutinya.
sumber : darul-anshar.com
Redaktur: Shabra Syatila
Kisah Taubatnya Tiga Orang Wanita Syi’ah
Bismillahirrahmaanirrahiem, semoga shalawat dan salam tercurah atas Nabi dan Rasul termulia,
junjungan kami Nabi Muhammadshallallaahu ‘alaihi wasallam, beserta
keluarga dan para sahabatnya.
Ya Allah, kepada-Mu kami berlindung, kepada-Mu
kami memohon pertolongan dan kepada-Mu kami bertawakkal. Engkaulah Yang Memulai
dan Mengulangi, Ya Allah kami berlindung dari kejahatan perbuatan kami dan
minta tolong kepada-Mu untuk selalu menaati-Mu, dan kepada-Mu lah kami
bertawakkal atas setiap urusan kami.
Semenjak lahir, yang kutahu dari akidahku
hanyalah ghuluw (berlebihan) dalam mencintai Ahlul bait. Kami dahulu memohon
pertolongan kepada mereka, bersumpah atas nama mereka dan kembali kepada mereka
tiap menghadapi bencana. Aku dan kedua saudariku telah benar-benar meresapi
akidah ini sejak kanak-kanak.
Kami memang berasal dari keluarga Syi’ah asli.
Kami tidak mengenal tentang mazhab ahlussunnah wal jama’ah kecuali bahwa mereka
adalah musuh-musuh ahlulbait Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam.Mereka lah yang merampas kekhalifahan dari tangan Amirul
Mukminin Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu’anhu, dan merekalah yang
membunuh Husain.
Akidah ini semakin tertanam kuat dalam diri kami
lewat hari-hari “Tahrim”, yaitu hari berkabung atas ahlul bait,
demikian pula apa yang diucapkan oleh syaikh kami dalam perayaan Husainiyyah
dan kaset-kaset ratapan yang memenuhi laciku.
Aku tak mengetahui tentang akidah mereka
(ahlussunnah) sedikitpun. Semua yang kuketahui tentang mereka hanyalah bahwa
mereka orang-orang munafik yang ingin menyudutkan ahlul bait yang mulia.
Faktor-faktor di atas sudah cukup untuk
menyebabkan timbulnya kebencian yang mendalam terhadap penganut mazhab itu,
mazhab ahlussunnah wal jama’ah.
Benar… Aku membenci mereka sebesar kecintaanku
kepada para Imam. Aku membenci mereka sesuai dengan anggapan Syi’ah sebagai
pihak yang terzhalimi.
Keterkejutan Pertama
Ketika itu Aku sedang duduk di sekolah dasar. Di sekolah aku mendengar penjelasan Bu Guru tentang mata pelajaran
tauhid. Beliau berbicara tentang syirik, dan mengatakan bahwa menyeru selain
Allah termasuk bentuk menyekutukan Allah. Contohnya seperti ketika seseorang
berkata dalam doanya: “Hai Fulan, selamatkan Aku dari bencana… tolonglah Aku”
lanjut Bu Guru. Maka kukatakan kepadanya: Bu, kami mengatakan “Ya Ali”, apakah
itu juga termasuk syirik? Sejenak kulihat beliau terdiam… seluruh murid di
sekolahku, dan sebagian besar guru-gurunya memang menganut mazhab Syi’ah…
kemudian Bu Guru berkata dengan nada yakin: “Iya, itu syirik” kemudian langsung
melontarkan sebuah pertanyaan kepadaku:
“Bukankah doa adalah ibadah?”
“Tidak tahu”, jawabku.
“Coba perhatikan, apa yang Allah katakan tentang
doa berikut”, lanjutnya seraya membaca firman Allah:
ŁَŁَŲ§Łَ Ų±َŲØُّŁُŁ
ُ Ų§ŲÆْŲ¹ُŁŁِŁ Ų£َŲ³ْŲŖَŲ¬ِŲØْ ŁَŁُŁ
ْ Ų„ِŁَّ
Ų§ŁَّŲ°ِŁŁَ ŁَŲ³ْŲŖَŁْŲØِŲ±ُŁŁَ Ų¹َŁْ Ų¹ِŲØَŲ§ŲÆَŲŖِŁ Ų³َŁَŲÆْŲ®ُŁُŁŁَ Ų¬َŁَŁَّŁ
َ ŲÆَŲ§Ų®ِŲ±ِŁŁَ
Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan
masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” (Ghaafir: 60).
“Bukankah dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa berdoa adalah ibadah,
lalu mengancam orang yang enggan dan takabbur terhadap ibadah tersebut dengan
Neraka?” tanyanya.
Setelah mendengar pertanyaan tersebut, aku merasakan suatu kejanggalan…
aku merasa kecewa… segudang perasaan menggelayuti benakku tanpa bisa
kuungkapkan. Saat itu aku berangan-angan andaikan aku tak pernah menanyakan hal
itu kepadanya. Lalu kutatap dia untuk kedua kalinya… ia tetap tegar laksana
gunung.
Waktu pulang kutunggu dengan penuh kesabaran, Aku berharap barangkali
ayah dapat memberi solusi atas permasalahanku ini… maka sepulangku dari
sekolah, kutanya ayahku tentang apa yang dikatakan oleh Bu Guru tadi.
Ayah serta merta mengatakan bahwa Bu Guru itu
termasuk yang membenci Imam Ali. Ia mengatakan bahwa kami tidaklah menyembah
Amirul Mukminin, kami tidak mengatakan bahwa dia adalah Allah sehingga Gurumu
bisa menuduh kami telah berbuat syirik… jelas ayah.
Sebenarnya aku tidak puas dengan jawaban ayahku,
sebab Bu Guru berdalil dengan firman Allah. Ayah lalu berusaha menjelaskan
kepadaku kesalahan mazhab Sunni hingga kebencianku semakin bertambah, dan aku
semakin yakin akan batilnya mazhab mereka.
Aku pun tetap memegangi mazhabku, mazhab Syi’ah;
hingga adik perempuanku melanjutkan karirnya sebagai pegawai di Departemen
Kesehatan.
Sekarang, biarlah adikku yang melanjutkan
ceritanya…
Setelah masuk ke dunia kerja, aku berkenalan
dengan seorang akhwat ahlussunnah wal jama’ah. Ia seorang akhwat yang multazimah
(taat) dan berakhlak mulia. Ia disukai oleh semua golongan, baik Sunni maupun
Syi’ah. Aku pun demikian mencintainya, dan
berangan-angan andai saja dia bermazhab Syi’ah.
Saking cintanya, aku sampai berusaha agar jam
kerjaku bertepatan dengan jam kerjanya, dan aku sering kali bicara lewat
telepon dengannya usai jam kerja.
Ibu dan saudara-saudaraku tahu betapa erat
kaitanku dengannya, sebab itu aku tak pernah berterus terang kepada mereka
tentang akidah sahabatku ini, namun kukatakan kepada mereka bahwa dia seorang
Syi’ah, tak lain agar mereka tidak mengganggu hubunganku dengannya.
Permulaan Hidayah
Hari ini, aku dan sahabatku berada pada shift
yang sama. Kutanya dia: “Mengapa di sana ada Sunni dan Syi’ah, dan mengapa
terjadi perpecahan ini?” Ia pun menjawab dengan lembut:
“Ukhti, sebelumnya maafkan aku atas apa yang
akan kuucapkan… sebenarnya kalianlah yang memisahkan diri dari agama, kalian
yang memisahkan diri dari Al Qur’an dan kalian yang memisahkan diri dari
tauhid!!”
Kata-katanya terdengar laksana halilintar yang
menembus hati dan pikiranku. Aku memang orang yang paling sedikit mempelajari
mazhab di antara saudari-saudariku. Ia kemudian berkata:
“Tahukah kamu bahwa ulama-ulama kalian meyakini
bahwa Al Qur’an telah dirubah-rubah, meyakini bahwa segala sesuatu ada di
tangan Imam, mereka menyekutukan Allah, dan seterusnya…?” sembari menyebut
sejumlah masalah yang kuharap agar ia diam karena aku tidak mempercayai semua
itu.
Menjelang berakhirnya jam kerja, sahabatku
mengeluarkan beberapa lembar kertas dari tasnya seraya mengatakan bahwa itu
adalah tulisan saudaranya, berkenaan dengan haramnya berdoa kepada selain
Allah. Kuambil lembaran-lembaran tersebut, dan dalam perjalanan pulang aku
meraba-rabanya sambil merenungkan ucapan sahabatku tadi.
Aku masuk ke rumah dan kukunci pintu kamarku.
Lalu mulailah kubaca tulisan tersebut. Memang, hal ini menarik perhatianku dan
membuatku sering merenungkannya.
Pada hari berikutnya, sahabatku memberiku sebuah
buku berjudul “Lillaah, tsumma littaariekh” (Karena Allah, kemudian
karena sejarah). Sumpah demi Allah, berulang kali aku tersentak membaca apa
yang tertulis di dalamnya. Inikah agama kita orang Syi’ah? Inikah keyakinan
kita?!!
Sahabatku pun semakin akrab kepadaku. Ia menjelaskan
hakikat banyak hal kepadaku. Ia mengatakan bahwa ahlussunnah mencintai Amirul
Mukminin dan keluarganya.
Benar… aku pun beralih menganut mazhab ahlussunnah tanpa diketahui oleh
seorang pun dari keluargaku. Sahabatku ini selalu menghubungiku lewat telepon.
Bahkan saking seringnya, ia sempat berkenalan dengan kakak perempuanku.
Sekarang, biarlah kakakku yang melanjutkan ceritanya…
Aku mulai berkenalan dengan akhwat yang baik ini. Sungguh demi Allah,
aku jadi cinta kepadanya karena demikian sering mendengar cerita adikku
tentangnya. Maka begitu mendengar langsung kata-katanya, aku semakin cinta
kepadanya…
Permulaan Hidayah
Hari itu, aku sedang membersihkan rumah dan adikku sedang bekerja di
kantor. Aku menemukan sebuah buku bergambar yang berjudul: “Lillaah, tsumma
littaariekh”.
Aku pun membukanya lalu membacanya… sungguh demi Allah, belum genap
sepuluh halaman, aku merasa lemas dan tak sanggup merampungkan tugasku
membersihkan rumah. Coba bayangkan, dalam sekejap, akidah yang ditanamkan
kepadaku selama lebih dari 20 tahun hancur lebur seketika.
Aku menunggu-nunggu kembalinya adikku dari kantornya. Lalu kutanya dia: “Buku apa ini?”
“Itu pemberian salah seorang suster di rumah sakit”, jawabnya.
“Kau sudah membacanya?” tanyaku.
“Iya, aku sudah membacanya dan aku yakin bahwa mazhab kita keliru”, jawabnya.
“Bagaimana denganmu?” tanyanya.
“Baru beberapa halaman” jawabku.
“Bagaimana pendapatmu tentangnya?” tukasnya.
“Kurasa ini semua dusta, sebab kalau benar berarti kita betul-betul
sesat dong”, sahutku.
“Mengapa tidak kita tanyakan saja isinya kepada Syaikh?” pintaku.
“Wah, ide bagus” katanya.
Buku itu lantas kukirimkan kepada Syaikh melalui adik laki-lakiku.
Kuminta agar ia menanyakan kepada Syaikh apakah yang tertulis di dalamnya
benar, ataukah sekedar kebohongan dan omong kosong?
Adikku mendatangi Syaikh tersebut dan memberinya buku itu. Maka Syaikh
bertanya kepadanya: “Dari mana kau dapat buku ini?”
“Itu pemberian salah seorang suster kepada kakakku” jawabnya.
“Biarlah kubaca dulu” kata Syaikh, sembari aku berharap dalam hati agar
kelak ia mengatakan bahwa semuanya merupakan kebohongan atas kaum Syi’ah. Akan
tetapi, jauh panggang dari api! Kebatilan pastilah akan sirna…
Aku terus menunggu jawaban dari Syaikh selama sepuluh hari. Harapanku
tetap sama, barang kali aku mendapatkan sesuatu darinya yang melegakan hati.
Namun selama sepuluh hari tadi, aku telah mengalami banyak perubahan.
Kini sahabat adikku sering berbicara panjang lebar denganku lewat telepon,
bahkan ia seakan lupa kalau mulanya ia ingin bicara dengan adikku. Kami bicara
panjang lebar tentang berabagai masalah.
Pernah suatu ketika ia menanyaiku: “Apa kau puas dengan apa yang kita
amalkan sebagai orang Syi’ah selama ini?”. Aku mengira bahwa dia adalah Syi’ah,
dan dia tahu akan hal itu…
“Kurasa apa kita berada di atas jalan yang benar”, jawabku.
“Lalu apa pendapatmu terhadap buku milik adikmu?” tukasnya. Akupun
terdiam sejenak… lalu kataku:
“Buku itu telah kuberikan ke salah seorang Syaikh agar ia menjelaskan
hakikat buku itu sebenarnya”.
“Kurasa ia takkan memberimu jawaban yang bermanfaat, aku telah
membacanya sebelummu berulang kali dan kuselidiki kebenaran isinya… ternyata
apa yang dikandungnya memang sebuah kebenaran yang pahit”, jelasnya.
“Aku pun menjadi yakin bahwa apa yang kita yakini selama ini adalah
batil” lanjutnya.
Kami terus berbincang lewat telepon dan sebagian besar perbincangan itu
mengenai masalah tauhid, ibadah kepada Allah dan kepercayaan kaum Syi’ah yang
keliru. Tiap hari bersamaan dengan kepulangan adikku dari kantor, ia menitipkan
beberapa lembar brosur tentang akidah Syi’ah, dan selama itu aku berada dalam
kebingungan…
Aku teringat kembali akan perkataan Bu Guru yang selama ini terlupakan.
Kuutus adik lelakiku untuk menemui Syaikh dan meminta kembali kitab tersebut
beserta bantahannya. Akan tetapi sumpah demi Allah, lagi-lagi Syaikh ini
mengelak untuk bertemu dengan adikku. Padahal sebelumnya ia selalu mencari
adikku, dan kini adikku yang justru menelponnya. Namun keluarga Syaikh
mengatakan bahwa dia tidak ada, dan ketika adikku bertemu dengannya dalam acara
Husainiyyah[1] dan menanyakan kitab tersebut; Syaikh hanya mengatakan: “Nanti”,
demikian seterusnya selama dua bulan.
Selama itu, hubunganku dengan sahabat adikku lewat telepon semakin
sering, dan di sela-selanya ia menjelaskan kepadaku bahwa dirinya seorang
Sunni, alias ahlussunnah wal jama’ah. Dia berkata kepadaku:
“Jujur saja, apa yang membuat kalian membenci Ahlussunnah wal
Jama’ah?”
Aku sempat ragu sejenak, namun kujawab: “Karena kebencian mereka
terhadap Ahlulbait”.
Hai Ukhti, Ahlussunnah justeru mencintai mereka”, jawabnya.
Kemudian ia menerangkan panjang lebar tentang kecintaanAhlussunnah terhadap
seluruh keluarga Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, beda
dengan Syi’ah Rafidhah yang justeru membenci sebagian ahlul bait seperti
isteri-isteri Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam.
Benar, kini aku tahu tentang akidah Ahlussunnah wa Jama’ah dan aku mulai
mencintai akidah yang sesuai dengan fitrah dan jauh dari sikap ghuluw
(ekstrim)… jauh dari syirik… dan jauh dari kedustaan.
Kebenaran yang sesungguhnya mulai tampak bagiku, dan aku pun bingung
apakah aku harus meninggalkan agama nenek moyang dan keluargaku? Ataukah
meninggalkan agama yang murni, ridha Allah dan Jannah-Nya??
Ya, akhirnya kupilih yang kedua dan aku menjadi seorang ahlussunnah
wal jama’ah. Aku kemudian menghubungi akhwat yang shalihah tadi
dan kunyatakan kepadanya bahwa hari ini aku ‘terlahir kembali’.
Aku seorang Sunni, alias Ahlussunnah wal Jama’ah.
Akhwat tersebut mengucapkan takbir lewat telepon, maka seketika itu
meleleh lah air mataku… air mata yang membersihkan sanubari dari peninggalan
akidah Syi’ah yang sarat dengan syirik, bid’ah dan khurafat…
Demikianlah… dan tak lama setelah kami mendapat hidayah, adik kami yang
paling kecil serta salah seorang sahabatku juga mendapat hidayah atas karunia
Allah Subhanahu wa Ta’aala.
(Saudari-saudari kalian yang telah bertaubat)
[basweidan.wordpress.com darihttp://www.fnoor.com/fn1024.htm
==============
[1] Ritual kaum Syi’ah dalam rangka memperingati syahidnya Imam Husain
bin Ali Radhiyallohu’anhu.
Kota Suci Bejat
Bernama Qom
Kerusakan kota-kota suci Iran ternyata erat kaitannya
dengan paramollah. Sebab hanya para mollah itulah yang dapat masuk ke
pusat-pusat pendidikan yang dikhususkan untuk gadis-gadis, meski pada
dasarnya mengajar di tempat-tempat tersebut terlarang bagi laki-laki di kota
Qom. Begitu juga dengan pusa-pusat kesehatan, rumah sakit dan tempat-tempat
wisata yang dikhususkan buat wanita, banyak dijumpai para mollah berjalan-jalan
dengan bebasnya seakan mereka adalah kelompok orang yang telah dihalalkan atas
semua wanita yang masuk ke tempat-tempat tersebut.
Bahkan kerusakan di kota Qom jauh melebihi kerusakan
kota Teheran yang merupakan kota yang lebih terbuka di banding Qom.
Angka bunuh diri di kalangan wanitanya dengan jalan
minum racun sangatlah tinggi, dan hal itu disebabkan oleh beban mental yang
banyak dirasakan oleh para wanita dan gadis-gadis yang tinggal di kota itu
sebagai dampak dari situasi yang telah memaksa mereka dan juga cara-cara yang
diterapkan oleh “syurthatul akhlaqil hamidah” yaitu polisi penegak
akhlak terpuji di bawah kekuasaan para mollah.
Kondisi kejiwaan inilah yang di saat tertentu dapat
memicu tindak kejahatan dari kaum laki-laki Iran untuk melakukan penculikan dan
pemerkosaan, bahkan tak jarang berakhir dengan dibunuhnya sang korban karena
takut dilaporkan. Dan sebagian wanita dan gadis korban perkosaan pun tak jarang
yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri karena malu dengan apa yang
menimpanya.
Nyatanya, wanita di kota Qom selalu dalam resiko
penghinaan dan pelecehan seksual, khususnya yang dilakukan oleh kalangan
pelajar agama di Hauzah. Setiap kali mereka melihat wanita atau gadis yang
sedang berada dijalan, maka buru-buru mereka membuka percakapan dengannya
tentang nikah mut’ah, bahkan sedikit pun mereka tidak membuka ruang tanya jawab
meski si wanita atau gadis tersebut merasa keberatan. Hal itu dikarenakan apa
yang mereka inginkan adalah perkara yang disyari’atkan dan telah ditegaskan
oleh pemerintah, di samping mut’ah dalam keyakinan mereka adalah perbuatan
terpuji dan telah diwasiatkan oleh para Imam mereka sebagaimana tertulis dalam
kitab-kitab Imam mereka.
Karena itulah wanita-wanita di Qom harus menanggung
penghinaan dan pelecehan seksual ini dari para mollah, pemuda dan juga kaum
laki-laki. Mereka hanya mempunyai dua pilihan; tetap tunduk dengan aturan itu
atau hidup dalam situasi kepahitan jiwa.
Sebagian besar kehidupan rumah tangga di kota Qom juga
mengalami kegagalan, karena sebagian besar dari mereka hidup dengan tetap
menjalani kebiasaan dan mengikuti adat yang menguasai di kota itu. Adat
kebiasaan ini kadang bertentangan dengan tingkat pengetahuan dan sosial mereka,
dan adat inilah yang sering kali mendorong kaum laki-laki untuk melakukan
mut’ah sebab mereka meneladani para mollah. Dan sebaliknya banyak para istri
yang kemudian membalas perbuatan suaminya dengan menjalin hubungan dengan
laki-laki lain. Inilah yang menyebabkan kehidupan rumah tangga mereka berakhir
dengan kegagalan lalu dilanjutkan dengan perceraian. Menurut penelitian tentang
keadaan sosial di kota Qom, ternyata angka perceraian di kota itu menduduki
peringkat terbesar kedua di negara Iran.
Seperti diketahui bahwa pengadilan yang khusus
menangani kasus-kasus perdata di Iran dilaksanakan dengan perantara hakim-hakim
yang selalu memotivasi para wanita dan gadis untuk melakukan perceraian, dan
segera setelah perceraian itu mereka dipindahkan ke Yayasan-yayasan sosial
dengan dalih menolong mereka agar cepat mendapatkan pekerjaan, namun pada
kenyataannya mereka terjebak dalam perangkap para mollah untuk dijadikan budak
dengan alasan mut’ah. Yayasan Az-Zahra’ termasuk Yayasan paling
terkenal yang menjadi tempat tinggal para janda dan tempat bersenang-senangnya
para mollah dan para pelajar agama di Hauzah yang sangat menginginkan berbuat
mesum atas nama mut’ah.
Sampai ada hal yang sangat sulit dipercaya, jika
dikatakan ada data yang tidak resmi menegaskan bahwa kota Qom telah mencatat
angka tertinggi dalam masalah aborsi dengan cara yang tidak diatur oleh
undang-undang. Sehingga sangat mustahil bila dalam sehari tidak ditemukan
janin-janin yang telah dibuang di tempat-tempat sampah atau selokan air.
Kerusakan kota Qom tidak hanya itu, sebab
kerusakan-serusakan lain juga telah mencatat angka yang sangat tinggi seperti
pertikaian dan perkelahian antar kelompok dan perorangan yang menyebabkan
menumpuknya korban luka-luka di rumah sakit Nakui di Qom setiap harinya. Salah
satu jalan yang sering terjadi perkelahian adalah jalan Bajik.
Kota Qom juga mencatat angka tertinggi kedua penderita
AIDS. Demikian juga dengan angka pecandu kokain jenis “crack”, tercatat bahwa
satu dari tiga orang di kota Qom adalah pecandu opium.
Kota Qom juga tercatat sebagai kota yang paling banyak
menggunakan minuman keras oplosan yang mengandung bahan kimia yang dapat
menyebabkan kematian atau hilangnya penglihatan, sebagaimana yang pernah
terjadi dalam peristiwa peringatan “Iedun Nairuz”.
Sedang kondisi mata pencaharian masyarakat dan tingkat
kemiskinan di kota Qom juga sangat memprihatinkan. Angka kemiskinan dan
kelaparan di kota ini sangat tidak bisa dipercaya. Banyak masyarakat di kota
ini yang sulit bahkan sekedar melindungi diri mereka dari cuaca dingin yang
ekstrim atau musim panas yang menyengat. Makanan mereka sehari-hari adalah roti
dan air, dan agak lebih baik sedikit adalah makaroni. Sering kali orang tua
mereka menyaksikan kematian anak-anaknya di depan mata mereka karena
ketidakmampuan berobat, bahkan mereka juga tidak memiliki kartu jaminan
kesehatan.
Di antara keluarga-keluarga miskin di kota Qom juga
sangat banyak yang mempekerjakan anak-anak kecil mereka di pabrik pembuatan
batu bata dari malam hingga siang hari untuk sekedar bertahan hidup.
Sedang pemandangan seperti ini berlangsung di tengah
banyaknya mollah yang hidup dalam kondisi serba mewah yang dihasilkan dari
kekuasaan mereka atas proyek-proyek ekonomi dan kepemilikan saham pada banyak
perusahaan-perusahaan besar. Mereka dapatkan bagian itu dari apa yang dinamakan
harta “humus” yaitu berhak atas 5% dari harta yang diambil dari para
pengikutnya. Harta humus ini bisa mencapai milyaran Tuman dalam setahunnya
sehingga memungkinkan para mollah memiliki bangunan-bangunan istana di kawasan
elit seperti Salarie, Amin Boulvare dan lain-lain di samping kepemilikan mereka
atas rumah-rumah mewah di kawasan Niavaran utara Teheran.
Sumber :
Jubir
Hizbullah: “Jika Mereka Membom Gunung Qasiun Di Damaskus, Kami Akan Memusnahkan
Mekkah Dan Madinah!”
FAIZ Syakir, salah seorang juru bicara
Hizbullah (Libanon, berbicara secara langsung dalam sebuah acara tv
di OTV. “Hizbullah tidak akan dapat dimusnahkan. Hizbullah pasukan terkuat
di kalangan negara-negara Arab. Lebih kuat daripada seluruh peradaban di dunia
dari segi ekonomi, kekuatan militer dan sosial,” ujar Syakir, dan kemudian
rekamannya juga beredar di youtube.
Pernyataan Syakir ini sehubungan dengan
adanya ancaman Bandar bin Sultan—putera mahkota Raja Qatar yang akan menyerang
Basyar al-Assad. “Apa lagi yang kalian pikirkan? Kami tidak takut pada ancaman
itu? Bahkan kami tidak takut pada Saudi, sekalipun dengan seluruh kekuatannya,
dari raja hingga rakyat mereka yang terakhir. Mereka pikir, mereka siapa?”
“Jika mereka membom Gunung Qasiun di
Damaskus, pusat kekuatan militer Basyar, maka kami akan menyerang Mekah di
depan kepala mereka sendiri!”
Wartawan yang hadir di situ sontak
melontarkan pertanyaan, “Mekkah? Bukankah itu tempat suci bagi mereka?”
“Biarkan saya
berbicara. Saya tidak peduli lagi semuanya. Ini fakta. Kami akan memusnahkan
Mekkah dan Madinah, juga Jeddah dan Riyadh, dengan semua yang ada di dalamnya,
yang tinggal dalam kota-kota ini. Ini fakta dan strategi kami. Keberadaan kami
lebih penting dari ‘batu-batu’ dan ‘bukit-bukit’ mereka.”
Wartawan yang masih
dalam keadaan terkejut, kembali bertanya, “Siapa yang akan memusnahkan Mekkah?
Iran? Suriah? Hizbullah? Tempat itu adalah tempat suci bagi mereka…”
“Saya tidak akan
mengatakannya. Tapi jika mereka mengancam kami, kami tahu bagaimana membalas
ancaman itu,” demikian Syakir. [islampos/youtube]
Sesatnya
Syiah: Khomeini Mut’ah dengan Anak Kecil dan Bayi yang Masih Menyusu
Underground Tauhid - Sayyid Husain
Al-Musawi bukanlah nama yang asing di kalangan Syiah. Beliau adalah seorang
ulama besar Syiah kelahiran Karbala dan belajar di ‘Hauzah’ hingga mendapatkan
gelar mujtahid dari Sayyid Muhammad Husain Ali Kasyif al-Ghitha’. Selain itu
dia juga mendapatkan posisi yang istimewa di sisi Imam Ayatullah Khomeini.
Setelah melalui pengembaraan spiritual
yang panjang, akhirnya Sayyid Husain mendapatkan hidayah dari Allah Swt. Beliau
menemukan banyak sekali kesesatan dan penyimpangan dalam ajaran Syiah yang
selama ini dianutnya. Hingga dia pun memutuskan keluar dari Syiah, masuk ke
dalam Ahlus Sunnah dan kemudian menulis buku “LilLah tsumma Li
at-Tarikh”. Buku itu telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan
diterbitkan dengan judul “Mengapa Saya Keluar dari Syiah”, oleh Pusataka
Al-Kautsar, Jakarta.
Di antara kesesatan Syiah yang diungkap
Sayyid Husain Al-Musawi adalah berkaitan dengan ajaran dan praktik
nikah mut’ah (kawin kontrak) yang dilakukan bukan saja oleh
orang-orang Syiah kebanyakan, tetapi juga oleh pembesar-pembesar Syiah. Sayyid
Hussain, karena bukunya inilah kemudian mendapatkan ancaman pembunuhan dari kalangan
Syiah. Sebelumnya, dia telah difatwa sesat dan menyesatkan bahkan murtad oleh
Husain Bahrululum pada 20 Shafar 1421H di sarang Syiah terbesar, Najaf.
Memang, tokoh-tokoh Syiah yang berusaha
meluruskan ajaran Syiah nyaris semua berakhir tragis. Sayyid Abul Hasan
Al-Asfahani, Sayyid Musa Al-Musawi, Sayyid Ahmad Al-Kasrawi adalah
pembesar-pembesar Syiah yang akhirnya dibunuh karena berusaha meluruskan ajaran
Syiah.
Berikut adalah kesaksian Sayyid Husain
Al-Musawi tentang mut’ah yang dilakukan oleh pemimpin tertinggi Syiah sekaligus
Pemimpin Revolusi Iran, Imam Ayatullah Khomeini, seperti yang ditulis Sayyid
Husain dalam buku tersebut. Berkaitan dengan nikah mut’ah, Sayyid Husain
menulis tentang beberapa kisah dari pembesar Syiah lainnya. Untuk sementara, Suara
Islam Online mencuplikkan satu kisah ini terlebih dahulu. Selamat Membaca!
Ketika Imam Khomeini tinggal di Iraq,
kami bolak-balik berkunjung kepadanya. Kami menuntut ilmu darinya sehingga
hubungan antara kami dengannya menjadi erat sekali. Suatu waktu disepakati
untuk menuju suatu kota dalam rangka memenuhi undangan, yaitu kota yang
terletak di sebelah barat Mosul, yang ditempuh kurang lebih satu setengah jam
dengan perjalanan mobil. Imam Khomeini memintaku untuk pergi bersamanya, maka
saya pergi bersamanya. Kami disambut dan dimuliakan dengan pemuliaan keluarga
Syiah yang tinggal di sana. Dia telah menyatakan janji setia untuk menyebarkan
paham Syiah di wilayah tersebut.
Ketika berakhir masa perjalanan, kami
kembali. Di jalan saat kami pulang, kami melewati Baghdad dan Imam hendak
beristirahat dari keletihan perjalanan. Maka dia memerintahkan untuk menuju
daerah peristirahatan, di mana di sana tinggal seorang laki-laki asal Iran yang
bernama Sayid Shahib. Antara dia dan imam terjalin hubungan persahabatan yang
cukup kental.
Sayid Shahib
merasa bahagia dengan kedatangan kami. Kami sampai ke rumahanya waktu zhuhur,
maka dia membuatkan makan siang bagi kami dengan hidangan yang sangat luar
biasa. Dia menghubungi beberapa kerabatnya dan mereka pun datang. Rumah menjadi
ramai dalam rangka menyambut kedatangan kami. Sayid Shahib meminta kami untuk
menginap di rumahnya pada malam itu, maka imam pun menyetujuinya. Katika datang
maktu Isya’ dihidangkan kepada kami makanm malam. Orang-orang yang hadir mencium
tangan Imam dan menanyakannya tentang beberapa masalah dan imam pun
menjawabnya. Ketiak tiba saatnya untuk tidur dan orang-orang yang hadir sudah
pada pulang kecuali tuan rumah, Imam Khomeini melihat anak perempuan yang masih
kecil, umurnya sekitar empat atau lima tahun, tetapi dia sangat cantik. Imam
meminta kepada bapaknya, yaitu Sayid Shahib untuk menghadiahkan anak itu
kepadanya agar dia melakukan mut’ah dengannya, maka si bapak menyetujuinya dan
dia merasa sangat senang. Lalu Imam Khomeini tidur dan anak perempuan ada di
pelukannya, sedangkan kami mendengar tangisan dan teriaknnya!.
Yang penting, berlalulah malam itu.
Ketika tiba waktu pergi kami duduk untuk menyantap makan pagi. Sang Imam
melihat kepadaku dan di wajahku terlihat tanda-tanda ketidaksukaan dan
pengingkaran yang sangat jelas, karena bagaimana dia melakukan mut’ah dengan
anak yang masih kecil, padahal di dalam rumah terdapat gadis-gadis yang sudah
baligh, yang mungkin baginya untuk melakukan mut’ah dengan salah satu di antara
mereka, tetapi mengapa dia melakukan hal itu dengan anak kecil?.
Dia berkata kepadaku, “Sayyid Husain, apa
pendapatmu tentang melakukan mut’ah dengan anak kecil?”
Saya berkata kepadanya, “Ucapan yang
paling tinggi adalah ucapanmu yang benar adalah perbuatanmu dan engkau adalah
seorang imam mujtahid. Tidak mungkin bagiku untuk berpendapat atau mengatakan
kecuali sesuai dengan pendapat dan perkataanmu. Perlu dipahami bahwa tidak
mungkin bagi saya untuk menentang fatwamu.”
Dia berkata, “Sayid Husain, sesungguhnya
mut’ah dengan anak kecil itu hukumnya boleh, tetapi hanya dengan cumbuan,
ciuman dan himpitan paha. Adapun jima’, maka sesungguhnya dia belum kuat
untuk melakukannya.”
Imam Khomeini berpendapat atas kebolehan
melakukan mut’ah sekalipun dengan anak yang masih disusui. Dia berkata, “Tidak
mengapa melakukan mut’ah dengan anak yang masih disusui dengan pelukan,
humpitan paha –meletakkan kemaluannya di antara dua pahanya- dan ciuman. (lihat
kitabnya berjudul Tahrir al-Wasilah, 1/241, nomor 12).
Naudzubillah tsumma naudzubillah….
(suaraislam.com – shodiq ramadhan, dinukil dari buku “Mengapa Saya Keluar
dari Syiah”, yang diterbitkan Pustaka Al-Kautsar Jakarta)
Syiah Kaget, Makam Umar di Samping
Makam Rasulullah
ADA seorang syiah yang berkunjung ke kota Madinah dan
hendak menziarahi makam Rasulullah. Ketika ia sampai di makam Rasulullah, ia memberi salam dan mendo’akan
beliau.
Ada yang
aneh, dia melihat orang-orang di dekatnya ikut mendoakan dua makam di dekat
makam Rasulullah. Dua makam itu tidak lain adalah makam Abu Bakar dan Umar bin
Khattab. Alangkah kaget dan terkejut dia melihat hal tersebut. Musuh terbesar
dalam agamanya yaitu Abu Bakar dan Umar, musuh yang selalu ia cela, maki, dan
ia kafirkan selama ini justru dikuburkan berdampingan dengan makam orang yang
dicintainya. Bagaimana mungkin musuh dimakamkan dekat dengan Rasulullah?
Ia pun
tersadar, dan merasa dibohongi oleh para ulama syi’ah. Kemudian dia bertaubat
memohon ampun pada Allah dan mengganti aqidahnya dari syi’ah menjadi ahlus
sunnah. Tidaklah terlalu mengherankan, karena imam Syiah sendiri (orang yang
yang mereka anggap sebagai Imam), Ali bin Musa Ar-Ridha dikuburkan dekat dengan
makam khalifah Abbasiyah yang Sunni, Harun ar-Rasyid di kota Masyhad (dulu
bernama Thus), Iran.
Bahkan,
orang yang dianggap sebagai Imam ke-8 oleh orang Syi’ah ini yang meminta
sendiri agar dimakamkan di sisi makam Harun ar-Rasyid. Makam Imam Ali bin Musa
ar-Ridha melekat dengan makam Harun Ar-Rasyid di bawah kubah yang sama dalam
masjid yang sama di Kota Masyhad, Iran.
Kata Syaikh
Mamduh Farhan Al-Buhairi, “Tidak mungkin seorang laki-laki memberikan wasiat
untuk dikuburkan di sisi jenazah seseorang, melainkan jika jenazah tersebut
termasuk golongan orang-orang shalih dan bertakwa.” (Majalah Qiblati, edisi
Rabiul Akhir 1433 H)
Bagaimana
tanggapan Syi’ah atas kuburan Umar yang berada di sisi Rasulullah; dan Imam Ali
ar-Ridha yang berada bersebelahan dengan makam Harun ar-Rasyid? [lppi
makassar] islampos.com, Kamis 24 Rabiulakhir 1434 / 7 Maret 2013 17:46