AQL Islamic Center —
Dewasa ini, media massa Mesir telah memberitakan penyerangan yang berlebihan
sehingga berhasil membentuk opini yang jahat terhadap keberadaan organisasi
Al-Ikhwan al-Muslimin. Media tersebut menuding dengan tuduhan yang jahat dan
penuh dengan kebohongan, karena telah mendorong dilakukannya pembunuhan;
bertepuk tangan dengan adanya korban yang berjatuhan; dan bergembira dengan
penangkapan dan penyiksaan yang dialami oleh Al-Ikhwan al-Muslimin. Seakan-akan
mereka pasukan Yahudi yang ada di Palestina.
Lembaran ini akan
membawa kita jauh dari kampanye sekulerisme ataupun kampanye yang dibayar.
Inilah pendapat para ulama yang jujur dalam memberikan informasi sesungguhnya
tentang Al-Ikhwan al-Muslimin, juga mengenai sikap mereka terhadap ormas Islam
internasional itu.
Al-Ikhwan al-Muslimin
termasuk golongan Ahlus Sunnah wal Jama’ah
Lajnah Daimah lil
Buhuts al-Ilmiyyah wal Ifta mengeluarkan fatwa yang isinya adalah :
“Kelompok Islam yang
paling dekat dengan kebenaran dan paling semangat untuk menerapkan kebenaran
adalah Ahlus Sunnah, seperti halnya : Ahlul Hadits, Jama’ah Ansharus
Sunnah, dan Al-Ikhwan al-Muslimin. Secara umum setiap kelompok tersebut dan
kelompok-kelompok lainnya memiliki kesalahan dan kebenaran. Maka menjadi
kewajiban Anda untuk saling tolong-menolong dalam kebenaran yang ada di
kelompok-kelompok tersebut. Demikian juga, Anda harus menjauhi kesalahan yang ada
di kelompok tersebut dengan diiringi usaha saling menasehati dan bekerja sama
dalam kebajikan dan taqwa.” (fatawa al-Lajnah, jilid 34, hal 91)
Fatwa ini diputuskan
atas nama : Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Abdur Razzaq ‘Afifi,
Abdullah bin Qa’uud, dan Abdullah bin Ghadiyan rahimahumullah Jami’an.
Syekh Ibnu Jibrin rahimahullah berkata,
“Adapun beberapa kelompok yang ada, maka kami tidak menganggapnya sebagai
kelompok yang sesat hanya karena adanya perbedaan nama jika tujuannya sama. Ada
jamaah Tabligh di Arab Saudi dan sekitarnya yang kebanyakan dari mereka adalah
alumni Jamiah Islamiyah dan beraqidahkan Ahlus Sunnah wal Jamaah. Mereka
berpendapat bahwa berdakwah dengan amal perbuatan dan melakukan banyak
bepergian itu mempunyai pengaruh yang sangat besar. Ada kelompok Salafi yang
juga Ahlus Sunnah wal Jamaah yang berpendapat tentang utamanya belajar dan
mendalami ilmu aqidah.
Ada juga kelompok
Al-Ikhwan al-Muslimin yang selalu menyibukkan diri dengan berdakwah dan lantang
menolak kemunkaran. Ada yang lebih memilih menghindar dan menjauhi para pelaku
kemaksiatan walaupun mereka para penguasa, dan ada juga yang membolehkan masuk
ke wilayah kekuasaan agar dapat meminimalisir kejahatan yang dilakukan para
penguasa. Pada dasarnya semua kelompok tersebut beraqidahkan Ahlus Sunnah wal
Jamaah dan tidak termasuk kelompok yang sesat.
Dan jika ada oknum
tertentu dari kelompok di atas yang berada pada aqidah yang sesat seperti
berpendapat ta’thil (mengingkari sifat-sifat Allah dan menafikannya),
tasybih (menyerupakan sifat-sifat Allah dengan sifat-sifat makhluk-Nya.),
membolehkan perilaku syirik, berpendapat seperti kelompok murjiah atau
khawarij, atau mengingkari kekuasaan Allah, maka orang yang berpendapat
demikian termasuk dari golongan yang sesat dan kita harus waspada agar tidak
tertipu dengan ajakannya. Wallahu A’lam.” (Mauqi’ Syekh Ibnu Jibrin, fatwa
nomer 11.622)
Cinta dan loyalitas
terhadap Al-Ikhwan al-Muslimin
Syekh Ibnu Jibrin rahimahullah berkata,
“Setiap jamaah dan kelompok yang mengamalkan al-Sunnah dan mengajak kepada
Syariat Allah, mengajak kepada kebaikan dan melarang kemunkaran, dan
meninggalkan hal-hal yang diharamkan Allah, dan meninggalkan bid’ah. Maka
kelompok seperti ini harus kita dukung dan mencintainya, walau mungkin ada
sedikit kekurangan atau sedikit penyelewangan yang kita harus memberikan
nasehat dan memperingatkan mereka agar tidak melakukan penyimpangan terhadap
aturan syariat.
Kelompok Al-Ikhwan
al-Muslimin termasuk kategori di atas. Mereka telah menghidupkan dakwah,
memberikan nasehat kepada umat, dan mereka menjelaskan kebaikan kepada orang
uang ditemuinya.” (Mauqi’ Syekh Ibnu Jibrin, fatwa nomer 2975),
Bekerja sama dengan
Al-Ikhwan al-Muslimin
Al-Lajnah al-Daimah
lil Buhuts al-Ilmiyyah wal Ifta’ mengeluarkan fatwa yang isinya: “Kelompok
Islam yang paling dekat dengan kebenaran dan paling semangat untuk menerapkan
kebenaran adalah Ahlus Sunnah, seperti halnya : Ahlul Hadits, Jama’ah
Ansharus Sunnah, dan Al-Ikhwan al-Muslimin. Secara umum setiap kelompok
tersebut dan kelompok-kelompok lainnya memiliki kesalahan dan kebenaran. Maka
menjadi kewajiban Anda untuk saling tolong-menolong dalam kebenaran yang ada di
kelompok-kelompok tersebut. Demikian juga, Anda harus menjauhi kesalahan yang
ada di kelompok tersebut dengan diiringi usaha saling menasehati dan bekerja
sama dalam kebajikan dan taqwa. (fatawa al-Lajnah, jilid 34, hal 91)
Fatwa ini diputuskan
atas nama : Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Abdur Razzaq ‘Afifi,
Abdullah bin Qa’uud, dan Abdullah bin Ghadiyan rahimahumullah Jami’an.
Al-Lajnah al-Daimah
lil Buhuts al-Ilmiyyah wal Ifta’ mengelurkan fatwa tentang Jamaah Al-Ikhwan
al-Muslimin, Jamaah Tabligh, jamaah Ansharus Sunnah al-Muhammadiyyah,
al-Jam’iyyah al-Syar’iyyah, dan Salafaiyyah, yang isinya :
“Setiap kelompok di
atas memiliki kebenaran dan juga kebatilan, ada yang salah di dalamnya dan ada
juga yang benar. Sebagian dari mereka ada yang lebih mendekati kebenaran dan
memiliki kebaikan dan manfaat yang lebih banyak dari sebagian lainnya.
Maka yang harus Anda lakukan adalah bekerja sama dengan setiap kelompok dalam
hal kebenaran dan memberikan nasehat kepada mereka yang menurut Anda melakukan
kesalahan.” (fatawa al-Lajnah, jilid 2, hal 239)
Fatwa ini diputuskan
atas nama : Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Abdur Razzaq ‘Afifi,
Abdullah bin Qa’uud, dan Abdullah bin Ghadiyan rahimahumullah Jami’an.
Syekh Ibnu Baz rahimahullah berkata,
“Seseorang harus mengikuti kelompok yang mengikuti kebenaran, jika kebenaran
ada di pihak Al-Ikhwan al-Muslimin maka kebenaran yang ada padanya harus
diikuti, jika kebenaran ada di pihak Ansharus Sunnah maka kebenaran yang
ada padanya harus diikuti, jika kebenaran ada di pihak yang lainnya maka
kebenaran yang ada padanya harus diikuti. Semua tergantung kebenaran yang ada
padanya, kelompok-kelompok yang ada ditentukan dengan kebenaran yang ada.”
(Fatawa Ibnu Baz, jilid 8, hal 237-238)
Hubungan antara
Salafiyyah dengan Al-Ikhwan al-Muslimin
Syekh Ibnu Baz rahimahullah berkata,
“Jika penyebutan nama, seperti Ansharus Sunnah, al-Ikhwan al-Muslimin, atau
yang lainnya memberi pengaruh terhadap persaudaraan keimanan dan kerja sama
dalam kebaikan dan ketaqwaan maka hal ini tidak diperbolehkan. Semuanya adalah
saudara karena Allah, yang selalu bekerja sama dalam kebaikan dan ketaqwaan dan
juga saling menasehati walaupun dengan penamaan yang berbeda-beda.” (Fatawa
Nuur ‘ala al-Darb, jilid 3, hal 171)
Tidak boleh saling
serang dan bermusuhan dengan al-Ikhwan al-Muslimin
Syekh Bin Baz rahimahullah ditanya:
Kita melihat ada
fenomena yang berbahaya yang mulai tersebar di kalangan para ulama dan penuntut
ilmu yaitu menjelek-jelekkan kelompok-kelompok Islam yang ada di dunia Islam
dan memecah belah antar kelompok dakwah. Kita menemukan ada yang mengatakan
orang ini memiliki manhaj kelompok fulan dan yang ini bermanhaj menurut
kelompok lainnya. Ada yang menilai baik dan buruknya suatu kelompok dan
juga menyerang kelompok tertentu, yang mana hal ini sudah menyebar di
tengah-tengah para pencari ilmu. Apa pendapat Syekh tentang fenomena tersebut?
Bukankah itu akan berpengaruh dengan al-wala’ (loyalitas) dan al-bara’ (disloyalitas)
dan juga berpengaruh terhadap kesatuan umat dan para dai yang kita inginkan?”
Syekh Bin Baz rahimahullah menjawab:
“Al-Ikhwan
al-Muslimin, jamaah Tabligh, dan kelompok-kelompok lainnya dengan nama yang
berbeda-beda, tujuannya harus ikut dengan syariat Allah, mengikiti sunnah
Rasulullah, dan menjauhi tujuan-tujuan selain keduanya. Jika itu menjadi
tujuannya maka qalbu-qalbu menjadi berdekatan, kesungguhan menjadi terkumpul,
pertentangan terminimalisir, dan qalbu-qalbu menjadi jernih.
Jika ada seseorang
yang memiliki kritikan kepada kelompok tertentu hendaknya dia memberikan
nasehat kepadanya dan menuliskan surat kepadanya atau kepada pemimpinnya, lalu
menjelaskan kritikannya dengan dalil-dalil dan menggunakan cara yang lembut dan
hikmah. Seperti inilah bentuk saling menasehati dan berkeinginan untuk selalu
memberikan kebaikan, menjauhkan keburukan, salah satu sebab tersentuhnya qalbu,
dapat memberikan kebaikan dan meminimalisir keburukan.
Adapun saling
menjuluki suatu kelompok dengan beberapa gelaran yang mengandung ejekan dan
mencelanya, maka inilah yang dapat memecah belah barisan dan mencerai beraikan
kelompok. Dan yang didapat adalah bertambahnya keburukan.
Nasehat saya kepada
semua kelompok yang mengatasnamakan Islam, dan nasehat saya kepada al-Ikhwan
al-Muslimin yang didukung oleh beberapa orang dan dimusuhi, dicela, dan dibenci
oleh sebagian lainnya, untuk selalu saling menasehati dan tidak memberikan
celaan yang dapat memecah belah umat.” (Muhadharah dengan tema “Akhlaqul ulama’
wa atsaruha fil Ummah).
Syekh Bin Baz rahimahullah berkata,
“Jika ada sebagian yang menamakan dirinya; Ansharus Sunnah, Salafiyyah,
al-Ikhwan al-Muslimin, atau yang lainnya, maka ini tidak memberikan efek buruk
jika bersama dengan kebenaran, dan beristiqamah mengikuti al-Qur’an dan Sunnah,
memberlakukan hukum berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah, dan memiliki aqidah yang
lurus baik dalam perkataan Maupun perbuatan. Jika ada kelompok yang salah, maka
para ahli ilmu berkewajiban untuk mengingatkan kepadanya dan menunjukkannya
jalan yang benar dengan dalil yang jelas.
Yang kami maksudkan
adalah kita harus senantiasa bekerja sama dalam kebaikan dan ketaqwaan, dan
memperbaiki suatu kesalahan dengan ilmu dan hikmah dengan metode yang bagus.
Jika ada kelompok yang memiliki kesalahan yang berhubungan dengan aqidah,
hal-hal yang diwajibkan Allah, dan hal-hal yang diharamkan oleh Allah maka
mereka ini harus diingatkan dengan menggunakan dalil-dalil syariat dengan
lembut dan hikmah serta dengan cara yang baik. Hal ini dilakukan agar mereka
dapat patuh dan menerima sebuah kebenaran serta tidak lari darinya.
Seperti itulah yang
harus dilakukan oleh umat Islam untuk selalu bekerja sama dalam kebaikan dan
ketaqwaan, saling menasehati antara yang satu dengan yang lainnya, dan tidak
saling menjatuhkan antara yang satu dengan lainnya yang mana ini semua akan
menjadi angin segar bagi musuh.” (Fatawa Ibnu Baz, jilid 8, hal 183)
Yang diikuti dan
ditolak dari al-Ikhwan al-Muslimin
Syekh Bin Baz rahimahullah berkata,
“Adapun kelompok-kelompok yang ada maka tidak boleh diikuti kecuali hal
tersebut sesuai dengan yang haq. Baik kelompok tersebut mengatasnamakan
dirinya al-Ikhwan al-Muslimin, Jamaah Tabligh, Ansharus Sunnah, Salafiyyah,
Jamaah Islamiyyah, Ahlul Hadits, atau yang nama-nama yang lainnya, maka mereka
semua ditaati dan diikuti dalam hal yang haq. Haq di sini adalah
yang sesuai dengan dalil. Sedang yang berseberangan dengan dalil harus ditolak,
dan kita katakan kepadanya, ‘engkau salah dalam hal ini.’
Yang semestinya
dilakukan adalah mengikuti mereka pada hal yang sesuai dengan al-Qur’an,
sunnah, dan Ijma’. Dan jika mereka tidak sesuai dengan al-Qur’an, Sunnah, dan
Ijma’ maka harus dengan tegas ditolak.
Jika ada yang benar
dikatakan kepadanya, ‘engkau benar’ jika dia benar dan ‘engkau salah’ jika dia
salah, dan yang diikuti hanya yang haq saja dan diajak kepadanya agar
mendapatkan taufiq.
Jika dia salah
dikatakan kepadanya, ‘engkau salah dalam masalah ini dan pendapatmu
berseberangan dengan dalil ini, engkau harus segera bertaubat kepada Allah dan
kembali kepada jalan yang benar.’ Inilah yang dikatakan oleh para ahli ilmu.
(Fatawa Ibnu Baz, jilid 7, hal 121-122).
Bergabung dengan
al-Ikhwan al-Muslimin
Syekh Bin Baz rahimahullah berkata,
“Jika ada seseorang yang bergabung dengan kelompok Ansharus Sunnah dan
menolongnya dalam hal yang haq, atau bergabung dengan kelompok al-Ikhwan
al-Muslimin dan ikut mendirikan kebenaran di dalamnya tanpa berlebih-lebihan
atau melampaui batas maka hal ini diperbolehkan. Adapun jika dia bergabung
dengan mereka hanya mengikuti pendapat mereka dan tidak boleh menyimpang
darinya, maka tidak diperbolehkan.” (Fatawa Ibnu Baz, jilid 8, hal 237-238).
Pemberian nama dengan
sebutan “al-Ikhwan al-Muslimin”
Syekh Bin Baz rahimahullah berkata,
“Adapun beberapa penamaan seperti Ansharus Sunnah, al-Ikhwan al-Muslimin,
Jamaatul Muslimin, atau yang lainnya, maka penamaan dengan nama-nama tersebut
diperbolehkan. Penamaan tidak masalah yang penting adalah amal perbuatan yang
ada di dalamnya.” (Fatawa Nuur ‘ala al-Darbi, jilid 3, hal 169)
Syekh Bin Baz rahimahullah berkata,
“Adapun sebagian kelompok yang memberikan nama kepada kelompoknya sebagai tanda
atasnya, seperti Ansharus Sunnah di Sudan atau di Mesir maka hal ini
diperbolehkan asalkan mereka beristiqamah pada jalan yang benar: jalan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Atau menamakan dirinya dengan sebutan
al-Ikhwan al-Muslimin yang mereka gunakan sebagai penghubung di antara mereka,
maka hal ini tidaklah memberikan kemudharatan.” (Fatawa Ibnu Baz, jilid 3, hal
170)
Syekh Bin Baz rahimahullah berkata,
“Kelompok yang beruntung adalah kelompok yang mengajak kepada al-Qur’an dan
sunnah, walaupun dari kelompok ini atau itu, selama masih satu aqidah dan satu
tujuan. Tidaklah mengapa suatu kelompok mengatasnamakan dirinya: Ansharus
Sunnah, al-Ikhwan al-Muslimin, atau yang lainnya. Yang terpenting adalah aqidah
dan amal perbuatan mereka. Jika mereka beristiqamah dalam haq, tauhidullah,
ikhlas, mengikuti ajaran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam baik dalam
perkataan, perbuatan, maupun keyakinan, maka beberapa penamaan kelompok
diperbolehkan.” (Fatawa Ibnu Baz, jilid 8, hal 183).
Syekh Bin Jibriin rahimahullah berkata,
“Jika mereka semua beragamakan Islam dan beraqidah seperti aqidahnya para salafus
shalih, dan mereka berbeda pendapat dalam hal-hal furu’ seperti
adanya empat madzhab, berbeda dalam manhaj da’wah, berbeda dalam penamaan dan
perbuatannya sesuai dengan namanya seperti: al-Ikhwan al-Muslimin, ahlut
Tauhid, Salafiyyah, Tabligh yang beraqidahkan ahlus sunnah, maka
penamaan-penamaan tersebut diperbolehkan.” (Mauqi’ Syekh Bin Jibriin,
fatwa nomer 8326)
Wahai al-Ikhwan
al-Muslimin, kenapa kalian memerangi rezim Arab dan Para Sekutunya?
Syekh Bin Jibriin rahimahullah berkata,
“Kelompok al-Ikhwan al-Muslimin yang muncul di Mesir, yang mana mereka memiliki
tujuan untuk memberikan perbaikan dan berdakwah kepada Allah, dan melalui
gerakan ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan hidayah kepada orang dengan
jumlah yang banyak sehingga mereka bertaubat dari meninggalkan shalat, dari
minum-minuman keras, dan dari perilaku yang haram dan keji.
Ada beberapa kebiasan
jahiliyyah yang belum dilaksanakan karena para da’i tidak dapat
menghilangkannya, sehingga mereka berusaha untuk meminimalisirnya dikarenakan
mereka adalah rakyat biasa yang tidak memiliki kekuatan dan kekuasaan. Oleh
karena inilah, mereka tidak dapat menghancurkan kubah di atas kuburan dan mencegah
beberapa perilaku kesyirikan, karena mereka tidak memiliki kekuatan.
Para penguasa telah
menjebloskan sebagian dari mereka ke penjara, para penguasa tersebut juga
membunuhi mereka karena mereka beralasan bahwa al-Ikhwan al-Muslimin telah
menggerakkan mayoritas rakyat melawan mereka, membongkar kejahatan mereka,
menentang aturan-aturan mereka seperti undang-undang yang mereka buat, adat
istiadat buruk, tidak melaksanakan hukum had, dan memperbolehkan zina dan
minuman keras. Maka para penguasa tersebut berusaha sebisa mungkin untuk
memecah belah mereka, menekan mereka, dan menghancurkan kekuatan mereka.” (Mauqi’ syekh
Bin Jibriin, fatwa nomer 11.622).
Sikap Syekh Bin Baz
tentang Pembunuhan terhadap al-Ikhwan al-Muslimin di Suriah 30 tahun silam.
Pada awal tahun
delapan puluhan, pemerintah Suriah telah menyerang al-Ikhwan al-Muslimin
sebagaimana yang terjadi sekarang di Mesir.
Syekh Bin Baz rahimahullah dalam
surat terbukanya kepada presiden Suriah pada masa itu, yaitu Hafidz Asad
berkata, “Majlis Tinggi di Jami’ah Islamiyyah yang diselenggarakan di Madinah
al-Munawwarah dan dihadiri oleh perwakilan ulama muslim dan para pemikir di
dunia Islam telah melihat hal yang menakutkan atas apa yang terjadi di Suriah,
seperti pembunuhan, penyiksaan, dan penangkapan terhadap kaum muslimin yang
menuntut ditegakkannya syariat Allah. Itu semua dilakukan dengan kedok Insiden
yang terjadi di Halb (Aleppo).
Beberapa kantor
berita dan media massa Arab Internasional telah menyebutkan bahwa peristiwa
tersebut dilakukan oleh beberapa sayap partai lokal dikarenakan kesusahan,
beban berat, dan tidak adanya akhlak yang mulia di setiap tempat di dalam
perilaku sehari-hari. Dan juga disebabkan karena adanya perbedaan afiliasi dan
loyalitas terhadap kelompok.
Yang seharusnya
dilakukan adalah menyelesaikan akar dari sebab permasalahan dan tidak menambah
runcing permasalahan. Begitu juga dengan mendukung para pemuda yang ikhlas
berbuat untuk agama dan umatnya dan menghentikan tindakan-tindakan buruk
terhadap mereka dan keluarga mereka.
Majelis Tinggi di
Jami’ah Islamiyah sangat menyayangkan terhadap apa yang terjadi di negara yang
sangat berharga tersebut. Seperti pertumpahan darah terhadap orang-orang yang
menuntut apa yang seharusnya dilakukan oleh sebuah pemerintahan yang beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya, dengan memberlakukan syariat-Nya dan kembali kepada
kemuliaan yang luhur dan disegani oleh yang lainnya ketika muncul sebuah
peradaban yang sangat tinggi yang diketahui oleh manusia.
Majelis Tinggi juga
merasa heran bahwa orang yang berdakwah seperti itu di sebuah negara Islam
dituduh sebagai bentuk kejahatan yang berhak ditangkap, disiksa, dan dibunuh.
Dan perbuatan buruk tersebut dilakukan tanpa memberikan kebebasan sedikitpun
bagi para terdakwa untuk melakukan pembelaan.” (diterbitkan di Majalah I’tisham
al-Misriyyah pada bulan Januari 1980)
Syekh Bin Baz rahimahullah juga
pernah mengatakan, “Di Suriah telah terjadi pertempuran besar antara kaum
muslimin dengan pemerintahan dari kalangan Nushairiyyah. Dan ini termasuk
peperangan dan jihad antara kaum muslimin dan musuh-musuhnya. Kaum Muslimin
sangat membutuhkan sekali dukungan material, dakwah dengan kalimat thayyibah dan
juga denganjihadun Nafs.
Bagi kaum muslimin
harus mengetahui kewajibannya terhadap mereka dan mencurahkan segala tenaga
untuk menolong wali-wali Allah, para mujahidin, para penduduk, menolong dengan
harta dan jiwa, dan juga dengan kalimat thayyibah yang dapat menolong,
menguatkan, dan mendukung mereka dalam melawan musuh mereka yang berlaku dzalim
dan sewenang-wenang.” (Muhadharah dengan tema Pentingnya Jihad). [Jum’at, 16
Syawal 1434 H]
Oleh: Khoirul Masmu
Rabu, 11 Jumadil Akhir 1436 H / 1
April 2015 14:34 wib
Raja Salman
Mengulurkan Tangan Kepada Ikhwan
Selama
beberapa decade Arab Saudi dan Ikhwanul Muslimin mungkin memiliki hubungan yang
tidak menentu, dan terus memburuk bersamaan dengan kondisi politik di Timur.
Seperti invasi Irak ke Kuwait, dan Riyad menilai Ikhwan mendukung Saddam,
dan sejumlah peristiwa lainnya.
Namun hubungan antara Kerajaan
Arab Saudi dan Jamaah Ikhwanul Muslimin memiliki sejarah yang sangat
panjang, dan hubungan itu perlu terus dirawat dan dijaga. Sekarang, pemikiran
ini tumbuh, dan Raja ke Arab Saudi Salman mengulurkan tangan yang
ramah kepada Jamaah Ikhwanul Muslimin untuk mengubur perbedaan pendapat.
Jamaah Ikhwanul Muslimin memiliki
secercah harapan, pertama ketika Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Saud
bin al-Faisal mengatakan "Kami tidak memiliki masalah dengan Jamaah
Ikhwanul Muslimin. Masalah kita hanya dengan sekelompok kecil yang berafiliasi
dengan jamaah ini".
Komentar Menteri Luar Negeri Arab
Saudi Saud al-Faisal memang bukan mewakili secara resmi dari
pemerintah Salman. Namun, Deputi Putra Mahkota Arab Saudi, baru-baru ini
melakukan kunjungan resmi pertamanya ke Qatar, sebuah negara Teluk yang
mendukung penuh Jamaah Ikhwanul Muslimin.
Mulai nampak tumbuhnya
persahabatan baru dari Raja Salman, ketika ia secara resmi
mengundang pemimpin ulama Al-Azhar Mesir dalam sebuah konferensi bersejarah
mengecam terorisme. Meskipun ada perbedaan ideologi antara ulama Al-Azhar dan
Saudi, tapi mulai terbangun hubungan baru antara ulama al-Azhar dengan kerajaan
Arab Saudi.
Sementara Jamaah Ikhwanul Muslimin
memiliki perbedaan ideologi politik dengan Arab Saudi, tapi Raja Salman telah
membuat sinyal (indikasi) yang mencoba untuk memberikan peran Jamaah Ikhwanul
Muslimin peran terhadap Ikhwan.
Sejarah Hubungan Arab Saudi dengan Ikhwan.
Perlu dicatat, pendiri Ikhwanul
Muslimin, Hassan al-Banna, memiliki hubungan sangat dekat dengan Arab Saudi.
Ketika beberapa anggota Jamaah Ikhwan yang dituduh mencoba membunuh
Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser, kemudian Arab Saudi memberikan
perlindungan dan kewarga negaraan kepada anggota Jamaah Ikhwanul Muslimin. Arab
Saudi memberikan peranan yang besar kepada anggota Ikhwan mengelola lembada
pendidikan di Saudi.
Para ahli politik mengatakan Raja
Salman siap melupakan perbedaan masa lalu dan mengubur perbedaan yang ada. Mereka
menyarankan Raja Salman menyatukan seluruh negara dan kekuatan gerakan-gerakan
kelompok Sunni di seluruh dunia, dan bersatu menjadi sebuah kekuatan.
Meskipun, ada perbedaan dikalangan para pemimin Arab dan dunia Muslim. Usaha
itu bisa dipandang sebagai langkah bijaksana.
"Ada tumbuh rasa harapan
sekarang, hal-hal yang berubah di sekitar kita dengan pemimpin baru berkuasa
Arab Saudi, dan sudah saatnya kita memiliki suara lagi dan menjelaskan kepada
dunia siapa kita sebenarnya", kata anggota Ikhwanul Muslimin yang tinggal
di Qatar
Dalam beberapa minggu terakhir
Raja Salman juga telah bertemu dengan Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif dan
Presiden Turki Tayyip Erdogan, pemimpin Qatar, Mesir, dan bahkan Malaysia.
Semuanya memberikan harapan baru, bagi masa depan Timur Tengah.
Bila Salman bisa menggalang dan
menyatukan seluruh negara Sunni, dan gerakan-gerakan Islam, menghadapi
tantangan baru khususnya di kawasan Teluk, maka ini memberi optimisme bagi masa
depan dunia Islam. Di tengah ancaman perang yang sekarang ini lahir dari
kekuatan Syi’ah yang membentang dari Lebanon, Suriah, Irak, Bahrain, dan
Yaman, yang di dukung oleh Iran. Wallahu’alam. dtta
http://www.voa-islam.com/read/opini/2015/04/01/36181/raja-salman-mengulurkan-tangan-kepada-ikhwan/#sthash.ZUR7Tv0H.dpuf
Al Ikhwan Itu Ahlus Sunnah
Alwi Shihab ar-Rafidhi [ Muntahin lagi
Kebenciannya Terhadap Sunni] : Teroris Mesir adalah Ikhwanul Muslimin, As-Sisi
telah selamatkan Mesir [ kok baru ngomong sekarang , ada apa ?]
Betapa Cerdasnya Raja Salman, Inilah
Sesungguhnya Alasan Kenapa Syi'ah Yaman Harus Dimusnahkan
Ikhwanul Muslimin Kutuk Invasi Rusia-Iran
di Suriah
IM Suriah: Berperang Melawan Pendudukan
Rusia Adalah Kewajiban Agama
Ikhwan: Ada Konspirasi Internasional
Untuk Hancurkan Umat Islam Di Irak Dan Suriah
Ikhwanul Muslimin "Ditipu"
Syiah
Kota Hama, Februari 1982 : Pembantaian
Puluhan Ribu Aswaja Suriah oleh Teroris Barbar Syi’ah Laknatullah Hafidz
al-Assad ( Sejenis Anaknya, Bashar al-Assad)
Menlu Arab Saudi Saud Al-Faisal : Arab
Saudi Tidak Ada Masalah Dengan Ikhwan
Raja Salman Ganti Menteri Pendidikan
Karena Larang Buku Ikhwanul Muslimin
Raja Salman Mengangkat Sheikh Syuraim
Penentang Rezim al-Sisi
Surat Terbuka untuk Alwi Shihab, Utusan
Pemerintah Indonesia ke Mesir
Saudi Mulai Gandeng Ikhwanul Muslimin (
Bantahan Terhadap Kelompok Murjiah Yang Gemar Mencap Teroris/Khawarij Terhadap
Muslim/IM )
Untukmu Yang Meragukan Ikhwanul Muslimin
(Dukung Rezim Teroris Al-Sisi, Irasional !)