Abu Hurairah digugat!
Katanya karena meriwayatkan 5000 hadits hanya dengan tiga tahun masuk Islam.
Tetapi ada perawi syiah yang yang lebih dahsyat dari Abu Hurairah. Rupanya
banyak teman syiah –dan sunni- belum pada tahu tentang rahasia ini.
Salah satu pelopor gugatan ini adalah seorang ulama syiah bernama Abdul Husein
Syarafuddin Al Musawi, yang menulis buku berjudul Abu Hurairah. Buku ini
menjadi rujukan bagi syiah untuk mengajak orang masuk mazhabnya dengan
menjelek-jelekkan tokoh mazhab lain.
Logika ini digunakan untuk mengarahkan pembaca bahwa hadits yang diriwayatkan
oleh Abu Hurairah adalah buatan sendiri, bukan didengarnya dari Nabi. Lumrahnya,
Abubakar lah yang mestinya meriwayatkan lebih banyak riwayat hadits Nabi
ketimbang Abu Hurairah, begitu juga mestinya Ali meriwayatkan lebih banyak
riwayat ketimbang Abu Hurairah, begitu juga dengan sahabat-sahabat Nabi
lainnya. Namun di sini kita harus bersikap kritis dan tidak begitu saja percaya
dengan logika sederhana ini. Apakah ada data-data yang belum disertakan, atau
ada sebab-sebab lain hingga riwayat hadits dari Abubakar As Shiddiq bisa sangat
sedikit dibanding sahabat lain, apalagi dibanding Abu Hurairah.
Sebelum kita melanjutkan tentang Abu Hurairah ada baiknya anda simak kisah di
bawah ini:
Pada suatu hari, seseorang sedang berada di angkot dalam perjalanan pulang dari
kantor, seperti biasanya, angkot melaju pelan-pelan, sambil mengernyitkan dahi
dia memandang ke arah penumpang angkot lainnya, tak lupa sambil menarik napas
panjang. Angkot berhenti di depan rumah sakit, seorang ibu naik bersama
anaknya, sepanjang jalan anaknya gelisah, berteriak-teriak dengan suara keras,
dia menolehkan kepalanya ke arah si anak dan memandangnya dengan pandangan
kesal. Begitu juga penumpang lainnya. Beban pekerjaan di kantor, perjalanan
yang macet, masih harus ditambah dengan suara gaduh anak kecil dalam angkot.
Anehnya, si ibu memandang ke jalanan dengan pandangan kosong. Seorang penumpang
dengan sewot mengatakan: “bu, tolong lah bu, anak anda begitu mengganggu”. Si
ibu sepertinya kaget, lalu dengan lirih bergumam: “maaf pak, ayahnya baru saja
meninggal dunia, barangkali dia masih belum bisa menerima kenyataan ini”.
Barangkali pembaca pernah membaca cerita di atas. Barangkali juga belum. Cerita
di atas adalah “versi Indonesia” dari kisah yang mirip dan mungkin terjadi di
dunia barat sana. Ternyata pikiran kita sangat mempengaruhi persepsi kita
terhadap sesuatu. Yang sering tertipu ternyata bukan hanya mata, pikiran pun
juga. Pikiran bisa menipu kita ketika kita kekurangan data, atau ada sisi-sisi
dari peristiwa yang belum kita ketahui. Segala sesuatu memiliki peluang untuk
kita pahami secara berbeda. Dua orang bisa memiliki persepsi dan pemahaman yang
berbeda dalam menilai sesuatu. Bahkan kita sendiri bisa dengan cepat merubah
penilaian kita terhadap suatu peristiwa, contohnya seperti kisah di atas.
Artinya bisa jadi penilaian kita terhadap sesuatu bukanlah hasil final, yang
mencerminkan keadaan sesuatu itu yang sebenarnya.
Bisa jadi asumsi yang tercipta di benak kita keliru.
Mengapa Abu Hurairah meriwayatkan hadits lebih banyak dari Abubakar?
Mengapa Abu Hurairah meriwayatkan hadits lebih banyak dari Abubakar?
Singkatnya, karena Abubakar wafat dua tahun setelah Nabi wafat, hingga tidak
memiliki banyak murid seperti Abu Hurairah yang wafat tahun 57 H. Abu Hurairah
memiliki murid yang banyak, disebutkan bahwa 800 orang baik dari kalangan
sahabat maupun tabi’in pernah mendengar hadits Nabi dari Abu Hurairah. Bisa
dilihat dalam kitab AL Isti’ab, Siyar A’lam Nubala, Hilyatul Auliya, Tahdzibul
Kamal dan kitab-kitab liannya. Maka tidaklah mengherankan jika riwayat Abu
Hurairah sedemikian banyak tersebar dalam kitab-kitab hadits, jauh lebih banyak
dibanding riwayat Abubakar. Begitu juga Ali, yang tidak memiliki murid sebanyak
Abu Hurairah, namun riwayat Ali dalam kitab Ahlussunnah lebih banyak dari
riwayat Abubakar, Umar dan Utsman.
Juga Abu Hurairah selama tiga tahun kehidupannya di Madinah tinggal di masjid,
termasuk mereka yang disebut sebagai ahlussuffah, yang tidak memiliki
pekerjaan. Maka Abu Hurairah menggunakan kesempatan itu untuk menimba ilmu dari
Nabi. Sementara sahabat lainnya tidak memiliki waktu luang seperti Abu
Hurairah, hingga Ibnu Umar pun pernah berkata pada Abu Hurairah, seperti dalam
Sunan Tirmidzi :
wahai Abu Hurairah, engkau adalah orang yang paling sering bersama Rasulullah
saw dan orang yang paling mengetahui haditsnya di antara kami.
Demikian keterangan singkat mengenai Abu Hurairah.
Namun seperti yang kami jelaskan di atas, ada yang lebih “dahsyat” dari Abu
Hurairah, yang dapat meriwayatkan 70.000 hadits dalam sekali pertemuan!!! Siapa
dia?
Dialah Jabir Al Ju’fi . Al Hurr Al Amili dalam Wasa’il Syi’ah jilid 20 hal 151
mengatakan: dia meriwayatkan tujuh puluh ribu hadits dari Al Baqir, dan
meriwayatkan seratus empat puluh ribu hadits, nampaknya tidak ada perawi yang
meriwayatkan hadits dari para imam secara langsung, yang lebih banyak dari
Jabir .
Sedangkan jumlah hadits dalam 4 literatur utama syiah adalah sekitar 44244
hadits, seperti tercantum dalam A’yanus Syi’ah jilid 1 ha 248. Berarti bisa
dibilang sebagian besar riwayat dalam literatur hadits syiah adalah melalui
perawi yang satu ini.
Lalu pertanyaannya, berapa lama Jabir Al Ju’fi menimba ilmu dari Abu
Ja’far? Kita simak jawabannya dalam Rijalul Kisyi jilid 2 hal 437, yang
ditahqiq oleh Sayid Mahdi Raja'i, terbitan Muassasah Alulbait Alaihimussalam,
Ja’far As Shadiq mengatakan : aku hanya melihat dia menemui ayahku sekali saja,
dia belum pernah masuk menemuiku sama sekali.
Lalu dari mana Jabir Al Ju’fi meriwayatkan puluhan ribu hadits jika hanya
sekali bertemu Abu Ja’far?
Jika Abdul Husein Al Musawi bisa menerima Jabir Al Ju’fi, bahkan memujinya
seperti dalam Al Muraja’at [diterjemahkan dengan judul : Dialog Sunnah Syiah],
lalu mengapa Abu Hurairah digugat?