Selasa 14 Syaaban 1436
/ 2 Juni 2015 10:42
ZIONISME sebagai
aliran cara berfikir dan beragama masuk ke berbagai lini kehidupan masyarakat
muslim Indonesia dengan tujuan untuk melemahkan kaum muslimin.
Menurut Imam Masjid Istiqlal, Prof Dr. KH. Ali Musthofa Yakub,
zionis bergerak untuk membecah belah umat Islam melalui tangan-tangan dari
internal kaum muslim itu sendiri.
Dalam susunan rancangan protokol Zionisme nomor tujuh disebutkan
kewajiban anggotanya untuk menciptakan konflik baik di Eropa dan belahan dunia
lainnya.
Dalam konteks umat Islam, perpecahan ini dilakukan oleh oknum
akademisi yang tidak suka kaum muslimin bersatu.
“Yang di akademis itu
cenderung menangani masalah dengan emosional bukan dengan akademis, dan itu
memang ada peran luar, ya itu jelas sekalipermainan Zionis,” ungkapnya kepadaIslampos di Jakarta, Sabtu (30/05/2015).
Perpecahan di kalangan umat Islam juga rentan terjadi dalam isu
pertentangan NU-Wahabi. Padahal hakikatnya, masih menurut KH. Ali Musthofa
Yakub, perbedaan yang dicari-cari di kitab-kitab otoritas NU dan Wahabi
sebenarnya tidak ada.
“Kalau ada perbedaan, hanyalah pada masalah-masalah yang
sifatnya furu’iyah (cabang-cabang agama), yang tidak
sampai pada pengkafiran” ujarnya.
Diakuinya, memang ada pihak yang mengadu domba dengan mengatakan
NU-Wahabi saling mengkafirkan.
Imam Masjid Istiqlal: KH. Hasyim Asy’ari Juga
Merujuk Kitab Ulama “Wahabi”
Senin 13 Syaaban 1436
/ 1 Juni 2015 08:34
UNIVERSITAS Islam
Malang (UNISMA) bekerjasamama dengan Atase Agama Kerajaan Arab Saudi menggelar
Seminar Nasional Kajian Khazanah Islam Nusantara dengan tema “Hadratus Syaikh
KH. Hasyim Asy’ari, Pemikiran dan Metodologinya”, Sabtu (30/5/2015) di Malang.
Hadir sebagai pembicara di ataranya, Prof. Dr. KH. M. Tholchah
Hasan (Ketua Dewan Pembina Yayasan UNISMA), Prof. Dr. KH. Ali Musthofa Yaqub
(Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta), KH. Syukron Makmun (Pengasuh Pesantren
Darur Rahman Jakarta), Syaikh Dr. Ibrahim S. Al Naghaimshi (Atase Agama
Kedutaan Arab Saudi di Jakarta).
Seminar bertujuan untuk menelisik lebih jauh pemikiran KH.
Hasyim Asy’ari dan membedah buku-buku karangannya terutama soal persatuan umat
Islam.
Menurut KH. Ali Mustofa Yaqub, di antara pemikiran KH. Hasyim
Asy’ari adalah tidak mempermasalahkan perbedaan antara NU dan Non-NU. Yang
terpenting, bagaimana menjaga kesatuan dan persatuan di antara sesama kaum
muslimin. Bahkan anak keturunannya pun tidak dipaksa untuk menjadi aktivis
layaknya dirinya.
“Sebagian putranya
tidak mengikuti sang ayah dalam artian tidak menjadi aktivis NU,” kata KH. Ali
Musthofa Yaqub kepadaIslampos, Sabtu (30/05/2015).
Di antara bentuk dukungan terhadap persatuan Islam adalah
dukungan KH. Hasyim Asy’ari terhadap kitab-kitab Ulama rujukan Wahabi. Salah
satunya kitab karangan Imam Ibn Taimiyah. “Dalam kitab-kitabnya, beliau merujuk
kepada Imam Ibnu Taimiyah,” ujar pakar hadits ini.
Lebih lanjut Imam Besar Masjid Istiqlal ini mengatakan NU-Wahabi
memang memiliki perbedaan. Namun perbedaan yang dimaksud oleh KH. Hasyim
Asy’ari, menurut KH. Ali Musthofa Yaqub, hanya terletak di cabang agama (fiqh),
bukan segi pokoknya (aqidah tauhid).
Ali Musthofa Yaqub mendukung diskusi semacam ini. Karena
menurutnya, permusuhan di antara kaum muslimin salah satu sebabnya karena diadu
domba oleh pihak-pihak musuh. Seperti dilakukan kelompok Zionis yang memecah
belah umat Islam Indonesia dengan mengandalkan akademisi.
“Yang di akademis itu cenderung menangani masalah dengan
emosional bukan dengan akademis, dan itu memang ada peran luar, ya itu jelas
sekali permainan Zionis,” ungkapnya.
Tokoh NU: Pemerintah Jangan
Tunggu Korban Anarkisme Syiah Bertambah
TINDAKAN anarkis
sejumlah pengikut Syiah seharusnya dapat membuka mata para ulama tentang bahaya
Syiah. Majelis Ulama Indonesia dituntut bersikap untuk mengeluarkan fatwa.
“Kasus Az Zikra hikmahnya membuat melek para ulama, termasuk
Majelis Ulama Indonesia (MUI),” tegas Dewan penasehat Nahdatul Ulama (NU) Kota
Bogor, KH Dudi Zuhdi Mas’ud kepada Islampos, Ahad (15/3/2015).
Kyai Dudi menilai, selain tugas ulama, masalah Syiah juga harus
menjadi perhatian serius pemerintah.
“Saya secara pribadi
dan organisasi berdoa semoga pemerintah tidak tinggal diam, jangan tunggu
banyak korban. Syiah ini benar-benar melakukan penodaan agama seperti
Ahmadiyah,” imbuhnya.
Pemerintah, lanjut Kyai Dudi, segera mungkin mengambil keputusan
agar Syiah itu dianggap melakukan penodaan agama seperti Ahmadiyah. “Sehingga
bisa lebih mudah dihapus dan diajak bertobat kembali ke Ahlusunnah,” imbuhnya.
Dengan kejadian ini, seharusnya Ahlussunah wal Jamaah dapat
bersatu. Ahlussunnah, kata Kyai Dudi, bukan hanya Syafi’i saja tetapi Hanafi,
Maliki, Hambali, itu juga Ahlusunnah.
“Kita jangan terlena dengan perbedaan pendapat diantara
Ahlusunnah, sedangkan dihadapan kita ada Syiah yang sangat berbahaya,” katanya