Wednesday, May 27, 2015

Syi’ah Ada Dibalik Isu Anti-Wahabi Untuk Pecah Belah Umat Islam

Ternyata, ramainya isu “anti-Wahabi” dalam beberapa tahun terakhir adalah ulah Syi’ah. Perselisihan antara Wahabi (Salafi) dengan kelompok Aswaja merupakan propaganda Syi’ah untuk memecah-belah keluarga besar umat Islam di Indonesia. Keterangan ini disampaikan oleh Anggota Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI Pusat, Ustadz Fahmi Salim Zubair, M.A. dalam acara bedah buku MUI “Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah di Indonesia”, bertempat di masjid An-Nuur, Mahogany Residence, Cibubur pada hari Ahad (06/04) pagi.
Salah satu tim penulis buku MUI ini menghimbau kepada umat Islam pengikut ajaran Nabi SAW, baik itu Salafi, Muhammadiyah, Aswaja dan lainnya agar bersatu serta meninggalkan perselisihan dalam masalahfuru’iyyah.
“Yang penting kita satu koridor, sama-sama umat Islam,” tegasnya.
Ustadz Fahmi yang juga menjabat sebagai Wakil Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) menilai, bahwa pihak yang paling diuntungkan dari konflik dan perselisihan antar sesama Muslimin adalah Syi’ah.
“Yang paling mendapat keuntungan dari perselisihan antara Salafi-Wahabi dan Aswaja adalah Syi’ah,” tuturnya.
Sementara Dr. Haidar Bawazier yang juga didaulat menjadi narasumber dalam acara tersebut menjelaskan, walaupun Aswaja dan Salafi berselisih, tapi rujukan mereka satu, Al-Qur’an dan Hadits. Perbedaan-perbedaan dalam masalah furu’iyyah bisa didudukkan oleh orang-orang alim diantara mereka, bukan bawahan-bawahannya. Sedangkan perselisihan dengan Syi’ah yang sudah jelas-jelas bukan Islam adalah perselisihan yang tidak akan pernah bersatu karena sudah masuk ranah ushuluddin. Dengan demikian, ajakan “ukhuwah Islamiyah” versi mereka hanyalah sebatas omong kosong belaka. 
Buku-buku Penggugat Wahabi, Ditunggangi Syiah dan Sepilis?
Oleh: sumantri 
Tentu kita penasaran, siapakah sesungguhnya Syaikh Idahram, penulis buku Trilogi Data dan Fakta Penyimpangan Salafi Wahabi (Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi, Mereka Memalsukan Kitab-kitab Karya Ulama Klasik, dan Ulama Sejagad Menggugat Salafi Wahabi) yang kata pengatarnya ditulis oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul (PBNU) Prof. Dr. KH. Said Agil Siraj, MA.
Saat voa-islam menanyakan jatidiri Syaikh Idahram kepada KH. Said Agil Siraj yang ditemui usai Wokshop Deradikalisasi Agama Berbasis Kyai/Nyai dan Pesantren yang digelar oleh Muslimat NU di Park Hotel, Jakarta, tidak mau menjawab secara jelas, siapa sesungguhnya Syaikh Idahram. Kiai NU itu hanya menjawab ringkas, “Yang jelas, dia adalah bimbingan saya. Saya lah yang membimbing penulis buku itu,” kata Said Agil.
Di dalam biodata penulis buku Ulama Sejagad Menggugat Salafi Wahabi, Syaikh Idahram adalah sosok pemerhati gerakan-gerakan Islam, lahir di Tanah Jawa, pada tahun 1970-an. Ketertarikannya terhadap fenomena Salafi Wahabi terpupuk sejak ia melanglang buana dan belajar ke Timur Tengah,bertalaqqi kepada para masyayikh di sana dan berdiskusi dengan para ustadz.
Dalam upaya pencariannya itu, Syaikh Idahram pernah menjadi anggota organisasi Muhammadiyah beberapa tahun, aktif dalamliqa’ PKS (Partai Keadilan Sejahtera) selama 4 tahun, pengurus kajian Hizbut Tahrir selama 2 tahun, pejabat teras ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia), hingga akhirnya berlabuh dan basah kuyub dalam tasawuf dengan berba’iat kepada seorang syaikh.
Maraknya gerakan Islam garis keras di Indonesia, serta dorongan dari berbagai pihak, membuat Idahram memutuskan untuk menuliskan apa yang diamatinya selama ini tentang Salafi Wahabi. Ia sempat ragu ketika beberapa kawan mengingatkannya tentang terror yang kerap kali terjadi terhadap para pengkritik faham ini. Akan tetapi atas rekomendasi dari para masyayikh, penulis akhirnya memutuskan utnuk tetap menuliskan penelitiannya debgan menyiasati penggunaan nama pena, yaitu Syaikh Idahram.
Menurut pengakuannya, buku Trilogi data dan Fakta Penyimpangan sekte Salafi Wahabi ini lahir sebagai titik kulminasi dari rasa prihatin penulis terhadap persatuan dan ukhuwah umat Islam yang saat ini sangat meradang dan hanya tinggal wacana. Hingga akhirnya, pencarian dan penelitian yang dilakukannya selama 9 tahun, mulai 2001-2010, membuahkan hasil ketiga buku trilogi penyimpangan salafi wahabi tersebut. Sang Penulis, Syaikh Idahram secara terbuka membuka ruang dialog melaui e-mail: salafiasli@yahoo.com.
Ditunggangi Syiah dan Sepilis
Yang menarik, Abu Muhammad Waskito, penulis buku “Bersikap Adil Kepada Wahabi: Bantahan Kritis dan Fundamental Terhadap Buku Propaganda Karya Syaikh Idahram” (Penerbit : Pustaka Al-Kautsar),menduga Syaikh Idahram adalah sosok Abu Salafy yang sering nongol di dunia maya di Tanah Air. Jika di online memakai nama Abu Salafu, sedangkan di buku memakai nama Syaikh Idahram.
Abu Salafy ini punya sebuah blog propaganda yang mayoritas isinya menghujat dakwah Salafiyah, menghina ulama-ulama Ahlu Sunnah, seperti Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim; menghina ulama wahabi, seperti Syaikh Muhammad At-Tamimi, Syaikh Ibnu Baz, Syaikh Albani dan sebagainya.
Mengapa AM Waskito menganggap Abu Salafy adalah sosok Idahram? “Karena keduanya memiliki banyak kesamaan, yakni sama-sama menghujat Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab.
Belakangan beredar informasi di internet bahwa sosok Syaikh Idahram bernama asli Marhadi Muhayyar, namun info ini belum mendapat kepastian, mengingat yang bersangkutan tak pernah secara gentle tampil ke public.
AM Waskito dalam bukunya “Bersikap Adil kepada Wahabi” (Pustaka Al Kautsar), juga mencurigai, sosok Syaikh Idahram, penulis buku Trilogi Penyimpangan Salafi Wahabi tersebut adalah seorang penganut akidah Syiah atau minimal pendukung Syiah. Meskipun dia tidak mengucapkan pengakuan atas akidahnya, tetapi hal itu bisa dibuktikan dari perkataan-perkataan dia sendiri dalam bukunya. Bukan hanya itu, Waskito mencium aroma, ketiga buku tulisan Syaikh Idahram ditunggangi oleh kepentingan kaum Syiah dan Sepilis (Sekulerisme, Pluralisme, dan Liberalisme).
Bukti kesyiahan Syaikh Idahram, menurut pengamatan Waskito diantaraya: Si penulis menyebut Kota Najaf di Irak sebagai Najaf Al-Asyraf. Sebutan semacam ini hanya dikenal di kalangan Syiah, bukan Ahlu Sunnah.
Kemudian, Syaikh Idahram juga menyebutkan bahwa dalam Islam setidaknya ada tujuh madzhab, yaitu: Madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’I, dan Hambali; ditambah dua madzhab: Syiah, Ja’fari dan Imamiyah; ditambah 1 madzhab Zhahiri. Perkataan seperti ini tidak dikenal dikalangan Ahlu Sunnah. Yang jelas, tidak sedikit, Syaikh Idahram menggunakan referensi dari kaum Syiah.
Sejak awal, AM Waskito menduga posisi Said Agil Siraj bukan hanya sebagai pemberi kata pengantar. “Bisa jadi, dia terlibat langsung di balik proyek penerbitan buku-buku propaganda itu,” ungkapnya curiga.
Dan benar saja, KH. Said Agil Siraj kepada voa-Islam mengakui, bahwa buku yang ditulis Syaikh Idahram adalah atas bimbingannya. “Saya lah yang membimbing penulisnya,” kata Said Agil terus terang.