Terhadap Syi’ah dan Orang yang Melindungi
Syi’ah
“Siapa pun yang melindungi bahkan membela
sesorang atau sekelompok yang sudah jelas adalah Syi’ah, maka orang tersebut
tidak lain telah keluar dan tidak mau bersepakat dengan perkataan empat Imam
mazhab dan para ulama. Dan untuk orang tersebut jelas harus di musuhi siapa pun
dia,” ujarnya.
Oleh: Abdurahman
Bahwa indonesia adalah negera kesatuan
yang penduduknya sebagain besar pemeluk agama islam yang konsisten dengan paham
Ahlusunna wal jama’ah (suni).
Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah:
Mereka yang menempuh seperti apa yang
pernah ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para
Sahabatnya Radhiyallahu anhum. Disebut Ahlus Sunnah, karena kuatnya (mereka)
berpegang dan berittiba’ (mengikuti) Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan para Sahabatnya Radhiyallahu anhum.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
:
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِيْ ثُمَّ الَّذِيْنَ
يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ.
“Sebaik-baik manusia adalah pada masaku
ini (yaitu masa para Sahabat), kemudian yang sesudahnya (masa Tabi’in),
kemudian yang sesudahnya (masa Tabi’ut Tabi’in).” Muttafaq ‘alaih. HR.
Al-Bukhari (no. 2652) dan Muslim (no. 2533 (212)
Al-Qur’an menerangkan bahwa Allah telah
meridhai mereka, menjanjikan surga-Nya bagi mereka, dan menyatakan dengan
gamlang bahwa mereka sebagai umat yang mulia. Allah Ta’ala berfirman,
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ
الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا
الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang
pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan Ansar dan
orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan
mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang
mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
Itulah kemenangan yang besar.” (QS. Al-Taubah: 100)
لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ
يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ
السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا
“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap
orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka
Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas
mereka dengan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat
(waktunya).” (QS. Al-Fath: 18)
Dalam ayat lain, Allah memuji para
sahabat Nabi yang telah masuk Islam sebelum Fathu Makkah, begitu juga yang
masuk Islam sesudahnya. Kemudian Allah menjelaskan bahwa yang masuk Islam
sebelum Fathu Makkah lebih baik dan lebih utama, namun semuanya dijanjikan
kebaikan.
لَا يَسْتَوِي مِنْكُمْ مَنْ أَنْفَقَ مِنْ
قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ أُولَئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِنَ الَّذِينَ
أَنْفَقُوا مِنْ بَعْدُ وَقَاتَلُوا وَكُلًّا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى وَاللَّهُ
بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Tidak sama di antara kamu orang yang
menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih
tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan
berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan)
yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hadid:
10)
Lebih luas lagi, Allah memuji seluruh
sahabat beliau dari kalangan Muhajirin dan Anshar secara keseluruhan. Kemudian
Dia menjelaskan bahwa orang-orang beriman sesudah mereka adalah orang-orang
yang senantiasa mendoakan kebaikan untuk mereka dan memintakan ampun untuk
mereka. Bukan sebaliknya, yang selalu melaknat dan mencela mereka di pagi dan
sore hari. Allah Ta’ala berfirman:
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ
وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ
رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Dan orang-orang yang datang sesudah
mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa: “Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami
dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan
janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang
yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”.”
(QS. Al-Hasyr: 10)
Allah telah memilih mereka untuk menemani
Nabi dan utusan-Nya dalam menyebarkan risalah Islam. Mereka berjuang bersama
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dengan mengorbankan jiwa raga sehingga
Allah memanggil kembali utusan-Nya. Dan tidaklah Islam tersebar ke penjuru
dunia kecuali juga melalui mereka. Karenanya sangat pantas setiap orang Islam
untuk mendoakan kebaikan dan memintakan ampun untuk mereka.
Keadaan terbalik ketika ada ekelompok
umat yg disebut syiah melaknat bahkan dengan kejih membenci kepada para sahabat
Nabi, khususnya Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dan lainnya tidaklah diragukan
lagi. Dengan berbagai alasan yang mereka buat-buat, mereka berani melawan
ketetapan Al-Qur’an yang telah jelas-jelas memuliakan mereka.
Berikut ini kami nukilkan beberapa
keterangan tentang aqidah Syi’ah terhadap para sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam, khususnya Abu Bakar al-Shiddiq, Umarbin Khathab, Utsman bin ‘Affan,
Ali bin Abi Thalib, dan ‘Aisyah
radliyallaahu ‘anhum dalam kitab-kitab mereka:
Muhammad al-Tuursiirkani, dalam kitabnya
La-aliul Akhbar, IV/92 menyebutkan doa-doa yang berisi laknat terhadap Abu
Bakar, Umar, dan sahabat lainnya serta istri-istri Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasallam. “Ya Allah laknatlah Umar, lalu Abu Bakar dan Umar, lalu Ustman dan
Umar, lalu Mu’awiyah dan Umar, lalu Yazid dan Umar, lalu Ibnu Ziyad dan Umar,
lalu Ibnu Sa’ad dan Umar, lalu bala tentaranya dan Umar. Ya Allah, laknatlah
‘Aisyah, Hafshah, Hindun, Ummu Hakam, dan laknatlah orang-orang yang ridha
dengan perbuatan mereka hingga hari kiamat.”
Ahmad al-Ahsa’i dalam kitabnya al-Raj’ah,
hal. 12, ketika menjelaskan tentang perjalanan Imam Mahdi, bahwa dia (Imam
Mahdi) akan menegakkan had atas Abu Bakar dan Umar serta ‘Aisyah. Dan
dikatakan,
فَإِذَا أَتَى الْمَدِيْنَةَ أَخْرَجَ اللاتَ
وَالْعُزَّى فَأَخْرَقَهُمَا
“Dan apabila dia memasuki Madinah, dia
akan mengeluarkan berhala Lata dan Uzza, lalu membakarnya.” (yang dimaksud Lata
dan Uzza di sini adalah Abu Bakar dan Umar).
Ni’matullah al Jazairi dalam kitabnya
al-Anwar al-Nu’maniyah, III/53 menfitnah Abu Bakar radliyallaahu ‘anhu telah
bersujud kepada berhala.
وَلَا تَعْجَبْ مِنْ هَذَا الْحَدِيْثِ فَإِنَّهُ
قَدْ رُوِيَ فِي الْأَحْبَارِ الخَّاصَّةِ أَنَّ أَبَا بَكْرٍ كَانَ يُصَلِّي
خَلْفَ رَسُوْلِ اللهِ وَالصَّنَمُ مُعَلَّقٌ فِي عُنُقِهِ، وَسُجُوْدُهُ لَهُ
“Dan janganlah heran dengan hadits ini,
karena sesungguhnya telah diriwayatkan dalam beberapa hadits khusus bahwa Abu
Bakar pernah shalat di belakang Rasulullah sambil mengalungkan berhala di
lehernya, dan sujudnya itu kepada berhala.”
Ali al-Hara-iri dalam kitabnya Ilzam
al-Nashib fii Itsbaat al-Hujjah al-Ghaib, II/266 menyebut Abu Bakar dan Umar
sebagai Fir’aun dan Hamman.
“Al-Mufadhall bertanya, ‘Wahai tuanku, siapakah
Fir’aun dan Hamman itu?’ Sang Imam menjawab, ‘Abu Bakar dan Umar’.”
(Kalau memang ini benar, kenapa
Rasulullah tidak pernah menjelaskan semua ini, padahal beliau dibimbing oleh
wahyu? Apakah para Imam Syi’ah lebih pintar dari Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasallam.-penulis).
“Al-Mufadhall bertanya, ‘Wahai tuanku,
siapakah Fir’aun dan Hamman itu?’ Sang Imam menjawab, ‘Abu Bakar dan Umar’.”
(dari kitab Syi’ah Ilzam al-Nashib fii Itsbaat al-Hujjah al-Ghaib)
Al-Kaf’ami dalam kitabnya al-Mishbah,
hal. 552 menyebutkan doa yang berisi laknat terhadap Abu Bakar dan Umar yang
dinamakan dengan Doa Shanamai Quraisy (Doa atas dua berhala Quraisy). Dia
menyebutkan bahwa doa ini diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radliyallaahu
‘anhu.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ
مُحَمَّدٍ وَالْعَنْ صَنَمَيْ قُرَيْشٍ وَجِبْتَيْهَا وَطَاغُوْتَيْهَا
وَإِفْكَيْهَا وَابْنَتَيْهِمَا اللَّذَيْنِ خَالَفَا أَمْرَكَ وَأَنْكَرَ
وَحْيَكَ
“Ya Allah limpahkan shalawat untuk
Muhammad dan keluarga Muhammad, dan laknatlah dua berhala Quraiys, dan kedua
jibt dan thaghutnya (maksudnya: syetan yang disembah selain Allah-Pent), kedua
tukang dustanya, dan kedua putrinya yang telah menyelisihi perintah-Mu dan
mengingkari wahyu-Mu.. . . (dan seterusnya yang berisi penghinaan dan laknat atau
kutukan atas keduanya).
Yusuf al-Bahrani dalam Lu’luah al
Bahraini, yang ditahqiq oleh Sayyid Muhammad Bahr al-‘Ulum, hal. 133
menyebutkan bahwa syaikh/ulama mereka kerjaannya melaknat dan mencaci
Syaikhaini (Abu Bakar dan Umar) serta orang-orang yang mengikuti jalan mereka
dengan terang-terangan. Ini menjadi kegemaran dan kebiasaannya.
Al-Majlisi dalam kitabnya Mir’ah
al-‘Uqul, Juz 26, hal. 488 meneyebutkan riwayat dari Abu Abdillah tentang
tafsir QS. Al-Fushilat: 29:
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا رَبَّنَا أَرِنَا
الَّذَيْنِ أَضَلَّانَا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ نَجْعَلْهُمَا تَحْتَ
أَقْدَامِنَا لِيَكُونَا مِنَ الْأَسْفَلِينَ
“Dan orang-orang kafir berkata: “Ya Tuhan
kami perlihatkanlah kami dua jenis orang yang telah menyesatkan kami (yaitu)
sebagian dari jin dan manusia agar kami letakkan keduanya di bawah telapak kaki
kami supaya kedua jenis itu menjadi orang-orang yang hina”.”
Dia (Abu Abdillah) berkata, “keduanya.”
Kemudian berkata, “Dan si fulan adalah syetan.”
Maksud perkataan Abu Abdillah, “keduanya”
adalah Abu Bakar dan Umar. Sedangkan “fulan” adalah Umar, yaitu jin yang
disebutkan dalam ayat adalah Umar. Dan dinamakan dengannya karena dia itu
syetan, baik karena dia itu sekutu syetan karena termasuk anak zina atau dia
suka berbuat makar dan menipu sebagaimana syetan. Ada penafsiran lain, bahwa
maksud fulan adalah Abu Bakar.
(Maka perhatikan dengan seksama, apakah
mungkin Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam rela menikahi putri seorang
yang memiliki sifat seperti ini? kedustaan Syi’ah sudah tidak bisa dimaafkan
lagi,- Redaksi)
Al-Majlisi dalam Bihar al Anwar hal 235:
menuliskan kalimat laknat atas Abu Bakar dan menggolongkannya sebagai salah
satu Ahli Tabut yang akan kekal dalam kerak api neraka bersama Fir’aun dan
lainnya.
Muhammad bin Umar al-Kasyi, dalam
kitabnya Rijal al-Kasyi, 61: Dari Abu Ja’far ‘alaihis salam, bahwa Muhammad bin
Abi Bakar membai’at Ali ‘alaihis salam untuk berlepas diri dari bapaknya karena
dia kafir. Dalam riwayat lain dia (Muhammad bin Abu Bakar) menyatakan bahwa
bapaknya di neraka.
Muhammad bin Ya’kub al-Kulaini dalam
kitabnya al-Ushul min al-Kaafi, kitab al Hujjah, I/373, hadits no. 4,
menukilkan sebuah riwayat yang disandarkan kepada Abu Abdillah: “Tiga orang
yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, tidak akan
disucikan, dan bagi mereka adzab yang pedih: Orang yang mengaku berhak imamah
dari Allah yang bukan haknya, dan orang yang menentang imamah dari Allah, dan
orang yang meyakini bahwa mereka berdua (Abu Bakar dan Umar) termasuk orang
Islam.”
Bahwa upaya Taqrib antara Ahlus Sunnah
dan Syi’ah tidak mungkin tewujud dengan baik sebelum kaum Syi’ah meninggalkan
ajaran batil mereka yang mencaci, mengutuk, dan mengafirkan mayoritas sahabat
Nabi.
Dari kitab-kitab yang menjadi rujukan
sekte Syi’ah di atas membuktikan bahwa orang Syi’ah telah mengafirkan sahabat
Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam yang mulia, yaitu Abu Bakar al-Shiddiq
dan Umar bin al-Khathab. Mereka memandang baik perbuatan mencela dan mengutuk
serta melaknat keduanya. Padahal Ahlus Sunnah meyakini keduanya sebagai manusia
termulia sesudah Nabinya. Dengan demikian upaya Taqrib antara Ahlus Sunnah dan
Syi’ah tidak mungkin tewujud dengan baik dan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an
dan Sunnah sebelum kaum Syi’ah meninggalkan ajaran-ajaranya yang batil, di
antaranya mencaci, mengutuk, dan mengafirkan mayoritas sahabat Nabi, lalu menuju
pemahaman Islam yang telah diamalkan Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dan
para sahabatnya. Wallahu Ta’ala A’lam
Kembali kepada bangsa indonesia yg
mayoritasnya adalah muslim suni (ahlsunna wal jama’ah) menyikapi hal ini jelas
mengikuti perkataan para imam majhab yang empat maka jelas mereka (syiah) telah
keluar (kafir).
Ada pun para imam 4 madzhab sebagai
berikut:
Madzhab Hanafi
Dari kalangan ulama Hanafiyah, “Jika
seorang Rafidhi mencaci maki dan melaknat ‘Syaikhaini’ (Abu Bakar dan
Umar) maka dia kafir, demikian halnya
dengan pengkafiran terhadap Usman, Ali, Thalhah, az-Zubair dan Aisyah –semoga
Allah meridhai mereka- (juga adalah kafir)” (Al Fatawa Al Hindiyah, 2/286)
Madzhab Maliki
Imam Malik berkata: “Jika dia berkata
bahwa para sahabat itu (Abu Bakr, Umar, Utsman, Mu’awiyah, ‘Amr bin ‘Ash)
berada di atas kesesatan dan kafir maka ia dibunuh, dan jika mencaci mereka
seperti kebanyakan orang maka dihukum berat”. (Asy Syifa bi Ta’rif Huquq Al
Mushthafa, 2/1108)
Imam Ibnu Katsir berkata:
Dari ayat ini, Imam Malik Rahimahullah
memutuskan, dalam sebuah riwayat darinya, bahwa kafirnya Rafidhah (syiah) yaitu
golongan yang marah kepada sahabat nabi. Beliau (Imam Malik) berkata: “Karena
mereka murka kepada para sahabat, maka barang siapa yang murka kepada para
sahabat nabi maka dia KAFIR menurut ayat ini. (maksudnya Al Fath: 29). Dan,
segolongan ulama menyepakati fatwa Imam Malik atas kafirnya Syiah ini.
( Tafsir Al Quran Al Azhim, 7/362)
Madzhab Syafi’i
Dari kalangan ulama Syafi’iyah,
“Dipastikan kafir setiap orang yang mengatakan suatu perkataan yang ujungnya
berkesimpulan menyesatkan semua umat Islam atau mengkafirkan sahabat.” (Imam An
Nawawi, Raudhatuth Thalibin, 7/290)
Madzhab Hambali
Dari kalangan ulama Hanabilah, Imam Ibnu
Taimiyah berkata:
“Siapa yang menganggap para sahabat Nabi
telah murtad atau fasik setelah Nabi wafat, maka tidak ragu lagi bahwa orang
itu kafir. ” (Al Mukhtashar ash Sharim
al Maslul, hal. 128).
Olehnya itu siapaun syiah adalah musuh
umat ini..
Dan akhir akhir ini Front Jihad Islam
yang berkedudukan di Yogjakarta telah menyatakan sikap bahwa syiah adalah musuh
umat islam.
Olehnya itu siapa pun yang melindungi
bahkan membela sesorang atau sekelompok yang sudah jelas adalah syiah maka
orang tersebut tidak lain telah keluar dan tidak mau bersepakat dengan
perkataan 4 imam majhab dan para ulama. Dan untuk orang tersebut jelas harus di
musuhi siapa pun dia.
Sumber: panjimas Syiah Musuh Nyata Islam