Jihad adalah ibadah yang mulia. Itulah sebabnya ketika
seseorang telah memahami ilmunya dan tidak terpengaruh oleh godaan dunia, ia
pasti mendambakan bisa mendapatkan kesempatan untuk berjihad.Memahami ilmu
jihad akan melahirkan perjuangan yang benar, tidak gegabah, atau "asal-asalan". Sedangkan
"tidak terpengaruh oleh godaan dunia" akan menghalangi seseorang dari
kemungkinan enggan berjihad, padahal secara ilmu sudah
mengetahuinya. Salah satu contohnya adalah mimpi seorang salafi yang telah
berafiliasi ke salah satu kelompok pejuang di Suriah dan ingin bergabung dengan
kelompok jihad Jabhah Nusrah.
Jabhah Nusrah memang menetapkan persyaratan yang ketat untuk siapa saja
yang ingin bergabung dengan mereka, katanya. Di antaranya, ia harus
mendapatkan rekomendasi dari dua pemimpin Jabhah. Akhirnya, kondisi ini
diperoleh setelah ia berjuang bersama kelompok lain yang juga diikuti oleh
Jabhah Nusrah, dalam salah satu pertempuran. Di sinilah ia mendapatkan
rekomendasi untuk bergabung.Pejuang, yang tidak mau disebutkan namanya itu,
mengaku kepada reporter zaman al-wasl di Aleppo, bahwa sebelum revolusi, ia
adalah seorang intelektual Salafi Wahhabi. Ia mengaku sangat sulit untuk
bergabung dengan Jabhah Nushrah. Banyak usaha ia lakukan, namun semuanya
gagal dan tidak juga diterima. Ia bahkan pernah mengatakan, "Hati,
pikiran, pakaian, jenggot, iman, visi hidup, dan pengalaman berjuang saya;
semuanya tidak bisa menjadi pertimbangan mereka untuk bergabung dengan
Jabhah."
Setelah
dinyatakan bisa bergabung dengan Jabhah Nusrah, di sinilah fasilitas terbuka
baginya.Ia hanya membutuhkan empat hari untuk
masuk ke dalam formasi bersenjata.
Perlu diingat, Jabhah Nusrah, yang dinyatakan media barat sebagai
kelompok yang berafiliasi kepada organisasi Al-Qaidah ini, menurut sebagian
besar opini publik Suriah saat ini, merupakan kelompok jihad yang paling
populer dari yang lain. Banyak orang membicarakan kelompok ini, meskipun
mereka paling jauh dari pemberitaan media.
Menurut jajak pendapat yang dilakukan oleh reporter Zaman Al-Wasl di
Aleppo, semua responden hampir sepakat bahwa Jabhah Nusrah adalah kekuatan
terbesar di tengah-tengah semua kelompok yang berjuang melawan rezim Asad,
sekaligus paling merepotkan penguasa Syiah tersebut.
Itu berarti bahwa kelompok jihad tersebut mampu menunjukkan aksi dan
peran yang baik dalam perjuangannya. Sebab, perlu saya sebutkan pula,
operasi-operasi jihad Jabhah Nusrah mendapatkan kritik yang cukup pedas dari
mujahid senior, Abu Basyir Ath-Thurtusi. Mimpi Salafi tadi juga
membuktikan ini, sebab dia sebenarnya telah bergabung dengan kelompok lain.
Ini berarti bahwa salafi, terutama di Indonesia, yang sangat
berseberangan dengan aktivis Islam yang menyerukan jihad bisa saja berubah
pikiran, lalu "bertobat dan berguru" kepadatandzim j ihad. Hanya saja,
seruan tandzim jihad perlu pengakuan publik yang lebih luas.Masyarakat harus
disadarkan, siapakah musuh bersama umat Islam. Tandzim jihad, seperti
diungkapkan Abu Mus'ab As-Suri, harus mengubah cara dakwahnya, agar doktrin
mereka tidak hanya dinikmati secara eksklusif hirarkis oleh anggota-anggotanya
saja.
Tidak salah bila sering pula Al-Qaidah mengajak seluruh mujahidin agar
menyatu dan membangun kepercayaan masyarakat, serta tidak menodainya dengan
aksi atau operasi yang-menurut kaum muslimin secara umum-"tidak sesuai
syariat".
Implementasi "menyatu dengan masyarakat" juga mestinya
terwujud dalam muamalah sesama kelompok anti jihad. Allah berfirman, "Tolaklah (kejahatan itu)
dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antara dirimu dan dia
ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia." (Fushilat: 34). Wallahu a'lam.
(An-najah.net)