Oleh:
Ahmad ‘Isy Karim
Kitab
Al-Sunnah oleh Al-Khalal/ dar-alfarouk
Al-Hamdulillah, segala
puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada
Rasul yang diutus sebagai rahmat bagi semesta alam, Nabi Muhammad Shallallahu
‘Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Syi’ah termasuk sekte
Islam yang sudah berusia ratusan tahun. Sejak abad-abad awal Islam sudah
menunjukkan jati dirinya. Namun dalam kurun waktu yang lama tersebut, kebencian
mereka kepada pihak-pihak lain tetap eksis. Mereka mencela, mencaci,
menfasikkan, dan mengafirkan Abu Bakar, Umar, dan Utsman, dan ‘Aisyah. Bahkan
mereka menyatakan kekafiran mayoritas sahabat. Selanjutnya mereka mengafirkan
dan memusuhi setiap orang yang memuliakan para sahabat di atas. Sehingga dari
sini, para ulama Islam menghukumi mereka sudah keluar dari Islam berdasarkan
keterangan yang jelas dari Al-Qur’an dan Sunnah tentang keutamaan para sahabat
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Pendapat Tentang Kafirnya Sekte Syiah
Kami tidak menghakimi. Tugas kami hanya
menyampaikan keterangan dan menunjukkan bukti. Dan ternyata didapati, yang
berpendapat bahwa Syi’ah itu kafir adalah para Imam-Imam Besar Islam, seperti:
Imam Malik, Imam Ahmad, Imam Bukhari dan lain-lain. Berikut ini beberapa
pendapat dan fatwa para ulama Islam mengenai golongan Syi’ah Rafidhah yang
disebut dengan Itsna Asy’ariyah dan Ja’fariyah.
Pertama: Imam Malik
Al-Khalal meriwayatkan dari Abu Bakar al
Marwadzi, ia berkata: “Saya mendengar Abu Abdullah berkata, bahwa Imam Malik
berkata:
الذي يشتم أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم
ليس لهم اسم أو قال : نصيب في الإسلام
“Orang yang mencela
shahabat-shahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, maka ia tidak termasuk
dalam golongan Islam.” (As Sunnah, milik al-Khalal: 2/557)
Ibnu katsir berkata
saat menafsirkan firman Allah Ta’ala:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ
مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا
سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي
وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ
فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآَزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى
عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ
الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا
عَظِيمًا [الفتح/29]
“ Muhammad itu
adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat
mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda
mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka
dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu seperti tanaman yang
mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi
besarlah Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang
kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka
ampunan dan pahala yang besar.”
Beliau berkata: “Dari
ayat ini, dalam satu riwayat dari Imam Malik –rahmat Allah terlimpah
kepadanya-, beliau mengambil kesimpulan tentang kekafiran Rafidhah yang
membenci para shahabat Radhiyallahu ‘Anhum. Beliau berkata: “Karena
mereka ini membenci para shahabat, dan barangsiapa membenci para shahabat, maka
ia telah kafir berdasarkan ayat ini.” Pendapat ini disepakati oleh segolongan
ulama radhiyallahu ‘anhum.” (Tafsir Ibnu Katsir: 4/219)[i]
Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata:
لقد أحسن مالك في مقالته وأصاب في تأويله
فمن نقص واحداً منهم أو طعن عليه في روايته فقد رد على الله رب العالمين وأبطل
شرائع المسلمين
“Sungguh sangat bagus
ucapan Imam Malik itu dan benar penafsirannya. Siapa pun yang menghina seorang
dari mereka (sahabat Nabi) atau mencela periwayatannya, maka ia telah menentang
Allah, Tuhan alam semesta dan membatalkan syari’at kaum Muslimin.” (Tafsir
al-Qurthubi: 16/297)
Kedua: Imam Ahmad
Banyak riwayat telah
datang darinya dalam mengafirkan golongan Syi’ah Rafidhah. Di antaranya:
Al-Khalal meriwayatkan dari Abu Bakar al Marwadzi, ia berkata: “Aku bertanya
kepada Abu Abdillah tentang orang yang mencela Abu Bakar, Umar, dan ‘Aisyah?”
Beliau menjawab,
ما أراه على الإسلام
“Aku tidak melihatnya
di atas Islam.”
Al-Khalal berkata
lagi: Abdul Malik bin Abdul Hamid memberitakan kepadaku, ia berkata: Aku
mendengar Abu Abdillah berkata:
من شتم أخاف عليه الكفر مثل الروافض
“Barang siapa
mencela (sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam) maka aku khawatir ia
menjadi kafir seperti halnya orang-orang Rafidhah.” Kemudian beliau
berkata:
من شتم أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم لا
نأمن أن يكون قد مرق عن الدين
“Barangsiapa
mencela Shahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam maka kami khawatir ia telah
keluar dari Islam (tanpa disadari).” (Al-Sunnah, Al-Khalal: 2/557-558)
Al-Khalal berkata:
Abdullah bin Ahmad bin Hambal menyampaikan kepadaku, katanya: “Saya bertanya
kepada ayahku perihal seseorang yang mencela salah seorang dari Shahabat
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Maka beliau menjawab:
ما أراه على الإسلام
“Aku tidak
melihatnya di atas Islam”.” (Al-Sunnah, Al-Khalal: 2/558. Bacalah: Manaakib
al Imam Ahmad, oleh Ibnu Al-Jauzi, hal. 214)
Tersebut dalam kitab
As Sunnah karya Imam Ahmad, mengenai pendapat beliau tentang golongan Rafidhah:
هم الذين يتبرأون من أصحاب محمد صلى الله
عليه وسلم ويسبونهم وينتقصونهم ويكفرون الأئمة إلا أربعة : علي وعمار والمقداد
وسلمان وليست الرافضة من الإسلام في شيء
“Mereka itu adalah
golongan yang menjauhkan diri dari shahabat Muhammad Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam dan mencelanya, menghinanya serta mengkafirkannya kecuali hanya empat
orang saja yang tiada mereka kafirkan, yaitu: Ali, Ammar, Miqdad dan Salman. Golongan
Rafidhah ini sama sekali bukan Islam.” (Al-Sunnah, milik Imam Ahmad: 82)
Ibnu Abdil Qawiy
berkata: “Adalah imam Ahmad mengafirkan orang yang berlepas diri dari mereka
(yakni para sahabat) dan orang yang mencela ‘Aisyah Ummul Mukminin serta
menuduhnya dengan sesuatu yang Allah telah membebaskan darinya, seraya beliau
membaca:
يَعِظُكُمَ اللَّهُ أَنْ تَعُودُوا
لِمِثْلِهِ أَبَدًا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Allah menasehati
kamu, agar kamu jangan mengulang hal seperti itu untuk selama-lamanya, jika
kamu benar-benar beriman.” (QS. Al-Nuur: 17. Dinukil
dari Kitab Maa Dhahaba Ilaihi al-Imam Ahmad: 21)
Ketiga: Imam Al
Bukhari (wafat tahun 256 H)
Beliau berkata:
ما أبالي صليت خلف الجهمي والرافضي ، أم
صليت خلف اليهود والنصارى ولا يسلم عليهم ولا يعادون ولا يناكحون ولا يشهدون ولا
تؤكل ذبائحهم
“Bagi saya sama
saja, apakah aku shalat di belakang seorang Jahmi (beraliran Jahmiyah) atau
seorang Rafidzi (beraliran Syi’ah Rafidhah), atau aku shalat dibelakang Imam
Yahudi atau Nashrani. Dan (seorang muslim) tidak boleh memberi salam kepada
mereka, mengunjungi mereka ketika sakit, kawin dengan mereka, menjadikan mereka
sebagai saksi dan memakan sembelihan mereka.” (Khalqu Af’al al-Ibad: 125)
Keempat: Abdurrahman
bin Mahdi
Imam al-Bukhari
berkata: Abdurrahman bin Mahdi berkata: “Keduanya adalah agama tersendiri,
yakni Jahmiyah dan Rafidhah (Syi’ah).” (Khalqu Af’al al-Ibad: 125)
Kelima: Al-Faryabi
Al-Khalal
meriwayatkan, ia berkata: “Telah menceritakan kepadaku Harb bin Ismail al-
Kirmani, ia berkata: “Musa bin Harun bin Zayyad menceritakan kepada kami, ia
berkata: “Saya mendengar al-Faryabi dan seseorang yang bertanya kepadanya
tentang orang yang mencela Abu Bakar. Jawabnya: “Dia Kafir.” Lalu ia berkata:
“Apakah orang semacam itu boleh dishalatkan jenazahnya?” Jawabnya: “Tidak.” Dan
aku bertanya pula kepadanya: “Apa yang dilakukan terhadapnya, padahal orang itu
juga telah mengucapkan Laa Ilaaha Illallah?” Jawabnya: “Jangan kamu
sentuh (Jenazahnya) dengan tangan kamu, tetapi kamu angkat dengan kayu sampai
kamu menurunkan ke liang lahatnya.” (al-Sunnah, milik al-Khalal: 2/566)
Keenam: Ahmad bin
Yunus
Kunyahnya adalah Ibnu
Abdillah. Ia dinisbatan kepada datuknya, yaitu salah seorang Imam
(tokoh) As-Sunnah. Beliau termasuk penduduk Kufah, tempat tumbuhnya golongan
Rafidhah. Beliau menceritakan perihal Rafidhah dengan berbagai macam alirannya.
Ahmad bin Hambal telah berkata kepada seseorang: “Pergilah anda kepada Ahmad
bin Yunus, karena dialah seorang Syeikhul Islam.” Para ahli Kutubus Sittah
telah meriwayatkan Hadits dari beliau. Abu Hatim berkata: “Beliau adalah orang
kepercayaan lagi kuat hafalannya”. Al-Nasaai berkata: “Dia adalah orang
kepercayaan.” Ibnu Sa’ad berkata: “Dia adalah seorang kepercayaan lagi jujur,
seorang Ahli Sunnah wal Jama’ah.” Ibnu Hajar menjelaskan, bahwa Ibnu Yunus
telah berkata: “Saya pernah datang kepada Hammad bin Zaid, saya minta kepada
beliau supaya mendiktekan kepadaku sesuatu hal tentang kelebihan Utsman. Jawabnya:
“Anda ini siapa?” Saya jawab: “Seseorang dari negeri Kufah.” Lalu ia berkata:
“Seorang Kufah menanyakan tentang kelebihan-kelebihan Utsman. Demi Allah, aku
tidak akan menyampaikannya kepada Anda, kalau Anda tidak mau duduk sedangkan
aku tetap berdiri!” Beliau wafat tahun 227 H. (Tahdzibut Tahdzib, 1:50,
Taqribut Tahdzib, 1:29).
Beliau (Ahmad bin Yunus) rahimahullah berkata,
لو أن يهودياً ذبح شاة ، وذبح رافضي لأكلت
ذبيحة اليهودي ، ولم آكل ذبيحة الرافضي لأنه مرتد عن الإسلام
“Seandainya saja
seorang Yahudi menyembelih seekor kambing dan seorang Rafidhi (Syi’i) juga
menyembelih seekor kambing, niscaya saya hanya memakan sembelihan si Yahudi,
dan aku tidak mau makan sembelihan si Rafidhi. Karena dia telah murtad dari
Islam.” (Al-Sharim al-Maslul, Ibnu Taimiyah: 57)
Ketujuh: Al-Qadhi Abu
Ya’la
Beliau berkata,
“Adapun Rafidhah, maka hukum terhadap mereka . . . sesungguhnya mengafirkan
para sahabat atau menganggapnya fasik, yang berarti mesti masuk neraka, maka
orang semacam ini adalah kafir.” (Al Mu’tamad, hal. 267)
. . sesungguhnya
mengafirkan para sahabat atau menganggapnya fasik, yang berarti mesti masuk
neraka, maka orang semacam ini adalah kafir. . .
Sementara Rafidhah
(Syi’ah) sebagaimana terbukti di dalam pokok-pokok ajaran mereka adalah
orang-orang yang mengkafirkan sebagian besar Shahabat Nabi. Silahkan baca
kembali tulisan yang telah kami posthing:
Kedelapan: Ibnu Hazam
al-Zahiri
Beliau berkata:
“Pendapat mereka (Yakni Nashrani) yang menuduh bahwa golongan Rafidhah (Syi’ah)
merubah Al-Qur’an, maka sesungguhnya golongan Syi’ah Rafidhah bukan termasuk
bagian kaum muslimin. Karena golongan ini muncul pertama kalinya setelah dua
puluh lima tahun dari wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Syi’ah Rafidhah adalah golongan yang mengikuti langkah-langkah Yahudi dan
Nashrani dalam melakukan kebohongan dan kekafiran.” (Al-fashl fi al-Milal wa
al-Nihal: 2/213)[ii]
Beliau berkata: “Salah
satu pendapat golongan Syi’ah Imamiyah, baik yang dahulu maupun sekarang ialah
Al-Qur’an itu sesungguhnya telah diubah.”
Kemudian beliau
berkata: “Orang yang berpendapat, bahwa Al Qur’an ini telah diubah adalah
benar-benar kafir dan men-dustakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam.(Al Fashl: 5/40)
Beliau berkata: “Tidak
ada perbedaan pendapat di kalangan semua kelompok umat Islam Ahlus Sunnah, Mu’tazilah,
Murji’ah, Zaidiyah, bahwa adalah wajib berpegang kepada Al Qur’an yang biasa
kita baca ini ” Dan hanya golongan Syi’ah ekstrim sajalah yang menyalahi sikap
ini. Dengan sikapnya itu mereka menjadi kafir lagi musyrik, menurut pendapat
semua penganut Islam. Dan pendapat kita sama sekali tidak sama
dengan mereka (Syi’ah). Pendapat kita hanyalah sejalan dengan sesama pemeluk
agama kita.” (Al Ihkam Fii Ushuuli Ahkaam: 1/96)
Beliau berkata pula: “Ketahuilah,
sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tidak
pernah menyembunyikan satu kata pun atau satu huruf pun dari syariat Ilahi.
Saya tidak melihat adanya keistimewaan pada manusia tertentu, baik anak
perempuannya atau keponakan laki-lakinya atau istrinya atau shahabatnya, untuk
mengetahui sesuatu syariat yang disembunyikan oleh Nabi terhadap bangsa kulit
putih, atau bangsa kulit hitam atau penggembala kambing. Tidak ada sesuatu pun
rahasia, perlambang ataupun kata sandi di luar apa yang telah disampaikan oleh
Rasulullah kepada umat manusia. Sekiranya Nabi menyembunyikan sesuatu yang
harus disampaikan kepada manusia, berarti beliau tidak menjalankan tugasnya. Barang siapa beranggapan
semacam ini, berarti ia kafir. (Al Fashl, 2:274-275)
Orang yang berkeyakinan semacam ini
dikafirkan oleh Ibnu Hazm. Dan keyakinan semacam ini dipegang oleh Syi’ah Itsna
Asy’ariyah. Pendapat ini dikuatkan oleh guru-guru beliau pada masanya dan para
ulama sebelumnya.
Penutup
Dan Masih banyak lagi perkataan-perkataan
para ulama yang sangat tegas terhadap Syi’ah Rafidhah yang memiliki keyakinan
berbeda dari aqidah kaum muslimin dan menyimpang dari ketentuan Al-Qur’an dan
Sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Rasanya tidak ada
habisnya menjelaskan keyakinan batil golongan syi’ah, baik dari ulama terdahulu
maupun belakangan. Namun sayang kenapa banyak manusia bisa disesatkan dan
tertarik kepada ajaran yang sangat jelas kebatilannya. Semoga Allah melindungi
kita dan kaum mukminin secara keseluruhan dari jerat dan tipu daya golongan
Syi’ah Rafidhah. [PurWD/voa-islam.com]
2012/01/06
Catatan kaki oleh
nahimunkar.com
{
لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ } .
ومن هذه الآية انتزع الإمام مالك -رحمه الله، في
رواية عنه-بتكفير الروافض الذين يبغضون الصحابة، قال: لأنهم يغيظونهم، ومن غاظ
الصحابة فهو كافر لهذه الآية. ووافقه طائفة من العلماء على ذلك. والأحاديث في
فضائل الصحابة والنهي عن التعرض لهم بمساءة كثيرة ، ويكفيهم ثناء الله
عليهم، ورضاه عنهم.
[ii] الفصل في الملل – (ج 2
/ ص 65)
وأما قولهم في دعوى الروافض تبديل القراءات فإن
الروافض ليسوا من المسلمين إنما هي فرق حدث أولها بعد موت النبي صلى الله عليه و
سلم بخمس وعشرين سنة وكان مبدؤها إجابة من خذله الله تعالى لدعوة من كاد الإسلام
وهي طائفة تجري مجرى اليهود والنصارى في الكذب والكفر وهي طوائف أشدهم غلوا يقولون
بالهية علي بن أبي طالب والآلهية جماعة معه وأقلهم غلوا يقولون أن الشمس ردت على
علي بن أبي طالب مرتين فقوم هذا أقل مراتبهم في الكذب أيستشنع منهم كذب يأتون به
وكل من يزجره عن الكذب ديانة أو نزاهة نفس أمكنه أن يكذب ما شاء وكل دعوى بلا
برهان فليس يستدل بها عاقل سواء كانت له أو عليه ونحن أن شاء الله تعالى نأتي
بالبرهان الواضح الفاضح لكذب الروافض فيما افتعلوه من ذلك